You are on page 1of 228

1

METODE PENELITIAN DAKWAH


CV. PENERBIT QIARA MEDIA
228 hlm: 15,5 x 23 cm
Copyright @2022
Dr. Iskandar S.A.G, M.Sos.I
ISBN: 978-623-555-197-5
Penerbit IKAPI No. 237/JTI/2021

Penulis:
Dr. Iskandar S.A.G, M.Sos.I
Editor: Hayana, S.Sos
Tim Qiara Media
Layout: Nining Artinianasari, S.Kom.I
M. Feri Fadeli
Desainer Sampul: Adrieza Risky Samudra
Gambar di peroleh dari www.google.com

Cetakan Pertama, 2022


Diterbitkan oleh:
CV. Penerbit Qiara Media - Pasuruan, JawaTimur
Email: qiaramediapartner@gmail.com
Web: qiaramedia.wordpress.com
Blog: qiaramediapartner.blogspot.com
Instagram: qiara_media

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip


dan/atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin
tertulis penerbit.

Di cetak Oleh CV. Penerbit Qiara Media


Isi di luar tanggung jawab percetakan

i
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72
KETENTUAN PIDANA
SANKSI PELANGGARAN

a. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak


melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (Satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh tahun dengan
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima miliar
rupiah).
b. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

ii
PENGANTAR PENULIS

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. atas segala
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga buku yang
berjudul Metode Penelitian Dakwah ini dapat diterbitkan.
Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw. yang telah mengerahkan segenap
daya dan upayanya dalam merintis umat-Nya ke jalan
kebenaran.
Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan referensi
bagi mahasiswa IAIN Parepare pada khususnya dan seluruh
civitas akademika pada umumnya. Buku ajar ini penting
diterbitkan menjadi salah satu bahan rujukan untuk mengkaji
ilmu penelitian dakwah. Disadari, secara kuantitas terbitnya
buku ajar ini akan menambah jumlah khasanah keilmuan
penelitian yang khusus membahas mengenai penelitian
dakwah dari sudut pandang teoritik, mengingat sudah banyak
buku sejenis yang ditulis oleh para ahli peneliti dakwah di
Indonesia. Diharapkan buku ini dapat membantu mahasiswa
Proses penyusunan dan penerbitan buku ini telah melibatkan
banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kata pengantar ini,
kami hanya dapat menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kami ucapkan kepada:
1. Rektor IAIN Parepare atas apresiasinya terhadap peningkatan
kualifikasi tenaga pendidik pada Perguruan Tinggi Agama
Islam (PTAI) melalui program bantuan penerbitan buku ajar
yang diberikan.

iii
2. Dekan Fakultasushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Parepare
yang telah mengarah kan dosen-dosennya agar senantiasa
meningkatkan mutu dosen dalam bidang publikasi ilmiah.
3. Seluruh teman seprofesi, para mahasiswa yang telah
berkontribusi dalam menelusuri dan melengkapi literatur atau
referensi penyusunan buku ajar ini.
Penyusunan dan penerbitan buku ini diharapkan mampu
menambah koleksi referensi baru dan menghadirkan kajian-
kajian baru yang mengikuti perkembangan baru. Dengan
tidak melebarkan uraian kalimat dalam kata pengantar ini,
maka sekali lagi diucapkan terima kasih kepada semuanya
baik yang disebutkan secara langsung maupun tidak langsung
karena berkat jasa-jasa mereka, buku ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk
membalas budi baik mereka selain hanya mendoakan semoga
Allah swt. senantiasa melimpahkan ridha, rahmat dan inayah-
Nya kepada kita semua, Amin....

Parepare, 2 Desember 2021


Penyusun,

Dr. Iskandar S.A.G, M.Sos.I

iv
DAFTAR ISI
BAB I MENGENALI DAKWAH ................................................. 1
A. Pengertian Dakwah Dan Ilmu Dakwah ............................... 1
B. Istilah-Istilah Yang Erat Kaitanya Dengan Dakwah ............ 3
C. Ta’rif Ilmu Dakwah ............................................................ 5
BAB II METODE ILMU DAKWAH ............................................ 8
A. Metode Dakwah Sebagai Objek Penelitian ......................... 9
B. Ilmu Sosiologi Dan Dakwah Aplikasinya Di Masyarakat.. 15
C. Wilayah Penelitian Dakwah.............................................. 19
BAB III Unsur-Unsur Pokok Penelitian....................................... 24
BAB IV PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN
KUALITATIF............................................................................. 31
A. Pendahuluan ..................................................................... 31
B. Syarat Perumusan Masalah ............................................... 32
C. Model Perumusan Masalah ............................................... 33
D. Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah .................................. 34
BAB V ANALISIS S.W.O.T....................................................... 35
A. Sejarah Analisis SWOT .................................................... 35
B. Pengertian Analisis SWOT ............................................... 39
C. Manfaat Analisis SWOT................................................... 43
D. Faktor-Faktor Dalam Analisis SWOT ............................... 44
BAB VI MENENTUKAN KONSEP PENELITIAN ................... 56
A. Review Penelitian ............................................................. 56
B. Kerangka Konseptual ....................................................... 56
BAB VII MENENTUKAN LATAR BELAKANG MASALAH . 61
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 61

v
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 67
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................... 70
BAB VIII MENENTUKAN VARIABEL ................................... 73
A. Mendefinisikan Variabel .................................................. 73
B. Identifikasi Variabel ......................................................... 75
C. Merumuskan Variabel – Variabel ..................................... 76
BAB X HAKIKAT TEORI ......................................................... 80
BAB XI KEGUNAAN PENELITIAN ........................................ 87
BAB XII DIMENSI PENELITIAN DAKWAH .......................... 94
BAB XIV METODE PENELITIAN ......................................... 100
A. Penelitian Historis (Historical Research)......................... 100
B. Metode Penelitia Deskriptif ............................................ 103
C. Metode Survei ................................................................ 119
BAB XV WAWANCARA (INTERVIEW) ............................... 137
A. Pendahuluan ................................................................... 137
B. Pengertian Wawancara ................................................... 138
C. Macam-macam Wawancara ............................................ 139
D. Wawancara dalam Penelitian Kualitatif .......................... 141
E. Keuntungan dan Kelemahan Wawancara/Interview ........ 143
BAB XVI ANGKET DALAM PENELITIAN KUANTITATIF 148
A. Pengertian Angket .......................................................... 148
B. Bentuk-Bentuk Pertanyaan dalam Angket ....................... 150
C. Macam-Macam Angket .................................................. 152
BAB XVII STUDI DOKUMENTASI ....................................... 159
A. PengertianStudi Dokumentasi ......................................... 159
B. Jenis Dokumen dalm Studi Dokumentasi ........................ 160

vi
C. Kelebihan dan Kekurangan Studi Dokumentasi .............. 160
BAB XVIII PENGAMATAN ................................................... 163
A. Pengertian Penelitian dan Observasi ............................... 163
B. Jenis-Jenis Observasi ...................................................... 164
C. Tujuan Observasi............................................................ 166
BAB XVIII POPULASI DAN SAMPEL .................................. 172
A. Pengertian Populasi ........................................................ 172
B. Pengertian Sampel .......................................................... 174
C. Jenis-Jenis Populasi dan Sampling .................................. 178
BAB XX PARADIGMA PENELITIAN ................................... 191
A. Sifat Dasar Paradigma Penelitian .................................... 197
B. KARAKTERISTIK PROSES PENELITIAN.................. 198
BAB XXI SEJARAH DAN PENGEMBANGAN METODOLOGI
PENELITIAN DAKWAH ........................................................ 206
BAB XXII KERANGKA TULISAN ........................................ 214

vii
BAB I
MENGENALI DAKWAH
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu mengenali dakwah dan ilmu dakwah,
mengetahui istilah-istilah yang erat kaitannya dengan
dakwah dan ta’rif ilmu dakwah.

A. PENGERTIAN DAKWAH DAN ILMU DAKWAH


Apa yang terlintas ketika disebut dengan dakwah? Istilah
keagamaan yang paling populer di kalangan kita saat ni adalah
istilah dakwah. Akan tetapi yang sering terjadi istilah Dakwah
diartikan secara sempit oleh kebanyakan orang sehingga dakwah
diidentikkan dengan pengajian, khutbah dan arti-arti sempit
lainnya. Oleh karena itu istilah dakwah perlu dipertegas artinya.
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa istilah
Arab “Da’wah” ‫ داعواه‬dari kata do’a ‫ دعاء‬yad’u ‫ یدعو‬yang berarti
panggilan, ajakan, seruan. Sedangkan menurut istilah, para ulama’
memberikan ta’rif (definisi) yang bermacam-macam antara lain :
 Syech Ali Mahfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin”
mengatakan dakwah adalah: Mendorong manusia untuk
berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama),
menyeru merka pada kebaikan dan mencegah mereka dari
perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan

1
dunia akhirat (Syech Ali Mahfudh/Khadijah Nasution,
1970:17)
 HSM. Nasaruddin Latif dalam bukunya teori dan praktek
Dakwah Islamiyah mendefinisikan dakwah Islamiyah
sebagai : Setiap aktivitas dengan lisan dan tulisan yang
bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya
untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan
garis-garis aqidah dan syariaat serta akhlaq Islamiyah
(HSM. Nasaruddin Latif, tt:31).
 Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam bukunya “beberapa
Catatan Mengenai Dakwah Islam’ mengatakan: Dakwah
adalah seruan kepada semua manusia untuk kembali dan
hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan
penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik (Aboebakar
Atjeh, 1971:6).
 Prof. Toha yahya Oemar, MA. Mengatakan bahwa dakwah
adalah Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada
jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat
(Toha yahya Oemar, 1976:1).
 Drs. H. Masdar Helmi mengatakan bahwa dakwah adalah :
Mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-
ajaran Allah (Islam) termasuk amar ma’ruf nahi munkar
untuk memperoleh kebahagiaan didunia dan di akhirat.

2
Sebenarnya masih banyak lagi ta’rif dakwah yang
dikemukakan oleh oleh para ulama’ yang lain, akan tatapi
beberapa ta’rif diatas sudah dapat memberikan gambaran
pengertian dakwah.
B. ISTILAH-ISTILAH YANG ERAT KAITANNYA DENGAN
DAKWAH
Ada beberapa istilah kegamaan yang sangat erat kaitannya
dengan dakwah, antara lain:
a. Tablig
Artinya menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain.
Sedangkan pelakunya disebut muballigh.“Hai Rasul sampaikan
apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu, dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak
menyampaikan amanah-Nya. Allah memlihara kamu dari
gangguan manusia. Sesunggugnya Allah tidak memberi
petunjuk pada orang-orang kafir”. (Al-Maidah:67)
Dalam ayat lain juga disebutkan bahwa tugas nabi dan da’i
pada umumnya hanyalah tabligh kepada ummatnya, Sedangkan
apakah mereka mengikuti atau tidak bukan urusan nabi atau
da’i.
b. Khutbah
Istilah ini berasal dari “Khataba” yang artinya mengucapkan
atau berpidato, orang yang menyampaikan khotbah disebut
khotib. Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh mengatakan bahwa khotib

3
(khutbah) dakwah atau tabligh yang diucapkan dengan lisan
pada upacara-upacara agama seperti khutbah Jum’at, khutbah
dua rakaat dan rukun tertentu. (Aboebakar Atjeh, 1971 : 6 ).
c. Nasihat
Nasihat adalah menyampaikan perkataan yang baik kepada
seseorang atau beberapa orang untuk memperbaiki sikap dan
tingkah lakunya.
d. Fatwa
Yaitu memberikan uraian atau keterangan agama mengenai
suatu masalah. Biasanya Fatwa itu berkenaan dengan hokum
Islam seperti Fatwa majlis ulama’ tentang hokum KB, tentang
pembudidayaan kodok dan sebagainya.
e. Tabsyir
Yaitu memberikan uraian keagamaan kepada orang lain
yang isinya berupa berita-berita yang menggembirakan orang
yang menerimanya, seperti berita tentang janji-janji Allah dan
surga oarng yang selalu beriman dan bertaqwa.
f. Tandzir
Yaitu menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain yang
isinya berupa berita, peringatan, atau ancaman bagi orang-orang
yang melanggar syari’at Allah dengan harapan orang tersebut
berhenti dari perbuatan terlarang itu.

4
C. TA’RIF ILMU DAKWAH
Pada tahun 1978, para sarjana dari Fakultas Dakwah se-Jawa
yaitu Fakultas Dakwah Surabaya Semarang, Yogyakarta dan
Bandung mengadakan pertemuan untuk membecirakan eksistensi
dan pengembangan ilmu dakwah. Rumusan ta’rif ilmu dakwah
yang meuncul pada pertemuan itu adalah :
1. Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari proses
penyampaian ajaran Islam kepada ummat;
2. Ilmu dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
hubungan antara unsur-unsur dakwah;
3. Ilmu dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala penyampaian agama dan proses keagamaan dalam
segala seginya. Kertas kerja Fakultas (Dakwah, 1978:1)
Sedangkan Prof. Toha Yahya Oemar, MA. memberikan dua
macam definisi ilmu dakwah yaitu definisi secara umum dan
definisi menurut Islam.
Definisi ilmu dakwah secara umum ialah suatu ilmu
pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan
bagaimana seharusnya menarik perhatian manusua untuk
menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat,
pekerjaan tertentu.

5
Soal Latihan:
1. Jelaskan pengertian ilmu dakwah!
2. Sebutkan dan jelaskan istilah-istilah yang erat kaitannya
dengan dakwah!

6
REFERENSI
Al Maududi, Abul A‘La, Tadzkiratud Du’atil Islam, Beberapa
Petunjuk untuk Juru Dakwah, Terj. Aswadi
Alma’rif, Syukur. 1984. Bandung.
Amrullah, Ahmad (ED).1983. Dakwah Islam dan Perubahan
Social. Yogyakarta: Prima Duta
Bakar Aceh, Abu. 1971. Beberapa Catatan Mengenai Dakwah
Islam. Semarang: Ramadlani
Ali Mahfudh, Syekh, Hidayatul Mursyidin, Terj, Khatijah
Nasution, Usaha Penerbitan 3 A 1970
An Nadawy, Abuhasan, Madzakharisal’ Alamu Bin Khithathil
Muslimin, Apa Derita Dunia Bila Islam Mundur, Terj.
Hsubai Ahmad. 1983. Media Dakwah. Jakarta.
Al Maragi. 1987. Tafsir Al Amaragi jilid I terj. Thalib. CV.Rosda:
Bandung.
Arifin HM. 1977. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang.
Arnold W. Thomas. 1981. the Preching of Islam (Sejarah Islam
Dakwah), terj Nawawi. Jakarta: Pambe Wijaya.
Asad, Moh. 1983. Islam Di simpang jalan. Bandung: Pustaka.
M.Munir, 2003. Metode dakwah : Desember 2003 kencana, jakarta
2003 : pustaka pelajar.
Prof.Dr.H.Abudddin Nata, MA. Metodologi studi islam : 18,
februari 2011 PT Raja Grafindo persada, jakarta : pustaka
pelajar.
Prof.Dr.H.Abudddin Nata, MA. Metodologi studi islam :september
2003 Raja Grafindo persada, jakarta : pustaka pelajar.

7
BAB II
METODE ILMU DAKWAH
Tujuan Intruksional:
Mengetahui metode dakwah sebagai objek penelitian,
mengetahui kaitan sosiologi dengan dakwah dan
memahami wilayah penelitian dalam bidang dakwah.
Metode ilmu dakwah adalah adalah cara kerja untuk
memahami objek studi ilmu dakwah. Metode ilmu dakwah,
meliputi metode historis, deskriptif, korelasional, ekperimental, dan
metode aksi. Metode tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Metode historis, yaitu penyelidikan yang
mengaplikasikan metode pemecahan ilmiah dari
perspektif histori suatu masalah
b. Metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan
melukiskan secara sistematis fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan
cermat.
c. Metode korelasional, adalah kelanjutan metode
deskriptif. Metode ini bertujuan mencari hubungan atau
korelasi antara variabel satu dan yang lain.
d. Metode eksperimental, bertujuan untuk memperoleh
data yang konkret tentang pengaruh suatu keadaan
terhadap keadaan yang lain.

8
e. Metode penelitian aksi, bertujuan mengembangkan
keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di
dunia kerja atau dunia aktual yang lain.
A. METODE DAKWAH SEBAGAI OBJEK PENELITIAN
Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari 2 perkataan yaitu mita
melalui dan hodos jalan atau cara dengan demikian kita dapat
diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan sumber yang lain menyebutkan bahwa
metode berasal dari bahasa Jerman yaitu methodica artinya ajaran
tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata
methodos yang artinya dalam bahasa Arab disebut thariq.Apabila
apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah
diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
1) Al- hikmah
Kata hikmah dalam Alquran disebut sebanyak 20 kali baik
dalam bentuk nakiroh maupun makrifat bentuk dasarnya adalah
burgman yang diartikan sebagai makna aslinya adalah mencegah
titik jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kejadian
dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-
hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.

9
M Abduah berpendapat bahwa rumah Hikmah adalah
mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal juga
digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafaz akan tetapi banyak
makna ataupun diartikan mengatakan sesuatu pada tempat atau
semestinya dalam konteks ushul fiqih. Istilah hikmah bahasa ketika
ulama atau usul membicarakan sifat-sifat yang dijadikan illat
hukum dan pada kalangan tarekat hikmah diartikan pengetahuan
tentang rahasia Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Pendekatan dakwah
Mengajak atau Menghakimi
 Penegakan Hukum Islam
Hukum Islam yang mengaruhi diterapkan di muka bumi ini
secara bertahap, bila tidak, Bahkan sebaliknya menurut hukum
Islam dengan tuduhan yang dihina dan membenci Islam, maka
menjadi jelas bahwa orang yang demikian disebabkan oleh
Allah subhanahu wa ta'ala ke dalam kelompok orang-orang
yang kafir, zalim atau fasik.
 Menghakimi dalam Berdakwah
Kita perhatikan bahwa kadang ada aktivitas dakwah yang
mempermalukan punya di hadapan orang banyak contoh
kasusnya saat suatu kali ada sebagian orang yang masuk
masjid kemudian duduk tanpa salat tahiyatul masjid tiba-tiba
ada seorang dai muda yang semestinya mencintai kau
memperhatikan serta menghilangkan keterasingan nya karena

10
ketika dia meninggalkan sunnah seperti ini boleh jadi karena
masih awal dalam mempelajari Islam sehingga ia
mempermalukan orang yang bisa menyenangkan hatinya dan
menghibur keterasingan nya, yang seharusnya dai muda itu
mengatakan kepadanya bangunlah dan salat Dhuha 2 rakaat
tahiyatul masjid, dai muda itu memerintahkan kepadanya
dengan kata-kata keras dan pedas dengan segala keyakinan
bahwa ia telah menyuruh berbuat Ma'ruf.
Kegiatan dakwah sudah ada sejak zaman Rasul. Beliau
berdakwah dengan bertujuan untuk menyeru dan mengajak
umatnya kepada kebenaran yang diridhai Allah swt dan hanya
menyembah kepada Allah swt semata. Setelah Rasulullah saw
wafat dakwah diteruskan oleh sahabat-sahabat nabi (khulafaur
rasyidin) dan kemudian dilanjutkan oleh para pengikutnya,
sehingga aktivitas dakwah menjadi suatu kewajiban bagi umat
manusia sampai sekarang.
1) Kegiatan dakwah diwajibkan kepada semua umat Islam di
manapun ia berada, seperti di lingkungan keluarga, sahabat, serta
masyarakat luas dengan tujuan untuk menyeru dan mengajak
kepada jalan Allah swt. Landasan berdakwah adalah Al-Qur’an dan
nilai-nilai tambahan lainnya seperti hadits dan pendapat ulama.
Tidak semua umat Islam memiliki kapasitas mengakses makna-
makna dalam Al-Qur’an. Cukup logis apabila yang dipanggil untuk

11
berdakwah adalah kalangan umat Islam tertentu yang memiliki
kecakapan untuk berdakwah.
2) Tentunya para da’i harus
berdakwah dengan menggunakan cara-cara atau metode yang
baik serta memilih materi-materi yang sesuai dengan kondisi mad’u
nya agar bisa diterima dengan baik dan dapat dimengerti. Kegiatan
dakwah dilakukan bertujuan untuk mengajakkepadakebaikan, maka
dalam penyampaian dan pelaksanaannya pun harus baik seperti
ketika seorang da’i berdakwah di tengah masyarakat maka harus
menyesuaikandengan lingkungan masyarakat tersebut, seperti
penggunaan bahasa, pemilihan materi dan lain-lain.
Melakukan penelitian tentang kegiatan dakwah di khalayak
umum yaitu di masyarakat. Sebab dalam suatu masyarakat itu
terdiri dari banyak orang yang berkumpul menjadi satu yang
biasanya terikat dalam satu kebudayaan dan tradisi, maka dalam
masyarakat terdapat banyak perbedaan dari setiap kepala baik dari
segi pemahaman dan pemikiran. Untuk itu bukanlah perkara mudah
bagi setiap orang yang mengajak atau menyeru kepada masyarakat
apalagi mengajak kepada kebaikan seperti seorang da’i, karena
seorang da’i harus bisa mengetahui dan membaca kondisi dan
psikologi masyarakat tersebut serta menguasai materi atau
setidaknya tahu tentang ilmu agama.
Penulis mengambil objek penelitian kegiatan dakwah di
masyarakat kelurahan Massulowalie Masyarakat semuanya adalah

12
masyarakat yang beragama Islam dan mayoritas menggunakan
bahasa dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan di masyarakat pun
masih sangat kompak dan masih mengikuti tradisi-tradisi dan
budaya. Seperti ketika perayaan Maulid Nabi masyarakat menghias
bunga dari telur, peringatan Isra Mi’raj dan lain-lain. Letak
kelurahan massulowalie sendiri yaitu masih di daerah
perkampungan, namun juga tidak terlalu jauh dengan akses kota.
Alasan menggunakan melakukan penelitian di sini yaitu untuk
mengetahui bagaimanakah metode dan materi dakwah yang di
gunakan oleh da’i yang berdakwah di masyarakat Gelam dengan
menyesuaikan kondisi masyarakatserta pengaruhnya terhadap
masyarakat.
Menggunakan Pendekatan Kebudayaan (Objek Penelitian)
Dengan demikian kebudayaan adalah hasil daya cipta
manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi
batin yang dimilikinya titik di dalam kebudayaan tersebut terdapat
pengetahuan keyakinan seni moral dan adat istiadat dan sebagainya
kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau
belum ngeprint oleh seorang dalam menjawab berbagai masalah
yang dihadapinya dengan demikian kebudayaan tampil sebagai
Pranata yang secara terus-menerus dipelihara oleh para
pembantunya dan generasi selanjutnya diwarisi kebudayaan
tersebut.

13
Sesuai yang saya teliti bahwa adat istiadat yang dijalannkan
ialah Seperti ketika perayaan Maulid Nabi masyarakat menghias
bunga dari telur, peringatan Isra Mi’raj dan lain-lain Semua
berhubungan dengan tradisi.
Pendekatan sebagai sebuah konsep ilmiah tidaklah sama
artinya dengan kata pendekatan nyata biasa digunakan oleh umum
atau awam. Kalau dalam konsep orang awam atau umum kata
pendekatan diartikan sebagai suatu keadaan atau proses mendekati
sesuatu, untuk supaya dapat berhubungan atau untuk membujuk
sesuatu tersebut melakukan yang diinginkan oleh yang mendekati,
maka dalam konsep ilmiah kata pendekatan diartikan sama dengan
metodologi atau pendekatan metodologi. Pengertian pendekatan
sebagai metodologi adalah sama dengan cara atau sudut pandang
dalam melihat dan memperlakukan yang dipandang atau dikaji.
Sehingga dalam pengertian ini, pendekatan bukan hanya diartikan
sebagai suatu sudut atau cara pandang tetapi juga berbagai metode
yang tercakup dalam sudut dan cara pandang tersebut. Dengan
demikian konsep pendekatan kebudayaan dapat diartikan sebagai
metodologi atau sudut dan cara pandang yang menggunakan
kebudayaan sebagai kacamatanya. Permasalahannya kemudian,
adalah mendefinisikan konsep kebudayaan yang digunakan sebagai
sudut atau cara pandang ini. dapat didefinisikan sebagai
seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan
manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya,

14
mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan manusia
dengan lingkungannya”. Dalam definisi tersebut, agama dilihat
sebagai sebuah doktrin atau teks suci sedangkan hubungan agama
dengan manusia yang meyakininya dan khususnya kegiatan-
kegiatan manusia penganut agama tersebut tidak tercakup dalam
definisi tersebut. Para ahli ilmu-ilmu sosial, khususnya Antropologi
dan Sosiologi, yang perhatian utamanya adalah kebudayaan dan
masyarakat manusia, telah mencoba untuk melihat agama dari
perspektif masing-masing bidang ilmu dan pendekatan-pendekatan
yang mereka gunakan, dalam upaya mereka untuk dapat
memahami hakekat agama dalam kehidupan manusia dan
masyarakatnya.
B. ILMU SOSIOLOGI DAN DAKWAH APLIKASINYA DI
MASYARAKAT
Ada beberapa hal yang senantiasa dilakukan sebagai bentuk
penerapan dakwah di tengah-tengah masyarakat yang merupakan
tuntutan dan dinamika sosial, sebagai berikut:
1. Aplikasi dakwah sebagai
Dakwah merupakan suatu ajakan atau seruan terhadap
seseorang atau sejumlah orang, untuk mengikuti amalan ajaran dan
nilai-nilai Islam. Secara fakta sosial orang beragama itu seperti
menuntut ilmu ada yang tingkatan ilmunya masih minim karena
belajarnya hanya sampai taman kanak-kanak, SD atau MI atau
hanya lulus pemberantasan buta huruf saja, dan ada yang sudah

15
memahami agama karena ditunjang pendidikan formal seperti SMP
(MTS), SMA (MA), S1, S2 dan ada yang sampai S3. Oleh sebab
itu dakwah tidak hanya berlaku untuk mereka yang belum Islam
atau Islamnya yang masih lemah, dakwah juga berlaku bagi yang
tingkat keislamannya sudah tinggi sekalipun.
Dakwah berarti upaya memanggil kembali hati nurani untuk
menghilangkan sifat-sifat buruk dan menggantinya dengan sifat-
sifat yang mulia yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT, di
mana sifat-sifat itu adalah sifat-sifat yang sesuai dengan hati nurani
manusia. Jadi, yang didakwahi adalah siapa saja, termasuk Ustadz,
Kiai, mubaligh, pemimpin dan lain sebagainya. Yang sedang lupa
atau imannya menurun karena kualitas iman seseorang bersifat
fluktuatif (naik turun).
2. Aplikasi Dakwah sebagai Komunikasi.
Dakwah juga dapat dipahami sebagai proses komunikasi
"tabligh" setiap muslim, seperti juga Nabi Muhammad SAW
diperintahkan mengkomunikasikan ajaran Islam. Bentuk
komunikasi yang terjadi secara lisan maupun tulisan atau dapat
terjadi secara individual maupun massal, baik secara personal
(Face to Face) maupun secara modern yang dilakukan para Ustadz,
Kiai, mubaligh lewat Media elektronik dan media cetak.
3. Aplikasi Dakwah sebagai Rahmat Allah
Dakwah sebagai penyebaran Rahmat, cinta kasih pada
sesama manusia bahkan pada sesama makhluk di seluruh alam.

16
Allah menurunkan agama Islam ini sebenarnya merupakan wujud
cinta kasih, rahmat dan rahimnya, agar hidup manusia di dunia baik
dan selamat di akhirat dengan diperintahkan untuk membaca dan
belajar, manusia akan menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, dalam
berdakwah juga harus dilandasi dengan cinta kasih untuk
menyelamatkan manusia. Dengan demikian, dakwah itu tidak lain
merupakan penyebaran Rahmat kepada seluruh alam
4. Aplikasi Dakwah sebagai Pembebasan
Islam mengandung ajaran dan petunjuk tentang bagaimana
membebaskan diri dari belenggu dengan alam, materi, budaya dan
tradisi. Bagaimana membebaskan diri dari kebodohan, melepaskan
diri dari kebekuan berpikir, melepaskan diri dari kemiskinan dan
bagaimana kita bisa melepaskan diri dari kemalasan. Selain
dibebaskan dari belenggu kemusyrikan bangsa Arab juga
dibebaskan dari belenggu tradisi perbudakan yaitu menghilangkan
perbudakan dan menempatkan semua orang dalam kehidupan yang
bebas dan merdeka. Ayat-ayat Makkiyah adalah ayat-ayat
pembebasan yang melepaskan masyarakat pada masa itu dari
berbagai Belenggu kehidupan, menjadi umat yang merdeka Dalam
pengertian yang seluas-luasnya.
5. Aplikasi Dakwah untuk Penyelamatan
Dakwah di sini sebagai penyelamatan manusia di muka bumi
dari berbagai hal yang mungkin timbul atau yang telah terjadi yang
dapat merugikan manusia, orang yang berbuat kesalahan atau dosa

17
sebenarnya sedang mengalami dehumanisasi. Orang yang berbuat
kesalahan atau dosa sebenarnya sedang mengalami degradasi.
Seorang manusia dalam arti sebenarnya kalau ia berkarya
betapapun kecil ia dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan peradaban manusia, Ia juga telah memberikan
kontribusi pada sebuah peradaban, karena ia ikut membersihkan
jalan di mana ia bertugas, sebaliknya orang yang melakukan
tindakan kejahatan ia telah merusak peradaban. Di sisi lain, dakwah
membebaskan manusia dari kebodohan, karena ajaran Islam
menganjurkan agar manusia senantiasa berpikir dan menuntut ilmu.
Dapat dikemukakan bahwa makin tinggi moral dan ilmu suatu
masyarakat maka makin tinggi pula peradaban mereka. Dalam
bahasa al-Quran dikatakan orang yang beriman dan berilmu akan
diangkat derajatnya menjadi lebih tinggi.
6. Aplikasi Dakwah Membangun Peradaban
Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka
bumi yang seharusnya mengikuti konsep dan kebijakan yang
diwakilinya. Manusia seharusnya memiliki Akhlak yang Mulia
seperti akhlak Allah, artinya manusia harus memiliki ilmu sebab
Allah Maha Mengetahui. Oleh karena manusia harus kreatif,
mencintai sesama, pemaaf, berupaya menjadi kaya, adil, dan
seterusnya. Dalam membangun peradaban di muka bumi ini, ada
Beberapa syarat yang harus dipenuhi

18
a. Manusia harus beriman hanya kepada Allah Tuhan Yang
Maha Esa sehingga manusia makhluk yang bebas dari
berbagai macam belenggu kecuali keterlibatan dengan
Allah semata-mata.
b. Untuk membangun peradaban manusia diperlukan ilmu
pengetahuan.
C. WILAYAH PENELITIAN DAKWAH
Penelitian dakwah sebetulnya adalah bagian dari penelitian
agama. Hal demikian karena pada dasarnya perilaku dakwah dapat
disebut sebagai bagian dari perilaku keagamaan (religiousity),
yakni perilaku yang langsung atau tidak langsung bersumber dari
nash agama. Dalam kaitan dakwahbersumber dari teks agama
Islam, maka peneltian dakwah dapat diartikan sebagai penelitian
agama Islam. Sebagaimana penelitian agama pada umumnya,
penelitian dakwah memiliki lima dimensi kajian.
Pertama, dimensi ideologis. Penelitian dalam dimensi ini
difokuskan pada bidang yang terkait dengan perangkat kepercayaan
Islam (beliefs). Ini berarti penelitian ditujukan untuk mencari
pengetahuan tentang Allah, alam dan manusia serta hubungan
diantara mereka. Penelitian ini juga meliputi permasalahan tentang
tujuan manusia dan pengetahuan tentang perangkat tingkah laku
yang dikehendaki oleh agama.

19
Kedua, dimensi intelektual. Penelitan dalam dimensi ini
diarahkan untuk mengetahui tingkat kesadaran intelektual Islam
dan tingkat ketertarikan mereka dalam mengikuti ajakan dakwah.
Ketiga, dimensi eksperiensial. Dalam dimensi ini, penelitian
dakwah mengacu kepada keterlibatan emosional dan sentimental
masyarakat sebagai respon dari kegiatan dakwah. Misalnya
penelitian mengenai perasaan keagamaan dalam tingkat konfirmatif
(merasakan kehadiran Allah), responsif (perasaan bahwa Allah
menjawab kehendak dan keluhannya), eskatik (merasa punya
hubungan dekat dengan Allah) maupun partisipatif (merasa
menjadi kekasih Allah).
Keempat, dimensi ritualistik. Yaitu dimensi penelitian dalam
tataran masalah-masalah mengenai kegiatan ritual islam baik pada
tataran pedoman pokok dan pelaksanaan ritual tersebut sehari-hari.
Kelima, dimensi konsekuensional. Yaitu dimensi penelitian
yang difokuskan pada tataran sosio-faktual mengenai apa saja yang
menjadi implikasi dari materi ajaran islam yang didakwahkan.
Misalnya penelitian mengenai efek dakwah terhadap etos kerja,
hubungan interpersonal, kepedulian sosial dan lain-lain.
Dari kelima dimensi tersebut, secara garis besar wilayah
penelitian dakwah meliputi dua bidang saja, yakni dimensi teoritis
yang mengkaji dakwah sebagai ilmu dan dimensi praktis yang
mengkaji dakwah sebagai kegiatan praktis.

20
Sedangkan dipandang dari sudut aspek normatifitas, wilayah
penelitian dakwah memiliki tiga lingkup. Pertama lingkup normatif
tentang Islam, yang meliputi studi-studi seperti tafsir, hadist, fikih
dan kalam. Kedua lingkup non normatif tentang Islam, yang
meliputi penelitian tentang ekspresi religius kaum muslim yang
faktual. Ketiga lingkup non normatif mengenai aspek kebudayaan
dan masyarakat muslim. Penelitan dakwah dengan pendekatan
sosiologi dalam hal ini dapat diterapkan dalam kategori yang
tersebut terakhir. Di antara ahli juga ada yang membedakan antara
penelitan agama dan penelitian keagamaan. Kategori pertama
memiliki sasaran penelitian agama sebagai doktrin, sedangkan
kategori kedua memiliki sasaran penelitian agama sebagai gejala
sosial. Dalam kaitan penelitian dakwah, kategori kedua adalah
wilayah penelitian dakwah yang dapat dianalisa dengan pendekatan
sosiologi .
Ada lagi yang memandang agama sebagai obyek penelitian
harus dijadikan sebagai fenomena riil betapapun dirasakan abstrak.
Dari sudut pandang ini, maka dapat dibedakan fenomena
keagamaan untuk diteliti, yaitu agama sebagai doktrin, dinamika
dan struktur masyarakat yang dibentuk oleh agama, dan sikap
masyarakat terhadap doktrin. Dalam hal ini, penelitian ditujukan
untuk meninjau agama dalam kehidupan sosial dan dinamika
sejarah.

21
Dalam wilayah penelitian dakwah dengan pendekatan
sosiologi, metode yang digunakan pada dasarnya hanya dua cara
kerja, kualitatif dan kuantitaf. Metode kualitatif dalam pendekatan
sosiologi untuk penelitian dakwah memfokuskan pada data-data
yang tidak akuntabel (tidak bisa dihitung) atau diukur dengan
ukuran-ukuran yang bersifat eksak walaupun data tersebut nyata
ditemukan dalam masyarakat. Metode kualitatif dalam pendekatan
sosiologi berkisar antara metode sosio-historis, komparatif, dan
studi kasus. Metode sosio-historis menggunakan analisis atas
peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Sedangkan metode komparatif digunakan untuk membandingkan
antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya
untuk selanjutnya menuturkan kekhasan atau karakteristik
masyarakat Islam. Studi kasus dalam pendekatan sosiologi
dipergunakan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu
gejala nyata dalam kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan
dakwah.
Soal Latihan:
1. Mengapa metode dakwah bisa dijadikan sebagai objek
penelitian?
2. Apa hubungannya sosiologi dengan dakwah?
3. Jelaskan wilayah penelitian dakwah dan sebutkan contohnya!

22
Referensi
AB, D. S. (2016). Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta:
KENCANA.
Muliono, W. A. (2020). Sosiologi Dakwah. Jakarta: KENCANA.
Said, N. M. (2013). METODE PENELITIAN DAKWAH. Makassar:
Alauddin Press.

23
BAB III
Unsur-Unsur Pokok Penelitian
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami unsur-unsur pokok penelitian
dakwah
Laporan penelitian menyajikan secara keseluruhan proses
penelitian yang telah dilakukan, yang dimaksud unsur-unsur utama
laporan penelitian yaitu:
1. Judul
Judul yang tercantum di cober depan dan halaman awal
laporan penelitian boleh saja mengalami sedikit perubahan
format sebagai pilihan akhir setelah disesuaikan dengan apa
yang ada dan terjadi dilapangan. Judul hendaknya dibuat
singkat dan jelas, mencakup isi focus yang telah diteliti, dan
sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang
bermacam-macam.
2. Abstrak
Di buat sesingkat mungkin dengan uraian tentang fokus
penelitian (masalah dan tujuan), teori yang digunakan dan
temuan-temuan penelitian. Abstrak menggambarkan secara
garis besar dengan tepat keseluruhan isi laporan penelitian.
Abstrak, selain sangat membantu pembaca untuk memahami
dengan cepat hasil penelitian, sekaligus juga (diharapkan)

24
menarik minat dan selera pembaca untuk membaca laporan
penelitian lebih lanjut.
3. Pendahuluan
Di dalamnya memuat tentang latar belakang penelitian,
pokok masalah penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan
penelitian dan manfaat hasil penelitian. Diakhiri dengan bagian
sistematika laporan yang ditulis secara essay.
4. Kerangka Teori dan Tinjauan Kepustakaan
Kerangka teori menjelaskan teori apakah yang digunakan
baik dalam menuntun merumuskan (kembali) masalah
penelitian maupun dalam melakukan analisis dan interpretasi
data. Kerangka teori yang ditulis dalam laporan penelitian bisa
saja tidak lagi sama atau telah diubah dari apa yang sebelumnya
dicantumkan dalam rancangan (proposal penelitian). Perubahan
ini sangat mungkin, karena harus mengikuti apa, mengapa dan
bagaimana sesungguhnya yang terjadi diatas kenyataan empiris.
Jadi teori yang dikedepankan adalah teori yang sudah dianggap
relevan dengan temuan-temuan penelitian.
Sedangkan tinjauan kepustakaan mengacu pada penyajian
laporan penelitian tentang panelitian-penelitian serupa yang ada
sebelumnya. Dalam tinjauan kepustakaan, aspek-aspek yang
perlu dikemukakan adalah temuan-temuan penelitian terdahulu,
metode-metode yang digunakan, analisis-analisis yang sudah
dilakukan, dan mencari aspek-aspek apa dan mana saja dari

25
topik serupa yang belum diperhatikan, kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan logika yang ada dalam penelitian
sebelumnya, serta pendekatan-pendekatan apa saja yang muncul
dari penelitian tersebut.
5. Metode penelitian
Dalam bagian ini dijelaskan paradigma yang digunakan,
apakah paradigma ilmiah (penelitian kuantitatif) atau paradigma
ilamiah (penelitian kualitatif). Kemudian berdasarkan proposisi,
klasifikasi, konsep dan variabel yang ditemukan, peneliti bisa
menentukan strstegi penelitian yang tepat, yang kemudian
diikuti dengan penentuan desain penelitiannya.
6. Temuan-Temuan Penelitian
Apa saja yang berhasil ditemukan dilapangan, baik
menyangkut setting penelitian maupun fenomena sosial yang
menjadi fokus penelitian, harus dipaparkan secara jelas dan
sistematika. Temuan-temuan itu harus berupa fakta yang benar-
benar ada dan mewujud dalam masyarakat dimana penelitian
dilaksanakan.
7. Analisis Temuan-Temuan Penelitian
Temuan-temuan penelitian yang telah disajikan, dianalisis
menggunakan model analisis yang telah dipilih sebelumnya.
Analisis atas temuan-temuan penelitian, pada dasarnya
merupakan sebuah proses penafsiran dan mencari makna.

26
Unsur-unsur lain dalam laporan penelitian ilmiah:
1. Konsep
Definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak; kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian. Melalui konsep, diharapkan akan dapat
menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah
untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya.
2. Proposisi
Hubungan yang logis antara 2 konsep yang bisa disajikan
dalam bentuk kalimat pernyataan. Misalnya proposisi Harris
dan Todaro (Singarimbun, 1989) yang banyak digunakan dalam
studi mobilitas penduduk berbunyi "proses migrasi tenaga kerja
ditentukan oleh perbedaan upah".
3. Teori
Serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antara konsep.
4. Variabel
Hasil dari operasionalisasi konsep agar mempunyai variasi
nilai sehingga konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara
empiris. Misalnya, konsep penduduk dapat dirumuskan dalam
variabel-variabel jenis kelamin, suku bangsa, umur.

27
5. Hipotesis
Pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih
secara eksplisit ataupun implisit yang siap diuji secara empiris
(akan dijelaskan lebih detail pada modul selanjutnya).
6. Definisi operasional
Semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur
suatu variabel. Misalnya, tingkat kecerdasan seseorang
ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari tes kecerdasan.
Hubungan unsur-unsur penelitian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Proposisi

Konsep Konsep

Hipotesis

Variabel Variabel

HipotesisStatistik

Definisi Operasional Definisi Operasional

Unsur-unsur tersebut di atas merupakan pangkat pokok ilmu


pengetahuan, dan merupakan alat penelitian yang diperlukan dalam
melakukan aktivitas. Ada 2 tahap yang harus dilalui dalam
penelitian, yaitu pemahaman teorisasi dan empirisasi. Pada proses

28
teorisasi, adanya pengetahuan tentang konsep, proposisi dan teori
sangat penting, karena diperlukan untuk merumuskan hubungan-
hubungan teorisasi dengan baik. Sedangkan pada tahap empirisasi
pengetahuan tentang variabel, hipotesis dan definisi operasional
diperlukan agar mempunyai gambaran yang jelas mengenai data
yang hendak dikumpulkan.
Berdasarkan gambar di atas pada tahap teorisasi digunakan
konsep dan proposisi untuk menggambarkan fenomena yang
diamati. Selain itu, diperlukan pula teori untuk menerangkan
mengapa satu konsep berhubungan dengan konsep lainnya.
Selanjutnya, harus diidentifikasi variabel penelitian, yaitu aspek
tertentu dari konsep yang dapat diukur, dan merumuskan hipotesis
atas dasar teori dan proposisi yang digunakannya. Hipotesis dan
variabel kadang-kadang masih belum operasional, sehingga perlu
dijabarkan secara lebih spesifik menjadi hipotesis statistik dan
definisi operasional, tahap ini merupakan tahap empirisasi.
Tahap empirisasi ini meliputi identifikasi variabel penelitian,
perumusan hipotesis, penentuan definisi operasional, perumusan
hipotesis statistik, penyusunan instrumen penelitian dan penentuan
sampel penelitian.
Soal Latihan:
1. Uraikan dan beri contoh unsur-unsur penelitian!

29
Referensi:

Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif.


Yogyakarta: UIN-MALIKI PRESS.

Usman, Husaini, dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Metodologi


Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

http://repository.ut.ac.id/4195/1/MMPI5202-M1.pdf

30
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN
KUALITATIF
Tujuan Intruksional:
Mampu merumuskan masalah, mengetahui syarat
perumusan masalah, mengetahui model perumusan
masalah dan prinsip-prinsip perumusan masalah.
A. PENDAHULUAN
Titik tolak penelitian jenis apa pun tidak bersumber pada
masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan.
Kapan akan mulai penelitian, permasalahan harus sudah dimulai
dan harus dirumuskan secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu
karena, seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada
perumusan masalah tersebut. Pada dasarnya penelitian kualitatif
tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi dilakukan
berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya masalah.
Demikian pula dalam alam ini tidak ada masalah hanyalah manusia
itu sendiri yang mempersepsikan adanya masalah itu. Masalah
dalam penelitian bertumpu pada fokus.
Pada dasarnya masalah menurut Lincoln dan Guba
(1985:226) dalam Moleong (2004:93) bersandar pada paradigma
apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu apakah ia sebagai
peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan. Dengan

31
demikian maka ada tiga macam masalah, yaitu masalah untuk
peneliti, evaluasi untuk evaluator, dan pilihan untuk peneliti.
Uraian berikut hanya akan membatasi diri pada masalah
umum sebagai bagian dari penelitian. Masalah adalah lebih dari
pendahuluan. (Dr. Basrowi, M.Pd & Dr. Suwandi, M. Si dalam
Memahami Penelitian Kualitatif).
B. SYARAT PERUMUSAN MASALAH
Setelah diperoleh permasalahan yang berasal dari sumber
tertentu kemudian difomulasikan untuk mendapatkan identitas arah
dan tujuan, schingga tidak akan menimbulkan pertanyaan dalam
berpikir pada arah yang dimaksud.
Dalam merumuskan masalah dapat diperhatikan adanya
beberapa syarat dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti,
daya nalar serta cocok dengan bidang kemampuannya. Persyaratan
yang dimaksud pada umumnya dilakukan dengan memenuhi
kondisi simpel antara lain sebagai berikut :
1. Dirumuskan pertanyaannya
2. Dirumuskan dalam susunan kalimat yang sederhana dan
mengurangi penggunaan istilah belum baku
3. Dirumuskan secara singkat, jelas dan padat, tidak menimbulkan
kerancuan pengertian
4. Perumusan masalah harus mencerminkan keinginan yang ingin
dicari

32
5. Perumusan tidak mempersulit dalam pencarian data lapangan
terutama terhadap data langka
6. Rumusannya dapat dipakai sebagai dasar dalam perumusan
hipotesa,

C. MODEL PERUMUSAN MASALAH


Teknik, khususnya untuk kawasan penelitian kualitatif, dapat
diatasi dengan menelaah, mempelajari, dan memahami model
perumusan masalah, kemudian mengadakan latihan sendiri.
Pastinya, tidak ada keseragaman dalam penyajiannya karena setiap
penulis memiliki perbedaan dalam disiplin ilmu dengan beragam
latar belakang metodologi penelitiannya. Di pihak lain, tujuan suatu
penelitian adalah upaya untuk memecahkan masalah. Dengan
demikian, kelirulah anggapan orang atau peneliti yang
menyamakan dengan penelitian.
Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan
sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada
upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang
berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Jadi, proses tersebut
berupa proses dialektik yang berperan sebagai proposisi
menentukan dan antitesis yang m masalah berdasarkan usaha
sintesis tertentu.

33
D. PRINSIP-PRINSIP PERUMUSAN MASALAH
Prinsip-prinsip masalah yang disajikan di sini pada dasarnya
ditarik dari hasil pengkajian rumusan masalah yang telah dilakukan
seperti diuraikan di bagian sebelumnya. Perlu dikemukakan bahwa
prinsip-prinsip yang disajikan di sini merumuskan sebagai
pegangan bagi para dalam rangka masalah, dan dapat pula
digunakan oleh para sebagai bahan latihan bagi para
mahasiswanya. Prinsip peneliti yang disajikan pada dasarnya
bersifat luwes, artinya dapat-tidaknya digunakan atau sebagian
diserahkan kepada atau diberikan sendiri untuk memanfaatkannya.
Hal ini berkaitan dengan tugas dan fungsi, maka sendirilah yang
akan merumuskan masalah, dan masalah itu sebenarnya berada dan
terletak di latar penelitian, di tengah masyarakat, sekolah, atau di
mana saja tempat peneliti melaksanakan tugas.
Pengajuan prinsip-prinsip perumusan masalah berikut pada
dasarnya diuraikan secara berurutan sebagai berikut: Prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan teori dari-dasar, hubungan masalah
dengan unsur-unsur peneli- tian lainnya, dan segi-segi praktis
dalam hubungan dengan penyusunan masalah.

Soal Latihan:

1. Sebutkan syarat perumusan masalah!.


2. Sebutkan model perumusan masalah!
3. Sebutkan prinsip-prinsip perumusan masalah!

34
BAB V
ANALISIS S.W.O.T.
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu menganalisis sejarah SWOT,
mengetahui pengertian analisis SWOT, mengetahui
manfaat analisis SWOT serta faktor-faktornya.
A. SEJARAH ANALISIS SWOT
Banyak kajian yang menyebutkan bahwa analisis SWOT
sempat diperkenalkan sejak tahun 1920-an. Analisis tersebut
merupakan bagian dari Marvard Policy Model yang dikembangkan
di Harvard Business School. Sayangnya, ketika analisis tersebut
digunakan pertama kali masih terdapat beberapa kelemahan
sehingga analisis tersebut tidak lantas berkembang dan banyak
dikenal orang. Beberapa hal yang menjadikan kelemahan pada saat
itu misainya adalah analisis yang dibuat masih bersifat sangat
deskriptif. Analisis tersebut tidak dilengkapi dengan strategi-
strategi yang bisa dikembangkan dari hasil analisis kekuatan
kelemahan yang telah ditentukan.
Albert Humphrey, merupakan tokoh pertama yang
mengenalkan metode SWOT. Hal itu la lakukan ketika melakukan
penelitian di Stamford University sekitar tahun 1960-1970. la
melakukan analisis pada 500 perusahaan Amerika Serikat yang
sumbernya berasal dari dalam Fortune 500. Latar belakang proyek
tersebut bertujuan untuk mencari tahu mengapa suatu perencanaan

35
bisnis bisa gagal. Penelitian yang juga didanai oleh Fortune 500 ini
tertarik untuk mengetahui solusi apa yang bisa dilakukan sebagai
respons atas kegagalan ini. Tim peneliti yang tergabung dalam
proyek tersebut adalah Marion Dosher, Dr. Otis Benepe, Albert
Humphrey, Robert Stewart, dan Birger Lie. Pada saat itu,
Humphrey memimpin sebuah proyek penelitian yang akhirnya
dikembangkan dengan model Tim Aksi Model (TAM) yang dapat
digunakan oleh para eksekutif dalam melakukan manajemen
perubahan dan pengembangan organisasi. Proyek Humphrey
memiliki konsep stakeholder dan analisis SWOT. Meskipun masih
terdapat beberapa kelemahan, namun model TAM yang
diperkenalkan oleh Humphrey tersebut merupakan salah
satukonsep pendekatan yang banyak digunakan oleh para pakar
analisis di bidang manajemen di seluruh dunia. Banyak orang
menyetujui bahwa asal-usul dari analisis SWOT diperkenalkan
oleh Albert Humphrey S. Humphrey merupakan salah satu pendiri
dari apa yang kita kenal sebagai analisis SWOT ini. Humphrey
meninggal pada tanggal 31 Oktober 2005.
Keberhasilan Humphrey memperkenalkan analisis ini dimulai
dengan munculnya tren perencanaan perusahaan yang tampaknya
muncul pertama di Du Pont sekitar tahun 1949. Hal tersebut
melatarbelakangi merebaknya corporate manager dan 'Asosiasi
Perencana Perusahaan Jangka Panjang' bagi perusahaan yang
masuk di Fortune 500.

36
Trend yang berkembang pada tahun 1960 tersebut ternyata
memberikan hasil bahwa semua perusahaan yang telah menyiapkan
'perencanaan perusahaan dalam bentuk perencanaan jangka
panjang' tidak berjalan, tidak menghasilkan, dan merupakan
investasi yang mahal. Meskipun para pembuat 'perencana jangka
panjang' sangat yakin akan berhasil, namun kendala terbesar
terletak pada kesulitan memperoleh tim manajemen yang setuju
dan berkomitmen untuk melaksanakan program-program yang
telah disusun tersebut.
Pada tahun 1960 seorang praktisi Robert F Stewart dari SRI
di Menlo Park California mencoba untuk mengatasi kesenjangan
yang terjadi tersebut. Robert dipilih untuk memimpin sebuah tim
peneliti yang bertujuan untuk menemukan apa yang tidak beres
dengan perencanaan perusahaan jangka panjang' yang telah disusun
oleh masing-masing perusahaan. Robert juga diminta untuk
mencari solusi atau membuat sistem baru yang dapat meyakinkan
tim manajemen agar setuju dan berkomitmen untuk menjalankan
program-program yang telah disusun oleh para praktisi
pengembangan organisasi.
Penelitian Robert dilakukan selama 9 tahun terhitung sejak
1960 sampai 1969. Penelitian tersebut dilakukan kepada 1.100
perusahaan dan organisasi dengan alat pengumpul data wawancara
dan kuesioner. Kuesioner terdiri dari 250 butir dan disebarkan pada
lebih dari 5.000 karyawan eksekutif yang menjadi responden. Hasil

37
penelitian tersebut mengarah pada kesimpulan bahwa chief
executive (pimpinan perusahaan) harus menjadi kepala perencana,
sedangkan direksi fungsional harus menjadi tim perencanaan.
Penelitian tersebut juga memberikan formula yang disebut dengan
“rantai logika' Formula tersebut merupakan inti dari sistem yang
dirancang untuk memperbaiki kesenjangan untuk memperoleh
kesepakatan dan komitmen yang menjadi kendala dalam proses
perubahan dan pengembangan Organisasi. Rantai logika' tersebut,
yakni :
1. Values (Nilai)
2. Appraise
3. Motivasi
4. Search (pencarian)
5. Select (memilih)
6. Program,
7. Act(Tindakan)
8. Monitor (Memantau)

Meskipun analisis ini terlihat Jebih lengkap, namun masih


terdapat beberapa kelemahan dalam “rantai logika' tersebut.
Mereka menyadari bahwa nilai-nilai yang terbangun dalam tim
tidak mudah untuk diubah. Mereka juga mengalami kesulitan untuk
kembali menetapkan tujuan bagi tim. Hal tersebut mendasari
mereka untuk mengajukan pertanyaan opprarsal sebagai langkah
pertama melakukan rangkaian langkah lainnya. Beberapa
pertanyaan yang digunakan misalnya: Apa yang baik dan buruk
tentang masa sekarang dan masa depan?, Apa yang baik pada saat

38
ini yang memuaskan Isatisfactory) dan yang baik di masa depan
sebagai peluang lopportunity)? Apa yang buruk di masa sekarang
sebagai kesalahan Yoult)? Dan apa yang buruk di masa depan
sebagai ancaman (treat)? Konsep itulah yang disebut dengan
analisis SOFT.
Konsep SOFT tersebut mulai berubah menjadi SWOT ketika
analisis tersebut disampaikan kepada Urick dan Orr pada tahun
1964 dalam sebuah Seminar di 'Perencanaan Jangka Panjang!
Setelah itu, SWOT mulai dipromosikan di Inggris oleh Urick dan
Orr. Pada tahun 1950, Profesor Harvard Business School (HBS)
George Albert Smith Jr dan C Roland Chnstiensen mulai
menggunakan SWOT dalam strategi organisasi dan pemasaran.
Semenjak hari itu, SWOT kemudian dikembangkan oleh HBS
hingga sekarang.
B. PENGERTIAN ANALISIS SWOT
Pada dasarnya. analisis SWOT merupakan akronim atau
singkatan dari Akata yaitu strengths, weaknesses,opportunittes, dan
threats. Analisis SWOT ini merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths). kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu spekulasi bisnis. Beberapa ahli menyebutkan bahwa
analisis SWOT merupakan sebuah instrumen perencanaaan
strategis klasik yang memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik dalam menentukan sebuah strategi.

39
Instrumen ini memudahkan para praktisi untuk menentukan apa
yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh
mereka. Analisis ini bersifat deskriptif dan subjektif. Bisa saja
beberapa orang dalam organisasi memberikan hasil analisis yang
berbeda pada keempat bagian dalam analisis SWOT. Hal ini sangat
wajar terjadi, karena analisis SWOT merupakan sebuah analisis
yang akan memberikan output berupa arahan bukan solusi “ajaib”
dalam sebuah permasalahan. Meskipun arahan tersebut bisa
diartikan sebagai salah satu bentuk solusi, namun pada dasarnya
arahan/rekomendasi yang dihasilkan bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari
peluang yang ada, sekaligus mengurangi kekurangan dan
menghindari ancaman.
Analisis SWOT merupakan suatu Instrumen
pengidentifikasian berbagai faktor yang terbentuk secara sistematis
yang digunakan untuk merumuskan strategi perusahaan.
Pendekatan analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities)
sekaligus dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats). Secara singkat analisis SWOT dapat diterapkan
dengan cara menganalisis dan memilah hal-hal yang memengaruhi
keempat faktornya. Dengan demikian, hasil dari analisis dapat
membentuk perencanaan strategi berdasarkan hasil analisis

40
terhadap faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman).
Faktor-faktor yang ditetapkan kemudian diterapkan dalam
bentuk matriks SWOT, yang mana pengaplikasiannya adalah:
a) Bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang
ada.
b) Bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan
(weakrnesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada.
c) Bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi
ancaman (threats) yang ada.
d) Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang
mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
FUNGSI ANALISIS SWOT
1) Digunakan untuk menganalisis kondisi diri dan lingkungan
pribadi
Analisis SWOT ini dapat mengidentifikasi secara mendalam
bagaimana kondisi diri kita sebagai seorang individu. Sejauh mana
potensi-potensi yang kita miliki sekaligus melihat seperti apa
lingkungan sosial di sekitar kita. Dengan mengetahui seperti apa
lingkungan sosial kita, kita dapat melihat sebaik apa peluang yang
kita miliki dengan bekal potensi yang ada dalam diri kita.

41
2) Digunakan untuk menganalisis kondisi internal lembaga
dan lingkungan eksternal lembaga.
Seperti yang telah kita paharni, analisis SWOT ini telah
banyak digunakan oleh organisasi dan perusahaan sebagai
pendekatan strategi bisnis mereka. Dengan melakukan analisis
SWOT, maka perusahaan dapat mengetahui organisasi atau kondisi
internal dan eksternal mereka. Kondisi internal ini berupa
kekuatankelemahan yang dimiliki oleh organisasi, sedangkan
kondisi eksternal berupa kesempatan-hambatan yang dimiliki
perusahaan tersebut.
3) Digunakan untuk mengetahui sejauh mana diri kita di dalam
lingkungan kita.
Analisis SWOT membantu kita untuk memperoleh gambaran
seperti apa kita dipandang oleh lingkungan di sekitar kita. Sebagai
contoh, Anda adalah pemilik sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang jasa pengiriman barang. Hasil analisis SWOT dapat
memberikan gambaran apakah perusahaan Anda cukup dipandang
oleh pasar atau masih kalah oleh perusahaan serupa yang
memberikan pelayanan yang sama.
4) Digunakan untuk mengetahui posisi sebuah perusahaan/
organisasi di antara perusahaan/organisasi yang lain.
Pengidentifikasian empat faktor yang ada dalam analisis
SWOT membantu perusahaan untuk melihat posisi mereka
dibanding perusahaan yang memiliki pelayanan atau produk

42
serupa. Singkatnya, hasil dari analisis yang H0 teknik analisis swot
ditemukan memudahkan kita melihat kompetitor mana yang berada
di atas perusahaan Anda dan kompetitor mana yang berada di
bawah Anda. Anda dapat melihat posisi perusahaan Anda
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki produk atau
pelayanan jasa yang sama.
5) Digunakan untuk mengetahui kemampuan sebuah perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan para
pesaingnya.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan diri sendiri ataupun
sebuah organisasi dapat membantu kita mengetahui sejauh mana
kita dalam lingkungan kita. Sebagai sebuah organisasi, analisis
SWOT membantu kita untuk mengetahui apakah produk atau jasa
yang kita tawarkan dapat berkompetisi dengan para kompetitor
yang memberikan pelayanan atau produk serupa. Dengan demikian
memudahkan kita untuk menentukan strategi yang baik untuk
merespons para kompetitor yang ada.
C. MANFAAT ANALISIS SWOT
Berikut merupakan penjabaran beberapa manfaat
menggunakan metode analisis SWOT:
1. Analisis SWOT dapat membantu melihat suatu persoalan
dari empat sisi sekaligus yang menjadi dasar sebuah analisis
persolaan, yaitu kekuatan, kelemahan, kesempatan/ peluang,
dan ancaman.

43
2. Analisis SWOT mampu memberikan hasil berupa analisis
yang cukup tajam sehinggga mampu memberikan arahan
ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan
sekaligus menambah keuntungan berdasarkan sisi peluang
yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga
menghindari ancaman.
3. Analisis SWOT dapat membantu kita “membedah”
organisasi dari empat sisi yang dapat menjadi dasar dalam
proses identifikasinya dan dengan analisis ini kita dapat
menemukan sisi-sisi yang terkadang terlupakan atau tidak
terlihat selama ini.
4. Analisis SWOT dapat menjadi instrumen yang cukup
ampuh dalam melakukan analisis strategi, sehingga dapat
menemukan langkah yang tepat dan terbaik sesuai dengan
situasi pada saat itu.
5. Analisis SWOT dapat digunakan untuk membantu
organisasi meminimalisasi kelemahan yang ada serta
menekan munculnya dampak ancaman yang mungkin akan
timbul.
D. FAKTOR-FAKTOR DALAM ANALISIS SWOT
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (Kekuatan)
Strenghts merupakan sebuah kondisi yang menjadi sebuah
kekuatan dalam organisasi. Faktor-faktor kekuatan merupakan

44
suatu kompetensi khusus atau sebuah kompetensi keunggulan yang
terdapat dalam tubuh organisasi itu sendiri. Faktor-faktor kekuatan
tersebut merupakan nilai plus atau keunggulan komparatif dari
sebuah organisasi. Hal tersebut mudah terlihat apabila sebuah
organisasi memiliki hal khusus yang lebih unggul dari pesaing-
pesaingnya serta dapat memuaskan stakeholders maupun
pelanggan.
Bagi sebuah organisasi, mengenali kekuatan dasar organisasi
tersebut merupakan langkah awal atau tonggak menuju organisasi
yang memiliki kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dapat menjadi
langkah besar untuk menuju kemajuan organisasi. Dengan
mengenali aspek- aspek apa saja yang menjadi kekuatan dari
organisasi, maka tugas selanjutnya adalah mempertahankan dan
memperkuat kelebihan yang menjadi kekuatan organisasi tersebut.
Sebagai contoh dari sisi keunggulan, antara lain kekuatan
organisasi yang bergerak di bidang penjualan handphone.
Perusahaan tersebut menjual handphone yang khusus memiliki fitur
underwater. Ponsel yang ia pasarkan mampu bertahan hidup dalam
air dengan tingkat kedalaman 5 meter. Fitur underwater tersebut
merupakan salah satu strength atau kekuatan yang dimiliki oleh
perusahaan handphone tersebut.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses merupakan kondisi atau segala sesuatu hal yang
menjadi kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tubuh

45
organisasi. Pada dasarnya, sebuah kelemahan merupakan suatu hal
yang wajar ada dalam organisasi. Namun yang terpenting adalah
bagaimana organisasi membangun sebuah kebijakan sehingga
dapat meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan
dapat menghilangkan kelemahan yang ada. Bisa juga menjadikan
kelemahan menjadi sebuah sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh
organisasi yang lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam
sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan karyawan yang ada
dalam organisasi, lemahnya kepercayaan konsumen, tidak
sesuainya antara hasil produk dengan kebutuhan konsumen atau
dunia usaha dan industri dan lain-lain. Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi.
3. Opportunities (Peluang)
Peluang merupakan suatu kondisi lingkungan di luar organisasi
yang sifatnya menguntungkan bahkan dapat menjadi senjata untuk
memajukan sebuah perusahaan/ organisasi. Anda dapat mengetahui
halhal eksternal mana yang dapat Anda jadikan peluang dengan
cara membandingkan analisis internal (strengths dan weaknesses)
perusahaan atau organisasi Anda dengan analisis internal dari
kompetitor lain. Beberapa hal yang dapat Anda jadikan peluang
perlu diranking berdasarkan success probability (kemungkinan
berhasil), sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target.
Peluang sendiri dapat

46
Jenis Analisis SWOT
Jenis-jenis analisis SWOT yaitu model kuantitatif dan
model kualitatif.
1) Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara Strengths dan Wcaknesses, serta
Opportumues dan Threats. Kondisi berpasangan ini terjadi
karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang
terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti
setiap satu rumusan Sirengfhs(S), harus selalu memiliki satu
pasangan Weakness(W) dan setiap satu rumusan Opportunities
(O) harus memiliki satu pasangan satu Threaths (VW).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan
dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan
proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan
skor pada masing-masing subkomponen dimana satu
subkomponen dibandingkan dengan subkomponen yang lain
dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal
Subkomponen yang lebih menentukan dalam jalannya
organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaan
dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi
kadar subjektivitas penilaran.

47
2) odel Kualitatif
Urutan dalam membuat analisa SWOT kualirauf, tidak
berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan
besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan
subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada
model kuantitatif setiap subkomponen Strengths memiliki
pasangan subkomponen Weaknesses, dan satu subkomponen
Opportunities memiliki pasangan satu subkomponen Threats,
maka dalam model kualitauf hal ini tidak terjadi.
Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT
Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan
adalah : Memanfaatkan kesempatan dan kekuatan (O dan S).
Analisis ini diharapkan membuahkan rencana jangka panjang.
Atasi atau kurang: ancaman dan kelemahan (T dan W). Analisa ini
lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana
perbaikan (shori-term improrement plan). Tahap awal proses
penetapan strategi adalah menaksir kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi.
Hasil analisa dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada
misi, tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan.
Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya
dan dana yang dimiliki pada saat akan memulai usaha, mengetahui
segala unsur kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan
yang ada. Data yang terkumpul mengenai faktor-faktor internal

48
tersebut merupakan potensi di dalam melaksanakan usaha yang
direncanakan. Dilain pihak perlu diperhatikan faktor-faktor
eksternal yang akan dihadapi yaitu peluang-peluang atau
kesempatan yang ada atau yang diperhatikan akan timbul dan
ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan muncul dan
mempengaruhi usaha yang dilakukan.
1) Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maximaxi)
adalah Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah
memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah
dudenufikasi.
2) Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Minimaxi)
adalah strategi Kesempatan yang dapat didentfikasi tidak
mungkin dimanfaatkan karena kelemahan strategi.
3) Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)
adalah Strategi yang mencoba mencari kekuatan yang
dimiliki strategi yang dapat mengurangi atau menangkal
ancaman tersebut.
4) Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)
merupakan strategi dalam situasi menghadapi ancaman dan
sekaligus kelemahan intern.Strategi yang umumnya
dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut.
Keputusan yang diambil adalah “mencairkan” sumber daya
yang terikat pada situasi yang mengancam tersebut, dan
mengalihkannya pada usaha lain yang lebih cerah.

49
Tahapan Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT
Terdiri dari tahap pengumpulan data, tahap pengumpulan
informasi dan tahap pengambilan keputusan.
1) Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan
pengklasifikasian dan pra-analisis data. Pada tahap ini data
dapat dibcdakan menjadi dua yaitu data ckstcrnal dan data
internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di
luar faktor scdangkan data internal dapat diperoleh dari
dalam itu sendiri. Pada tahap ini digunakan 2 model matriks
pengumpulan data yaitu matriks faktor strategi eksternal
dan matriks faktor strategi internal.
2) Tahap Pengumpulan informasi
Setelah mengumpulkan semua informasi yang
berpengaruh terhadap kelangsungan sekolah, tahap
selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut
dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Ada
beberapa model yang dapat digunakan dalam menyusun
analisis SWOT antara lain adalah pembuatan matrik
SWOT.
3) Tahap Pengambilan keputusan
Tahap pengambilan keputusan, dari analisis data
SWOT yang telah dilakukan, kemudian ditarik suatu

50
kesimpulan. Kesimpulan data hasil analisis SWOT tersebut
mempengaruhi dan menjadi dasar dari pengambilan
keputusan pada akhir tahap.
Tahapan Pengukuran SWOT
Langkah-langkah menentukan tahapan pengukuran SWOT
adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan strategi
pengembangan Pada langkah awal ini adalah menentukan variabel
yang berhubungan dengan strategi, baik variabel yang mendukung,
mengancam maupun yang dibutuhkannya. Variabel adalah sebuah
karakteristik, angka, atau kuantitas yang bertambah atau berkurang
dari waktu ke waktu atau mengambil yang berbeda nila dalam
situasi yang berbeda.
b. Mengklasifikasikan variabel internal atau eksternal dan variabel
yang telah ditentukan pada langkah pertama. Maka di langkah ini
variabel akan diklasifikasikan atau dikelompokkan sesuai dengan
varibel ini berasal. Apakah variabel terscbut datangnya dari dalam,
yang disebut variabel internal. Atau variabel tersebut berasal dari
luar tersebut, yang disebut variabel eksternal. c. Menentukan bobot
tiap variabel Bobot adalah persentase pentingnya suatu vanabel
atau indikator dalam sebuah strategi. Total bobot masing-masing
analisa adalah 100 atau 1. Bobot dapat ditentukan oleh peneliti
yang berdiskusi dalam penentuan bobotnya. d. Menentukan skala
atau rating tiap variabel. Skala adalah penilaian yang diberikan

51
untuk kondisi atau keadaan yang sudah berjalan dalam upaya
pengembangan strategi tersebut.

Kelemahan dan Keterbatasan Analisa SWOT


Analisa SWOT ini sampai saat ini memang masih menjadi
pilihan bagi perusahaan untuk digunakan sebagai alat analisa dasar
perencanaan strategis. Hal ini disebabkan Analisa SWOT memiliki
kecenderungan sangat sederhana dan mudah untuk diterapkan.
Selain itu, analisa SWOT juga mempunyai kemampuan untuk
menggambarkan bagaimana kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan sekaligus juga ancaman dan peluang pasar yang
dihadapi di lingkungan eksternal perusahaan. Dengan memahami
kondisi internal dan ekstemalnya tersebut. diharapkan perusahaan
akan mampu menemukan formulasi strategis yang tepat. Tetapi
analisa SWOT ini juga mempunyai keterbatasan dan kelemahan.
Hal ini disebabkan karena analisa SWOT merupakan pendekatan
konseptual yang sangat luas. Menurut Pearce and Robinson (2007).
keterbatasan analisa SWOT ini adalah :
1) Analisa SWOT dapat terlalu menekankan kekuatan internal
dan mengganggap remeh ancaman eksternal. Para pembuat
strategi harus selalu waspada terhadap strategi yang sudah
ditetapkan berdasarkan kekuatan internal perusahaan. Hal ini
disebabkan karena dampak lingkungan eksternal juga

52
mempunyai kekuatan yang besar untuk mempengaruhi kondisi
perusahaan.
2) Analisa SWOT dapat bersifat statis dan beresiko mengabaikan
kondisi yang berubah. Analisa SWOT merupakan pandangan
yang sesaat mengenai situasi yang berubah atau bergerak.
Kondisi tersebut memunculkan pengertian bahwa analisa yang
digunakan untuk dasar perencanaan strategis harus selalu
waspada terhadap perubahan sekecil apapun baik dari
lingkungan internal maupun eksternal sehingga dapat
dilakukan suatu undakan antisipasi guna tidak kehilangan
kesempatan yang ada.
3) Analisa SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan
atau elemen strategi.
4) Suatu kekuatan tidak selalu menjadi keunggulan kompetitif.
Pada umumnya analisa SWOT hanya mencerminkan
pandangan seseorang atau kelompok. Dengan kata lain, SWOT
mencerminkan keberpihakan dalam menilai tindakan yang telah
ditentukan sebelumnya. Analisa SWOT belum terlalu mampu
untuk digunakan sebagai alat untuk mengenali kemungkinan-
kemungkinan peluang baru maupun menyikapi ancaman yang ada.
Ancaman bagi kelompok yang satu mungkin juga dapat menjadi
kesempatan bagi kelompok yang lain. Pepatah mengatakan bahwa
seseorang yang pesimis adalah orang-orang yang memiliki

53
kesempatan, dan seseorang yang optimis adalah orang yang melihat
kesempatan di dalam suatu kegagalan.
Soal Latihan:

1. Berikan contoh analisis SWOT dengan bantuan berbagai


referensi lain

54
Referensi

Analisis SWOT: Manfaat, Faktor, dan Contohnya. 2021


https://www.jurnal.id/id/blog/2017-manfaat-faktor-yang-
memengaruhi-dan-contoh-analisis-swot/
Fajar Nur Aini DF. 2016. Teknik Analisis SWOT. Yogyakarta :
ANAK HEBAT INDONESIA
M. Afif Salim dan Agus B. Siswanto. 2019. Analisis SWOT
Dengan Metode Kuesioner. Jawa Tengah : CV Pilar
Nusantara.

55
BAB VI
MENENTUKAN KONSEP PENELITIAN
Tujuan Intruksional:
Mampu menentukan konsep penelitian.
A. REVIEW PENELITIAN
Review penelitian merupakan salah satu referensi yang
diambil peneliti. Melihat hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu
yang mana ada dasarnya peneliti mengutip beberapa pendapat yang
dibutuhkan oleh penelitian sebagai pendukung penelitian.
Tentunya dengan melihat hasil karya ilmiah yang memiliki
pembahasan serta tinjauan yang hampir sama.Penelitian ini
termasuk dalam penelitian analisis tekstual dengan pendekatan
studi semiotika dan menggunakan metode kualitatif.
Untuk pengembangan pengetahuan, peneliti akan terlebih
dahulu menelaah penelitian mengenai semiotika. Hal ini perlu
dilakukan karena suatu toeri atau model pengetahuan biasanya akan
dipahami oleh teori dan model yang sebelumnya. Selain itu,telaah
dalam penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran
awal mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian.
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari
masalah yang ingin diteliti.Kerangka konsep ini gunanya untuk

56
menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang
suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka
atau kalau boeh dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan dari
tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel
yang diteliti.
Proses teoritis berkaitan dengan kegiatan dengan kegiatan
untuk menjelaskan masalah dengan teori yang relevan,serta
menyusun kerangka teoritis/kerangka konsep yang digunakan
dalam penelitian.Konsep adalah abstraksi atau gambaran yang
dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian.Konsep tidak
bisa diamati, tidak bisa diukur secara langsung.
Kerangka konsep merupakan susunan kontruksi logika yang
diatur dalam rangka menjelaskan variabel yang diteliti.Dimana
kerangka ini dirumuskan untuk menjelaskan konstruksi aliran
logika untuk mengkaji secara sistematis kenyataan
empirik.Kerangka pemikiran/kerangka konseptual ini ditujukan
untuk memperjelas variabel yang diteliti sehingga elemen
pengukurannya dapat dirinci secara kongkrit.
Adapun peranan teori dalam kerangka pemikiran yakni
sebagai berikut:
a) Sebagai orientasi dari masalah yang diteliti.

57
b) Sebagai konseptualisasi dan klasifikasi yang memberikan
petunjuk tentang kejelasan konsep,fenomena dan variabel
atas dasar pengelompokan tertentu.
c) Sebagai generalisasi teori memberikan rangkuman terhadap
generalisasi emperik dan antar hubungan dari berbagai
proposisi yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu baik
yang akan diuji maupun yang telah diterima.
d) Sebagai peramal fakta; teori dapat melakukan peramalan
dengan membuat ekstrapolasi dari yang sudah diketahui
terhadap yang belum diketahui.Oleh karena itu,peneliti
harus “konsisten” dalam memakainya.
Dari uraian pengertian tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan beberapa pengertian dan peranan dari kerangka
konseptual dalam suatu penelitian adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan.
Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran
dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan
diteliti. Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk proses dari
keseluruhan dari proses penelitian dimana kerangka konseptual
harus menerengkan:
a. Mengapa penelitian digunakan ?
b. Bagaimana proses penelitian dilakukan ?

58
c. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut ?
d. Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?

Pada intinya hasil penelitian yang diperoleh seharusnya


bermanfaat bagi banyak kalangan masyarakat,sehingga penelitian
itu tidak dianggap sia-sia.Kerangka konseptual dalam suatu
penelitian perlu dikemukakan apabila peneliti berkenaan dengan
dua variabel atau lebih.Apabila penelitian hanya membahas sebuah
variabel atau lebih secara mandiri,maka perlu dilakukan deskripsi
teoritas masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap
variasi besarnya variabel yang diteliti.
Soal Latihan:
1. Temukan satu penelitian kemudian review dalam bentuk
tulisan!

59
Referensi

Dodiet AdityaS, SKM.Jurnal Konsep Dasar Penelitian Ilmiah PDF

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik

Penyusunan

Skripsi. Jakarta, Rineka Cipta.

Hartono. Jurnal Metodologi Penelitian Bisnis PDF

60
BAB VII
MENENTUKAN LATAR BELAKANG MASALAH
Tujuan Intruksional
Mahasiswa mampu membuat latar belakang masalah,
mengidentifikasi masalah dan membuat pembatasan dan
perumusan masalah.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang masalah, peneliti harus menceritakan
hal-hal yang melatarbelakangin mengapa peneliti memilih judul
tersebut. Peneliti dalam latar belakang masalah ini seolah-olah
sebagai seorang mata-mata yang sedang mengamati situasi
lingkungan tempat kejadian perkara. Untuk memunculkan alasan-
alasan memilih judul buku tersebut, peneliti dapat mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi belum efektif
pelaksanaanya. Hal ini yang disebut latar belakang yuridis.
Kutipan-kutipan yang bersifat yuridis, seperti UUD, UU, PP,
Permen, Pedoman, Panduan lebih tepat dituliskan di latar belakang.
Kutipan yuridis tidak konsisten dituliskan di kajian teoritis karena
judulnya landasan teoritis bukan landasan yuridis.
Latar belakang masalah dapat pula mengacu pada krisis
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan,
dan lain-lain. Latar belakang ditutup dengan kalimat kunci yang
menekankan pentingnya masalah tersebut untuk segera diteliti dan
dampak negatifnya jika tidak diteliti. Latar belakang masalah

61
mencerminkan tingginya penguasaan peneliti terhadap
permasalahan di bidang yang diteliti.
Latar belakang yang baik selalu mengandung kenyataan saat
ini di lapangan (das sein) dan harapan penelitian (das sollen).
Kesenjangan antara kenyataan dan harapan disebut masalah yang
perlu diselesaikan. Masalah yang lebih dari satu disebut kumpulan
masalah, permasalahan, atau identifikasi masalah. Jadi, identifikasi
masalah berisikan masalah-masalah (minimal dua masalah) yang
didapat dari latar belakang masalah. Oleh sebab itu, pada subbab
identifikasi masalah selalu ada kalimat pembuka,
Masalah pada latar belakang dapat bersifat umum kemudian
dijabarkan menjadi identifikasi masalah dan dapat pula bersifat
khusus, misalnya masalah 1 menjadi identifikasi masalah 1 dan
seterusnya. Ironisnya, masih banyak peneliti yang menuliskan
identifikasi tanpa ada hubungannya dengan latar belakang masalah.
Identifikasi masalah muncul secara tiba-tiba menurut selera
peneliti. Akibatnya, ketika pembaca atau penguji menanyakan latar
belakang masalah untuk identifikasi masalah nomor satu, misalnya,
peneliti tidak mampu menunjukkan kaitan identifikasi masalah
nomor 1 dengan latar belakang masalah.
Pada latar belakang disajikan pula data primer, mutakhir,
kesenjagan, dan menutup kesenjangan tersebut sebagai janji
kontribusi penelitian ini bagi perkembangan ilmu. Kajian pustaka
primer artinya mengutip dari buku aslinya, bukan mengutip dari

62
pengarang yang mengutip buku aslinya. Misalnya, Stringer (2014)
dalam Husaini Usman (2015) tidak dianjurkan karena mungkin saja
Husaini Usman salah kutip atau salah menerjemahkan pendapat
Stringer tersebut. Akibatnya, peneliti mengutip kutipan yang salah.
Latar belakang juga berisikan hasil penelitian terdahulu yang
relevan. Dibahas kelebihan dan kelemahannya, kemudian peneliti
untuk menutup kelemahan penelitian terdahulu karena penelitian
tidak dimulai dari nol, tetapi melanjutkan penelitian orang lain
yang belum tuntas. Oleh karena itu, istilah research berasal dari re
artinya kembali dan search berarti mencari atau meneliti. Jadi,
research berarti mencari atau meneliti kembali. Untuk maksud
tersebut, dalam latar belakang sebaiknya ada hasil penelitian
terdahulu sebanyak satu atau lebih yang dikutip untuk diteliti
kembali. Sebagian penelitian terdahulu untuk Bab II. Kemutakhiran
penelitian terdahulu atau buku dapat mengandung perdebatan
karena banyak buku-buku terbitan (lebih dari delapan tahun) yang
masih dikutip karena masih relevan.
Dalam sebuah penulisan, baik itu penulisan makalah, paper,
skripsi, tesis, disertasi dan lain sebagainya, ‘Pendahuluan’ adalah
bagian di dalamnya terdapat latar belakang penelitian. Latar
belakang yang baik dan benar dapat membuat pembaca tertarik
terhadap laporan penelitian yang dibuat. Latar belakang harus
dimulai dengan mendefinisikan topik. Penting mengidentifikasi

63
topik mana yang perlu ditinjau dan apa yang sudah diketahui
pembaca tentang topik tersebut.
Latar belakang masalah merupakan informasi yang tersusun
sistematis berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik
yang menarik untuk diteliti. Masalah terjadi saat harapan ideal akan
sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi. Tidak semua
masalah adalah fenomena dan menarik. Masalah yang fenomenal
adalah saat menjadi perhatian banyak orang dan dibicarakan di
berbagai kalangan di masyarakat.
Latar belakang juga dimaksudkan untuk menjelaskan alasan
mengapa masalah dalam penelitian ingin diteliti.Pentingnya
permasalahan dan pendekatan yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut baik dari sisi teoritis dan praktis.
Disebut juga merupakan gambaran yang jelas mengenai pemikiran
ilmiah, dengan cara mengemukakan masalah dan menghadapkan
pada beberapa pustaka yang relevan yang dapat menuntun pembaca
menuju kepada pemikiran logis.
Latar belakang masalah bertujuan memberikan ilustrasi
tentang kedudukan masalah yang akan diteliti dalam konteks
permasalahan yang lebih luas. Dalam latar belakang masalah ini
tergambar dengan jelas kedudukan dan hubungan antara masalah
yang diteliti dengan masalah-masalah yang lainnya dalam bidang
yang sama. Hal itu bukan hanya akan memperjelas kedudukan
masalah tetapi juga akan menunjukkan urgensinya. Dengan

64
demikian akan terlihat bahwa perlunya penelitian tentang masalah
tersebut akan sesuatu yang dicari-cari tetapi betul-betul bertolak
dari kenyataan. Ada baiknya kalau dalam uraian tersebut
dikemukakan data-data yang menunjukkan bukti tentang adanya
masalah tersebut.
Jika kita bertolak dari masalah “rendahnya kualitas hasil
pendidikan”, maka uraian tentang latar belakang dapat dimulai dari
masalah kualitas pendidikan. Di dalamnya akan digambarkan
kedudukan kualitas hasil pendidikan dalam konteks masalah
kualitas pendidikan, serta hubungannya dengan masalah rendahnya
kualitas proses, rendahnya kondisi sarana dan prasarana pendidikan
tersebut, dan sebagainya. Apabila yang menjadi titik tolak adalah
rendahnya mutu atau kualitas pendidikan, maka uraian tentang latar
belakang masalah dapat dimulai dari sistem pendidikan atau lebih
luas lagi dari kualitas manusia.
Dalam latar belakang masalah ini dapat juga dijelaskan
manfaat atau kegunaan dari penelitian. Kegunaan ini bisa
mengukur pengembangan atau penguatan sesuatu teori ataupun
perbaikan atau penyempurnaan sesuatu kondisi kehidupan praktis,
pelaksanaan program dan lain-lain. Uraian tentang latar belakang
masalah dapat disusun setelah perumusan dan pembatasan masalah
tersebut. Apabila peneliti telah memiliki konsep dan gambaran
yang jelas tentang permasalahannya agak awal, maka uraian

65
tentang latar belakang dapat disusun sebelum merumuskan dan
membatasi masalah.
Para penulis Barat, baik Belanda, Jerman, maupun Inggris
dan juga para penulis Indonesia (termasuk penulis Batak) sering
mengemukakan terjadinya konflik yang muncul di antara orang
Batak. Dalam tulisan-tulisannya, mereka mengatakan bahwa orang
Batak sering sekali berselisih paham, bertengkar, bahkan berperang
satu sama lain.
Dengan memperhatikan secara lebih saksama kasus-kasus
konflik yang diajukan oleh para penulis tersebut di atas, timbul
kesan bahwa penyebab dari konflik Batak Toba tersebut ialah
tanah, batas desa, perkawinan, penghinaan, adat yang tidak
sederhana, pandangan ideology, dan lain-lain.
Konflik di kalangan keluarga luas bersumber soal
perkawinan, tanah warisan, utang-piutang dan kehormatan. Konflik
dapat meluas menjadi konflik satu marga atau antardesa karena
keterikatan kepada struktur sosial mereka, bahkan dapat meluas
kepada perpecahan gereja (agama) karena di antara mereka yang
terlibat konflik tersebut sukar untuk rukun kembali. Akibatnya,
mereka kemudian mendirikan gerejanya sendiri, baik dalam bentuk
organisasi gereja sendiri, maupun tetap dalam organisasi gereja
yang lama.
Konflik tentu ada di tiap masyarakat, baik masyarakat yang
berwujud komunitas, golongan sosial, maupun suku bangsa.

66
Namun, ada kesan bahwa pada suku banga Batak dalam hal ini
Baak Toba, frekuensi konflik itu sedemikian tinggi sehingga timbul
pertanyaan apakah konflik itu merupakan cirri khas dari
kebudayaan orang Batak khususnya orang Batak Toba. Masalah itu
yang ingin kami teliti untuk sebuah disertai.
B. Identifikasi Masalah
Dalam konstelasi yang bersifat situasional inilah peneliti
dapat mengidentifikasikan objek yang menjadi masalah.
Identifikasi masalah ialah suatu tahap permulaan dari penguasaan
masalah di mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat
peneliti kenali sebagai suatu masalah.
Identifikasi masalah bertujuan agar kita maupun membaca
mendapatkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul
penelitian. Dalam praktiknya, kita sering menghadapi kesulitan
dalam mengidentifikasi masalah. Hal ini disebabkan dua
kemiskinan yang kita miliki selama ini, yaitu kemiskinan materiil
dan kemiskinan metodologis. Kemiskinan materiil menyangkut,
“Apa yang akan menjadi masalah?” Sedangkan kemiskinan
metodologis menyangkut, “Bagaimana memecahkan masalah?”
Untuk mengatasi kedua hal tersebut, maka jadilah spesialis;
bersikap kritis dalam membaca, mendengar, dan berpikir;
ungkapan kembali gagasan-gagasan dari peneliian-penelitian
mutakhir.

67
Sebagai spesialis di bidang tertentu membuat seseorang
berkesempatan untuk meneliti secara rinci masalah-masalah yang
belum terpecahkan. Seseorang yang bersikap kritis dalam
membaca, mendengar, dan berfikir menjadikan dirinya kaya
dengan masalah-masalah yang belum terpecahkan. Seseorang yang
senang mengungkapkan gagasan hasil penelitian mutakhir melalui
observasi, diskusi, dan tulisan membuat dirinya mendapatkan
berbagai masalah yang belum terselesaikan.
Pada kalimat pembuka identifikasi masalah, biasanya peneliti
menulis kalimat sebagai berikut.“Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka identifikasi masalah penelitian adalah
sebagai berikut.”
Masalah sebaiknya dalam kalimat tanya karena akan dijawab
oleh simpulannya. Masalah untuk pendekatan kuantitatif sebaiknya
dimulai dengan kata Apakah atau Berapa, sedangkan untuk
pendekatan kualitatif dimulai dengan kata, Bagaimana atau
Mengapa.
Contoh identifikasi masalah yang ada hubungannya dengan
latar belakang masalah.
1. Apakah ada hubungan siginifikan antara kepemimpinan
pembelajaran kepala sekolah dengan hasil belajar siswa di
SMK…? (untuk kuantitatif)
2. Bagaimana kepemimpinan pembelajaran Kepala SMK…
saat ini? (untuk kualitatif)

68
Dalam kenyataannya, masih banyak hasil penelitian yang
setelah dibaca ternyata identifikasi masalah tidak terkait dengan
latar belakang masalah karena ditulis secara tiba-tiba oleh peneliti
sesuai seleranya. Akibatnya, tidak konsisten dengan kalimat
pembuka identifikasi masalah. Jadi, kesalahan pertama peneliti
adalah tidak cocoknya antara latar belakang dengan judul.
Kesalahan kedua, tidak cocoknya identifikasi masalah dengan latar
belakang.
Di dalam bidang dan kegiatan apapun manusia selalu
berhadapan dengan berbagai masalah. Ada yang besar ada yang
kecil, yang sukar dan yang mudah dipecahkan. Masalah-masalah
tersebut berupa suatu kondisi atau keadaan yang mengancam,
mengganggu, menghambat, menyulitkan, yang menunjukkan
adanya kesenjagan dengan apa yang diharapkan. Tidak semua
kondisi seperti itu perlu diteliti. Hal-hal yang sudah jelas dan
kurang sekali manfaatnya tidak perlu dikaji melalui suatu prosedur
peneltian. Masalah-masalah yang perlu ditelaah melalui penelitian,
hanya yang berisi teka-teki, sesuatu yang belum bisa dijawab
dengan tegas dan sesuatu yang hasilnya punya kegunaan.
Pemilihan suatu masalah yang akan diteliti juga hendaknya
mempertimbangkan kemampuan penelitiannya, terutama kesesuain
dengan bidang keahlianya. Kemampuan lain juga perlu
dipertimbangkan seperti biaya, alat dan waktu. Penelitian
membutuhkan landasan-landasan teoritis yang kuat, tersedianya

69
buku-buku sumber yang sesuai, juga hendaknya menjadi bahan
pertimbangan dalam pemilihan masalah.
C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Pembatasan masalah ialah usaha untuk menetapkan batasan
dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini
berguna untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk
dalam ruang lingkup masalah penelitian, dan faktor mana yang
tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian.
Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara
umum dan tersurat yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan penelitian (kualitatif). Perumusan masalah adalah
simpulan dari pertanyaan penelitian. Dengan kata lain, pertanyaan
penelitian adalah penjabaran dari rumusan masalah. Perumusan
masalah yang baik berarti telah menjawab setengah pertayaan
(masalah). Masalah yang telah dirumuskan dengan baik bukan saja
membantu memusatkan pikiran, tetapi juga sekaligus mengarahkan
cara berpikir penelitian.
Tujuan utama penelitian ilmiah adalah (pendekatan
kuantitatif) untuk mencari hubungan atau membedakan dua
variabel atau lebih secara konsepsional. Oleh karena itu, perumusan
masalah sebaiknya dikaitkan dengan tujuan tersebut. Secara
terminologi, sebaiknya kita menggunakan kata-kata perbedaan atau
hubungan, bukan dengan kata-kata lainnya, misalnya korelasi.
Karena korelasi adalah terminologi statistika.

70
Dalam praktik sering dijumpai, peneliti telah mengajukan
latar belakang dan identifikasi masalah yang mendalam serta
didukung oleh konsepsi teoritis yang relevan, namun gagal
menyimpulkan inti masalah yang tercermin di dalam perumusan
masalahnya. Oleh karena itu, perumusan masalah harus
mendapatkan perhatian yang sebaik-baiknya.
Masalah yang kita hadapi dan ingin kita pecahkan mungkin
sangat luas, tetapi mungkin juga cukup sempit. Contoh dari
masalah yang luas : rendahnya mutu pendidikan, belum meratanya
pendidkan, masih tingginya angka kemiskinan, meningkatnya
angka kejahatan dan lain-lain. Contoh dari masalah yang sempit:
rendahnya minat belajar siswa, meningkatnya pelanggaran disiplin
belajar, ketidakpatuhan akan rambu-rambu lalu lintas, masih
rendahnya pemahaman tentang perlunya MCK, dan lain-lain.
Latihan Soal:
1. Buatlah latar belakang masalah dengan mengidentifikasi
masalah dan melakukan perumusan masalah!

71
Referensi:
Usman, H dan Purnomo Setiady Akbar. 2017. Metodologi
Penelitian Sosial Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara.
Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Sosrodihardjo. 2014.
Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Syafnidawaty. 2020. Latar Belakang Masalah,
https://raharja.ac.id/2020/10/ 16/latar-belakang-masalah-
2/, diakses pada 12 November 2021 pukul 23:09

72
BAB VIII
MENENTUKAN VARIABEL
Tujuan Intruksional
Mahasiswa mampu mendefinisikan variabel,
mengidentifikasi variabel dan merumuskan variabel.
A. MENDEFINISIKAN VARIABEL
Dalam menentukan variabel disebutkan bahwa dalam
mengambil keputusan kesimpulan-kesimpulan teoritis sebagai hasil
akhir penelahan penelitian. Istilah variabel dapat diartikan
bermacam-macam variabel diartikan dalam segala sesuatu yang
akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan
variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
a. Mengklarifikasikan variabel
Variabel-variabel yang telah didefinisikan perlu
diklarifikasikan sesuai dengan jenis dan peranannya. Dalam
penelitian, klarifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat
pengambilan data apa yang akan digunakan dan metode
analisis mana yang akan dianalisiskan untuk diterapkan.
Berkaitan dengan proses kuantifikasi, data digolongkan
menjadi empat jenis, yaitu (a) data nominal, (b) data ordinal
(c) data interval (d) data ratio. Demikianlah pula variabel,
kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang
sama.

73
(a) Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan
berdasar asas proses penggolongan, variabel ini bersifat
deskrit dan saling pilah (mutually exclusive) antara
kategori yang satu dan kategori yang lain, contoh : jenis
kelamin, status perkawainan, dan jenis pekerjaan.
(b) Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun
berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang
tertinggi ditentukan biasanya diberi angka 1, jenjang di
bawahnya di beri angka 2, lalu dibawahnya di beri
angka 3, dan dibawahnya lagi diberi angka 4 dan
seterusnya. Contoh : hasil perlombaan inovatif,
produktif di antar para mahasiswa, ranking mahasiswa
dalam mata kuliah, ranking dalam suatu perlombaan
mengarang, dan sebagainya.
(c) Variabel interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari
pengukuran yang di dalamnya dihasilkan dari
pengukuran yang didalam pengukuran itu diasumsikan
terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama, contoh :
variabel interval misalnya prestasi pelajar sikap
terhadap suatu program, dinyatakan dalam skor, hasil
dan sebagainya.
(d) Variabel ratio, adalah varibael yang didalamnya
kuantifikasi mempunyai nol mutlak. Di dalam
penelitian, terlebih lebih dalam penelitian di bidang

74
bidang ilmu sosial, orang jarang menggunakan variabel
ratio.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Menurut fungsinya, didalam penelitian orang sering
membedakan antara variabel tergantung satu pihak dan variabel
bebas, kendali moderator, dan rambung di lain pihak. Pembedaan
ini didasarkan atas pola pemikiran hubungan sebab akibat. Variabel
tergantung dipikirkan sebagai akibat, yang keadaannya akan
tergantung dipikirkan kepada variabel bebas, variabel moderator,
variabel kendali, variabel rambang. Hubungan antara kedua
variabel itu terdapat dalam diri subjek penelitian, seringkali sebagai
proses. Secara bagan saling berhubungan.
Dalam mengklarifikasi variabel menurut peranannya dalam
penelitian itu biasanya orang mulai dengan mengidentifikasikan
variabel tergantung nya. Hal yang demikian itu terjadi karena
variabel tergantung itulah yang menjadi titik pusat persoalan dan
karena itu tidak mengherakan kalau sering pula disebut pula
kriterium. Misalnya usaha pendidikan pokok persoalannya hasil
belajar, usaha pertanian pokok persoalannya produksi pangan,
usaha pengobatan pokok persoalannya produksi taraf kesembuhan,
dan sebagainya. Keadaan variabel itu terganntung kepada banyak
sekali variabel lain.

75
Satu atau lebih variabel-variabel yang lain itu mungkin
dipilih sebagai variabel yang sengaja (menurut rencana) dipelajari
pengaruhnya terhadap variabel tergantung inilah variabel bebas.
Misalnya variabel tergantung prestasi belajar, variabel bebasnya
dalam metode mengajar atau taraf kecerdasan. Di samping metode
mengajar dan taraf kecerdasan masih banyak variabel yang juga
berpengaruh terhdap prestasi belajar, jenis kelamin misalnya, juga
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Kalau peneliti juga
memperhatikan jenis kelamin pengaruh jenis kelamin, itu terhadap
prestasi belajar walaupun hal itu tidak diutamakan. Maka dalam
contoh ini jenis kelamin berperanan sebagai variabel moderator.
Sering orang sukar membedakan mana yang variabel
tergantung dan mana yang variabel bebas mana yang variabel
kontrol, dan mana yang variabel rambang. Mana yang variabel
bebas dan mana yang variabel moderator, namum dengan latihan
dan pengalaman yang cukup keterampilan ini akan dikembangkan.
C. MERUMUSKAN VARIABEL – VARIABEL
Cara Menentukan Variabel Penelitian Skripsi
Ada beberapa langkah yang bisa Anda coba untuk
menentukan variabel penelitian yang tepat. Adapun cara
menentukan variabel penelitian untuk skripsi yaitu sebagai berikut:
1. Tentukan Masalah Utama Penelitian
Sebelum memutuskan variabel penelitian, Anda harus
memahami terlebih dahulu masalah penelitian yang akan Anda

76
angkat ke dalam skripsi. Perlu diingat bahwa masalah penelitian
merupakan gap antara teori/harapan dengan fakta/kenyataan yang
ada.Deskripsikan secara sederhana rumusan masalah penelitian
Anda, lalu jelaskan secara detail apa yang terjadi dan bagaimana
seharusnya tindakan diambil. Pastikan Anda memakai bahasa yang
efektif dan dan tidak berputar-putar.
2. Tentukan Faktor Permasalahan.
Setelah mendeskripsikan permasalahan, cara menentukan
variabel penelitian berikutnya yang perlu Anda lakukan yaitu
mengidentifikasi faktor permasalahan dan apa saja yang terdampak
karenanya. Untuk sementara, Anda dapat menyebut bahwa semua
faktor tersebut merupakan variabel bebas dan semua dampak
sebagai variabel terikat.
3. Baca Penelitian Terdahulu
Agar skripsi yang Anda kerjakan tidak hanya dikerjakan
sebatas penggugur kewajiban semata, penting sekali untuk
membuat penelitian yang benar-benar dapat membongkar akar
permasalahan yang ada. Oleh karena itu, Anda bisa memperbanyak
referensi penelitian untuk memperoleh gambaran jelas bagaimana
seharusnya membuat penelitian yang berkualitas.
Selain membaca penelitian terdahulu, Anda juga bisa
membaca buku-buku teori yang sesuai dengan skripsi Anda.
Semakin banyak bahan referensi yang dibaca, maka semakin
mudah pula dalam menentukan variabel penelitian.

77
Soal Latihan:
1. Carilah contoh yang dimaksud dengan variabel!

78
Referensi

Drs. Sumadi Suryabrata MA., Ed.S., Ph.D. 2018. Metodologi


Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.
Prof. Dr Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Bandung
: Alfabedta.
Soedjito Sosrodihardjo dan Bungaran Antonius Simanjuntak. 2014.
Metode Penelitian Sosial ( edisi revisi ). Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
V. Wiratna Sujarweni, S. 2018. Metodologi Penelitian. In
Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

79
BAB X
HAKIKAT TEORI
Tujuan Intruksional
Mahasiswa mampu mengetahui hakikat teori.
Secara umum Teori diartikan sebagai pendapat. Sedangkan
dalam pengertian khusus, Teori hanya digunakan dalam lingkungan
ilmu atau biasa disebut teori ilmiah. Dalam pengertian khusus ini,
Kerlinger (1973:9) menyatakan bahwa: “A theory is a set
ofinterrelated constructs (concepts), definitions, and propositions
that present a systematic view of phenomena by specifying
relations among variables, with the purpose of explaning and
predicting the phenomena”. Di dalam definisi ini terkandung tiga
konsep penting.
1. Suatu teori adalah satu set proposisi yang terdiri atas konsep-
konsep yang berhubungan.
2. Teori memperlihatkan hubungan antarvariabel atau antar
konsep yang menyajikan suatu pandangan yang sistematik
tentang fenomena.
3. Teori haruslah menjelaskan variabelnya dan bagaimana
variabel itu berhubungan.
Dengan demikian, teori dianggap sebagai sarana pokok untuk
menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun
natura yang ingin diteliti dan juga merupakan alat dari ilmu

80
(toolofscience). Di lain pihak, teori juga merupakan alat penolong
teori. Sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai :
a. Teori sebagai orientasi utama dari ilmu,
b. Teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi,
c. Teori meringkas fakta,
d. Teori memprediksi fakta-fakta, dan
e. Teori memperjelas celah kosong.
Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan
juga dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa
teori, penemuan tersebut akan merupakan keterangan-keterangan
empiris yang berpencar. Makin banyak penelitian yang dituntun
oleh teori, maka makin banyak pula kontribusi penelitian yang
secara langsung dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. 1
Sementara itu, Ismaun (2001:32) mengemukakan bahwa teori
adalah pernyataan yang berisi kesimpulan tentang adanya
keteraturan subtantif. Menemukan keteraturan itulah tugas
ilmuwan, dan dengan kemampuan kreatif rekayasanya, ilmuwan
dapat membangun keteraturan rekayasa. Keteraturan rekayasa ini
dapat dibedakan dalam tiga keteraturan, yaitu :
1. Keteraturan Alam
Alam semesta ini memiliki keteraturan yang determinate.
Ilmu-ilmu kealaman biasa disebut hard science, karena segala
proses alam yang berupa anorganik sampai organik dan
1
Moh. Nazir,(1983), Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

81
hubungan satu dengan lainnya sehinggadapat dideskripsikan,
dieksplanasikan, dikontrol dan diperidiksikan relatif tepat.
2. Keteraturan Kehidupan Sosial Manusia
Hidup manusia memiliki keragaman yang sangat luas.
Faktor dan variabel yang berperan dalam kehidupan manusia
pun sangat banyak dan kita tidak selalu dapat
memprediksikannya selalu linier. Oleh karena itu, ilmu tentang
kehidupan manusia ini termasuk softscience yang bersifat
indeterminate. Meski kemajuannya tidak sehebat ilmu dan
teori dalam bidang keteraturan alam (hardscience), ternyata
ilmu dan teori tentang kehidupan manusia pun
atau softscience mengalami perkembangan yang signifikan.
Perubahan dan kemajuan ilmu tentang kehidupan manusia
atau softscience ini sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari akibat
kemajuan kedua hukum keteraturan lainnya.
3. Keteraturan Rekayasa Teknologi
Yang menjadi persoalan dari kemajuan rekayasa teknologi
adalah ketika ilmuwan telah berhasil mengembangkan
teknologi cloning pada kambing dengan maksud untuk
mendapatkan jenis varietas unggul yang persis sama dengan
“induknya”. 2

82
 Fungsi dari teori
a. Mendeskripsikan atau memaparkan suatu masalah praktis
dan dapat diterima oleh semuakalangan.
b. Menjelaskan suatu masalah kompleks dan bersifat umum
dan juga ilmiah yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
c. Mendeskripsikan atau memperkirakan bagaimana cara
memecahkan suatu masalah yang kompleks atau bersifat umum
dengan xara yang ilmiah.
 Ciri-Ciri Teori
a. Satu sistem teoritis harus mengizinkan pengurangan yang
menjadi teruji dengan pengalaman. Jadi suatu sistem teori harus
sudah teruji faktanya lewat pengalaman ilmiah.
b. Suatu teori harus sesuai dengan hasil observasi dan bersama
teori yang sudah divalidasi atau teruji kebenaranya.
c. Teori harus dinyatakan pada kondisi yang sederhana, teori
yang terbaik adalah yang menjelaskan pada bentuk paling
sederhana. Ciri ini mempunyai maksud teori yang paling
pernyataanya sederhana.
d. Teori ilmiah harus berlandaskan fakta empiris dan yang
berhubungan.
 Karekteristik Teori
a. Mensintesis sejumlah observasi
b. Menimbulkan riset baru (heuristic)

83
c. Menghasilkan hipotensis yang dapat diverifikasi secara
empiris. Jika hipotesis dikonfirmasi atau diterima maka teori itu
akan kuat dan jika hipotesis ditolak maka teori itu lemah gan
mesti direvisi.
d. Dari 2 teori yang sama-sama efektif, yang lebih
sederhanalah yang dipilih.
e. Memuat abstraksi, seperti angka atau kata yang merupakan
aspek formal dari teori.
f. Aspek formal harus dikorelasikan dengan kejadian yang
dapat diamati yang merupakan aspek empiris dari suatu teori.
g. Menjelaskan kejadian empiris dan kerananya harus diawali
dan diakhiri dengan observasi empiris.
 Sifat-Sifat Hakikat Teori
a. Mempersatukan kenyataan (unifying statement) satu
kesatuan dari beberapa pernyataan.
b. Kata depan universal (universal preposition) bersifat umum
dan dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat.
c. Pernyataan bersifat prediksi (predictive statement)
pernyataan bersifat perkiraan yang dapat berubah sesuai
penyesuaian. 3

3
https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/09/23/hakikat-
teori/

84
Soal Latihan:

1. Menemukan contoh teori dalam sebuah penelitian lalu


menjelaskan posisi teori tersebut dalam penelitian!

85
Referensi
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (dikta Kuliah), Bandung : UPI
Bandung.
Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Imdonesia.
https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/09/23/hakikat-teori/

86
BAB XI
KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan Intruksional
Mahasiswa mampu memahami kegunaan penelitian.

Penelitian adalah pengamatan secara mendalam, penelitian


dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan
mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau
proses penemuan, baik itu discovery diartikan sebagai hasil
temuann, baik itu discovery maupun invetion. Discovery diartikan
hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada, sebagai contoh
misalnya penemuan Benua Amerika adalah penemuan yang cocok
untuk arti discovery. Sedangkan invebtion dapat diartikan sebagai
penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dan dukungan
fakta. Misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah ada dan mati
dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang
baru ( Sukardi, 2015 ).
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Para
pakar mengemukakan pendapat yang berbeda dalam merumuskan

87
batasan penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah, baik
sebagai usaha mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah. 4
Secara umum penelitian dapat diartikan sebagai sebuah
proses dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengumpulan dan analisis data tersebut menggunakan
berbagai metode ilmiah, baik itu kualitatif maupun kuantitatif,
berbagai metode tersebut telah dikembangkan secara intensif
melalui berbagai uji coba sehingga memiliki prosedur yang baku.
Berdasarkan (Sukardi, 2015) ciri-ciri penelitian sebagai
berikut:
1. Bersifat ilmiah, adalah mengikuti prosedur bersifat objektif.
2. Penelitian adalah suatu proses yang terus-menerus serta
berkesinambungan disebabkan oleh hasil dari suatu
penelitian tersebut selalu disempurnakan.
3. Bersifat analitis, peneliti dapat membuktikan penelitian
yang dilakukan karena menganalisis suatu permasalahan
yang ada.
Kegunaan penelitian ada lah untuk menemukan masalah-
masalah yang menimbulkan hambatan terhadap pembangunan dan

4
Lembaga Penelitian Mahasiswa, Apakah Penelitian itu?, 2018,
penalaran-um.org, Diakses pada Tanggal 11 November 2021.

88
mencari cara-cara penanggulangan hambatan itu, supaya usaha
pembangunan dapat berhasil secara optimal.
Mengingat desa merupakan unit pemerintahan yang terendah
serta merupakan pula suko-dasar atau fundamental daripada negara
kita, maka niscaya penyempurnaan aparat-aparat administrasi
pemerintahan desa akan memberikan andil yang besar dalam
pembangunan negara.
Dengan demikian mata tujuan penelitian ini lebih banyak
ditekankan pada tujuan praktis, walaupun mungkin ada manfaatnya
bagi kepentingan penyajian ilmu secara teoritis dengan
mewujudkan inovasi dan pengembangan teknologi administrasi
yang dalam pengimplementasiannya dapat dipertangguung
jawabkan secara ilmiah. 5
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua
peneliti harus berbekal teori.Dalam penelitian kuantitatif, teori
yang digunakan sudah jelas karena teori disini berfungsi untuk
memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis, sebagai instrumen untuk menyusun
instrumen penelitian, sebagai pisau analisis dan pembahasan hasil
penelitian, dan sebagai pengarah dalam membuat kesimpulan dan

5
Drs. Chalid Narbuko dan Drs.H. Abu Acgmadi, Metodologi Penelitian,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm 127.

89
saran. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian
kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang hendak dipakai.
Pendeskripsian teori dalam proposal atau laporan penelitian
kuantitatif diawali dari teori formal, teori yang bersifat makro yang
berlaku diseluruh dunia, secara teknis buku-buku yang dikutip
adalah buku-buku edisi internasional. Teori-teori berikutnya yang
dikutip adalah teori messo atau teori middle range. Teori ini
berlaku untuk suatu negara atau wilayah tertentu. Selanjutnya teori
yang dikutip adalah teori substansif, suatu teori yang relevan
dengan tempat penelitian. Teori ini digunakan sebagai landasan
untuk membuat hipotesis, penyusunan instrumen, pembahasan hasil
penelitian, dan untuk memberi arah dalam membuat kesimpulan
dan saran. 6
Menurut (Nasir, 1988) kegunaan penelitian adalah untuk
menyelidiki keadaan dari alasan untuk, dan konsekuensi terhadap
suatu set keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa saja dikontrol
melalui percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan obervasi
tanpa kontrol. Secara umum setidaknya terdapat empat tujaun
dilakukannya penelitian, yaitu:
1. Tujuan eksploratif, merupakan penelitian yang digunakan
untuk menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu.

6
Prof.Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung:
Alfabeta) hlm 122.

90
2. Tijuan verifikatif, merupakan penelitian yang digunakan
untuk menguji kebenaran sesuatu dalam bidang ilmu yang
telah ada.
3. Tujuan developmental merupakan penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan sesuatu dalam bidang
yang telah ada.
4. Dapat juga digunakan untuk penulisan tugas ilmiah seperti
skripsi, tesis dan disertasi.
Lebih lanjut (Nasir, 1988) mengemukakan bahwa penelitian
memegang peranan yang sangat penting dan memberikan fondasi
terhadap tindak serta keputusan dalam segala aspek pembangunan.
Adalah sangat sulit bahkan tidak mungkin sama sekali umtuk
memperole data yang terpercaya yang dapat digunakan dalam
perencanan pembangunan, jika penelitian tidak pernah diadakan,
serta kenyataan-kenyataan tidak pernah diuji terlebih dahulu
melalui penelitian. Tidak ada suatu negara yang sudah maju dan
berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan banyak daya dan
dana dalam bidang penelitian.
Peranan penelitian:
1. Sebagai pemecah masalah, meningkatkan kemampuan
untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari
suatu masalah yang kompleks dan saling berkaitan.
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang
yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk

91
menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena
dari masalah tersebut.
3. Mendapatkan pengetahuan/ ilmu baru.
Soal latihan:
1. Buatlah contoh kegunaan penelitian

92
Referensi:
Drs. Chalid Narbuko dan Drs.H. Abu Acgmadi. 2007. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jonatan Sarwono dan Umi Narimawati. 2015. Membuat skripsi,
Tesis dan Disertasi. Yogyakarta: Andi.
Lembaga Penelitian Mahasiswa. ”Apakah Penelitian Itu?”.
Humas, 14 Januari 2018, penalaran-um.org.
Prof. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Manajemen. Bandung:
Alfabeta.

93
BAB XII
DIMENSI PENELITIAN DAKWAH
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami dimensi penelitian dakwah.

Dimensi merupakan kata yang sudah tidak asing lagi bagi


sebagian besar orang. Dalam pelajaran matematika kita mengenal
bangun datar dua dimensi yang memiliki ukuran panjang dan lebar
seperti bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, segitiga, dan
lain-lain. Ada juga bangun ruang tiga dimensi yang memiliki
ukuran panjang, lebar, dan tinggi seperti balok, kubus, bola,
tabung, kerucut, dan lain-lain. Dalam teknologi perfilman pun kita
juga sering mendengar istilah film tiga dimensi atau 3D dimana
menyaksikan film dengan teknologi tiga dimensi membuat film
terlihat lebih nyata dan kita seolah-olah ikut masuk ke dalam film
tersebut.
Jika merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia, pengertian
dimensi adalah ukuran yang mencakup panjang, lebar, tinggi, luas,
dan lainnya. Definisi dimensi juga bermakna salah satu aspek yang
meliputi atribut, elemen, item, fenomena, situasi atau faktor yang
membentuk suatu entitas.
Pengertian dimensi dalam penelitian adalah indikator ataupun
variabel yang dikaji di dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk
memberikan arahan mengenai pengukurannya. Pendek kata, arti

94
dimensi penelitian adalah variabel-variabel yang penting di dalam
penelitian dan variabel tersebut mempunyai hubungan dengan
variabel lainnya.
Penelitian adalah pengamatan secara mendalam, penelitian
dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan
mempunyai tujuan untk mencari jawaban permasalahan atau proses
penemuan, baik itu discovery diartikan sebagai hasil temuan, baik
itu discovery maupun invetion. Discovery diartikan hasil temuan
yang memang sebetulnya sudah ada, sebagai contoh misalnya
penemuan Benua Amerika adalah penemuan yang cocok untuk arti
discovery. Sedangkan invetion dapat diartikan sebagai penemuan
hasil penelitian yang betul-betul baru dan dukungan fakta.
Misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah ada dan mati
dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang
baru (Sukardi, 2015).
Dakwah dalam pengertian syara’ (istilah), menurut pendapat
dari H. M Arifin, M. Ed. Mengandung pengertian sebagai suatu
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan
sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara
kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,
sikap penghayatan, serta pengalaman terhadap ajaran agama
sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa
adanya unsur-unsur paksaan.

95
Dimensi penelitian dakwah sebagai berikut:
1. irsyad adalah penyebar luasan ajaran agama Islam yang
sangat spesifik dikalangan sasaran tertentu. Ia menampilkan
hubungan personal antara pembimbing dengan
terbimmbing. Ia lebih berorientasi pada pemecahan masalah
individu yang dialami oleh terbimbing, sedangkan
pembimbing memberikan jalan keluar sebagai masalah
tersebut. Disamping itu ia juga mencakup penyebar luasan
ajaran Islam dikalangan tertentu dengan suatu pesan
tertentu. Pesan itu merupakan paket program yang
dirancang oleh pelaku dakwah. Irsayad memiliki makna
transmisi, yaitu proses memberitahukan dan membimbing
terhadap individu, dua orang, tiga orang atau kelompok
kecil (naskah) atau memberikan solusi atas permasalahan
kejiwaan yang dihadapi.
2. Tadbir (manajemen pembangunan masyarakat), dilakukan
dalam rangka perekayasaan sosial dan pemberdayaan
masyarakat dalam kehidupan yang lebih baik, peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM), dan pranata sosial
keagamaan, serta menumbuhkan dan mengembangkan
perekonomian serta kesejahteraan masyarakat, dengan
kegiatan pokok : penyusunan kebijakan, perencanaan
program, pembagian tugas dan pengorganisasian,
pelaksanaan dan pemonitoran serta pengevaluasian dalam

96
pembangunan masyarakat dari melalui pembangunan. Dua
ragam dakwah yang terakhir ini ditujukan untuk menjawab
kebutuhan dan tantangan zaman.
3. Tablig berasal dari kata kerja ballaga-yuballigu-tabligan,
yang berarti menyampaikan. Yang dimaksud disini ialah
menyampaikan ajaran Allah dan Rasul-Nya kepada umat
manusia. Disampaikan dengan keterangan yang jelas,
sehingga dapat diterima oleh akal, dan dapat ditangkap oleh
hati. Ssdangkan orang yang menyampaikan disebut
muballigh. Tugas muballigh disini adalah menyampaikan
risalah dengan keterangan yang jelas dan nyata, dan dengan
segenap kemampuan yang ada padanya.
Tabligh juga bermakna difusi, yaitu proses penyebarluasan
ajaran Islam dengan bahasa lisan dan tulisan melalui
bermacam-macam media masa kepada orang banyak, baik
secara serentak maupun tenggang waktu tidak bertatap
muka dan tidak pula bersifat menolong. Target kegiatan ini
adalah mengenalkan Islam .
4. Tathwir (pengembangan masyarakat) dilakukan dalam
rangka peningkatan sosial budaya masyarakat, yang
dilakukan dengan kegiatan pokok: pentransformasian dan
pelembagaan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas
kehidupan umat yang menyangkut kemanusiaan, seni
budaya, dan kehidupan bermasyarakat, penggalangan

97
ukhuwah islamiah, dan pemeliharaan lingkungan. Dengan
kata lain, tathwir berkaitan kegiatan dakwah melalui
pendekatan washilah sosial budaya (dakwah kultural).
Soal Latihan:
1. Uraikan apa yang kamu pahami tentang dimensi penelitian
dakwah!

98
Referensi:
Ilmu sosial, Pengertian dakwah menurut para ahli, 2020,
https://www.ilmuips.my.id/2020/11/pengertian-dimensi-menurut-
para-ahli.html.

IIM komisariat dakwah, Dimensi Ilmu Dakwah, 2016,


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/dimensi-ilmu-
dakwah.html?m=1.

Chalid Narbuko dan Drs.H. Abu Acgmadi. 2007.


Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dr. Lexy Moleong, 2003, Teori Sosiologi Modern, Jakarta:


Prenada Media Grup

99
BAB XIV
METODE PENELITIAN
Tujuan Interaksional:
Mahasiswa mampu memahami penelitian historis, penelitian
deskriptif dan metode survey.

A. PENELITIAN HISTORIS (HISTORICAL RESEARCH)


Penelitian historis bermaksud membuat rekonstruksi masa
Latihan secara sistematis dan objektit, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuatkan
dikemukakan secara ringkas dalam.
1. Tujuan penelitian historis
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat
rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif,
dengan cara mengumpulkan, mengevaluas1, memverifikasikan,
serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat Seringkali penelitian yang
demikian itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.
Contoh:
Studi mengenai praktek “bawon” di daerah pedesaan di
Jawa Tengah, yang bermaksud memahami dasar-dasarnya di
waktu yang lampau serta relevansinya untuk waktu kini; studi
ini dimaksudkan juga untuk mentest hipotesis bahwa nilai-nilai

100
sosial tertentu serta rasa solidaritas memainkan peranan penting
Dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan.
Ciri-ciri:
Penelitian historis lebih tergantung kepada data yang
diobservasi orang lain daripada yang diobservasi oleh peneliti
sendiri Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat
yang Menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya
sumber-sumbernya.
2. Berlainan dengan anggapan yang populer penelitian historis
haruslah tertib-ketat, sistematis, dan tuntas; sering kali
penelitian yang dikatakan sebagai suatu penelitian
historis”hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak
layak,tak reliebel dan berat sebelah.
3. Penelitian historis tergantung kepada dua macam data,
Yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
Jodari sumber primer, yaitu Si peneliti (penulis) secara langSung
melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang
dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber Sekunder,
yaitu peneliti melaporkan hasil observasi orangllain yang satu
kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Di antara kedua
sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas
sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prioritas dalam
pengumpulan data.

101
Referensi :
Judul buku : Psikologi Belajar
Penulis : Drs. H. Abu Ahmadi & Drs. Widodo Supriyono
Halaman : 45-46
Judul buku : Filsafat Modern
Penulis : Muhammad Alfan, M.Ag.
Halaman : 13-16
Judul buku : Metodologi Penelitian Sosial
Penulis : Dr. Husaini Usman, M.Pd. & Purnomo Setiyadi Akbar,
M.Pd.
Halaman : 4
Judul buku : Metodologi Penelitian
Penulis : Sumadi Suryabrata
Halaman : 16-17

102
B. METODE PENELITIAN DESKRIPTIF
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang
berusaha meng gambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai
dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat.
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecan draan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Selain itu Tujuan dari studi deskriptif adalah untuk
mempelajari aspek siapa, apa, bilamana, dan bagaimana dari suatu
topik. Contoh studi deskriptif yang paling sederhana adalah
menyangkut suatu pertanyaan atau hipotesis univariat di mana
peneliti bertanya mengenai, atau menyatakan sesuatu mengenai,
besar, bentuk, distribusi, atau keberadaan suatu variabel. Santoso
dan Tjiptono (2001) menegaskan bahwa riset deskriptif, yaitu tipe
riset konklusif yang bertujuan utama mendeskripsikan karakteristik
atau fungsi pasar. Beberapa alternatif situasi yang cocok untuk tipe
penelitian ini adalah:
 Menggambarkan karakteristik kelompok relevan seperti
konsumen, account officer, organisasi, atau area pasar.
Misalnya, kita dapat mengidentifikasi profil 'heavy users'
Bank Syariah Berkah.

103
 Mengestimasi persentase unit dalam populasi tertentu yang
menunjukkan perilaku tertentu. Contohnya: kita
dapatmengestimasi persentase heavy users Bank Syariah
Berkah yang menabung di bank syariah lain.
 Menentukan persepsi terhadap karakteristik produk, sebagai
contoh, bagaimana konsumen mempersepsikan berbagai
produk bank syariah berdasarkan faktor-faktor penting
dalam kriteria pemilihan bank syariah?
 Menentukan tingkat asosiasi terhadap berbagai variabel
pemasaran. Contohnya, seberapa jauh hubungan antara
pendapatan dengan kebiasaan menabung di bank syariah?
 Melakukan prediksi spesifik. Misalnya, berapa penjualan
produk tabungan mudharabah pada Bank Syariah Berkah di
Yogyakarta?

Penelitian deskriptif mengasumsikan bahwa peneliti memiliki


pemahaman awal mengenai situasi masalah yang dihadapi.
Perbedaan pokok antara penelitian eksploratoris dan penelitian
deskriptif adalah bahwa penelitian deskriptif ber cirikan adanya
formulasi hipotesis spesifik. Jadi, informasi yang dibutuhkan sudah
dirumuskan secara jelas. Hasilnya, penelitian deskriptif terencana,
terstruktur dan biasanya didasarkan pada sampel besar yang
representatif. Desain penelitian formal menjabarkan metode-
metode memilih sumber informasi dan mengumpulkan data dari

104
sumber-sumber tersebut. Desain deskriptif membutuhkan
spesifikasi yang jelas atas faktor 6W, yaitu Who, What, When,
Where, Why, dan Way.
 Ciri-ciri penelitian deskriptif
1. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk membuat
pencandraan (deskripsi) me ngenai situasi-situasi
atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian
deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam
cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau
mene rangkan saling hubungan, mentest hipotesis,
membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan
implikasi, walau pun penelitian yang bertujuan
untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup
juga metode-metode deskriptif. ilibile Tetapi para
ahli dalam bidang penelitian tidak ada kesepa katan
mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif itu.
Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif
itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk
penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian
eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan
istilah penelitian survai.

105
2. Tujuan penelitian-penelitian survei
a) Untuk mencari informasi faktual yang mendetail
yang mencandra gejala yang ada.
b) Untuk mengidentifikasi masalah-maslah atau
untuk By mendapatkan justifikasi keadaan dan
praktek-praktek Ima yang sedang berlangsung.
c) Untuk membuat komparasi dan evaluasi.
d) Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh
orang orang lain dalam menangani masalah atau
situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka
untuk kepenting an pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan di masa depan.
 Langkah langkah dalam penelitian deskriptif
Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah
penting seperti berikut.
 Mengidentifikasi adanya permasalahan yang
signifikan unruk dipecah kan melalui metode
deskriptif.
 Membatasi dan merumuskan permasalahan secara
jelas.
 Menentukan tujuan dan manfaat penelitian. 4.
Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan
permasalahan.

106
 Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan
penelitian dan atau hip tesis penelitian.
 Mendesain metode penelitian yang hendak
digunakan termasuk dalam hal ini menentukan
populasi, sampel, teknik sampling, menentukan
instrumen pengumpul data, dan menganalisis data.
 Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis
data dengan meng gunakan teknik statistika yang
relevan.
 Membuat laporan penelitian.
 Macam-Macam Penelitian Deskriptif

Banyak jenis penelitian yang termasuk sebagai penelitian


deskriptif. Setup ahli penelitian sering dalam memberikan
informasi tentang pengelompokan jenis penelitian deskriptif,
cenderung sedikit bervariasi. Perbedaan itu biasanya dipengaruhi
oleh pandangan dan pengetahuan menjadi latar belakang para ahli
tersebut. Perbedaan pandang tersebut, salah satu di antaranya bila
dilihat dari aspek bagaimana proses pengumpulan data dalam
penelitian deskriptif dilakukan oleh peneliti. Dari aspek bagaimana
proses pengumpulan data dilakukan, macam macam penelitian
deskriptif minimal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
laporan diri atau self-report, studi perkembangan, studi kelanjutan

107
(follow up study), dan studi sosiometrik.Penelitian Laporan Diri
(Self-Report Research)

Penelitian deskriptif mempunyai keunikan di antaranya seperti


berikut.

1. Menggunakan kuesioner atau wawancara sering kali hanya


menda patkan responden yang sedikit yang dapat
mengakibatkan biasnya kesimpulan.
2. Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadang
kala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang
memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih
dalam observasi, dan jika perlu membuat check-list lebih
dahulu tentang objek yang perlu dilihat sehingga peneliti
memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan
reliabel.
3. Memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan
dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak
mengalami kesulitan dalam menjaring data yang
diperlukan.

Contoh penelitian deskriptif


Seorang tamu asing mengamati bahwa para penjual barang
barang suvenir di suatu lokasi pariwisata demikian masih
menggunakan bahasa Inggeris, dan ucapannyapun cukup baik.

108
Timbul dalam diri tamu untuk meningkatkan kemampuan para
pedagang tersebut agar terbuka kesempatan bagi mereka untuk
mencari lapangan kerja lain. Memang turis yang satu ini tergolong
ilmuwan yang mempunyai ke gemaran meneliti, sekaligus seorang
sosiawan. Tamu yang tinggal beberapa hari di tempat itu sempat
melakukan peneli tian. Disusunlah rencana penelitian sederhana,
dan dirumus kanlah beberapa problematika penelitian antara lain :
1. Ada beberapa orang pedagang yang berminat mening
katkan kemampuan berbahasa Inggris ?
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan berbahasa Inggris. Para
pedagang ini ?
3. Berapa orangkah (atau berapa presen) di antara mereka
yang berminat mengikuti kursus tambahan bahasa Inggris
andaikata kepada mereka diberi kesempatan kursus secara
Cuma-Cuma?
4. Adakah kemungkinan pada mereka untuk menghidupi diri
(mungkin dengan keluarga mereka) dengan mata
pencaharian lain, misalnya pramuwisata atau penter jemah?
5. Ada berapa orangkah yang berminat meningkatkan
kemampuan berbahasa Inggris agar dapat melayani turis
secara lebih baik?

Penelitian yang dilakukan oleh tamu asing ini dapat di golongkan


ke dalam penelitian deskriptif, yang disebut sebagai Penelitian

109
survai. Dengan mengetahui pendapat umum pada pedagang suvenir
peneliti dapat memberikan saran kepada pihak pemerintah atau
badan swasta yang berminat untuk menyelenggarakan kursus
bahasa Inggris atau pembinaan lain. Sekurang kurangnya Dinas
Pariwisata dengan hasil survai semacam ini dapat terbantu data
yang sangat berharga guna menentukan tindakan lebih lanjut..

110
Referensi

Dr Suharsimi Arikunto, Manajemen penelitian hal 202-203.


Dr.Muhammad,M.Ag, 2013. metodelogi penelitian ekonomi Islam
pendekatan kuantitatif ,Jakarta : Rajawali Pers ,hal 88-89.
Prof.H.M ,Sukardi ,M,Ed.M.Sc,Ph.D, 2018 . Metodologi penelitian
ini pendidikan kompetisi dan praktiknya edisi revisi.
Jakarta: bumi aksara ,hal 331.
Sumadi Suryabrata ,1998.Metode penelitian, edisi 1 cetakan 11.
Jakarta : PT RajaGrafind Persada hal 18-19.

111
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap hubungan,
perbedaan atau pengaruh suatu variable atau antarvariabel.
Hipotesis merupakan acuan untuk menjawab suatu pertanyaan
penelitian.
 Penelitian Deskriptif – tidak menggunakan hipotesis,
 Penelitian Korelasional – adanya atau tidak adanya
hubungan antarvariabel,
 Penelitian Komparatif – ada atau tidak adanya perbedaan
antara kelompok ,
 Penelitian Eksperimen – ada atau tidak adanya pengaruh
variable tertentu.
Hal yang perlu diingat bahwa hipotesis penelitian berlaku
untuk penelitian kuantitatif selain penelitian deskriptif. Penelitian
deskiptif hanya menjelaskan fenomena apa adanya tanpa menarik
kesimpulan dari hipotesis tertentu (pada umumnya). Penelitian
korelasi akan melihat apakah ada hubungan antarvariabel yang
diteliti. Jika terdapat hubungan , bagaimanakah hubungannya,
apakah hubungannya positif atau negatif. Penelitian komperatif
membandingkan nilai rata-rata antarkelompok melalui suatu
variabel, apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata antarkelompok
yang dibandingkan. Jika terdapat perbedaan,kelompok manakah
yang berbedah? Kelompok manakah yang memiliki skor yang lebih
tinggi atau rendah? Pada penelitian eksperimen, hipotesis

112
digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh suatu variabel
terhadap variabel yang lain? Apakah pengaruh tersebut dapat
menaikkan atau menurunkan sesuatu?
Hipotesis alternative (Ha) menunjukkan adanya perbedaan
hubungan atau pengaruh suatu variable, Hipotesis Null (Ho)
menunjukkan tidak adanya perbedaan, hubungan atau pengaruh
suatu variable. Hipotesis dua arah adalah hipotesis yang belum
memastikan kemana arah dari hipotesis tersebut. Hipotesis satu
arah adalah hipotesis yang sudah menentukan kemana arah dari
hipotesis tersebut. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang didasari
atas hubungan ,perbedaan atau pengaruh variabel. Hipotesis minor
melihat hubungan, perbedaan atau pengaruh sub (komponen)
variabel tersebut. Hipotesis utama adalah hipotesis yang ingin
dilihat dalam penelitian tersebut. Hipotesis utama sudah bisa
diprediksi melalui judul penelitian. Hipotesis kedua, ketiga, dan
seterusnya merupakan hipotesis tambahan untuk memperkarya
fenomena penelitian. Hipotesis memiliki hungan erat dengan hal
lain dalam penelitian. Hipotesis harus sejalur dengan pertanyaan
penelitian, teknik analisis data, hasil penelitian dan kesimpulan.
Hipotesis beranjak dari hipotesis Null (Ho). Apabila Ho diterima,
Ha ditolak. Apabila H0 ditolak, Ha diterima. Penerimaan atau
penolakan tersebut didasarkan hasil hitumg (r/z/t/F) hitung harus
lebih besar dari nilai tabelnya ) atau melalui nilai signifikasi SPSS
(<0.05).

113
 Merumuskan pertanyaan dan hipotesis penelitian
Peneliti harus merumuskan masalahpenelitian ke dalam
hipotesis atau pertanyaan peneliti apabila setelah mendapatkan
topic penelitian, dan melakukan pendalaman terhadap
literature. Seorang peneliti tidak akan memulai penelitiannya
tanpa adanya masalah, pertanyaan ataupun penyataan yang
akan diuji. Masalah dan pertanyaan penelitian merupakan titik
awal seorang peneliti untuk mulai melaksanakan penelitiannya.
Bagi mereka yang baru belajar metode penelitian
cenderung beranggapan bahwa bagian paling penting dalam
melaksanakan penelitian adalah ketika penelitian terjun
kelapanagan untuk mengumpulkan data. Namun sebenarnya
merumuskan pertanyaan dan hipotesis penelitian menjadi
bagian yang tak kalah penting disbandingkan bagian-bagian
lainnya. Ada dua alasan mengapa peneliti perlu mengjukan
pertanyaan atau hipotesis penelitian. Pertama, pertanyaan atau
hipotesis penelitian berfungsi membatasi apa yang hendak
diketahui. Hal ini mungkinkah peneliti untuk bersikap selektif
dalam menentukan informasi apa yang akan digunakannya,dan
informasi apa yang harus dikesampingkannya. Kedua,
pertanyaan atau hipotesis penelitian berfungsi mengarahkan
peneliti pada metode penelitian yang hendak digunakan.

114
a. Pertanyaan penelitian
Penelitian dalam menyusun suatu rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian harus memerhatikan beberapa ketentuan
agar mendapatkan rumuan maalah atau pertanyaan penelitian
yang baik seperti:
1) Rumusan masalah harus dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan yang dikemukakan secara tegas (tidak
menimbulkan multitafsir).
2) Rumusan masalah harus dapat diuji.
3) Rumusan masalah tidak boleh mengandung subjektivitas
atau penelitian personal peneliti(personal value judgement).
4) Rumusan masalah harus dinyatakan dalam struktur bahasa
dan tata bahasa yang baik.
Pertanyaan penelitian sangat sering digunakan dalam
penelitian untuk memecahkan suatu masalah atau dalam
pelaksanaan penelitian mengenai suatu kebijakan di mana
peneliti tidak bermaksud untuk melakukan uji statistic terhadap
hasil temu. Penelitian dapat pula mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai cara surat kabar harian memberitakan
topic penelitian:(1) seberapa besar isi-isu kesehatan diberitakan
dalam surat kabar harian dibandingkan dengan topic-topik berita
lainnya? (2) seberapa banyak pemberitaan mengenai kesehatan
memuat pula informasi mengenai organisasi kesehatan,
pelayanan, dan pembiayaan jasa kesehata? (3) apakah surat

115
kabar nasional dan surat kabar local memberitahukan isi
kesehatan secara berbeda dibandingkan surat kabar lainnya?
Menurut tukey(1962), penelitian eksploratif lebih ditujukan
untuk mengumpulkan data pendahuluan guna menyempurnakan
pertanyaan penelitian, dan kemungkinan untuk merumuskan
hipotesis.
b. Hipotesis penelitian
Pada kebanyakan penelitian, peneliti mengembangkan
penelitiannya berdasarkan teori yang sudah ada, dan
berdasarkan teori tersebut ia membuat perkiraan terhadap hasil
penelitian yang akan diperolehnya. Tukey (1986) mengatakan,
hipotesis penelitian berfungsi mengemukakan pertanyaan:
apakah kita memiliki bukti yang meyakinkan bahwa sesuatu
tengah terjadi atau telah terjadi. Berdasarkan teori mengenai
alasan moral(moral reasoning), kremar dan cook (2001),
mengemukakan hipotesis bahwa anak kecil memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menerima kekerasan sebagai hal
yng benar dan sah jika pelaku tindak kekerasan tidak dihukum
dibandingkan dengan dihukum. Hal penelitian mereka
menunjukkan adanya kesesuaian dengan hipotesis.
1. Tujuan Hipotesis
Adanya hipotesis dalam suatu penelitian memberikan
beberapa keuntugan bagi peneliti.pertam,hipotesis memberikan
arah bagi penelitian yang akan dilaksanakan. Keuntungan

116
keduan, adanya hipotesis adalah mencegah penelitian untuk
melakukan penelitian coba-coba (trial-and-error research),
yaitu penelitiaan untung-untungan dengan harapan menemukan
sesuatu yang penting. Hipotesis juga membantu penelitian untuk
menghindari berbagai variabel pengganggu dan variabel yang
membingunkan. Karena hipotesis berfungsi memutuskan
perhatian peneliti pada pernyataan akurat yang dapat diuji, maka
variabel lainnya, apakah variabel itu relevan ataukah tidak
relevan, tidak penelitian perlu diperhatikan. Terakhir, hipotesis
memungkinkan penelitian untuk melakukan kuantifikasi
variabel.
2. Syarat Hipotesis
Tidak semua hipotesis merupakan hipotesis yang baik dan
bermanfaat. Suatu hipotesis yang bermanfaat harus bermanfaat
harus memiliki sekurang-kurangnya empat karakteristik atau
sifat, yaitu: hipotesis harus sejalan dengan topic ilmu
pengetahuan yang berkembang saat ini; harus konsisten dengan
logika; harus dinyatakan secara ringkas dan;harus dapat diuji.
Hipotesis secarah defenitif dapat berarti menjawab
sementara yang kebenarannya masi diuji dengan data yang
diperoleh dari lapangan. Oleh karena itu , hipotesis dibuat
sebaiknya sebelum peneliti terjun kelapangan mengumpulkan
data yang diperoleh. Mengapa hipotesis dibuat sebelum peneliti

117
ke lapangan (Ary,dkk.,1985:76) ada dua alasan yang
mendasarinya, yaitu:
a. Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti
mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya
dengan permasalahan.
b. Bahwa dengan hipotesis dapat memberikan arah dan
petunjuk tentang pengambilan data dan proses
interpretasinya.
Dalam penelitian , seorang peneliti yang menuliskan
hipotesis secarah baik mempunyai beberapa tujuan penting
diantaranya sebagai berikut:
1. Menyediakan keterangan secarah sementara terhadap
gejalah dan memugkinkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
2. Menyediakan para peneliti dengan pernyataan hubungan
anarvariabel yang dapat diuij kebenarannya.
3. Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitan.
4. Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan
kesimpulan studi.
Secara fungsional hipotesis dalam penelitian iti sangat
penting. Bila hipotesis dinyatakan dengan tepat dan teliti, jawaban
sementara dapat dipergunakan sebagai petunjuk analisis.

118
Dilihat dari posisinya dalam prosses penelitian, hipotesis
dibedakan menjadi dua macam hipotesis, yaitu hipotesis penelitian
dan hipotesis statistika. Hipotesis penelitian mempunyai fungsi
memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau
research questions. Sedangkan hipotesis statika merupakan
rangkaian dua atau lebih variabel yang menjadi interes dan hendak
diuji oleh si peneliti. Hipotesis statistika dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu hipotesis nihil, hipotesis riset, hipotesis
alternative, dan hipotesis penyearah. Kemudian , ad dua
kemungkinan kesalahan dalam mengambil keputusan terhadap
hipotesis yang diuji. yaitu kesalahan tipe I dan kesalahan tepe II.
Pengambilan keputusan dikatakan kesalahan tipe pertama, jika
seorang peneliti menolak hipotesis nihil yang dalam kenyataan
benar. Pengambilan keputusan dikatakan termasuk dalam
kesalahan tipe kedua , jika peneliti ternyata tidak menolak hipotesis
nihil yang kenyataannya adalah keliru.
C. METODE SURVEI
1. Penelitian Metode Survei
Penelitian survei sering kali digunakan dalam ilmu sosial
untuk membantu melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena
sosial. Pada penelitian survei, peneliti memilih sejumlah responden
sebagai sampel, dan memberikan mereka kuesioner yang sudah
baku (standar). Responden adalah orang yang memberikan data
untuk dianalisis dengan cara menjawab kuesioner.

119
Survei dapat dilakukan untuk berbagai penilitian baik yang
tertentu juan deskriptif, eksplanatif, dan eksploratif. Para
pengambil keputusan pada berbagai organisasi di bidang bisnis,
politik, media atau berbagai kelompok kemasyarakatan lainnya
sering menggunakan hasil survei sebagai pertimbangan sebelum
memutuskan sesuatu.
Survei sering kali digunakan pada penelitian yang
menggunakan individu manusia sebagai unit analisis. Walaupun
metode ini dapat pula digunakan untuk beberapa unit analisi
lainnya, seperti kelompok atau interaksi, namun sejumlah individu
atau orang harus berfungsi sebagai responden atau informan. Jadi,
kita bisa melakukan penelitian untuk mengetahui, misalnya, faktor-
faktor penyebab perceraian di suatu daerah dengan unit analisis
adalah perceraian, tetapi kita harus memberikan kuesioner survei
kepada individu responden yang terlibat dalam perceraian atau
individu lainnya hang relevan.
Penelitian survei merupakan salah satu metode terbaik yang
tersedia bagi para peneliti sosial yang tertarik untuk mengumpulkan
data guna menjelaskan suatu populasi yang terlalu besar untuk
diamati secara langsung. Survei merupakan metode yang samgat
baik untuk mengukur sikap, dan orientasi suatu masyarakat melalui
berbagai kegiatan jajak pendapat (public opinion poll).

120
2. Survei Deskriptif dan Analitis
Penelitian survei dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu
survei deskriptif(descriptive survey) dan survei analitis (analytical
survey). Suatu survei deskriptif berupaya menjelaskan atau
mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa yang saat ini.
Misal, survei yang dilakukan untuk mengetahui pendapat
masyarakat terhadap kandidat pejabat, atau pandangan masyarakat
terhasap partai politik. Departemen Tenaga Kerja dapat melakukan
survei untuk mengetahui tingkat pengangguran di sebuah negara.
Suatu survei analitis berupaya menggambarkan dan
menjelaskan mengapa suatu situasi ada. Survei analitis mempelajari
dua atau lebih variabel dalam upaya menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji hipotesis penelitian. Hasil survei
memungkinkan peneliti untuk penguji hubungan diantara variabel
dan menarik kesimpulan dari hubungan tersebut. Misal, penelitian
untuk mengetahui pengaruh tingkat kunjungan ke perpustakaan
dengan prestasi akademik mahasiswa.
Keunggulan dan Kelemahan
- Keunggulan
1. Survei dapat digunakn untuk meneliti suatu masalah atau
pertanyaan penelitian dalam situasi yang sebenarnya.

2. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan survei relatif tidak


mahal jika dibandingkan dengan jumlah informasi yang diperoleh.

121
3. Kuantitas data dalam jumlah besar sapat diperoleh dengan relatif
mudah dari berbagai kelompok masyarakat.

4. Survei tidak dibatasi oleh batasan geografis; survei dapat


dilakukan dimana saja.

5. Survei dapat menggunakan berbagai sumber data pendukung


atau data sekunder yang sudah tersedia seperti arsip atau dokumen
pemerintahan, data sensus, data kependudukan, laporan rating radio
dan TV, dan daftar pemilih.

- Kelemahan

1. Kelemahan utama penelitian survei terletak pada variabel


independen yang tidak dapat dimanipulasi sebagaimana eksprimen
laboratorium.

2. Pemilihan kata-kata ketika merumuskan pertanyaan pada


kuesioner dapat menimbulkan bias penelitian.

3. Penelitian survei memiliki iemungkinan memperoleh responden


yang tidak diinginkan.

4. Beberapa penelitian survei menjadi lebih sulit untuk


dilaksanakan karena tingkat respons dari responden yang terus
menurun.

Memilih Bentuk Pertanyaan

122
1. Pertanyaan dan pernyataan

Walaupun istilah kuesioner berasal dari kata question yang


berarti pertanyaan, namun sering kali kuesioner lebih banyak berisi
pernyataan (statemnet) dari pada pertanyaan (question). Pernyataan
digunakan dalam kuesioner untuk menentukan beberapa jauh
responden memiliki sikap atau perspektif dalam suatu isu tertentu.
Dalam merancang kuesioner, peneliti dapat pula menggunakan
pertanyaan dan oernyataan secara bersama-sama. Dengan
menggunakan kombinasi pertanyaan dan pernyataan ini, peneliti
akan kebih fleksibel dalam merancang kuesionernya, dan juga
membuat kuesioner terlihat lebih menarik.
2. Pertanyaan tertutup

Dalam hal pertanyaan tertutup (closed ended question),


responden diminta memilih suatu jawaban dari suatu daftar
jawaban yang disediakan peneliti. Penggunaan pertanyaan tertutup
sering digunakan dan cukup populer dalam suatu penelitian survei,
karena memberikan keseragaman jawaban sehingga data yang
diperoleh kebih mudah diolah daripada bentuk pertanyaan terbuka.
3. Pertanyaan terbuka

Dalama mengajukan pertanyaan, peneliti dapat pula


mengajukan pertanyaan terbuka (open ended question) yaitu
pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh responden.
4. Panduan membuat pertanyaan

123
- pertanyaan harus jelas
- hindari pertanyaan ganda
- hindari pertanyaan mengarahkan
- cermat dengan pertanyaan sensitif
- pertanyaan harus realistis
- melindungi kepentingan responden
- pertanyaan harus relevan
- pertanyaan singkat
- pertanyaan mengaju tujuan riset
- hindari kalimat negatif
- hindari kalimat bias
Mendesain Kuesioner
Pada penelitian sosial, kuesioner digunakan untuk berbagai
kegiatan observasi. Walaupun bentuk kuesioner yang terstruktur
menjadi bagian penting dan seringkali diasosiasikan dengan
penelitian survei namun penggunaan kuesioner bukan monopoli
penelitian survei
3. JENIS - JENIS STUDI PENELITIAN SURVEI
- Survei kelembagaan
- Analisis jabatan/pekerjaan
- Analisis dokumenter
- Analisis isi
- Survei pendapat umum

124
- Survei kemasyarakatan
Soal latihan:
1. Temukan contoh penelitian historis, penelitian deskriptif
dan penelitian yang menggunakan metode survey.

125
Referensi:
Morissan. 2012. Metode penelitian survei
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Prof. Dr. H. Hadari Nawawi. Metode penelitian bidang
sosialGadjah Mada University Press

126
Penyususunan Alat Pengumpul Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data
dan hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas
pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bisa dilihat
dari setting-nya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,
dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi,
di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumbernya datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan:
 Data primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek
penelitian. Contoh, jika seorang meneliti pengruh fokus
tema siaran TV terhadap tingkat rating siaran tersebut,
kemudian mengambil data tersebut langsung kepada
pemirsa acara TV tersebut, maka itu artinya peneliti telah
menggunakan menggunakan sumber data primer. Begitu
pula jika seorang peneliti mendapat data tingkat
pendapatan 10 middle manajer PT Cilubintang Gemilang
Mandiri langsung dari dokumen perusahaan, maka data
tersebut adalah data primer. Dengan demikian, data primer
diperoleh dari sumber data primer, yaitu sumber pertama

127
dimana dari sumber data primer, yaitu sumber pertama
dimana sebuah data dihasilkan.
 Data sekunder
Data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh
dari sumber kedua atau sumber dan sekunder dari data
yang kita butuhkan. Contoh, jika seorang meneliti
kebiasaan belajar murid sekolah dasar, kemudian
mengambil data penelitian dari guru dan orang tua disebut
sebagai data sekunder karena data penelitian diperoleh dari
orang yang mungkin mengetahui data tersebut, bukan dari
murid itu sendiri. Data sekunder diperoleh dari sumber data
sekunder, yaitu sumber data kedua sesudah sumber data
primer. Karena sesuatu dan hal-hal, peneliti tidak atau
sukar memperoleh data dari sumber data primer, dan
mungkin juga karena menyangkut hal-hal yang sangat
pribadi sehingga sukar data itu didapat langsung dari
sumber primer.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Suatu data penelitian diperoleh melalui beberapa teknik dan
alat pengumpul data. Dengan demikian teknik dan alat pengumpul
data mempunyai peranan yang sangat pentinng didalam penelitian.
Peneliti perlu mempertimbangkan dengan seksama teknik dan alat
pengumpul data apa yang paling tepat untuk digunakan dalam

128
suatu penelitian. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan teknik pengumpulan data. Pertama, teknik yang
dipilih hendaklah teknik yang tepat dapat mengungkap data yang
diperlukan. Kedua, ada kesiapan dan kesediaan serta responden
untuk memberikan data melalui penggunaan teknik tersebut.
Ketiga, teknik dan alat yang digunakan nilai praktis, dalam artian
mudah dalam penyusunannya, menggunakan data mengolah
hasilnya nanti. Keempat, teknik dan alat yang digunakan dapat
menghemat waktu, tenaga dan biaya-biaya tanpa mengorbankan
kebenaran isi.
Teknik dan alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian hendaknya cukup spesifik, teknik apa yang dalam bentuk
atau variasi yang mana. Juga perlu dijelaskan teknik-teknik tersebut
digunakan untuk mengumpulkan data tentang apa. Sejalan dengan
teknik yang digunakan maka disusunlah alat pengumpul datanya.
Alat pengumpul data dari teknik angket skala, dan tes adalah
angket skala dan tes. Alat pengumpul data dari teknik wawancara,
pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi.
Alat-alat pengumpul data disusun dengan bertolak dari
rincian karakteristik variabel-variabel penelitian. Sebelum disusun
dalam bentuk alat pengumpul data atau instrumen tersebut
dipersiapkan dalam sebuah kisi-kisi (layout). Dalam kisi-kisi
tersebut dipetakan rincian-rincian variabel, teknik pengumpul data,

129
jumlah butir soal dan muatan dari butir soal tersebut. Berpedoman
kepada kisi-kisi dari tersebut alat pengumpul data disusun dalam
suatu rancangan penelitian sebaiknya kisi-kisi dari alat pengumpul
data tersebut juga dicantumkan.
Biasanya penyusunan suatu instrumen atau alat pengumpul
data tidak sekali jadi. Prosedur yang seharusnya ditempuh dalam
pengembangan suatu alat pengumpulan data setelah penyusunan
kisi-kisi adalah: penyusunan butir-butir pertanyaan/pernyataan,
penimbangan atau judgetment oleh ahli, uji coba secara empiris,
pengolahan hasil uji coba, penyempurnaan butir pertanyaan beserta
kelengkapan petunjuk, kunci jawaban dan sebagainya.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang
dilakukan sehingga dapat memperlihatkan penggunaannya melalui
angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya.
Sedangkan isntrumen pengumpulan data merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka
instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket
terbuka/tertutup), pedoman wawancara, camera photo, dan lainnya.
Alat-alat untuk mengumpulkan data tersebut digunakan
berdasarkan kebutuhan data yang akan dikumpulkan tergantung
pada objek penelitian, ruang lingkup, permasalahan, tujuan dan
analisis penelitian hukum yang akan dilakukan.

130
Alat-alat untuk mengumpulkan data yang lazim dikenal yaitu
sebagai berikut.
a. Studi pustaka/dokumen
Dokumen menurut para ahli dalam dua pengertian,
yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi
sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan,
artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilisan-
petilisam arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukkan
bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat
perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya.
Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen
(dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas
berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas
jenis sumber apa pun, baik itu yang berupa tulisan, lisan,
gambaran, atau arkeologis.
Dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi
adalah kumpulan berkas atau data yakni pencarian
informasi atau keterangan yang benar dan nyata, serta
yang didapatkan dari hasil pengumpulan data berupa
buku, notulen, transkrip, catatan, majalah dan
sebagainya.
Studi pustaka/dokumentasi merupakan alat pengumpil
data yang tidak ditunjukan langsung kepada subjek

131
penelitian. Pustaka/dokumentasi yang diteliti dapat
berbagai macam, tidak hanya dokumen yang resmi,
dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen
rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial, dan
dokumen lainnya. Pengumpulan data dalam studi
pustaka/dokumen merupakan kegiatan menulusuri,
memeriksa, mengkaji data-data sekunder.
b. Angket/skala
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik
pengumpulan data secara tidak langsung (penelitian
tidak langsung bertanya jawab dengan responden).
Instrumen atau alat pengumpul datanya juda disebut
angket berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
atau direspns oleh responden. Angket merupakan alat
pengumpul data yang pada umumnya dipergunakan
untuk mendapatkan data dari populasi yang luas terdiri
dari beraneka ragam golongan atau kelompok yang
tersebar.
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak
langsung bertanya jawab dengan responden.

132
Angket dapat dilakukan dengan metode pengumpulan
data dengan cara memberikan dan menyebarkan berupa
kuesioner kepada responden. Kuesioner merupakan
daftar pertanyaan yang lengkap dan terperinci. Kuesioner
dapat diisi oleh responden itu sendiri atau dituliskan oleh
pencatat dalam suatu tatap muka.
c. Pengamatan
Metode observasi atau pengamatan merupakan
metode pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung objek penelitian. Mengamati bukan
hanya melihat, melainkan juga merekam, menghitung,
mengukur, dan mencatat kejadian-kejadian yang
berlangsung ditujukan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan
pada responden yang tidak terlalu besar.
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis,
dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun

133
juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena
yang terjadi.
d. Wawancara
Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.
Wawancara adalah cara memperoleh informasi/data
dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai.
Hasil wawancara ditentukan oleh faktor-faktor yang
berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi, yaitu
pewawancara, yang diwawancaraim topik penelitian
yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi
wawancara. Syarat menjadi pewawancara yang baik
adalah keterampilan mewawancarai, motivasi yang
tinggi, tidak ragu-ragu serta tidak takut menyampaikan
pertanyaan.
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data
yang menggunakan cara tanya jawab sambil bertatap
muka dengan objek penelitian untuk memperoleh
keterangan yang diinginkan.
Wawancara merupakan alat rechecking atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang

134
diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancar
mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview)
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancar dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, diamana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama.

135
Referensi:

Dra. INE I. AMIRMAN YOUSDA, . Pd dan Drs. ZAINAL


ARIFIN. (1993). Penelitian dan statistik pendidikan.

jakarta: BUMI AKSARA.

Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S. M. (2008). Metodologi

penelitian kuantitatif. jakarta : Prenada Media Group.

prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum dan Galang Taufani, S.H., M.H.

(2018). metodologi penelitian hukum. depok: PT

RAJAGRAFINDO PERSADA.

SUGIYONO, P. D. (2019). Metode penelitian pendidikan .

Bandung: ALFABETA,cv.

136
BAB XV
WAWANCARA (INTERVIEW)
Pendahuluan
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi
verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi, Bila guru menanyakan tentang keadaan rumah, atau kita
menanyakan suatu pertanyaan tentang seluk-beluk pertanian, itu
wawancara. Namun wawancara sebagai alat penelitian lebih
sistematis. Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan
secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan
saling berhadapan, namun komunikasi juga dapat dilakukan
melalui telepon.
Interview sering dilakukan antara dua orang tetapi dapat juga
sekaligus diinterviu dua orang atau lebih. Hubungan antara
penginterviu dan yang diinterviu bersifat sementara, yaitu
berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan kemudian diakhini.
Hubungan dalam interviu biasanya seperti antara orang asing yang
tidak berkenalan.
Wawancara merupakan pengumpulan data yang sering /
digunakan dalam penelitian kualitatif. Melakukan teknik
wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau
percakapan antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.
Orang yang diwawancarai dalam penelitian kualitatif adalah
informan yang melebihi pengetahuan dan pemahaman

137
(pewawancara) yang dimaksudkan dan terwawancara (yang
diwawancarai) menghimpun informasi dari interview.
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, apabila peneliti menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan penelitian yang berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan informasi yang lebih mendalam. Sebagai
pegangan peneliti dalam penggunaan metode wawancara adalah
bahwa subjek adalah informan yang tahu tentang dirinya sendiri,
tentang tindakannya secara ideal yang akan diinformasikan secara
benar dan dapat dipercaya. Dengan demikian mengadakan
wawancara atau interview pada prinsipnya merupakan usaha untuk
menemukan catatan yang lebih dalam dari sebuah kajian dari
sumber yang berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan
sebagainya.

A. Pengertian Wawancara
Beberapa definisi wawancara dikemukakan beberapa ahli
sebagai berikut.
1. Berg ( 2007 : 89 ) membatasi wawancara sebagai suatu
percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk
mengumpulkam informasi.
2. Sudjana (2000 : 234) wawancara adalah proses pengumpulan
data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya

138
(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab
(interview).
Wawancara adalah suatuteknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung
melalui percakapan atau tanya jawa. Wawancara dalam penelitian
kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi
informasi secara holistic dan jelas dari informan.

B. Macam-macam Wawancara
Wawancara dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut
berbagai caranya, seperti :
1. Fungsinya : (a) diagnostik, (b) therapeutik,(c)
penelitian.
2. Jumlah responden : (a) individual, (b) kelompok.
3. Lama interview : (a) singkat, (b) panjang.
4. Peranan pewawancara dan responden
(a) Terbuka, tak berstruktur, bebas, non-directive atau
client-centered.
(b) Tertutup, berstruktur.
Ada cara-cara pembagian lainnya seperti interview klınıs
psikologis, interview psikiatris, interview psiko-analitis, dan
sebagainya. Pada umumnya dapat dibedakan dua macam interview
yakni yang berstruktur dan tak berstruktur.

139
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur di gunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila penelitian atau pengumpulan data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpulan data bisa
terstruktur.
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di
mana tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar
permasalahan yang hanya akan dikembangkan.
Contoh: Bagaimanakah Bapak/Ibu meminta pendapat tentang
kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi Berbadan
Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin dalam
memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu?
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan
dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang
lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan,
peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu

140
atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat
menentukan secara pasti permasalahan atau variabel yang harus
diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih
lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-
pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang iklimkerja
perusahaan, maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja
tingkat bawah, supervisor, dan manajer.

C. Wawancara dalam Penelitian Kualitatif


1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi
partisipasi. Peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian
terutama pada keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Wawancara dalam penelitian kualitatif merupakan wawancara yang
mendalam. Mc Millan dan Schumacher (2001:443) menjelaskan
bahwa, wawancara yang mendalam adalah tanya-jawab yang
terbuka untuk memperoleh data tentang niat hati para
partisipanbagaimana menggambarkan dunia mereka dan bagaimana
mereka menjelaskan atau menyatakan perasaan tentang kejadian-
kejadian penting dalam hidupnya. Stainback (1988)
mengemukakan bahwa, wawancara memberikan peneliti sarana
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang
bagaimana partisipan menafsirkan situasi atau fenomena daripada

141
yang bisa dilakukan melalui observasi saja. Jadi, dengan
wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam dari para pelaku dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan
melalui observasi.
Dengan demikian mendalami (interview mendalam) adalah
suatu kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti
sebagai wawancara dengan informan atau yang memberi informasi
dalam konteks observasi partisipasi, proses mendapatkan informasi
untuk dialog antara peneliti dengan yang diteliti
(informan/wawancara) memberi kesan bahwa sudah terjalin suatu
hubungan yang intens antara peneliti dengan informan.
Hal ini menjelaskan bahwa penelitian ini mendalami oleh
keakraban yang salah satunya dibangun karena peneliti sudah
membangun suasana "hubungan" dengan lingkungan penelitian.
Peneliti dalam dialog berperan sebagai "pemicu" yang menjadi
pemicu munculnya jawaban-jawaban yang "krusial" untuk
penelitian dari informan yang menguasai dan memahami
data/informasi.
2. Wawancara Bertahap
Bila wawancara mendalam, peneliti berbaur dan mengambil
bagian aktif dalam situasi penelitian sosial, maka wawancara
bertahap adalah wawancara yang dilakukan dengan sengaja
berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendiri untuk melakukan

142
wawancara dengan informan dan peneliti tidak sedang observasi
partisipasi, ia tidak bisa terlibat secara intensif dalam kehidupan
informan sosial, tetapi dalam kurun waktu tertentu, peneliti bisa
datang berkali-kali untuk melakukan wawancara. Sifat
wawancaranya tetap mendalam tetapi dipandu oleh pertanyaan-
pertanyaan pokok. Istilah lain dari yang bisa disebut juga
wawancara bebas terpimpin atau terarah, yaitu wawancara dengan
merujuk pada pokok-pokok wawancara.

D. Keuntungan dan Kelemahan Wawancara/Interview


1. Keuntungan Wawancara
Sebagai keuntungan wawancara dikemukakan antara
lain hal yang berikut:
1. Dengan wawancara kita dapat memperoleh
keterangan yang sedalam-dalamnya tentang suatu
masalah, khususnya yang berhubungan dengan
pribadi seseorang.
2. Dengan peneliti dapat memperoleh informasi yang
diinginkannya dengan cepat. Dengan wawancara
peneliti dapat memastikan bahwa respon dengah yang
memberi jawaban. Dalam angket kepastian ini tidak
ada.
3. Dalam wawancara peneliti dapat berusaha agar
pertanyaan benar-benar dapat dijangkau oleh

143
responden. Hal serupa ini misalnya tak dapat
dilakukan dalam angket. Wawancara mendukung
fleksibilitas dalam cara-tanya. Bila jawaban tidak
memuaskan, tidak tepat atau tidak lengkap,
pewawancara dapat mengajukan pertanyaan atau
merumuskannya dengan kata-kata lain. Atau bila
pertanyaan sebagai reaksi negatif, ia dapat menjawab
pertanyaan tentang topik berikutnya.
4. Pewawancara yang sensitif dapat menilai validitas
jawaban ber-dasarkan gerak-gerik, nada dan air muka
responden.
5. Informasi yang diperoleh melalui wawancara akan
lebih diperjelas kebenarannya karena salah tafsir
dapat diperbaiki waktu wawancara dilakukan. Jika
perlu pewawancara lagi mengunjungi responden bila
perlu penjelasan.
2. Kelemahan Wawancara
Wawancara juga memiliki beberapa kelemahan yang
perlu diketahui antara lain sebagai berikut :
1. Apakah jawaban verbal dapat dipercaya? Apa yang
diucapkan atau hanya kata-kata yang penting sebagai
pegangan untuk memperhatikan gerak-gerik dan
ekspresi responden, dan melakukan wawancara
menyebabkan kurangnya dilakukan selama

144
wawancara ataukah segera mengingatnya kembali,
tidak ada aturannya. Mencatat sambil memperhatikan
wawancara itu sendiri. Mungkin juga respon
wawancara diperhatikan agar kita sedapat mungkin
mengelakkannya. Seseorang tentang kelakuannya
belum tentu sesuai yang sebenarnya. Karena itu ada
kesangsian tentang validitas jawaban-jawaban yang
diperoleh melalui interview khususnya bila
mengandung unsur nilai.
2. Wawancara sendiri tidak konstan keadaannya dalam.
menghadapi berbagai orang secara berturut-turut.
Keletihan, kurangnya konsentrasi, atau faktor-faktor
lain menimbulkan perubahan pada diri pewawancara,
sehingga mempengaruhi validitas dan reliabilitas data
yang dikumpulkan.
3. Bila pelaksanaan wawancara ditugaskan kepada
beberapa orang, maka tak dapat membedakan antara
pribadi dan keterampilan para petugas itu.
4. Ada pula keberatan terhadap pengolahan hasil
wawancara. Jika digunakan tape recorder, maka
pengolahannya menjadi bentuk waktu yang cukup
banyak, apalagi bila wawancara itu berbentuk bebas.
Walaupun wawancara itu berstruktur, masih banyak
waktu yang dibutuhkan dalam pengolahannya.

145
5. Belum ada sistem tertentu tentang cara mencatat hasil
interview. Apakah harus dicatat kalimat-kalimat atau
ucapan-ucapan.

Soal latihan:

1. Buatlah contoh daftar pertanyaan wawancara!

146
Referensi:

Nasution, M. (1995,1996). Metode Research. In penelitian ilmiah.

Sugiyono ( 2008). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif,


Kualitatif, Kombinasi, R&D dan Penelitian Pendidikan),
Bandung : Alfabeta.

Djan’an satori & Aan Komaria (2011). Metodologi Penelitian


Kualitatif.Bandung : Alfabeta.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (1989). METODE


PENELITIAN Survei. Jakarta: LP3ES.

147
BAB XVI
ANGKET DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami angket mulai dari pengertian,
bentuk-bentuk pertanyaan dalam angket hingga macam-
macam angket.
A. Pengertian Angket
Angket dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
disebut dengan daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah
tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan.
Angket sama dengan kuesioner yaitu suatu alat riset atau survey
yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan
mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui
wawancara pribadi, atau biasa disebut juga sebagai daftar
pertanyaan.
Penelitian dengan angket (kuesioner) ini memerlukan
responden dalam jumlah yang cukup agar validitas temuan bisa
dicapai dengan baik. Hal ini wajar, sebab apa yang digali dari
kuesioner itu cenderung informasi umum tentang fakta atau opini
yang diberikan oleh responden. Karena informasi bersifat umum
dan (cenderung) dangkal maka diperlukan rseponden dalam jumlah
cukup agar “pola” yang menggambarkan objek yang diteliti dapat
dijelaskan dengan baik karena jika dilakukan sembrono, temuan

148
survey ini cenderung superficial (dangkal) meskipun dalam
analisisnya peneliti menggunakan statistic yang rumit.
Instrumen kuesioner harus diukur validitas dan reabilitas
datanya sehingga penelitian tersebut menghasilkan data yang valid
dan realiable. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat
dipergunakan untuk mengukur apa yang seharusya diukur,
sedangkan instrumen yang realible adalah instrumen yang apabila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama pula.
Sebagai ilustrasi, lima orang saja kemungkinan tidak mampu
memberikan gambaran yang utuh tentang sesuatu (misalnya
tentang profil kesejahteraan pegawai). Tetapi 250 orang mungkin
akan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang
profil kesejahteraan pegawai itu. Perlu dicatat, jumlah responden
saja belum cukup memenuhi syarat “keterwakilan”. Teknik
memilih responden (teknik sampling) juga harus ditentukan dengan
hati-hati.
Karena validitas data sangat tergantung pada “kejujuran”
responden maka peneliti sebaiknya juga menggunakan cara lain
(selain kuesioner) untuk meningkatkan keabsahan data itu.
Misalnya, peneliti mungkin bertanya kepada responden tentang
pendapatan perbulannya (dalam rupiah). Dalam hal ini, peneliti
juga mempunyai sumber data lain untuk meyakinkan kebenaran

149
data yang diberikan responden (misalnya dengan melihat daftar
gaji si responden di kantornya). Jika ini sulit ditemukan maka
peneliti terpaksa harus berasumsi bahwa data yang diberikan
responden adalah benar. Asumsi semacam ini sering kali
menyesatkan.
Kesalahan yang sering dibuat oleh peneliti dalam
menggunakan angket sebagai pengumpulan data penelitian adalah
terletak pada analisis data. Peneliti sering kali lupa bahwa apa yang
dikumpulkan melalui kuesioner ini adalah sekedar “persepsi
tentang sesuatu”, bukan “subtansi dari sesuatu”. Karena itu,
kalaupun peneliti menggunakan analisis statistik yang cukup
kompleks (misalnya korelasi atau regresi) maka peneliti harus ingat
apa yang dianalisisnya itu tetaplah sekumpulan persepsi, bukan
subtansi.

Struktur Batang Tubuh Angket

1. Judul angket.
2. Pengantar yang berisi tujuan dan petunjuk pengisian.
3. Item-item pertanyaan, bisa juga opini atau pendapat, fakta.

B. Bentuk-Bentuk Pertanyaan dalam Angket


1. Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang telah mendapat
pengarahan dari penyusun angket. Responden tinggal
memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam

150
kuesioner itu. Jadi jawabannya telah terikat, responden tidak
dapat memberikan jawabannya secara bebas.
2. Pertanyaan terbuka yaitu menghendaki jawaban responden
sebebas-bebasnya dengan uraian yang lengkap.
3. Daftar cek. Contohnya : Tulislah tanda cek ( V ) dibawah
lajur ya, apabila pertanyaan yang bersangkutan sesuai
dengan pendapat saudara dan tulislah tanda itu dibawah
lajur tidak, apabila pertanyaan itu tidak sesuai dengan
pendapat saudara.

NO PERTANYAAN- YA TIDAK
PERTANYAAN
1 Bahan bakar pertalite lebih
mudah didapatkan
dibanding premium

4. Pilihan Salah Benar


Contoh : lingkarilah huruf B apabila menurut pendapat
anda pernyataan yang bersangkutan itu benar, dan lingkari
huruf S, apabila menurut pendapat anda pernyataan itu
salah.
a. B-S Pertalite lebih mudah didapatkan dibandingkan
dengan premium

151
b. B-S Air dan minyak tidak dapat bersatu
5. Skala
Contoh : Berilah tanda cek ( V ) pada kolom yang sesuai
dengan pendapat anda.
Jenis Senang Senang Kurang Tidak Tidak
Olahraga Sekali Senang Senang Tahu
Bulutangkis
Tenis

6. Pilihan Ganda (Multiple Choice)


Contoh : Lingkarilah huruf yang berada didepan
pernyataan yang sesua dengan pendapat anda.
1. Status kepegawaian anda adalah :
a. pegawai lepas
b. pegawai harian
c. pegawai bulanan
d. pegawai sementara
e. pegawai tetap

C. Macam-Macam Angket
1. Dilihat dari cara memberikannya, angket dapat dibedakan:

152
A. Angket langsung, yaitu bila angket itu langsung diberikan
kepada responden yang ingin diselidiki. Jawaban diperoleh
dari sumber pertama tanpa menggunakan perantara.
B. Angket tidak langsung, yaitu bila angket itu disampaikan
kepada orang lain yang diminta pendapat tentang pendapat
atau keadaan orang lain. Jawaban angket itu diperoleh dengan
melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber
pertama.
2. Dilihat dari strukturnya, yaitu angket dapat dibedakan menjadi :
A. Angket berstruktur, yaitu angket yang bersifat tegas, konkrit
dengan pertanyaan-pertanyaan yang terbatas dan
menghendaki jawaban yang tegas dan terbatas pula.
B. Angket tak berstruktur, dipergunakan apabila konselor
menginginkan uraian lengkap dari subjek tentang sesuatu hal,
dimana diminta uraian yang terbuka dan panjang lebar.
Disampaikan dengan mengajukan pertanyaan bebas.

Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Angket


1. Angket dipergunakan dalam keadaan atau situasi yang
setepat-tepatnya. Misalnya bila kekurangan waktu, sasaran
banyak/luas maka dalam situasi demikian akan tepat apabila
kita menggunakan angket.
2. Terlebih dahulu ditemukan tujuan angket itu, baik tujuan
umum maupun tujuan khusus. Misalnya apakah yang dituju

153
itu tentang latar belakang social anak. Tujuan itu untuk
mentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan disusun. Tanpa
adanya tujuan yang jelas kita akan sulit menyusun
pertanyaan.
3. Tentukan dan susunlah pertanyaan itu dengan sebaik-
baiknya. Banyak angket kurang berharga karena kesalahan-
kesalahan dalam pertanyaanya.
4. Apabila pertanyaan-pertanyaan itu sudah ditentukan maka
pertanyaan-pertanyaan itu selanjutnya digolong-golongkan
menurut golongannya masing-masing, agar lebih sistematis
dan lebih mudah mengadakan penggolongan lebih lanjut.
5. Bila telah tersusun, diadakan uji coba untuk memeriksa
kemungkinan adanya pertanyaan-pertanyaan yang perlu
diperbaiki, sehingga diharapkan akan mendapat angket yang
lebih baik.

Petunjuk-Petunjuk Penyusunan Pertanyaan dalam Angket

1. Menggunakan kata-kata yang tidak mengandung arti


rangkap.
2. Susunan kalimat hendaknya sederhana tapi jelas.
3. Menghindari pemakaian kata-kata yang tidak ada gunanya.
4. Menghindarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu

154
5. Mencantumkan kemungkinan jawaban sebanyak mungkin
supaya subjek mempunyai kemungkinan pilihan yang
bebas.
6. Pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan
responden sehingga dapat dijawab dengan baik.
7. Hindarkan kata-kata yang bersifat sugestif dan juga kata-
kata yang bersifat negatif.
8. Pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab.
9. Bentuk berstrruktur lebih baik pada bentuk terbuka.
10. Pertanyaan jangan membuat responden berpikir terlalu
berat.
11. Pergunakan kata-kata yang netral, tidak menyinggung
perasaan dan harga diri responden.

Langkah-Langkah Penyusunan Angket


1. Persiapan.
2. Menentukan sasaran, mengidentifikasi setiap variable yang
akan dijadikan sasaran kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variable menjadi sub variable yang
lebih spesifik dan tunggal.
4. Menentukan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
5. Menentukan jenis data informasi yang dibutuhkan,
sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

155
6. Merancang bentuk-bentuk pertanyaan untuk memperoleh
infomasi yang dibutuhkan.

Kegunaan Angket dalam Bimbingan


1. Untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam
rangka penyusunan catatan permanen.
2. Untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan
metode lain.
3. Pembuatan evaluasi program bimbingan.
4. Untuk mengambil sampling sikap/pendapat dari responden.

Kelebihan Angket
1. Merupakan metode yang praktis, karena dapat
dipergunakan untuk mengumpulkan data kepada sejumlah
responden dalam jumlah yang banyak dan waktu yang
singkat.
2. Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang
dibutuhkan,
3. Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang
sama.
4. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan
keterangan.
5. Responden mempunyai waktu yang cukup untuk menjawab
pertanyaan.

156
6. Pengaruh subyektif dapat dihindarkan.

Keterbatasan Angket
1. Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan
memberikan jawaban yang tepat.
2. Terbatas hanya pada responden yang bisa membaca dan
menulis.
3. Karena tidak berhadap langsung dengan responden, maka
bila ada pertanyaan yang kurang jelas, responden tidak
dapat mendapatkan keterangan lebih lanjut.
4. Bersifat kaku, karena pertanyaan-pertanyaan dalam angket
telah ditentukan, sehingga tidak dapat diubah sesuai dengan
keadaan sekitar.
5. Sulit mendapatkan jaminan bahwa semua responden akan
mengembalikan angket yang diberikan.

157
REFERENSI

1. Judul Buku : DASAR METODOLOGI PENELITIAN


Penulis Buku : Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes
M. Ali Sodik, M.A
Penerbit : Literasi Media Publishing
Tahun Terbit : 2015

2. Judul Buku : METODOLOGI PENELITIAN


Penulis Buku : Drs. Cholid Narbuko
Drs. H.Abu Achmadi
Penerbit : Bumi Aksara
Tahun Terbit : 2004

3. Judul Buku : METODE PENELITIAN


Penulis Buku : Moh. Nasir, Ph.D
Penerbit : Ghalia Indonesia
Tahun Terbit : 2005

158
BAB XVII
STUDI DOKUMENTASI
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami studi dokumentasi beserta
jenis dokumen dalam studi dokumentasi.
A. PengertianStudi Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan
data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang
lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam
catatan dokumen. Dokumen yang berbentuk tulisan misalsnya
catatan harian, sejarah kehidupan biografis, peraturan kebijakan,
dll. Dengan berbentuk gambaranmisalnya foto, gambaran dan
sketsa.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini juga digunakan
untuk memperoleh berbagai data atau informasi yang ada kaitannya
dengan permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data
secara dokumentasi diperoleh dengan pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumentasi yang
dilakukan oleh penyusun yaitu dalam segi mendokumentasikan
gambaran-gambaran daerah yang terdampak bencana serta
langkah-langkah pengelolaan bencana dari fase darurat bencana.

159
Menurut Imam Gunawan bahwa, teknik dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data dari sumber non insani.
B. Jenis Dokumen dalm Studi Dokumentasi
Terdapat dua jenis dokumen yang digunakan dalam studi
dokumentasi yaitu:
a. Dokumen primer yaitu, dokumen yang ditulis langsung oleh
orang yang mengalami peristiwa.
b. Dokumen sekunder yaitu, dokumen yang ditulis kembali
oleh orang yang tidak langsung mengalami peristiwa
berdasarkan informasi yang diperoleh dari orang yang
langsung mengalami peristiwa.
C. Kelebihan dan Kekurangan Studi Dokumentasi
Kelebihan Studi Dokumentasi
a. Untuk subjek penelitian yang sulit, studi dokumentasi dapat
memberikan jalan untuk melakukan penelitian.
b. Karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung
dengan orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh
oleh kehadiran peneliti atau pengumpulan data.
c. Analisis longitudinal, menjangkau jauh ke masa lalu.
d. Dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik ini
memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar
karena biaya yang diperlukan relatif kecil.

160
Kekurangan Studi Dokumentasi
a. Dokumen yang dibuat tidak untuk keperluan penelitian.
b. Tersedia secara selektif. Tïdak semua dokumen dipelihara
untuk dapat dibaca ulang oleh orang lain.
c. Tidak Iengkap. Karena tujuan penulisan dokumen berbeda
dengan tujuan penelitian.
d. Format yang tidak baku. Sejalan dengan maksud dan tujuan
penulisan dokumen yang berbeda dengan tujuan penelitian,
maka formatnya juga dapat bermacam-macarn sehingga
bisa mempersulit pengumpulan data.
Soal latihan:
1. Temukan contoh studi dokumentasi!

161
Referensi:
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Usman,Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2011. Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktif

https://seputarpengertian.blogspot.com/2017/09/pengertian-
studidokumentasi-serta-kekurangan-Kelebihan.html?m=1

162
BAB XVIII
PENGAMATAN
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami observasi, jenis-jenisnya dan
tujuan observasi.
A. Pengertian Penelitian dan Observasi
Penelitian berasal dari bahasa inggris yaitu researchberasal
dari dua suku kata yaitu re dan search. Secara leksikal re diartikan:
kembali dan search: mencari. Sehingga secara harfiah diartikan
sebagai pencarian kembali.
Penelitian berawal dari adanya masalah dengan terlebih
dahulu Berusaha mengidentifikasi masalah. Sebagai penelitian
ilmiah, masalah tersebut dikonsultasikan dengan teori atau konsep
dan diidentifikasi fenomena empiriknya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, antara
lain:
1) Tahap pengumpulan data
2) Tahap reduksi data
3) Tahap penyajian data
4) Tahap penarikan kesimpulan
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain seperti teknik

163
wawancara dan teknik kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner
selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas
kepada orang, tetapi terhadap objek-objek alam yang lain.
Sutrisno hadi (1986) bengemukakan bahwa, observasi adalah
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik
pengumpulan data dengan teknik observasi digunakan apabila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
B. Jenis-Jenis Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis,
artinya observasi dan penulisannya harus sesuai dengan prosedur
dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi oleh peneliti
yang lain. Selain itu hasil observasi juga harus memberikan
kemungkinan untuk menafsirkannya secara ilmiah.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dapat dibedakan menjadi, participant observation (observasi
berperan serta) dan non participant observation. Sedangkan dari
segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan non terstruktur. Dari

164
segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi:
1.Participant Observation (Observasi Berperan Serta)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti
juga ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan
ikut merasakan sukadukanya. Dengan observasi partisipan ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah
misalnya, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, dapat
mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja,
bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan antara sesama
karyawan, hubungan karyawan dengan supervisor dan pemimpin,
keluhan dalam pekerjaan dan lain-lain.
Keuntungan dari observasi ini ialah, bahwa peneliti sudah
merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya
sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam
kewajarannya. Peneliti mengenal situasi itu dengan baik karena ia
berada didalamnya dan dapat mengumpulkan keterangan yang
banyak. Keberatan yang terdapat dalam metode ini ialah bahwa

165
besar kemungkinan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu,
sehingga prosedur yang diikutinya tidak dapat diulangi dan dicek
kebenarannya oleh peneliti lain. Karena keterlibatannya mungkin ia
tidak dapat lagi melihat secara tajam lagi hal-hal yang khas yang
harus diamati dan dicatat, karena baginya hal-hal itu sudah menjadi
biasa.
2.Non Participant Observation
Kalau dalam participant observation peneliti terlibat
langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka
dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat langsung dan
hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam suatu tempat
pemungutan suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana
perilaku masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, dalam
interaksi dengan panitia dengan pemilih yang lainnya. Peneliti
mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan
tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan umum.
Pengumpulan data dengan observasi non partisipan ini tidak
akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada
tahap makna. Makna adalah nilai-nilai perilaku yang tampak, yang
terucap, dan tertulis.
C. Tujuan Observasi

166
Ilmu pengetahuan mulai dari observasi dan akan selalu
kembali kepada observasi untuk mengetahui kebenaran dari ilmu
itu. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan
observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang
kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.
Observasi juga dilakukan bila belum banya keterangan yang
dimiliki tentang masalah yang kita selidiki. Observasi dilakukan
untuk menjajakinya, jadi observasi berfungsi sebagai eksplorasi.
Dari hasil ini dapat kita dapat memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk untuk
memecahkan masalahnya.
Dengan observasi sebagai alat pengumpul data dimaksud
sebagai observasi yang dilakukan secara sistematis bukan observasi
secara sambilan dan atau secara kebetulan saja. Dalam observasi ini
diusahakan untuk mengamati keadaan yang wajar dan sebenarnya
tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, dan
memanipulasinya.
Kesulitan Metode Observasi
Sifat masalah mengharuskan kita menggunkan metode
observasi. Selain itu sifat orang atau kelompok yang kita amati
memaksa kita mengadakan observasi karena tidak ada cara lain

167
untuk memperoleh data. Misalnya mempelajari masalah pengedar
ganja, wanita tuna susila, orang gelandangan, suku-suku yang
hidup terpencil dan lain-lain harus menggunakan metode observasi.
Tidak semua orang ingin dijadikan objek penelitian dan tidak
bersedia memberikan keterangan secara suka rela. Dalam keadaan
itu peneliti terpaksa mengadakan observasi sekalipun dengan cara
menyamar. Peneliti juga dapat menyuruh orang lain sebagai
penggantinya, jika orang itu lebih mudah memasuki kelompok
yang diteliti tanpa dikenal sebagai pengamat. Memperoleh
kesempatan untuk mengadakan pengamatan tentang keadaan dan
kelakuan orang tertentu tidak mudah, bahkan sering menghadapi
penolakan. Banyak hal yang tidak diinginkan diketahui orang lain
karen bisa saja hal itu bisa merusak nama baik sendiri.Orang
merasa diganggu dan merasa diambil hak kebebasannya bila
diamati.
Bagaimana Melakukan Observasi?
Metode observasi seharusnya dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat diuji validitas dan reliabilitasnya. Karena itu
observasi harus sistematis agar dapat dijadikan dasar yang cukup
ilmiah untuk generalisasi. Tujuan observasi harus variabel-variabel
yang akan diselidiki, harus dinyatakan secara eksplisit, konsep-
konsep yang diselidiki harus dirumuskan setajam mungkin. Tujuan

168
yang jelas dapat memusatkan perhatian kepada hal-hal yang
relevan.
Dalam dunia kenyataan peneliti seringkali dibanjiri oleh
banyak kesan-kesan yang menyimpang dari sasaran penelitian.
Tujuan yang jelas mengarahkan dan memusatkan penelitian kepada
apa yang harus diamatinya, siapa yang harus diamatinya, dan
keterangan apa yang harus dikumpulkannya.
Agar peneliti dapat mengobservasi secara efisien dan efektif,
ia harus terlebih dahulu mempunyai latar belakang yang luas serta
mendalam tentang masalah yang akan diselidiki khususnya
bertalian dengan apa yang harus diamatinya.
Dalam observasi harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengetahui dimana observasi harus dilakukan
2) Mengetahui siapa-siapa yang harus diobservasi
3) Mengetahui data apa yang harus dikumpulkan
4) Mengetahui bagaimana cara mengumpulkan data
5) Mengetahui cara-cara mencatat hasil observasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar observasi dapat
dikatakan observasi yang sistematis:
1) Rumuskan hipotesis secara tajam agar data yang diperoleh
terarah dan lebih cermat. Penelitian bertujuan untuk menguji
hipotesis.

169
2) Pakai jenis observasi yang terkontrol dengan sedapat mungkin
menggunakan standar obyektif seperti ukuran waktu, panjang,
jumlah, frekuensi, Kodifikasi, tabulasi, diagram sodiometri,
peta, dan ukuran standar lainnya yang tersedia.
3) Catat kondisi pengamatan dilakukn agar dapat diulangi oleh
peneliti lain dan agar diketahui keterbatasannya.
4) Dimana diperlukan alat pencatat seperti foto, film, rekaman asal
relevan dengan hipotesis yang telah dirumuskan dengan dengan
cermat. Kalau tidak, maka data yang telah banyak terkumpul
akan merepotkan saja.
5) Sebuah penelitian banyak bergantung kepada peneliti sebagai
suatu variabel yang harus diperhitungkan. Sedapat mungkin
hindarilah atau kurangi bias atau prasangkan. Kehadiran
pengamat dapat mempengaruhi situasi. Dengan menggunakan
one-way visual screen anak-anak dapat diamati dlam keaadaan
yang wajar tanpa sadar sedang diamati.

170
Referensi:

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta,


Cv.

Nasution S. 1996. Metode Penelitian Research. Jakarta. Bumi


Aksara.

Muhamad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta.


PT Rajagrafindo Persada.

Satori Djam’an, Komariah Aan. 2017. Metodologi Penelitian


Kualitatif.
Bandung. Alfabeta, Cv.

171
BAB XVIII
POPULASI DAN SAMPEL
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami pengertian populasi,
sampel, dan jenis-jenis populasi dan sampling.
A. Pengertian Populasi
Populasi bwrasal dari Bahasa Inggris yaitu population yang
berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi
amat popoler dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok
objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian
merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Sehingga objek-objek
ini dapat menjadi sember data penelitian (Bungin, 2006:99).
Kata populasi (population), juga disebut universum, universe
dan universeofdiscouser. Definisi populasi yang sejalan dengan
konsep kualitatif, diantaranya adalah :
a. Gregory (Djailani, 1998 : 107) secara lebih tajam
mengartikan populasi sebagai keseluruhan objek yang
relevan dengan masalah yang diteliti.
b. Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau
elemen di mana penyelidik tertarik. (Konneth D.
Bailey;85)

172
c. Congelosi dan Taylor (Djailani, 1998: 170): populasi
adalah keseluruhan unsur yang diteliti.
d. Populasi dapat berupa organisme, orang atau
sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda,
objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki
ciri yang harus didefinisikan secara spesifik dan tidak
secara mendua. (Roben B. Burn;2000 p.83)

Pengertian populasi (universal), menurut Sugiyono dalam


buku “Statistika Untuk Penelitian” (2002:55), adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari; objek atau sabjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya.
Pemilihan data kuantitatif yang lebih menekankan pada data
kuantitatif, sedangkan data kualitatif sebalikanya menekankan pada
analisis data kualitatif, jadi populasi (population) data yang detail,
yaitu berkaitan dengan sekelompak orang, kejadian atau semua
yang mempunyai karakteristik tertentun dan anggota populasi
untuk disebut dengan elemen populasi (elemen population).
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek
atau sabjek yang mempunya karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya.

173
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang
ada pada objek/subjek yang yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh sabjek atau objek itu.
B. Pengertian Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana
hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk
menetukan sifat serta ciri yang di kehendakdari suatu
populasi.Konsep sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari
anggota organisasi populasi yang diambil menurut prosedur
tertentu sehingga dapat mewakili populasinya secara representative.
Konsep sampel yang biasa digunakan dalam penelitian
kuantitatif adalah sampel yang diambil dari populasi yang benar-
benar representatif (mewakili) agar apa yang akan dipelajari dari
sampel kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Dengan
meneliti sampel diharapkan hasil yang telah diperoleh akan
memberikan kesimpulan dan gambaran yang sesual dengan
karakteristik populasi. Jadi, hasil kesimpulan dari penelitian
sampel dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Olehkarena itu
peneliti wajib memahami tentang teknik sampling, besar ukuran
sampel, dan karakteristik populasi dalam sampel. Kerja statistik
melalui sampel yang dimungkinkan dengan alasan: keterbatasan
biaya, waktu dan tenaga. Yang terpenting adalah bahwa sampel

174
merupakan representasi dari populasi yang menggambarkan
keseluruhan populasi, hanya berukuran lebih kecil. Sebaliknya
kesimpulan yang diperoleh dari proses analisis sampel data dapat
digambarkan sebagai kesimpulan bagi seluruh populasi.
Dalam penelitian kualitatif, tidak relevan bila membatasi
informan dengan menentukan besaran ukuran informan dengan
menggunakan perhitungan statistik, karena belum tentu yang
terjaring dalam perhitungan tersebut dapat menjawab permasalahan
penelitian atau bahkan terlalu banyak hal yang tidak terlibat dalam
penelitian. Dengan demikian, penentuan sampel dihitung
berdasarkan statistik proporsional yaitu sampel sebangun dengan
populasi. Tidak relevan dengan penelitian kualitatif.
Pengertian dari Earl Babbie (Prijana, 2005) dapat digunakan
untuk memahami sampel yang cukup relevan digunakan untuk
penelitian kuantitatif yaitu: "Sampling is the process of selection
observation" (Sampling adalah proses seleksi dalam kegiatan
observasi). Proses seleksi yang dimaksud di sini adalah proses
untuk mendapatkan orang, situasi, kegiatan/aktivitas, dokumen
yang diperoleh dari sejumlah orang yang dapat mengungkap atau
dokumen yang dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan
untuk memilih orang sesuai permasalahan. Dalam istilah sample
dikenal dengan purposive sampling dan snowball sampling.

175
Peneliti yang meneliti seluruh elemen-elemen populasi, yaitu
'sensus', dan jika meneliti sebagian dari elemen-elemen tertentu
suatu populasi, disebut penelitian sampel'. Peneliti secara teknis
umumnya akan mengalami kesulitan melakukan sensus (sensus),
karena jumlah elemen yang relatif sangat besar dan sulit untuk
menghitungnya, adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang
tersedia dalam pelaksanaan suatu penelitian.
Metodologi sampling yang representatif pada dasarnya
menyangkut masalah sampai di mana ciri-ciri yang terdapat dalam
sampel yang terbatas tersebut dapat mewakili keadaan sebenarnya
dalam keseluruhan populasi? Seorang peneliti tidak akan dapat
menjamin bahwa sampelnya benar-benar representatif, namun
paling tidak sesuai dengan prosedur yang ditentukan oleh
metodologi sampling berdasarkan probabilitas, maka dapat
menghitung berapa besar selisihnya antara ciri-ciri dalam sampel
dengan ciri-ciri populasinya. Dalam jumlah sampel sebenarnya
tidak ada aturan yang tegas dipersyaratkan dalam penelitian
populasi yang ada. Termasuk tidak ada batasan yang 'pasti'
mengenai sampel besar atau kecil. Manfaat besar-kecilnya sampel
tersebut, diketahui jika sampelnya kecil biasanya membutuhkan
biaya yang lebih kecil, lebih mudah diolah dan mempunyai
kesalahan (sampline error) yang lebih besar, karena daya
generalisasinya lebih kecil yang berjumlah besar dan sulit untuk

176
dikendalikan, pembiayaannya lebih besar serta pengelolaan yang
akan membutuhkan waktu lebih lama serta rumit, daya
generalisasinya lebih umum, terpercaya dan akurat, tetapi dengan
sampling error lebih kecil
Maka demi alasan praktis, pihak peneliti akan menilai hanya
sebagian tertentu dari elemen-elemen populasi vang dianggap
sebagai 'sampel,' dan anggota sampel dalam penelitian tersebut
adalah benar-benar representatif atau mewakili populasi yang akan
diteliti.
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi
besar, peneliti tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian
misalnya karena terbatasnya dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa
yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul- betul mewakili dan harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu
yang seharusnya diukur. Contoh: Kalau yang ingin diukur adalah
semua karyawan PT AMANAH Semarang sedangkan yang
dijadikan sampel adalah hanya karyawan bagian keuangan saja,
maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu
yang seharusnya mengukur semua tapi harus sesuai syarat teknik
sampling.

177
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil merupakan
hal yang penting jika peneliti melakukan penelitian yang
menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang
menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi hal
yang penting, karena yang dipentingkan adalah kekayaan kekayaan
informasi dari sampel. Walaupun sedikit tapi jika kaya akan
informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
C. Jenis-Jenis Populasi dan Sampling
Populasi terbagi menjadi dua yaitu :
a. Populasi finit, artinya jumlah individu ditentukan
b. Populasi infinit, artinya jumlah individu tak terhingga atau
tidak diketahui dengan pasti.
Jenis-jenis Sampling
 Probability Sampling

178
Dalam probability sampling termasuk (1) sample random
samplingatau sampling acakan yang sederhana, (2)
proportional stratified random sampling atau pengambilan
sampel secara acak proporsional menurut stratifikasi,(3)
disproportionate stratified random sampling, acakan secara
tak-proporsional menurut sertifiksi dan, (4) area atau "cluster"
sampling, yaitu sampling menurut daerah atau pengelompokan.
Sampling yang mana yang akan dipilih antara lain
bergantung pada masalah yang dihadapi serta tujuan yang ingin
dicapai. Pertimbangan-pertimbangan lain mengenai besarnya
populasi dan jumlah sampel yang diperlukan, biaya yang tersedia
dan kemungkinan serta kesulitan untuk memperoleh sampel itu
guna penelitian.
Ada kemungkinan timbul berbagai kesukaran untuk
mengatassertakan seseorang dalam penelitian. Juga mungkin
terjadi bahwa rencanakan tentang pengambilan sampel secara
keseluruhan, kerena macam-macam faktor, Biasanya seorang
mahasiswa sangat penting tentang keuangan, dalam hal
memperoleh sampel yang diinginkan, sedangkan waktu terbatas
mengatur pada perguruan tinggi.
 Sampling Acakan
Istilah acakan atau "random" menimbulkan kesan seolah-akan
cara ini dilakukan dengan cara sembrono. Halnya bukan demikian,

179
karena pelaksanaan dilakukan dengan cermat sekali. Acakan juga
tidak berarti bahwa seorang masuk sampel secara kebetulan saja,
karena sampling acakan ini dilakukan menurut prosedur tertentu.
Yang dimaksudkan dengan acak atau acak menemukan kesempatan
yang sama dipilih untuk setiap individu atau unit dalam
keseluruhan populasi.
Kelemahan sampling acakan adalah karena sukar, ada kalanya
tidak mungkin memperoleh data lengkap tentang keseluruhan
populasi itu, misalnya jumlah anak nakal, orang yang memiliki
telepon, atau mobil, orang buta huruf, orang cacat dan sebagainya.
Ciri utama dari sampling acakan atau random sampling ialah
bahwa setiap unsur dari keeluruhan populasi mempunyai
kesempatan yang sam untuk dipilih. Selain itu kesempatan itu harus
independen artinya kesempatan bag suatu unsur untuk dipilih tidk
mempengaruhi kesempatan unsur unsur lain untuk dipilih.Sampling
acakan sederhana dilakukan dengan cara (1) undian, (2)
menggunakan table, (3) menggunakan computer.
 Sampling daerah
Bila populasi tersebar di suatu daerah seperti negara, provinsi,
kabupaten, kota, kecematan, dan sebagainya. Maka sampling
sampling dapat dilakukan berdasarkan daerah. Pada peta daerah itu
kita gambar petak-petak. Tiap petak diberi bernomor. Dengan
sampling acakan dapat ditarik sejumlah nomor yang dijadikan

180
sampel. Semua keluarga atau orang dengan ciri tertentu dalam
daerah sampel itu diwawancarai. Bila daerah itu masih terlampau
luas, atau terlampau banyak penduduknya, peta dari derah itu dapat
lagi dapat lagidibagi dalam petak-petak. Dengan sampling acakan
dapat kita memperoleh sampel yang diperlukan.
Pengambilan sampel daerah serupa ini memiliki beberapa
keuntungan. Pengambilan sampel serupa ini sesuai bagi peneliti
yang melibatkan populasi yang besar yang tersebar di daerah yang
luas. Pelaksanaannya lebih mudah daripada metode sampling
lainnya. Biayanya lebih murah pula, karena sampel telah sesuai
dengan daerah yang terbatas. Biaya. transportasi misalnya jauh
lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang tersebar tempat
tinggalnya. Generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian
daerah-daerah tertentu dapat diterima sebagai berlaku bagi daerah-
daerah di luar sampel.
Kelemahannya adalah bahwa jumlah individu dalam tiap
daerah pilihan tidak sama, misalnya daerah kota dibanding dengan
daerah pertanian. Itu karena cara sampling ini tidak sebaik cara
sampling lainnya. Ada pula kemungkinan orang pindah atau
berjalan pilihan satu ke daerah pilihan satu lagi sehingga ia dapat
dua kali masuk sampel bila penelitian tidak dilakukan serempak.
Kelemahan lainnya apakah dengan sampling serupa ini semua tidak
ada populasi yang diberi. kesempatan yang sama untuk dipilih,

181
khususnya jika kita terpaksa menggunakan sampling bertingkat.
Namun metode pengambilan sampel ini banyak dilakukan bila
populasi ter-sebar di wilayah tertentu yang kondisinya belum
diketahui sepenuhnya dari daerah.
 Non Probability Sampling
Ada kalanya kita tidak melakukan probability sampling, jadi
tidak menggunakan metode acak yang memberi kemungkinan yang
sama untuk setiap populasi untuk dipilih, sehingga dapat diambil
kesimpulan atau generalisasi yang berlaku untuk keseluruhan.
Non-probability sampling dilakukan misalnya untuk sekedar
mengetes reliabilitas alat pengukur tertentu. Dilakukan juga untuk
memperoleh suatu kesan umum tentang ciri-ciri manusia yang
tinggal di suatu daerah. Misalnya orang desa nelayan atau yang
memiliki pekerjaan tertentu seperti tukang beca, atau orang
keturunan tertentu keturunan Arab, dan sebagainya, jadi misalnya
untuk penelitian yang masih bersifat eksploratoris. Berdasarkan
penelitian ini peneliti mendapat keterangan yang lebih banyak
tentang populasi, dan karena itu dapat dilakukan penelitian yang
lebih sistematis kemudian dengan menggunakan pengambilan
sampel secara acak. Non-probabilitas dapat dilakukan dengan
mudah dalam waktu singkat, tetapi hasilnya tentu tidak dapat
diterima sebagai populasi keseluruhan, karena sebagian besar dari
populasi tidak dilibatkan dalam penelitian itu.

182
 Sampling Sistematis
Dengan sampling sistematis dimaksud, memilih sampel dari
suatu daftar menurut urutan tertentu, misalnya tiap individu yang ke
10 atau ke – 15, atau ke – n. Daftar itu dapat berupa daftar anggota
perkumpulan, buruh perusahaan, buku telepon, kata-kata dalam
kamus, daftar pegawai kantor, daftar murid, atau mahasiswa dan
sebagainya. Caranya temukan jumlah sampel yang diinginkan,
selidiki jumlah sampel yang diinginkan yaitu nama/pada daftar itu,
tentukan urutan keberapa yang menjadi dasar pilihan, untuk
menarik nama pertama cabut suatu nomor secara acakan, sebagai
variasi dapat kita lakukan;setelah memperoleh jumlah tertentu
misalnya 25 orang, kita ambil lagi suatu nomor baru secara acak
sebagai dasar untuk memilih 25 orang berikutnya, dan seterusnya
sampai tercapai jumlah sampel yang kita inginkan.
Metode sampling ini dikatakan sistematis karena mengikuti
sistematika tertentu. Istilah ini agak mengelirukan, karena
sampling acakan juga sistematis. Dalam cara ini ada tidak terdapat
unsur acak (random) khususnya mengenai individu pertama yang
dipilih. Tidak acakan itu diperbesar dengan berulang-ulang
menggunakan nomor acak lagi sebagai dasar untuk memilih setiap
jumlah berikutnya.
Keuntungan metode ini adalah bahwa cara ini mudah dalam
pelaksanaannya dan juga dapat cepat diselesaikan. kesalahan

183
tentang memilih individu yang kesekian mudah diketahui, dan
kalaupun salah tidak begitu mempengaruhi hasilnya.
Kelemahannya adalah bahwa individu yang berada di antara yang
kesekian, sehingga cara ini tidak sebaik sampling acakan. Seperti
yang dikemukakan sebelumnya, tidak acakan diperbesar dengan
memilih nomor acak yang baru tiap kali tercapai jumlah tertentu.
 Sampling Kuota
Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang memiliki
ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan.Misalnya
sejumlah mahasiswa tingkat V dari beberapa universitas tertentu
yang bekerja sambil belajar, atau jumlah guru dalam bidang-bidang
studi tertentu yang pemah mendapat penataran itu misalnya untuk
meminta pendapat mereka tentang manfaat penataran itu bagi pe-
ningkatan mutu pengajaran. Peneliti dapat menentukan bidang
studinya serta jumlah guru atau kuota setiap studi yang diinginkan
untuk misalnya diwawancarai. Sampling itu tidak dapat menyamai
sampling dengan stratifikasi yang memperhitungkan ciri-ciri
tertentu dan memilih sampel yang representatif dari tiap kategori.
Keuntungan metode ini adalah bahwa melaksanakannya
dengan mudah, murah, dan cepat. Hasilnya berupa kesan-kesan
umum yang masih kasar yang dapat dipandang sebagai generalisasi
umum. Dalam sampel dapat dengan sengaja kita memasukkan
orang-orang yang mempunyai ciri-ciri yang kita inginkan.

184
Kelemahannya adalah kecenderungan memilih orang yang
mudah didekati bahkan yang dekat pada kita yang mungkin ada
biasnya dan memiliki ciri yang tidak dimiliki populasi dalam
keseluruhannya. Ciri-ciri yang dipilih dalam penggolongan sampel
tidak berdasarkankan ciri-ciri yang esensial dari populasi, Andaikan
kita lebih banyak mengenalnya. Oleh karena sampel itu tidak
representatif, maka kesimpulan penelitian ini hanya dapat memberi
kesan-kesan yang sangat umum. Namun ada peneliti yang merasa
puas dengan hasil yang serupa itu.
 Sampel Aksidental
Sampel aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja
yang kebetulan ada, misalnya menanyakan siapa saja yang
ditemuinya di tengah jalan untuk meminta pendapat mereka tentang
sesuatu seperti kenaikan harga, keluarga berencana, peraturan lalu
lintas, dan sebagainya. Karena sampel ini sama sekali tidak
mewakili tentu saja tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang
bersifat generalisasi. Metode ini sangat mudah, murah, dan cepat
untuk dilakukan.
 Purposive Sampling
Sampling purposive dilakukan dengan mengambil orang-orang
yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang
dimiliki oleh sampel itu. Misalnya orang yang memiliki tingkat

185
pendidikan tertentu, jabatan tertentu, memiliki usia tertentu yang
pernah aktif dalam kegiatan masyarakat tertentu.
Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan
sertifikat hingga relevan dengan desain penelitian. Peneliti akan
berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil wakil dari segala
lapisan masyarakat. Dengan demikian diusahakannya agar sampel
itu memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi sehingga dapat
dianggap cukup representatif. Ciri-ciri apa yang esensial, strata apa
yang harus digambarkan, bergantung pada penilaian atau
pertimbangan atau pertimbangan peneliti. Itu sebab purposive
sampling ini disebut juga judgemental sampling.
Misalnya untuk menilai mutu pendidikan, peneliti dapat
memilih sampel dari pegawai kantor departemen P dan K, guru,
orang tua, murid, pengusaha-pengusaha sebagai konsumen produk
pendidikan. Selanjutnya menentukan siapa-siapa yang dianggapnya
representatif dari tiap golongan.
Tampaknya sampling ini ada persamaannya dengan sampling
kuota, namun dalam purposive sampling peneliti lebih cermat
menentukan syarat-syarat bagi sampel agar sesuai dengan tujuan
penelitiannya.
Keuntungan sampel serupa adalah bahwa sampel itu dipilih
sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desan penelitian. Selain
itu cara ini relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan. Sampel

186
peneliti yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan
dapat didekati.
Kelemahannya adalah bahwa tidak ada jaminan sepenuhnya
bahwa sampel itu representatif seperti halnya dengan sampel
acakan atau acak. Kriteria yang digunakan atas pertimbangan
peneliti harus didasarkan atas pengetahuan yang mendalami tentang
populasi agar dapat diperjelas. demikian, pertimbangan itu tidak
bebas dari unsur subyektifitas. Salah satu kelemahan lainnya adalah
bahwa dalam setiap pengambilan sampel jadi yang tidak memberi
kesempatan yang sama untuk dipilih kepada semua anggota
populasi, tidak-dapat digunakan analisis statistik guna kesimpulan.
 Snowball Sampling
Dalam sampling ini kita mulai dengan kelompok kecil yang
diciptakan untuk menunjuk kawan masing-masing. Kemudian
kawan- kawan ini diminta pula menunjukkan kawan-masing
masing pula, dan begitu seterusnya sehingga kelompok itu terus
bertambah besar, bagaikan bola salju yang kian bertambah besar
bila meluncur dari puncak bukit ke bawah. Sampling ini dipilih
bila kita ingin mengetahui hubungan antar kelompok yang akrab,
atau cara-cara yang tersebar di kalangan tertentu, misalnya
kalangan berprofesi tertentu seperti bagaimana mengetahui tentang
obat baru, atau bagaimana orang menanamkan modal tertentu, dan
sebagainya. Untuk meneliti penyebaran informasi tertentu di

187
kalangan kelompok terbatas sampling serupa ini sangat bermanfaat.
Di samping itu diperoleh gambaran tentang hubungan antar
manusia dalam kelompok tertentu di kalangan kelompok terbatas
sampling serupa ini sangat bermanfaat. Di samping itu diperoleh
gambaran tentang hubungan antar-manusia dalam kelompok itu
antara siapa saja yang menjadi tokoh yang berpengaruh dalam
kelompok itu.
Kelemahannya adalah bahwa dalam kelompok berawal dari
tidak ada unsur subyektif, jadi tidak dipilih secara acak atau acak.
Bila jumlah sampel melebihi 100 orang penanganannya sudah
sukar sekali dikendalikan.
 Sampling Jenuh dan Padat
Sampling itu dikatakan jenuh (tuntas) bila semua populasi di
suatu sampel, misalnya semua guru di sekolah atau semua doktor di
suatu kota. Sampling itu dikatakan padat bila jumlah sampel lebih
dari setengah dari populasi, misalnya 250 – 300 orang dari populasi
500 orang.
Populasi dikatakan "kecil" bila jumlahnya jauhdi bawah 1000
orang. Pengambilan sampel jenuh dapat dilakukan bagi kelompok
yang kecil. Akan tetapi bila jumlahnya besar, misalnya 1000
orang, maka pengambilan sampel jenuh lagi praktis karena biaya
dan waktu tidak lebih banyak daripada melakukan wawancara, dan
pengolahannya.

188
Referensi:
Siregar Syopian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
DKU Print.
Satori Djam’an. Aan Komaria. 2017. Penelitian Metodologi
Kuantitatif. Bandung. Alfabeta.
Ruslan Rasadi. 2010. Metode Penelitian Public Relation dan
Komunikasi. Jakarta. Pusataka Nasional.
Sujarweni Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan
Ekonomi. Yogyakarta. Pustaka Bakarupress.
Sugiono Prof. Dr. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.
ALFABETA.

189
Referensi:

Ir Syofian Siregar, M. (2013). Metode Penilitian Kuantitatif

Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS.

In Metode Penilitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan

Perhitungan Manual dan SPSS (p. 624). jakarta: Kencana Penata

Media Group.

Prof. Dr. S. Nasution, M. (1995,1996). Metode Research. In

penelitian ilmiah (p. 156). JAKARTA: BUMI AKSARA.

Rosandy Ruslan, S. M. (2010). Metode Penelitian . In PUBLIC

RELATIONS DAN KOMUNIKASI. JAKARTA: PT

RAJAGFAFINDO PERSADA.

V. WIRATNA SUJARWENI, S. (2018). METODOLOGI

PENELITIAN. In METODOLOGI PENELITIAN BISNIS

DAN EKONOMI. YOGYAKARTA: PUSTAKA BARU

PRESS.

190
BAB XX
PARADIGMA PENELITIAN
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami pengertian penelitian,
Gagasan tentang paradigma atau sudut pandang sebagai
jenis kerangka, yang mengatur pendekatan kita untuk meneliti
hakikat keberadaan manusia di duniatelah menjadi lazim sejak
kuhn menerbitkan menerbitkan struktur revolusi sains ditahun
1962. Berbanding sudut pandang yang melihat parasigma
peneliatian sebagai suatu hal yang tidak dapat didefinisikan dan di
luar kemampuan manusia, heron dan reason yang justru percaya
bahwa pada dasarnya pikiran manusia memiliki kapasitas luar
biasa dibandingkan rumusan pandangan kognitif. Oleh karena itu
sangat mungkin dan penting meningkatkan kesadaran secara secara
fundamental untuk mengungkapkan cara kita memandang dunia,
dalam hal ini adanya perbedaan sudut pandang, epistemologi,
metedologi dan politik sering kali terjadi karna asumsi paradigma,
meski kata paradigma dapat dirumuskan dengan istilah kognitif
sederhana, namun kata tersebut memiliki karakteristik beregam
seperti yang diuraikan oleh ogilvu yakni, model mitos, modus dan
metafora (1986).

191
PENGERTIAN PARADIGMA
Paradigma adalah sudut pandang sekelompok ahli terhadap
fenomena yang tampak. Kekuatan paradigma menjadi penentu bagi
setiap asusmsi yang dimiliki para ahli yang eksplisit menjadi
ancangan berfikir mereka.

Paradigma Keilmuan
Nicholas harry (1995 : 21 - 49) mengemukakan bahwa,
standar suatu disiplin ilmu mencakup fokus dan locus. Fokus
mempersoalkan tentang “what of the field" atau metode dasar yang
di gunakan atau cara-cara ilmiah apa yang dapat digunakan untuk
memecahkan suatu persoalan, Sedangkan locus mencakup "where
of the field" atau Medan atau tempat dimana metode tersebut
digunakan atau diterapkan.

Dalam sebuah desain penelitian paradigma merupakan


"statement of a theoretical persfective thet will guide the inquiry",
paradigma menjadi rujukan yang memandu suatu penelitian,
paradigma dapat berupa konseptual framework atau kerangka
konseptual yang menjadi titik tolak peneliatian. Paradigma
penelitian dapat berupa a representation, a model of a theory, an
idea, or a principle atau suatu gambaran, model teori, gagasan atau
prinsip.

192
Paradigma menurut Mustopadudjaja (2000) adalah teori
dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai
tertentu, dan berisikan teori pokok, konsepsi, asumsi, metodologi
atau cara pendekatan yang dapat digunakan para teoritis dan
praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam
kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan
masalah bagi kemajuan hidup dan kehidupan kemanusiaan.
DefInisi hampir serupa telah di angkat Kuhn (1970) bahwa
paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-
metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan suatu masalah yang
dianut oleh suatu masyarakat, ilmiah pada suatu masa tertentu
kuhn (2000).

Secara klasik, paradigma sama dengan model, kerangka


kerja yang hingga kini masih banyak dianut. Kuhn (1970),
mendefinisikan paradigma sebagai may of looking at things =
models of thingking.Oleh karena itu, paradigm dapat dijadikan arah
mempelajari teori sekaligus dapat menggambarkan teknik
penelitian yang dapat ditrempuh untuk menjawab beberapa
pertanyaan yang dapat dalam suatu paradigma keilmuan

Suatu paradigma dalam penelitian adalah penggunaan


paradigma penelitian kuantitatif dan kualitatif yang memiliki cara
pandang yang berbeda yang menggambarkan suatu pola, model,

193
peta, jalan atau jalan atau langkah yang ditempuh. Berabat-abat
lamanya para ilmuan mengimplementasikan penelitian kuantitatif
yang sangat terpercaya dan bahkan kini didukung secara intensif
oleh kemajuan teknologi komputer. Menjadikan penelitian ini
begitu terpercaya keilmuannya. Peta atau jalan yang ditempuh
adalah dengan menyusun alat ukur untuk menilai suatu
phenomena. Sedangkan paradigma yang lainnya yang disebut
paradigma penelitian kualitatif menempuh jalan yang berbeda.
Jalan yang ditempuh adalah dengan ikut menyusuri langkah demi
langkah sehingga mengetahui penelitian liku-liku perjalanannya.
Duaparadigma ini sama-sama penting dan sama-sama memiliki
kekuatan untuk menjelaskan fenomena dan mengambil manfaat
dari perjalanannya dengan cara yang berbeda.

Paradigma Penelitian
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk memahami dan
memecahkan masalah sehingga didapatkan kebenaran yang
sifatnya kebenaran ilmiah. Ada kebenaran lain yang sering tidak
terjangkau oleh kemampuan berpikir ilmiah, misalnya kebenaran
filsafat dan kebenaran agama. Kebenaran ilmiah bukanlah
kebenaran yang hakiki, tetapi kebenaran yang sifatnya terbatas
pada kemampuan indra dan daya pikir rasional manusia. Oleh
karena itu, kebenaran ilmiah sifatnya relatif tidak tetap. Artinya,
temuan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, bukan

194
berarti menjadi satu kebenaran yang abadi. Para peneliti kemudian
dapat melakukan uji ulang atas persoalan yang sama terhadap hasil
temuan terdahulu.

Dalam hal masalah yang perlu dipahami dan dipecahkan,


dapat berupa masalah yang bersifat keilmuan murni ataupun
terapan. Tentu saja luassempitnya suatu persoalan tergantung pada
kemampuan peneliti dalam melakukan derivasi dan kajian teori-
teori yang ada. Fenomena yang dapat ditangkap oleh seorang
peneliti lebih banyak tergantung pada wawasan yang dimilikinya.
Semakin luas wawasan yang dimiliki oleh seseorang pada bidang
yang diteliti maka akan semakin kompleks pula fenomena yang
dapat ditangkapnya. Sebaliknya, semakin sempit wawasan yang
dimiliki maka akan semakin sederhana persoalan atau masalah
penelitian yang dapat ditangkapnya

Ilmuan mencari dan menguji ilmu pengetahuan dengan


melakukan penelitian. Melakukan penelitian adalah menelusuri
lapangan atau menelaah suatu gejala untuk menemukan kebenaran.
Cara atau langkah kerja yang dilakukan untuk melakukan
penelitian dipengaruhi oleh pandangan terhadap objek atau
fenomena/gejala sebagai suatu realitas sosial. Cara pandang untuk
melihat/memahami kenyataan dipengaruhi oleh pemahaman akan
filsafat tentang alam semesta ini. Dua pandangan filsafat yang

195
mendomenasi pemahaman terhadap realitas adalah filsafat
positivistik dan post positivistik.

Paradigma filsafat positivistik berbicara tentang yang ada


yang terlihat, terasa dan teraba. Gejala adalah suatu realita tunggal,
statis dan konkrit oleh karena itu, dapat diukur secara pasti.
Sedangkan paradigma filsafat postpositivstik berbicara bukan
hanya yang terlihat, terasa atau teraba saja tetapi mencoba
memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial menurut
paradigma ini adalah suatu gejala yang utuh yang yang terikat
dengan konteks, bersifat kompleks dinamis dan penuh makna oleh
karena itu, mengetahui keberadaannya tidak dalam bentuk ukuran
akan tetapi dalam bentuk eksplorasi, untuk dapat
mengeskripsikannya secara utuh.

Paradigma positivitik melahirkan pendekatan penelitian


kualitatif yang cenderung pada penggunaan angka-angka.
Sedangkan paradigma postpositivistik atau naturalistic melahirkan
pendekatan penelitian kualitatif yang cenderung pada penggunaan
kata-kata untuk menarasikan suatu fenomena/gejala.

Pandangan dasar untuk menjelaskan paradigma penelitian


yang menggunakan filsafat positivistik dengan naturalistic adalah
ada pada lima pandangan dasar (aksioma) yaitu: (1) kenyataan
tentang realitas (2) hubungan penelitian dengan yang diteliti, (3)

196
kemunkinaN generalisasi , (4) kemungkinan hubungan sebab
akibat, dan (5) peran nilai.

Paradigma Partisipatori: Gugatan terhadap Paradigma


Kontruktivisme
Guba dan Lincoln (1984) telah sangat berkontribusi dalam
mengungkapkan dan membedakan ragam paradigma penelitian.
Mereka mengidentifikasi dan mendeskripsikan paradigma utama
dalam mengadakan penelitian yakni positivisme, post-positivisme,
teori kritik dan kontruktivisme Heron dan Reason berpendapat
bahwa paradigma kontruktivisme seperti yang telah di ungkapkan
Guba dan Lincehn tidak secara jelas menerangkan hubungan
kontruksi realita dengan keadaan alam semesta yang sebenarnya,
sementara itu sudut pandang berdasarkan realitas partisipati atau
partisipatif tampak lebih bermanfaat dan memuaskan dalam tulisan
ini Heron dan Reason gunakan kerangka guba dan Lincohn sebagai
awalan lalu mengembangkannya sebagai penjelasan paradigma
partisipatif

A. Sifat Dasar Paradigma Penelitian


Guba dan Lincohn berpendapat, bahwa paradigma penelitian
dapat ditinjau sebagai seperangkat kepercayaan dasar tentang sifat
realitas dan bagaimana cara mengetahuinya. Dan kepercayaan
tersebut dirumuskan dalam tiga pertanyaan mendasar yang saling
terkait, pertama adalah pertanyaan otologis 'apakah bentuk dan

197
sifat dasar dari realitas, dan apakah dapat diselidiki tentang realitas
tersebut? Kedua adalah pertanyaan epistemologi ' apakah
hubungan antara pihak yang tahu dan yang akan tahu dan apa yang
bisa di ketahui. Dan ketiga adalah pertanyaan metodologi '
bagaimana penelitian menyelidiki hal yang dapat diketahui dari
suatu yang dia percaya.

B. KARAKTERISTIK PROSES PENELITIAN


Penelitian merupakan cara ilmiah untuk memahami dan
memecahkan masalah secara ilmiah. Dengan demikian, proses
penelitian harus mendasarkan pada prinsip-prinsip dasar cara
berpikir ilmiah, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Menurut
Tuckman dan Harper (2012), karakteristik proses penelitian ada 7,
yaitu sistematis, logis, empiris rasional, bersifat reduktif,
replicable, transmittable, berencana dan sesuai konsep ilmiah.
1. Sistematis
Penelitian merupakan proses yang terstruktur dan sistematis
sehinggamemerlukan tahapan dan langkah-langkah tertentu untuk
melaksanakannya. Dengan menggunakan pola atau tahapan yang
sistematis, proses penelitian dapat diikuti oleh orang lain secara
lebih mudah. Secara garis besar, langkahlangkah dalam penelitian
yang sistematis adalah: (1) penentuan variabel yang akan diteliti;
(2) perumusan masalah; (3) pelacakan informasi tentang penelitian
terdahulu; (4) pengajuan teori yang akan digunakan sebagai model

198
(fisikalisasi teori); (5) pengajuan hipotesis; (6) penentuan desain
penelitian; (7) pengujian hipotesis yang diajukan; (8) penarikan
kesimpulan berdasarkan hasil uji hipotesis.
2. Logis

Karakteristik proses penelitian berikutnya adalah logis. Salah


satu kriteria langkah penelitian yang sistematis, urutannya harus
logis pada setiap bagian sehingga validitas internal secara relatif
dapat terpenuhi. Dengan demikian, kesimpulan penelitian dan
generalisasi yang dihasilkan akan mudah dicek kembali oleh
peneliti ataupun oleh pihak lain. Penelitian yang mempunyai
validitas internal maupun eksternal dan disusun secara logis akan
sangat berharga bagi pimpinan dan dapat dijadikan alat untuk
mengambil keputusan. Logis dapat diartikan secara urutan proses
penelitian yang dilaksanakan dan penyusunan laporan.
Ketidaklogisan pada proses pelaksanaan penelitian dapat terlacak
dari data yang diperoleh, ketidaksesuaian konsep, atau teori yang
diajukan dengan tema ataupun model penelitian serta proses
pengambilan kesimpulan yang mungkin keliru.Penelitian harus
berkenaan dengan realitas nyata yang dapat diterima oleh panca
indera.
3. Empiris Rasional
Penelitian harus berkenaan dengan realitas nyata yang dapat
diterima oleh panca indera. Objek dan subjek penelitian harus

199
dapat diterima oleh indera kita. Dikatakan objektif apabila
penelitian ini memiliki objek serta semua pihak akan memberikan
persepsi yang sama terhadap objek tersebut. Hal ini menyebabkan
terjadainya “interpersonal agreement” terhadap objek yang diindra
tersebut, artinya harus dihindari adanya persepsi yang hanya milik
individual yang bersifat objektif. Dengan demikian, untuk dapat
memahami dan memecahkan masalah, diperlukan data riil
sehingga tidak sekadar pemikiran rasional, melainkan harus dapat
dibuktikan dalam realitas. Selain empiris, penelitian harus juga
rasional, dalam arti masalah yang akan diteliti itu dapat terjangkau
kemampuan berpikir rasional manusia. Terkait dengan kriteria ini,
penelitian tentang dunia kekuatan gaib, ataupun makhlukmakhluk
gaib sulit dilakukan karena hal-hal gaib tersebut bukanlah suatu hal
yang rasional dan empiris. Meskipun sebagai seorang yang
beriman kita pasti mengakui adanya hal-hal gaib tersebut, selaku
peneliti ilmiah, hal tersebut sulit untuk dijadikan tema penelitian.
4. Bersifat Reduktif
Seringkali terjadi seorang peneliti terjun ke lapangan tanpa
membawa konsep yang jelas tentang data yang harus diambil. Hal
ini menimbulkan pertanyaan, kepada siapa data tersebut dapat
dilacak dan kapan harus berhenti untuk mengumpulkan data yang
dimaksud? Akhirnya peneliti mengalami kesulitan karena begitu
banyak data yang sebenarnya tidak terpakai (garbage data), namun

200
ia tidak dapat memilah data yang dapat digunakan atau tidak.
Sudah dapat diduga, kelanjutannya adalah peneliti mengalami
kebingungan yang dalam menghadapi data atau fenomena tersebut.
Bila penelitian menggunakan prosedur yang analitis untuk
mendapatkan data, sebenarnya peneliti itu telah mereduksi
berbagai kebingungan tentang suatu fenomena atau kejadian.
Artinya, jika semula kejadian-kejadian itu tidak diketahui
tujuannya dan membingungkan setelah itu diadakan penelitian,
kebingungan-kebingungan ini dapat direduksi atau bahkan
kejadiankejadian itu telah dapat dihubungkan dengan kejadian lain
sehingga dapat diketahui maknanya. Proses reduksi sebenarnya
merupakan bagian usaha untuk menerjemahkan realitas menjadi
pernyataan-pernyataan yang bersifat konseptual sehingga dapat
digunakan untuk memahami hubungan kejadian satu dengan yang
lainnya, dan untuk melakukan prediksi bagaimana kejadian itu
akan berlangsung.
Proses reduksi dalam penelitian juga harus dapat berperan
dalam hal yang lebih bersifat menjelaskan (explanatory) daripada
sekadar mendeskripsikan. Pada sisi ini kemampuan untuk memilah
data yang memang dibutuhkan dengan data yang harus dikeluarkan
sangat diperlukan. Kejelian peneliti dalam memilih data akan dapat
menghasilkan simpulan yang bermakna. Sebaliknya, pemilihan
data serta menganalisis data yang keliru akan sampai pada satu

201
simpulan yang justru menyesatkan. Reduksi data, baik pada model
kuantitatif ataupun kualitatif, tetap harus dilakukan, terutama pada
model pendekatan penelitian kualitatif yang lebih banyak
menggunakan wawancara dan observasi sebagai alat pengumpul
data utama. Dengan dua model pengumpulan data tersebut,
seorang peneliti kualitatif akan banyak mendapatkan data yang
mungkin saja tidak saling terkait antara satu dengan lainnya.
Dengan begitu, proses reduksi juga dimaksudkan untuk dapat
melihat secara baik hubungan antara data satu dengan data lainnya
sehingga dapat secara mudah menghilangkan data yang memang
tidak memiliki keterkaitan dengan data lain atau apalagi dengan
tema yang sedang diteliti.
5. Bersifat Replicable
Mengingat penelitian bersifat ilmiah maka harus dapat
diulangi oleh orang lain atau peneliti lain sebagai upaya untuk
mengecek kebenarannya. Laporan penelitian harus dibuat secara
sistematis dan jelas agar dapat diterima dengan mudah oleh orang
lain. Komponennya mulai dari variabel yang diteliti, populasi, dan
sampelnya, prosedur mendapatkan sampel, instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, uji hipotesis (jika ada), pembahasan, dan
kesimpulan yang dihasilkan. Dengan demikian, dalam setiap
laporan penelitian sosial perlu dilampirkan instrumen penelitian.
Apabila peneliti menggunakan instrumen tertentu maka harus

202
disebutkan dari mana, kapan instrumen tersebut pernah digunakan,
oleh siapa, dan bagaimana hasilnya, serta bagaimana instrumen
tersebut diujikan pada objek penelitian.
6. Bersifat Transmittable

Penelitian harus bersifat transmittable, dalam arti penelitian


harus mampu memecahkan masalah sehingga berguna bagi
berbagai pihak yang memerlukan. Jadi, hasil penelitian itu tidak
hanya untuk penelitian saja, tetapi juga dapat ditransfer ke orang
lain yang memerlukan. Sifat transmittable dalam penelitian ini
dapat berperan dalam pengembangan keilmuan maupun untuk
bahan pengambilan keputusan.Namun demikian, harus dipahami
bahwa ada perbedaan yang kuat antara sifat transmittable dalam
penelitian seperti penelitian eksak dengan penelitian sosial.
Penelitian eksak memiliki ukuran yang pasti tentang kontribusi
pragmatis hasil penelitiannya bagi kehidupan, sementara ukuran
bagi penelitian sosial erat kaitannya dengan situs dan konteks.
Artinya, sulit diharapkan kontribusi cepat bagi suatu penelitian
sosial. Seperti fenomena membandingkan dokter yang memberikan
suntikan atau obat pada pasien dengan seorang konsultan sosial
yang memberi arahan. Pasien penerima obat atau suntikan akan
mendapatkan hasil yang cepat dari terapi yang diberikan dokter.
Sebaliknya, pasien konsultan tentunya tidak seketika mendapat
hasil sebagaimana yang diharapkan.

203
7. Berencana sesuai dengan Konsep Ilmiah
Berencana artinya dilaksanakan karena adanya unsur
kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah
pelaksanaannya. Dengan demikian, seseorang meneliti tidak dapat
serampangan atau semaunya saja tanpa ada rancangan khusus.
Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan
penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip
memperoleh ilmu pengetahuan (Idrus, 2009).

204
Referensi:
Dr.Agus salim, M. (2006). Metodologi penelitian untuk bidang
sosial, spikologi, dan pendidikan .
yogyakarta : tiara wacana.

Lestari, D. P. (2018). paradigma penelitian. paradigma penelitian,


http:/www.pustaka.ut.ac.id.

Prof. Dr.Djam'an Satori, M., & Prof.Dr.Aan Komarah,M.pd.


(2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
ALFABETA.

Prof.Dr.suteki, S., & Galang Taufani, S.H.,M.H. (2018).


Metodologi penelitian hukum (filsafat,teori dan praktik).
rajawali: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Wirawan, P. D. (2012). teori-teori sosial dalam tiga paradigma


(fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial). kencana:
PRENADAMEDIA GROUP.

205
BAB XXI
SEJARAH DAN PENGEMBANGAN
METODOLOGI PENELITIAN DAKWAH
Sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan
kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau.
Pengembangan dapat diartikan proses, cara, perbuatan
mengembangkan. Metodologi adalah ilmu tentang metode,
uraian tentang metode. Metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki. (KBBI edisi kelima). Menurut
parson bahwa pengertian penelitian adalah pencarian atas
sesuatu (inkuiri) secara sistematis dengan penekanan bahwa
pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang
dapat dipecahkan. (Sandu Siyoto & Ali Sodik, 2015 : 5). Abu
Bakar Zakary berpendapat bahwa dakwah adalah usaha para
ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang
agama (Islam) untuk memberi pengajaran kepada khalayak
hal-hal yang dapat menyadarkan mereka tentang urusan
agama dan urusan dunianya sesuai dengan kemampuannya.
(Muhammad Qadaruddin Abdullah. 2019: 3).
Metodologi Penelitian berarti seperangkat pengetahuan
tentang langkah-langkah sitematis dan logis tentang pencarian data
yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,
diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.
(Jurnal, M.Anis Bachtiar : 3). Dari deskripsi penggalan pengertian
tentang metodologi, penelitian dan dakwah di atas akhirnya dapat
diperoleh pemahaman ya utuh tentag metodologi penelitian

206
dakwah, yaitu : Metodologi Penelitian berarti seperangkat
pengetahuan tentang langkah-langkah sitematis dan logis tentang
pencarian data yang berkenaan dengan kegiatan operasional
dakwah yang selanjutnya diolah, dianalisis, diambil kesimpulan
dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. (Jurnal, M.Anis
Bachtiar : 4).
Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa
yang akan kita yaitu Sejarah dan Pengembangan Metodologi
Penelitian Dakwah berarti uraian peristiwa yang menjelaskan
tentang pengembangannya di mana membahas terkait seperangkat
pengetahuan tentang langkah-langkah sitematis dan logis pencarian
data yang berkenaan dengan dakwah untuk diolah, dianalisis,
diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.
Ilmu dakwah sangat memerlukan bantuan ilmu penelitian atau
metode riset, baik untuk merumuskan dakwah menjadi suatu ilmu
maupun untuk pengembannya lebih lanjut, sebagaiman telah
diuraikan secara detail pada pembahasa sebelumnya. Bagi
pelaksanaan dakwah itu sendiri metode riset ini juga dapat dipakai
untuk memahami masyarakat dengan berbagai persoalannya
sebelum dakwah dilaksanakan sehingga dapat dengan mudah
menentukan bentuk pendekatan dan cara-cara dakwah yang akan
dilaksanakan. (Mohammad Hasan, 2013 : 145).

207
Setiap ilmu termasuk di dalamnya ilmu dakwah memiliki
segi statika dan segi dinamika, Drs Soejono Soemargono dalam hal
di atas menjelaskan : ilmu pengetahuan itu di katakana mempunyai
segi stetikanya yang berupa suatu sistem tertentu yang terdiri dari
pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Sedangkan ditinjau dari segi
dinamikanya ilmu pengetahuan itu merupakan suatu usaha yang
berlangsung terus menerus untuk mencapai kebenaran ilmiah dan
kebahagian umat manusia. Segi statika suatu ilmu berarti suatu
ilmu itu telah mencukupi syarat-syarat keilmuan sehingga
memungkinkan ia disebut sebagai ilmu. Dan segi dinamikanya
berarti bahwakebenaran ayau pengetahuan yang di terangkan oleh
suatu ilmu itu relative kesempurnaan dan kebenarannya.
(Mohammad Hasan, 2013 : 153). Secara umum, metode
penyelidikan ilmiah dalam buku filsafat Ilmu pengetahuan
disebutkan dua metode yaitu :
1. Metode siklus empirik, yaitu cara-cara penanganan suatu. Objek
ilmiah tentu yang dilakukan dalam ruang-ruang tertentu seperti
laboratorium-laboratorium, daalm kamar-kamar ilmiah, dalam
studio-studio ilmiah dan sebagainya.
2. Metode linier,yaitu cara-cara penanganan suatu objek ilmiah
tertentu yang terdapat dan dilakukan dialam terbuka, khususya
yang menyangkut perikehidupan atau tingkah laku manusia. (
Mohammad Hasan, 2013 : 154)

208
Dari penjelasan di atas, ilmu dakwah pada perkembangannya
memerlukan penyelidikan ilmiah agar dapat menjadi sebuah ilmu,
dan penyelidikannya dilakukan dengan metode siklus empirik, dan
metode linear.
Dengan kenyataan di atas maka jika suatu penyelidikan
mengenai dakwah dengan segala problem matikanya dengan
maksud menjadikannya menjadi suatubilmu pengetahuan tentang
dakwah atau dengan maksud mengembangkan ilmu tersebut maka
penyelidikannnya dapat dilakukan secara historis atau secara
empiris.
Penyelidikan Historis
Drs. S. Imam As Ari mengatakan bahwa metode sejarah
(historika) itu adalah menganalisa. Kedudukan keadaan yang
terdapat sekali berlalu dengan menyatakan kausalitas atau sebab
akibatnya.. (Mohammad Hasan, 2013 : 155).
Penyelidikan Empiris
Penelitian empiris ditujUkan kepada segala bentuk aktivitas
dakwah islam yang dilaksanakan pada saat sekarang ini dengan
segala problematikanya. Data data yang lengkap mengenai dakwah
yang telah di peroleh baik secara historis maupunsecara empiris
kemuudian di analisis sehingga menelorkan beberapa teori tentang
dakwah yang di kembangkan lebih lanjut dalam ilmu dakwah.
(Mohammad Hasan, 2013 : 156). Untuk melihat perkembangan

209
ilmu dakwah, pertanyaan pertama yang perlu dijawab adalah
kapankah dakwah itu dimulai?
Dakwah sebagai ajakan kepada agama tauhid telah dilakukan
sejak berabad-abad yang lampau, yaitu sejak diutusnya para rosul
allah di permukaan bumi. Hanya saja pada waktu itu belum disebut
dengan istilah dakwah dan juga belum disebut dengan jelas bahwa
agama tauhid itu sudah bernama islam. (Mohammad Hasan, 2013 :
157). Untuk lebih jelasnya, secara garis besar tahapan-tahapan
perkembangan ilmu dakwah itu sebagai berikut :
a. Tahap Konvensional, pada tahap ini dakwah masi merupakan
kegiatan keagamaan berupa seruan atau ajakan untuk
menganut dan mengamalkan ajaran Islam yang dilakukan
secara.konversional, artinya dalam pelaksanaan operasional
belum berdasar kepada metode ilmiah akan tetapi
berdasarkan pengalaman orang perorangan. Oleh karena itu
tahap ini di sebut juga dengan tahapan tradisional.
b. Tahap sistematis, tahap ini merupakan tahap pertengahan
antara tahap konversional dan tahap berikutnya yaitu tahap
ilmiah.Pada tahap ini dakwah yang ada dalam tahap
konversional di atas sudah mulai dibicarakan secara khusus
oleh beberapa kalangan sehingga muncul beberapa literature
yang secara khusus membahas dakwah.

210
c. Tahap ilmiah, pada tahap ini dakwah telah berhasil tersusun
sebagai ilmu pengetahuan setelah melalui tahap tahap
sebelumnya dan telah memeenuhi persyaratan pokoknya
yaitu objektive, metodik, universal dan sistematis. Ini adalah
berkat jasa para ulama' dan para sarjana Islam yang banyak
berupaya untuk menyusun dan mengembangkan dengan jalan
mengadakan pembahsan atau penelitian kepustakaan maupun
secara lapangan (field research) tentang fenomena-fenomena
dakwah yang dianalisis lebih lanjut dan telah melahirkan
beberapa teori dakwah. Walaupun demikian tidak berarti
bahwa ilmu ini telah lepas dari keraguan orang akan eksitensi
keilmuannya. Sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda
usianya, masih ada beberapa orang yang enggan mengakui
ilmu dakwah sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Hal seperti itu bukan saja di alami oleh ilmu dakwah saja
akan tetapi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang masih muda juga
mengalami nasib dan proses yang serupa. Ilmu dakwah mengalami
proses perkembangan yang positif sehingga semakin hari semakin
established eksistensinya dan semakin mendapat penagakuan dari
masyarakat luas. Khusus di Indonesia, pengakuan keilmuan ilmu
dakwah itu pertama kali dapat di lihat dengan di bukanya jurusan
ilmu dakwah pada 14 fakultas ushuluddin di institute agama Islam
negeri (IAIN) di seluruh Indonesia, sehingga hal ini

211
memungkinkan adanya doctor di bidang ilmu dakwah. (
Mohammad Hasan, 2013 : 158-160)
Dalam perkembangan lebih lanjut,disiplin ilmu dakwah ini
kemudian melahirkan ilmu-ilmu baru yang bersifat lebih khusus
diantaranya filsafat dakwah, psikologi dakwah,metode
dakwah,geografi dakwah, typelogi dakwah, manajemen dakwah
dan penelitian dakwah. (Mohammad Hasan, 2013 : 163).
Setelah pembahasan terkait bagaimana sejarah
perkembangan ilmu dakwah, dan pada kutipan di atas membahas
bahwa setelah dakwah menjadi disiplin ilmu, kemudian ada banyak
ilmu yang berkembang dan berada di naungan ilmu dakwah yaitu
penelitian dakwah.

212
Referensi:
KBBI EDISI KELIMA

Abdullah, Muhammad Qadaruddin. (2019). Pengantar Ilmu


Dakwah.cv penerbit Qiara Media

Hasan, Mohammad (2013). Metodologi Pengembangan Ilmu


Dakwah. Surabaya : Pena Salsabila

Siyoto, Sandu. Sodik, Ali., (2015). Dasar Metodologi Penelitian.


Yogyakarta : Literasi Media Publishing
Bachtiar, M Anis. (-). Metodologi Penelitian Komunikasi Dakwah.
(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:s6
Y0vIiMuCYJ:digilib.uinsby.ac.id/20030/1/Metodologi%25
20Penelitian%2520Komunikasi%2520Dakwah.pdf+&cd=3
&hl=id&ct=clnk&gl=id).

213
BAB XXII
KERANGKA TULISAN
Tujuan Intruksional:
Mahasiswa mampu memahami kerangka tulisan.
Penyusunan Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan adalah rencana teratur tentang pembagian
dan penyusunan gagasan. Kerangka tulisan merupakan suatu
rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan
atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari
pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan
menjadi pokok tulisan. Atau dapat didefinisikan sebagai satu
metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah
kedalam sub-sub topic dan mungkin dipecah kedalam sub-sub
topik yang lebih terperinci.
Menurut Prof. Dr. Gorys Keraf, suatu kerangka tulisan yang
baik tidak dibuat satu sekali.Penulis akan selalu berusaha
menyempurnakan bentuk yang pertama sehingga diperoleh bentuk
yang lebih baik, demikian seterusnya. Seorang penulis yang susah
biasa dengan tulisan-tulisan yang kompleks akan dengan mudah
menyusun kerangka tulisan yang baik. Namun, sebelum seorang
penulis yang baru mahir menyusun sebuah kerangka tulisan
diperlukan beberapa tuntunan.
Kerangka tulisan yang sudah ditulis memberikan manfaat
dalam pembentukan sebuah karangan antara lain :

214
1. Untuk memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar
menjadi lebih sistematis dan rapi.
2. Untuk mencegah penulis membahas suatu idea tau topik
bahasan yang sudah dibahas sebelumnya.
3. Untuk mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan
dibahas dalam suatu tulisan yang akan dikerjakan.
4. Membantu pengembangan ide agar tulisan menjadi lebih
variatif dan menarik.
5. Memudahkan penulis menyusun tulisan secara menyeluruh.
6. Mencegah ketidak lengkapan bahasan
Dapat disimpulkan, dengan adanya kerangka tulisan seorang
penulis dapat dengan mudah menciptakan klimaks yang berbeda.
Sehingga para pembaca terpikat terus menerus untuk membaca dan
melanjutkan pada halaman berikutnya.
Bentuk penyusunan kerangka tulisan:
1) Penyusunan kerangka tulisan berdasarkan perumusan teks
2) Kerangka kalimat. Kerangka kalimat deklaratif (berita)
yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik
maupun sub-sub topik.
3) Kerangka topik. Kerangka topik dimulai dengan perumusan
tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu
semua pokok, baik pokok utama maupun pokok bawahan,
dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan

215
tidak mempergunakan kalimat lengkap. Kerangka topik
dirumuskan dengan menggunakan kata atau frasa.
4) Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
Kerangka tulisan yang menggabungkan antara kerangka
kalimat dan kerangka topik. Kerangka tulisan yang mencakup
kalimat berita dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan
poko-pokok bawahan.
Penyusunan kerangka tulisan berdasarkan rinciannya:
1) Kerangka tulisan sementara
Kerangka tulisan sementara atau nonformal merupakan suatu
alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah.
Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna
mengadakan perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka
tulisan ini bersifat sementara, maka tidak perlu disusun secara
terperinci.
Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka tulisan
maka ia harus memungkinkan pengarangnya/penulisnya untuk
menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus
dicurahkan sepenuhnya pada penyusun-penyusunan kalimat-
kalimat atau bagian-bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana
susunan tulisannya atau bagaiamana susunan bagian-bagiannya.
2) Kerangka tulisan formal
Kerangka tulisan formal biasanya timbul dari penimbangan
bahwa topic yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau

216
suatu topic yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk
segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah tulisan formal mengikuti
prosedur yang sama seperti kerangka non formal. Tesisnya
dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian pecah-pecah
menjadi bagian-bagian bawahan yang dikembangkan untuk
menjelaskan gagasan sentralnya.
Syarat penyusunan kerangka tulisan :
1. Menggunakan bentuk tulisan standar
2. Menggunakan inden atau lurus secara konsisten, dan
tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara
bersamaan dalam sebuah kerangka tulisan.
3. Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten
4. Setiap sub bab diberi nomor secara konsisten
5. Setiap unsur sub bab diberi nomor secara konsisten
6. Penomoran tidak melebihi empat angka
7. Kerangka tulisan tidak sama dengan daftar isi.
Dari setiap kerangka tulisan dapat dikembangkan menjadi
satu paragraf atau dua paragraf. Kerangka tulisan yang telah
disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat yang dituangkan atau
dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topic pada setiap
paragraf yang dibuat. Dengan demikian, kecil kemungkinannya
terjadi kesalahan bahkan kesalahan itu dapat dihindari.

217
Dalam kerangka tulisan, penulis akan terus berusaha
bagaiamana tulisan yang ditulis dapat dipahami maksud dan tujuan
oleh sang pembaca. Maka dari itu ada beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh penulis dalam penyususnan kerangka. Adapun
langkahnya sebagai berikut :
1. Merumuskan tema dan menentukan judul suatu tulisan
Penentuan tema adalah hal yang paling mendasar dalam
pembentukan tulisan. Karena dari tema inilah tulisan itu akan
berkembang. Usahakan dalam pemilihan tema yang menarik
agar pembaca tertarik membacanya. Setelah tema di paskan,
maka tak sukar memilih judul tulisan tersebut. Usahakan juga
judul menarik.
2. Mengumpulkan bahan
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topic-topik
yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi
sebuah tulisan. Topic-topik tersebut antara lain, pengertian,
tujuan, jenis, contoh dan lain-lain. Berikut ini petunjuk
petunjuknya :
1) Mencatat hal penting
2) Membaca sebagai kebutuhan
3) Perbanyak diskusi
3. Menyeleksi bahan

218
Hindari membahas topik yang tidak penting pada tulisan
tersebut. Jangan mengulang hal yang sama pada paragraf yang
sama. Berikut ini petunjuknya:
1) Mencatat hal penting
2) Membaca sebagai kebutuhan
3) Perbanyak diskusi
4. Mengembangkan kerangka tulisan
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah
tulisan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka
tulisan yang telah dibuat. Perluas topic-topik yang telah
ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas
topic yang tidak ada di dalam kerangka tulisan.
Proses pengembangan tulisan tergantung sepenuhnya pada
penguasaan terhadap materi yang hendak kita tulis, jika benar-
benar memahami materi yang baik, permasalahan dapat diangkat
dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan
materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk
mengembangkan tulisan juga jangan sampai menumpuk dengan
pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangan harus
sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun
secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada
tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan dihasilkan.

219
Referensi:
Keraf, Gorys. 1970. “Tata Bahasa Indonesia”. Flores: Nusa Indah.
Rahardi, Kunjana. 2009. “Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi”. Jakarta: Erlangga.
HS, Widjono. 2005. “Bahasa Indonesia”. Jakarta: PT. Grasindo.

220

You might also like