You are on page 1of 280
SOUP eFAe eC 5D. ope Te opel ve A Pert a he Se a Wretetor’d oh Le Ar ALA ¢ Perguruan Tinggi PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK PERGURUAN TINGGI Edisi Pertama Copyright © 2017 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN 978-602.422.194.2 15x 23cm x, 332 him Cetakan ke-1, Oktober 2017 Kencana. 2017.0852 Penulis Dr. Mardani Desain Sampul Irfan Fahmi Penata Letak Y. Rendy Percetakan PT Kharisma Putra Utama Penerbit KENCANA JI. Kebayunan Rt 003 Rw 019 No. 1, Kecamatan Tapos, Kelurahan Tapos, Cimanggis, Depok 16457 Telp: (021) 290-63243 Faks: (021) 475-4134. Divisi dari PRENADAMEDIA GROUP e-mail: pmg@prenadamedia.com www. prenadamedia.com INDONESIA Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotckopi, tanpa izin sah dari penerbit. DAFTAR ISI KATAPENGANTAR BAB .L BAB 2 BAB 3 BAB 4 MANUSIA DAN AGAMA. 1 Pengertian Agamo... B.__Hajat Manusia Terhadap Agama. ..nnm C._ Klasifikasi Agama........ D. Agama sebagai Sumber Kebenarai El E Manusia sebagai Khalifah Ibadah sebagai Tujuan Hidup Manusia. HAKIKAT AGAMA ISLAM A__Pengertian Agama Islam B__Kerangka Dasor Agama Islam SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM 75 FILSAFAT ISLAM A. Pengertian Flscfat Islam enn B. Korakteristik Berpikir Fiafat.. C. Alasan Manusia Perlu Filsafat. D. E F Odjek FilsafAt non Cabang-cabang Filsafat. Peranan Filsafat dalam Islam ..numnon PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BABS. BAB 6 BAB 7. BAB & BAB 9 viii ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN 167 A Pengertian IM. Objek dan Ciri-ciri my Pengetahuon. Kedudukan imu dalam Islam... Hubungan Ra'yu, Inu, dan Wahyu. lImuwan Muslim... mono EKONOM| ISLAM Pengertian Ekonomi Islam. Prinsip Ekonomi Islam Akad yang Digunakan dalam Ekonomi [slam Tuvan Ekonomi Islam. Dasar Hukum Berlakunya Ekonomi Islam di Indonesia. Perbandingan Ekonomi Islam dengan Ekonomi Konvensional HUKUM PERKAWINAN DALAM ISLAM Pengertian Perkawinan dalam Islam... Rukun Perkawinan. ™M OQ D> - Tuvan dan Hikmah Pembentukan Keluarga dalam Islam, Kriteria dalam Mencati Istri. Lorangan Perkawinan.... Jenis Perkawinan Terlarang... Pengangkatan Anak dalam Islam... Anak Luar Kawin dalam Pandangan Islar Perlindungan Anak dalam Perspektif Yuridis... Keluaraa Berencana. HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 257 A. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945... B. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Yuridi C. HAM dalam Perspektif Islam KERUKUNAN UMAT BERAGAMA A. Indonesia Negara Pluralisme... B. Kerukunan Hidup Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam. C. Regulas! Seputar Keruxunan Beragama Foktor-foktor Penyebab Konfik Agama E. Upaya Pencegahan Terjadinya Konflik Agama. “Sr o7™mg0 p> 9 Daft Ist BAB LO PIAGAM MADINAH, 297 A. Piagam Madinah Merupckan Konstitusi Masa Nabi Muhammad SAW. 97 B. Is, Ketentuan dan Prinsip Plagam Madina! 98 CC. Karakteristik Negara Madinah 09 D. Perbandingan Piagam Madinah dengan UUD Negara Republik Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 325 TENTANG PENULIS 331 Bahan dengan hak cipta BAB 1 MANUSIA DAN AGAMA A PENGERTIAN AGAMA Secara etimologis, kata agama biasanya diterjemahkan dengan kata al-din (bahasa Arab atau religion (bahasa Inggris). Selanjutnya din al-Islam diterjemahkan dengan kata The Religion of Islam atau Agama Islam. Kata al-din berarti agama terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya: 1. QS. al-Baqarah (2): 256: aa 2 at a a 2 wp elt, =, 5 alc, Ah tt . ails serch EN gS Bl 5, AE aS ob al gS * _ 2E, _ eye 2 =m, iy O plat Y BST gai SocesT ais AL 5G, Beak or tidak ada paksacn untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut! dan beriman kepada Allah, maka Sesungguh- nya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 2. QS. al-Hajj (22): 78: gS Eee G5 het pe Laie & ghages "Thaghut ialah setan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ce no RS Go “aaa SAG "oe Ss oat Je Ai YS XE Ugh Um Chk as 8 “alps fa St pclae des itt 2365" peo dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benar- nya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ib- rahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulw’, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap ma- nusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Kata Agama berasal dari bahasa Sanskrit, Satu pendapat menga- takan bahwa Agama berasal dari asal kata A = tidak, dan Gam = Pergi dan kacau. Jadi agama tidak pergi, tidak kacau, tetap di tempat, diwa- risi turun temurun, karena agama memang mempunyai sifat demikian. Ada pendapat yang mengatakan Gam berarti tuntunan, karena agama memang memberi tuntunan. Kata religion, dari kata religi berasal dari bahasa Latin. Menurut satu pendapat religi, asalnya dari kata religere atau religio, yang me- ngandung arti mengumpulkan, dan membaca. Agama memang meru- pakan kumpulan cara-cara pengabdian kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Pendapat lain mengatakan religere berarti mengikat. Dalam agama memang terdapat aturan-aturan yang mengikat. Walaupun antara Ad-diin dan religion, sama-sama berarti agama, namun mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut sebagai berikut:? > Maksudnya: dalam Kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelum Nabi Mu- hammad SAW. * Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada priode Negara Madinah dan Masa Kini (Jakarta: Ken- cana, cet. ke-5, 2015 ), him. 39. 2 & BAB 1 + Manusia & Agana. Faktor Pembeda ‘Ad-diinal-tsami Religion ‘Asalusul penamaan | Langsung dari Allah dan tidak dikaitkan | Oleh manusia yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW. dengan pendirinya ‘Sumber kata Dari kitab suci Al-Qur’an Bukan dari kitab suci Subtansi Suatu totaltas yang komprehensif | Suatu sector atau segmen saja (luang-lingkup) Kata Ad-diin dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti, menguasai, menundukan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan. Agama memang, membawa peraturan yang mengandung hukum, yang harus dipatuhi. Agama memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Aga- ma membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi utang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan, Adapun yang menjalankan kewajiban dan patuh akan men- dapat balasan yang baik dari Tuhan. Sedang yang tidak menjalankan kewajiban akan mendapat balasan tidak baik dari Tuhan.* Agama juga mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari satu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra® Oleh karena itu, agama diberi definisi sebagai berikut:* 1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang mengu: sia. 3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hi- dup tertentu. 5. Suatusistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib. manu- + Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata ‘Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 11. 5 Somad Zawawi, et al., Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Universitas Trisakti, 2004 ), him, 20, * Ibid, him. 20-21. & 3 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari kekuatan gaib. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan le- mah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terda- pat dalam alam sekitar manusia. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui se- orang Rasul. Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah:” 1 Kekuatan gaib: manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan keku- atan gaib tersebut. Hubungana baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib itu. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hi- dupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. Respons yang bersifat emosional dari manusia. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk ke- kuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu. Menurut Sidi Gazalba, ada tiga ciri agama, yaitu:* Percaya kepada yang Kudus. Melakukan hubungan dengan Yang Kudus itu dengan ritus (upaca- ra), kultus (pemujaan), dan permohonan. Doktrin tentang Yang Kudus dan hubungan itu. 7 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspekrya, Jilid 1 (Jakarta: UI Press, ect. ke-5, 1985), hlm. 1. ® Sidi Gizalba, Sistematika Filsafat: Bagian Pertama Pengantar Kepada Dunia Filsafat, (Ja- arta: Bulan Bintang Oktober, 1990), him. 67. 4 BAB 1 + Manusia & Agana. Biasanya ada ciri yang ke-4, yaitu sikap hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga ciri tersebut. Mahmud syaltut mengatakan bahwa “Agama adalah ketetapan- ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Sementara itu, Syekh Muhammad Abdul- lah Badran, dalam bukunya Al-Madkhal ila Al-Adyan, berupaya untuk menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada Al-Qur’an. Ia memu- Jai bahasannya dengan pendekatan kebahasaan. Diin yang biasa diterjemahkan “agama”, menurut Guru Besar Al- Azhar itu, menggambarkan “hubungan antara dua pihak di mana yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua”. Seluruh kata yang menggunakan huruf-huruf dal, ya, dan nun seper- ti dain yang berarti utang atau dana yadinu yang berarti menghukum. atau taat, dan sebagainya, kesemuanya menggambarkan adanya dua pihak yang melakukan interaksi seperti yang digambarkan di atas. Jika demikian, agama adalah “hubungan antara makhluk dan kha- liknya”. Hubungan ini menunjukan sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap keseharian- nya.’ Perkataan Ad-diin al-Islami secara konseptual sangat berbeda de- ngan perkataan agama dan religion. Perkataan agama yang berasal dari bahasa Sansekerta lebih menitik beratkan pada hubungan manusia de- ngan dewa. Sedangkan perkataan religion dalam pengertin umum di Barat yang berasal dari kata Latin religio atau relegree (mengumpul- kan atau membaca) lebih menonjolkan “ikatan manusia dengan kelom- poknya di samping dengan dewanya”. W. Montgomery Watt menyim- pulkan bahwa perkataan religion berbeda dengan perkataan al-din dalam konsep agama Islam. Al-din ad-Islami mencakup seluruh bentuk kehidupan, sedangkan religion tidak. Seorang pakar Islam, Khursid Ahmad berpendapat: “Islam is not a religion in the common, distorted meaning of the word, confining its scope of the private life of man. It is a complete way of life, catering for all the fields of human existence”."° Prof. Muhammad Daud Ali, mengatakan, istilah Ad-diin yang ter- cantum dalam QS. Ali Imran (5): 3, tidak hanya mengandung penger- tian pengaturan hubungan manusia dengan Tuhan saja (bersifat ver- °™M, Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‘an (Bandung: Mizan, cet. 1, 1992), him. 209-210. ‘Tahir Azhary, Bunga Rampai Hukum Islam, (Jakarta: In Hill Co, cet, Ke-2, 2003), him. 5-6. & 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM tikal) tetapi juga mengandung pengaturan hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan alam lingkungan hidupnya (yang bersifat horizontal). Kedua tata hubungan ini merupakan komponen yang berjalan dan berjalin dalam sistem ajaran Islam.” Sebuah agama biasanya menyangkut beberapa hal pokok yang menjadi ruang lingkup ajarannya, yaitu:* 1. Keyakinan adanya suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam dan seisinya. 2. Peribadatan yang merupakan tingkah laku manusia dalam berhu- bungan dengan kekuatan supra natural tersebut sebagai konseku- ensi atas pengakuannya. 3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam semesta berkaiatan dengan keyakinannya. B, HAJAT MANUSIA TERHADAP AGAMA. Menurut Bustanuddin Agus, dalam menelusuri asal usul kenapa manusia beragama, kebanyakan ilmuan sosial mengembalikan pada faktor kelemahan manusia. Manusia beragama karena beberapa hal berikut:* 1. Tidak mampu mengatasi bencana alam dengan kemampuan sendi- ri. 2. Tidak mampu melestarikan sumber daya dan keharmonisan alam, seperti tidak mampu menjamin matahari tetap bersinar dan padi mereka tetap menjadi. 3. Tidak mampu mengatur tindakan manusia untuk dapat hidup da- mai satu sama lain dalam masyarakat. Karena ketidakmampuan itu mereka mempercayai adanya keku- atan gaib yang maha mampu menyelamatkan atau membantu mereka. Ini berarti bahwa kepercayaan kepada yang gaib tersebut mereka buat sendiri untuk menjawab misteri kehidupan dan gejala alam. Menurut M. Quraish Shihab, berbagai macam pandangan telah di- kemukakan oleh para pakar tentang benih agama dalam jiwa manusia. Ada yang berpendapat bahwa benihnya adalah rasa takut yang kemu- "Mohammad Daud Ali, Loc.. it, him. 28. * Aminuddin, et al, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: Ghalia Indonesia, cet ke 3, 2014 ), him. 13. 's Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama, (Ja- karta: Rajagrafindo Persada, 2006), him. 50. 6 BAB 1 + Manusia & Agana. dian melahirkan pemberian sesajen kepada yang diyakini memiliki ke kuatan yang menakutkan. Memang, rasa takut merupakan salah satu pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan. Tetapi bahwa ia merupakan benihnya, ditolak oleh pakar yang lain. Sementara itu, pakar-pakar agama Islam berpendapat bahwa be- nih agama muncul dari penemuan manusia terhadap kebenaran, kein- dahan, dan kebaikan. Manusia pertama yang diperintahkan oleh Allah untuk turun ke bumi, diberi pesan agar mengikuti petunjuk-Nya (QS. 2: 38). Petun- juk pertama yang melahirkan agama, menurut mereka, adalah ketika Adam-dalam perjalanannya di bumi ini-menemukan ketiga hal yang disebutkan di atas. Sebagai ilustrasi, dapat diduga bahwa Adam me- nemukan keindahan pada alam raya, pada bintang yang gemerlapan, kembang yang mekar dan sebagainya. Dan ditemukannya kebaikan pada angin sepoi yang menyegarkan di saat ia merasa gerah kepanasan atau pada air yang sejuk di kala ia sedang kehausan. Kemudian, dite- mukannya kebenaran dalam ciptaan Tuhan yang terbentang di alam raya dan di dalam dirinya sendiri, Gabungan ketiga hal ini melahirkan kesucian. Sang manusia, yang memiliki naluri ingin tahu, berusaha untuk mendapatkan apakah yang paling indah, benar dan baik? Jiwa dan akalnya mengantarkannya bertemu dengan yang Mahasuci dan ke- tika itu ia berusaha untuk berhubungan dengan-Nya, bahkan berusaha untuk mencontoh sifat-sifat Nya dari sinilah agama lahir, bahkan dari sini pula dilakukan proses beragama sebagai “upaya manusia untuk mencontoh sifat-sifat yang Mahasuci”. Dalam Hadis Nabi Muhammad SAW, ditemukan perintah untuk itu, yaitu “Takhallaqu bi alkhlaqillah” (Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah ).!4 Hajat manusia terhadap agama bersifat kodrati, sebab dengan adanya agama inilah manusia menjadi makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya, misalnya dengan binatang. Dilihat dari beberapa ciri, manusia tidak berbeda dengan binatang, baik nalurinya untuk makan dan minum, berkembang biak ataupun mempertahankan hidupnya. Menurut konsep Al-Qur’an, manusia hajat terhadap agama, karena memang agama itu adalah fitrah manusia. hal ini dijelaskan dalam QS. ar-Ruum (30): 30: “4M, Quraish Shihab, Loc. cit., him. 210. & 7 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ot ., Tee -s iy a aoee Vege gt ES ot Mie “ge na tages ald ae fi ie “ 2 " e « RE 4 sis 280 2 oil 8 “AT gle) Bad ess Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubshan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi keba- nyakan manusia tidak mengetahui. Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempu- nyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beraga- ma tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan..* dengan binatang adalah ke- Faktor yang membedakan manusi: mampuannya mengembangkan naluri-naluri tersebut, sehingga da- pat mengarahkannya untuk kepentingan hidupnya. Naluri binatang bersifat tetap, misalnya, ayam, sejak dahulu hingga sekarang mencari makan dengan mengais-ngais di tanah. Berbeda dengan manusia yang awalnya mencari makan dengan berburu dan meramu, kemudian ber- cocok tanam, dan seterusnya. Dengan kata lain, faktor volume inilah yang menyebabkan manusia berbeda dengan binatang. Faktor lainnya yang menyebabkan manusia berbeda dengan bina- tang adalah adanya etika yang dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki binatang. Misalnya kucing sejak dahulu berkembang biak dengan me- ngawini lawan jenisnya, siapa pun lawan jenisnya, tidak peduli induk- nya atau anaknya. Manusia terikat oleh etika, baik yang bersangkutan dengan adat istiadat, moralitas, maupun ajaran-ajaran agama. Manusia bisa berkembang dan berbudaya sedemikian rupa, di- sebabkan, manusia telah dianugrahkan Allah dengan berbagai bekal, seperti: naluri (instinct), pancaindra, akal dan lingkungan hidup un- tuk dikelola dan dimanfaatkan. Dengan akalnya manusia telah meru- muskan beraneka ilmu pengetahuan; teori, kemudian alat dan keahlian yang kesemuanya itu menjamin kelangsungan hidup manusia dari ge- nerasi ke generasi. Dengan anugerah akal itu kalau digunakan dengan semestinya niscaya manusia akan dapat melakukan fungsi dan menca- pai tujuan hidupnya. 's Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya. 8 & BAB 1 + Manusia & Agana. Tumbuhan hanya diberikan bekal naluri (insting) sesuai dengan fungsi dan tujuan hidupnya; makan, minum dan hidup untuk kepen- tingan manusia, begitu juga hewan dengan tujuan yang sama dan di- tambah pancaindra untuk dapat bergerak dan berkembang biak. Lain halnya manusia, ia bertujuan hidup bukan sekadar makan, minum dan berkembang biak, melainkan ada tujuan yang lebih berarti dan abadi. Fungsi dan tujuan hidup manusia, hanya dapat dijelaskan oleh agama bukan penemuan akal. Agama justru datang karena ternyata bekal-bekal yang dilimpahkan kepada manusia tidak cukup mampu menemukan apa perlunya ia lahir ke dunia ini, Agama diturunkan un- tuk mengatur hidup manusia, meluruskan mengendalikan akal yang bersifat bebas. Kebebasan akal tanpa kendali, bukan saja menyebabkan manusia lupa diri, melainkan juga akan membawa ia ke jurang kesesat- an, mengingkari Tuhan, tidak percaya kepada yang gaib dan berbagai akibat negatif lainnya. Tuhan menghendaki manusia beruntung dalam. hidupnya, karena itu Ia turunkan aturan hidup berupa agama. Seperti halnya naluri, pancaindra, dan akal, agama berfungsi sebagai hidayah (petunjuk) agar manusia meneapai hidupnya. Adapun yang istimewa pada agama, ialah wawasan lebih luas. Ada hal-hal yang kadang tak terjangkau oleh rasio dikemukakan oleh agama. Akan tetapi, pada ha- kikatnya tidak ajaran agama (yang benar) bertentang dengan akal, oleh karena agama itu sendiri diturunkan hanya pada orang-orang yang ber- akal. Oleh karena itu, sesungguhnya kapan pun manusia hidup dan di manapun ia berada, agama tetap menjadi kebutuhan asasi, di abad mo- dern sekarang ini pun agama tetap diperlukan. Bahkan lebih jauh ma- nusia mencapai kemajuan lebih terasa perlunya agama. Dengan tanpa agama, segala kemajuan bukannya akan memberikan kebahagiaan ke- pada manusia, akan tetapi malah akan membinasakan manusia.® C. KLASIFIKAS! AGAMA Ditinjau dari sumbemya, agama yang dikenal manusia terdiri atas dua jenis agama, yakni sebagai berikut:” 1, Agama wahyu, yaitu agama yang diterima olch manusia dari Al- “© Kaelani HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), him. 17-8. " Aminuddin et al., Op. cit., him. 13, & 9 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM lah melalui malaikat Jibril yang disebarkan oleh Rasul-Nya kepada manusia. Agama wahyu disebut juga sebagai agama samawi atau agama langit. Agama Islam termasuk agama wahyu, agama samawi atau agama langit. 2. Agama budaya, yaitu agama yang bersumber dari ajaran scorang manusia yang dipandang mempunyai pengetahuan yang menda- lam tentang kehidupan. Agama budaya disebut juga sebagai agama ardhi atau agama bumi. Contoh agama budaya adalah agama Bud- ha yang merupakan ajaran Budha Gautama. Ciri-ciri agama wahyu, yaitu sebagai berikut:® 1. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikan- nya. 2. Memilikikitab suci yang bersih dari campur tangan manusia. 3. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, atau sesuai dengan kemampuan rasio, kecerdasan, dan kepekaan. 4. Konsep ketuhanannya bersifat monoteisme mutlak (tauhid). 5. Kebenarannya bersifat universal, yaitu berlaku untuk setiap manu- sia, masa dan keadaan. Sedangkan ciri-ciri agama budaya, yaitu sebagai berikut: 1. Tidak disampaikan oleh utusan Allah (Rasul), melainkan tumbuh secara kumulatif dalam masyarakat penganutnya. 2. Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada akan menga- lami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya. 3. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pi- kiran masyarakat penganutnya. 4. Konsep ketuhanan bukan monoteisme, bisa animisme, dinamisme, politeisme, dan yang paling tinggi menganut monoteisme nisbi. 5. Kebenaran ajaran agamanya tidak bersifat universal, schingga pada keadaan dan masa tertentu dapat berubah-ubah. Jika kita perhatikan ciri-ciri dan kelompok agama tersebut nyata- lah hanya agama Islam yang memenuhi syarat sebagai agama wahyu sedang yang selain Islam tidak, terutama bila dilihat dari segi ketuhan- an dan keaslian kitab sucinya.* Asumsi ini dikuatkan oleh firman Allah ® Kaelani HD, Op. cit, him. 19 © Ibid, him. 20. 10 BAB 1 > Manusia & Agama: dalam QS. Ali Imran (3): 19: NS cca Gls 5 “STM cee Aly Mgt, HS 035" 5es Us Sil cals G a fe Ohi pcaii es Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab” kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara me- reka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. D. AGAMA SEBAGAI SUMBER KEBENARAN Sudah dijelaskan dalam uraian di atas bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama wahyu yang masih terpelihara kemurnian tauhid- nya dan kemurnian kitab sucinya. Oleh karena itu, kebenaran agama Islam adalah mutlak dan abdi. Kebenaran hakiki hanyalah berasal dari Allah SWT (wahyu), bahwa yang berasal dari Allah adalah kebenaran yang pasti.”' Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dinatar- nya sebagai berikut: 1. QS. Ali Imran (3): 60: Oa Ne K Bagi ey gall (apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tu- hanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. 2. QS. al-Israa’ (17): 105: hs 355 Vac Sacicits os, os SLs iist gly dan Kami turunkan (Al-Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringat- an. ® Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur’an, * Aminudddin et al,, Loe. cit., him. 42. & a PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 3. QS. Al-Kahfi (18): 29: tase as 2 ae a a- = Sy RB AE is oe AE oh SS on SA Bs its hei os “Wats 5, BCT Oe enh wazel DU ASA 4 ip Ts JCI T, dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang- siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolcknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minum- an yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH Manusia diberi kewenangan olch Allah SWT, untuk menggunakan akal pikirannya dalam kehidupan sebagai khalifah fi al-ardli, sebagai penguasa (khalifah) di bumi.” Kata khalifah dalam bentuk tunggal ter- ulang dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surah al-Bagarah ayat 30 dan Shad ayat 25. a. Ada dua bentuk plural yang yang digunakan oleh Al-Qur’an, yaitu: Khulaf yang terulang sebanyak empat kali, yakni pada: + surah al-An‘am (6): 165: pon Ob RES pig wo GSS pale co.ll 5 SAH Sp ole £2005 WHALE g hshd ess Deri dan Dia Ich yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa dera- Jat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesung- guhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. + Surah Yunus (10): 73: = Suparman Usman, Loc. cit., him. 35. 12 ana anwar a eho ce a tee te ne a ef a as Seboat sess 5 tat igs hee i Qa itine FoF, Ffall teat Lah Saat lalu mereka mendustakan Nuh, Maka Kami selamatkan Dia dan orang- orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendus- takan ayat-ayat kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang- orang yang diberi peringatan itu. + Surah Yunus (10): 14: HE Bl paul be eT gals 5 les a ae 7a kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. + Surah Fathir (35): 39: < 47; age SAI 4 Chai an ai Sb Aa ES Ge aT gt SES cell ge is oe ee abe ee “ri @iee Slaw Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsi- apa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. 2 Khulafa’ terulang sebanyak tiga kali pada surah-surah, yakni: + Surah al-A’raf (7): 69: peesaed pA Jes Je Dhabi hl Bon sa ecb he 13 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringat- an dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatiah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) se- sudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. + Surah al-A’raf (7): 74: Pall 3 plans 6 asi fy Aah Hs Y tyes “hs Deal Syetiy Dyed Wd ye Cosel Bs pol hl Gee Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-peng- ganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagi- mu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nik- mat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. + Surah an-Naml (27): 62: TE. gp deollean gs 25 N Shahis 125 RTS yt Qith ic is ‘Me Tal Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi2*? Apakah di- samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat- (Nya). Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini, kata khalifah seringkali diarti- kan sebagai “pengganti” (kerena yang menggantikan selalu berada atau. datang di belakang, sesudah yang digantikannya).** Manusia mempunyai fungsi sebagai khalifah. Khalifah berar- ® Yang dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia ber- kuasa di bumi 4M. Quraish Shihab, Loc. cit., hlm. 156-157. 14 & BAB 1 + Manusia & Agana. ti pengganti, penguasa, pengelola atau pemakmur.’s Fungsi manusia sebagai khalifah telah dijelaskan oleh Allah dalam beberapa ayat Al- Qur'an, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1. QS. al-Baqarah (2): 30: - s-EPts Koop a ee ak aca ae JesT ifs The aN gee GR 15 36 35 mT, tg 2 ot Se ep tone f tae BSS Ba mite aeS b5 HLT | POST nk Al OP A - Qocki ie it gue ai Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Eng- kau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 2. QS. Shad (38): 26: HSL SH pol gli auke 6 S558 hos oh gh Sell By “BM Jo oe alla sal Qsigh Se, Waleaie oft Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menye- satkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. 3. QS. al-Ahzab (33): 72: at 2k Sal 2a opctil Je BOM Care by Ovi Oh av ty Souls Ge giith as HD, Op. cit., him. 9. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat® kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat. itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan amat bodoh, 4. QS. al-A’raf (7): 10: aki Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. 5. QS. al-Hijr (15): 20: -.7 ate _ oo i DAS 5 am Gat ches dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bu- kan pemberi rezki kepadanya 6. QS. al-Jatsiyah (45): 13: wp tae jal Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. Muhammad Baqir Al-Shadr, dalam bukunya Al-Sunan Al-Tarikhi- yah fi Al-Qur’an yang antara lain mengupas ayat 30 surah al-Bagarah dengan menggunakan metode tematik, mengemukakan bahwa kekha- lifahan mempunyai tiga unsur yang saling kait-berkait. Kemudian, di- tambahkannya unsur ke empat yang berada di luar, namun amat me- nentukan arti kekhalifahan dalam pandangan Al-Qur’an. Ketiga unsur pertama adalah: ® Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan, 16 & BAB 1 + Manusia & Agana. 1. Manusia, yang dalam hal ini dinamai khalifah. 2. Alam raya, yang ditunjuk oleh ayat al-Bagarah sebagai ardh. 3. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, terma- suk dengan manusia. Hubungan ini walaupun tidak disebutkan secara teratur dalam ayat di atas, tersirat karena penunjukan sebagai khalifah tidak akan ada artinya jika tidak disertai dengan penugasan atau istikhlaf. Itulah ketiga unsur yang saling kait-berkait, sedangkan unsur ke- empat yang berada di luar adalah digambarkan oleh ayat tersebut de- ngan kata inni ja’il/inna ja‘aina khalifah yaitu yang memberi penugas- an, yakni Allah SWT. Dialah yang memberi penugasan itu dan dengan demikian yang ditugasi harus memperhatikan kehendak yang menu- gasinya. 2” F IBADAH SEBAGAI TUJUAN HIDUP MANUSIA Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam beberapa ayat Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut: 1. QS. adz-Dzaariyaat (51): 56: Boe Boia I oT ewe Gy Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 2. QS. al-Faatihah (1): 5: tt ot es Sh hanya Engkaulah yang Kami sembah®, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”? 3. QS. al-An'aam (6): 162: Beblos ds 75 ots © M, Quraish Shihab, Op. cit., him. 158-159. * Na’budu diambil dari kata baadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh pera- saan terhadap kebesaran Allah, scbagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah ‘mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. ® Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata istfaanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri, & 17 a ple ayy wht & PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanya- lah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Berdasarkan beberapa ayat tersebut di atas manusia mempunyai fungsi ganda yaitu selaku khalifah Allah dan selaku hamba Allah. Se- laku khalifah manusia tidak boleh mengabaikan keserasian hidupnya berdampingan dengan alam semesta sebagai ekosistem. Manusia tidak bisa hidup sendirian, ia memerlukan bekal hidup yang disumbangkan oleh makhluk lain karena memang eksistensi segala makhluk itu di- peruntukan bagi kehidupan manusia, sebagaimana fiman Allah SWT dalam QS. al-Jatsiyah (45): 13:° £ a4 db) Op Ng G pial gO Kh Or wkE go. 205 dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. Selaku hamba Allah, manusia semestinya beribadah hanya kepada- Nya. Beribadah kepada Allah merupakan prinsip hidup yang paling ha- kiki bagi seorang muslim,” sehingga perilaku manusia Muslim sehari- hari senantiasa mencerminkan pengabdiannya kepada Allah SWT. ® Kaelani HD, Op. cit., him. 9. ® Ibid, him. 12. 18 & BAB 2 HAKIKAT AGAMA ISLAM A. PENGERTIAN AGAMA ISLAM Perkataan Islam berasal dari bahasa Arab, yang berasal dari kata kerja “salima”, Kata Islam adalah bentuk mashdar. Dari segi sematik, Islam mengandung makna selamat, sejahtera dan damai.' Kata Islam satu akar dengan kata salam. Dari kata salam tersebut timbul ungkapan. assalamu‘alaikum yang telah membudaya dalam masyarakat Indone- sia. Artinya semoga selamat, damai, sejahtera.* Menurut Prof. Dr. Muhammad Abdullah Draz, arti sebenarnya kata Islam adalah penyerahan diri secara total terhadap kehendak Al- lah tanpa perlawanan. Begitu juga menurut Prof. Dr. M. Tahir Azhary, Islam berarti penundukan diri sepenuhnya (secara total) setiap makh- luk Allah SWT (terutama manusia), terhadap kehendak dan ketetapan- Nya (Sunnatullah ).2 Orang yang secara bebas telah memilih untuk patuh dalam makna menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Allah disebut Muslim. Seorang Muslim adalah orang yang menerima petunjuk Tuhan dan me- nyerahkan diri untuk mengikuti kemauan Ilahi. Artinya seorang Mus- °M. Tahir Azhary, Op. cit, hlm. 3 2 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar tlw Hukum dan Tata Hukum Islam di In- donesia, (fakarta: Rajagrafindo Persada, cet. ke-6, 1998), hm. 19. © M, Tahir Azhary, Op. cit. him. 3-4. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM lim adalah orang yang melalui penggunaan akal dan kebebasannya, m enerima dan mematuhi kehendak dan petunjuk Tuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang oleh Allah SWT, sebagaimana ter- dapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an berikut: 1. QS. An-Nisaa’ (4); 125: Hokilat Agama Islam piles Alfa 83 gol Sid Spice Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ye'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalan Kami menyerahkan diri." Secara konseptual Islam adalah Ad-diin (the religion). Terminologi ini ditegaskan dalam QS. Ali Imran (3): 19: CSE ca BT 5 pies Mae eal) Myles BR 055 oH OE iN pode G st by Wy ev Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab* kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara me- reka. Barangstapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Boal * Dan juga dalam QS. Ali Imran (3): 85: et we tek ace oe Se fl Uy gala 2b ahh i Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat termasuk orang- orang yang rugi. + Dan juga terdapat dalam QS. al-Baqarah (2): 132: ate dy wtp Spare a dee a *o. Seal (XT PRAT Sy 455 cepts a Seat Te Leet a oepea 2G ab are GA Sh IGS G dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demiki- an pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah © Maksudnya ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur‘an, 21 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" Berdasarkan beberapa ayat di atas bahwa nama Islam diberikan oleh Allah SWT bukan ciptaan manusia, atau dengan kata lain, me- mang menurut Al-Qur’an, Islam adalah nama agama yang diwahyukan oleh Allah untuk manusi: Secara terminologis, agama Islam adalah agama penutup dari se- mua agama yang diturunkan berdasarkan wahyu Tahi (Al-Qur’an) ke- pada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril, untuk diajarkan kepada seluruh umat manusia sebagai way of life (pedoman hidup) lahir dan batin dari dunia sampai dengan akhirat, sebagai agama yang sempurna, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Maaidah (5): 3 : * SiS ois an ie Eth ho LET pg MS BY les ao jad g LOTS hy ha Oteitii .. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ri-dhai Islam itu jadi aga- ma bagimu....” Berdasarkan firman Allah tersebut di atas jelaslah, bahwa agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah agama Islam, sedangkan Muhammad SAW adalah Nabi penutup dari seluruh Nabi sebagaimana pula ditegaskan dalam QS. Al-Ahzab (33)*: 40: eg ST U,25 ys Seg yg gol Ue ac etek itis gil Muhammad itu sekali-kali bukaniah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu®, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi. Dan adalah LM. Rasjidi, Empat Kuliah Agama Islam pada Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990 ), him. 98. ® Mohd. Idris Ramulyo, As s Hukum Islam: Sejarah Timbul dan Berkembangnya Kedu- dukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, cet. ke-2, 1997), him. 3. ° Maksudnya: Nabi Mubammad SAW bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu jan- da Zaid dapat dikawini oleh Rasulullab SAW. 22 & BAB 2 > Hokilat Agama Islam Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Ali Hasan, sebagaimana dikutip oleh Aminuddin et al., mendefini- sikan agama Islam sebagai kepercayaan buat keselamatan dan kebaha- gian dunia dan akhirat yang diwahyukan Allah kepada manusia dengan perantaraan Rasul. Agama Islam didefenisikan juga sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang diturunkan dalam Al- Qur’an dan tertera dalam As-Sunnah berupa perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.” Menurut Somad Zawawi et al.., Islam merupakan ajaran Allah yang diwahyukan untuk mengatur tata kehidupan manusia melalui para Ra- sul, dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW. Adapun “Is: lam” yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah “Din” yang ditu- runkan kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW dengan melalui risalah Al-Qur’an sebagai penyempurna millah-millah sebelumnya. Penamaan Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan agama-agama lainnya, yang menempatkan Islam pada tempat istime- wa yaitu penamaannya tidak dihubungkan dengan pembawanya dan tempat di mana agama itu lahir. Jadi Islam bukanlah “pikiran” Mu- hammad SAW, sekalipun Islam dengan Nabi Muhammad SAW tidak bisa dipisahkan. Islam adalah nama yang diberikan olah Allah SWT melalui firman-firman—Nya dalam Al-Qur’an:* + QS.Ali Imran (3): 85: fe ST gas Hy I oil hy playl ab ae 5 Binet Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat termasuk orang- orang yang rugi. + Q8.al-Maa'idah (5): 3: G5 gpl age Kae ge it Sell 3g eal hag Si satan ST Hy i i Cit * Aminuddin et al., Loc. cit., him. 14. * Somad Zawawi et al., Loc.cit., hlm. 30 & 23 a PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sohb MSP SS tact ab gad! g hal yi ty O425 * ... pada hari ini!? orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.....” Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia yang meliputi:? 1. oleh Nabi M 24 Hubungan Manusia dengan Allah (Hablum Minallah) Hubungan manusia dengan Allah melalui ibadah. Ibadah merupa- kan tujuan utama manusia diciptakan. Allah berfirman dala + QS. adz-Dzaariyaat (51): 56: Boks $36 Salk cs; dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. + QS. al-Bayyinah (98): 5: J llicd MT yale Mi, tad Sights GUAT ncu's QF Syyislest Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lu- rus“, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum Minannas) Agama Islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekelu- argaan, kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar terscbut memberi gambaran tentang ajaran-ajaran = Yang di sud dengan hari Jalah: masa, Yaitu: masa haji wada’, haji terakhir yang dilakukan mmad SAW ® Somad Zawawi et al., Op. cit.,hlm, 30-31 % Larus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan, BAB 2 > Hokilat Agama Islam yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan sesama dalam berbagai aspek kehidupannya. Seluruh konsep tersebut bertumpu pada satu nilai, yaitu saling tolong-menolong antara sesama manu- sia. Firman Allah dalam QS. al-Maa‘idah (5): 2: “yall yl Je List Sy eogitihy all Je Upside Oli 4,8 Ey HB ... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan tak- wa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa- Nya. Hubungan Manusia dengan Makhluk lainnya/Lingkungannya Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada dalam alam ini mengandung manfaat bagi manusia. Alam raya ini wujud- nya tidak tidak terjadi begitu saja, akan tetapi dicipatakan oleh Al- lah dengan sengaja dan dengan baik, semuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. perhatikan firman Allah berikut: + QS. Lugman (31): 20: ER epee cen ct ate£ etc AT yjonast gl S36 MUI 2 et he Bo ane Che ce . e kebl% = =f, oe ophh jsp Eby Bp nest aia ia a oe te Tot ee Gs Th saa Vile cipal pe * * a ll Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyem- purnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau pe- tunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. + QS. al-An'aam (6): 165: pre Gd BES os po Oe peels call jas 25 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Mig lial 84,2 ity Sy See Ls a pSsled yess Bers Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa dera- Jjat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesung- guhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Firman Allah di atas menjelaskan bahwa alam ini untuk manusia dan manusia diperintahkan untuk memakmurkan dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hanya saja dalam memanfaatkan alam ini ma- nusia harus mengerti batas- batasnya, tunduk dan patuh pada aturan- aturan yang telah digariskan oleh Sang Pencipta alam ini.'5 B. KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM Agama Islam merupakan satu sistem yang di dalamnya terhimpun kerangka dasar yang mengatur manusia, baik hubungan manusia de- ngan Tuhannya (vertical), maupun hubungan antar manusia, dan hu- bungan manusia dengan alam atau makhluk lainnya (horizontal). Ke- rangka dasar ajaran Islam ini tergambar dalam sebuah Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dari Umar r.a., sebagi berikut : (a) Iman, (b) Islam dan (c) Ihsan. Aspek iman merupakan landasan yang utama, berisi ajaran atau ketentuan-ketentuan tentang akidah. Aspek ini disebut juga dengan al-ahkam al-I'tiqadiyah. Aspek yang kedua adalah Islam, yang dise- but juga aspek syariah dalam arti sempit. Aspek kedua ini berisi ajar- an atau ketentuan-ketentuan yang mengatur perbuatan (amaliyah) manusia, berlandaskan aspek pertama, aspek ini disebut juga dengan ahkam ‘amaliyah. Aspek ketiga adalah ihsan, berisi ajaran atau keten- tuan-ketentuan tentang etika atau akhlak. Aspek ketiga ini disebut juga dengan ahkam khulugiyah. Ketiga aspek tersebut satu sama lain saling berkaitan. Iman yang benar dan kuat kepada Allah SWT, akan melahirkan perbuatan (amal) yang baik dan benar, dalam bentuk ibadah (pengabdian) kepada-Nya. Tbadah yang benar kepada Allah SWT, akan melahirkan perilaku atau ® Ibid, him. 33. 26 & BAB 2 > Hokilat Agama Islam akhlak yang baik. Kalau diibaratkan pohon, aspek pertama ibarat akar, aspek kedua ibarat daun, dan aspek ketiga ibarat buah. Kalau akarnya (iman) kuat, akan menumbuhkan daun (amal) yang baik dan lebat, dan daun yang lebat, maka akan menumbuhkan buah (ihsan, akhlak) yang baik. Aspek-aspek agama Islam ini dapat dijelaskan dengan ringkas se- bagai berikut:° a. Ahkam Ptiqadiyah Ahkam Itigadiyah adalah aspek akidah atau teologi, yaitu s tem keyakinan (keimanan) yang bersifat monoteisme dalam Din al-Islam. Disiplin ilmu dalam aspek ini disebut ilmu tauhid, ilmu kalam atau ilmu ushuluddin atau teologi. Dalam aspek ini dibica- rakan antara lain tentang unsur-unsur iman (rukun iman), yaitu : (a) Iman kepada Allah SWT, (b) Iman kepada Malaikat, (c) Iman kepada kitab-kitab suci, (d) Iman kepada para Rasul, (e) Iman ke- pada hari akhir, dan (f) Iman kepada Qadar (kepastian dari Allah SWT). Ilmu yang mempelajari masalah-masalah akidah ini dinamakan ilmu kalam atau ilmu ushuluddin atau ilmu aqaid.” b. Ahkam ‘Amaliyah Ahkam ‘Amaliyah berisi seperangkat kaidah yang mengatur perila- ku manusia, yang mencakup dua hubungan yaitu manusia dengan Tuhan nya (ibadah) dan hubungan manusia dengan makhluk la- innya (muamalah). Disiplin ilmu aspek ahkam ‘amaliyah disebut ilmu figh. Dalam aspek ini dibicarakan unsur-unsur Islam (rukun Islam), ya- itu: (a) Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT, dan Muhammad SAW, adalah Rasul-Nya, (b) melaksanakan shalatlima waktu sehari semalam, (c) menunaikan zakat bagi yang memenuhi syarat, (d) melaksanakan puasa bulan Ramadhan, (e) menunaikan ibadah haji ke Baitullah, bagi yang mampu. c. Ahkam Khulugiyah Ahkam Khulugiyah berisi seperangkat norma dan nilai etika atau moral (akhlak). Dalam aspek ini, Din al-Islam mengatur tentang bagaiman seharusnya manusia berperilaku dengan baik, baik da- lam hubungan dengan Tuhan nya, maupun hubungan dengan de- ° Suparaman Usman, Loc. cit., hlm. 22-23, "Muhammad Iehsan dan M. Endrio Susilo, Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif (Yogyakar- ta: Lab Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, cet. ke-1, 2008), hlm. 15. & 27 image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam + Ahmadiyah Qadyani, yang berpendirian bahwa Mirza itu ada- lah seoarang Nabi yang mendapat wahyu dari Allah SWT. + Ahmadiyah Lahore, yang berpendirian bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan Nabi, melainkan seorang mujaddid (pembaru). + MUI telah mengeluarkan fatwa tentang Ahmadiyah, sebagai berikut:?5 KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA. Nomor: 11/MUNAS VII/MUI/15/2005, Tentang ALIRAN AHMADITYAH oP AB a ote Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H./26-29 Juli 2005 M, setelah MENIMBANG: a. bahwa sampai saat ini aliran Ahmadiyah terus berupaya untuk mengembangkan pahamnya di Indonesia, walaupun sudah ada fatwa MUI dan telah dilarang keberadaannya; b. bahwa upaya pengembangan paham Ahmadiyah tersebut telah menimbulkan keresahan masyarakat; c. bahwa sebagian masyarakat meminta penegasan kembali fatwa MUI tentang paham Ahmadiyah sehubungan dengan timbulnya berbagai pendapat dan berbagai reaksi di kalangan masyarakat; d. bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan menjaga kemur- nian akidah Islam, Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menegaskan kembali fatwa tentang aliran Ahmadiyah. MENGINGAT: 1. Firman Allah subhanahu wata‘ala: BN 5G SEN 525 355 ASU, ge wet of ded Os 1y 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang ALIRAN AHMADIYAH ditetapkan di Jakarta pada tanggal: 21 Jumadil Akhir 1426 H,/28 Juli 2005 M. & 35 image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam shalat fardhu tidak lima waku; + Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar“, seperti mengkafir- kan Muslim hanya bukan kelompoknya. Kriteria tersebut apabila dilanggar satu poin saja, maka sudah di- anggap sesat, apalagi kalau dilanggar beberapa atau keseluruhan poin- poin dalam kriteria terscbut, Kriteria yang disampaikan MUI tersebut dapat dijadikan pedoman (guidance) bagi aparat pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk memutus apakah sebuah aliran diang- gap menyimpang sehingga harus dilarang atau tidak, kriteria tersebut juga dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat luas dalam mengha- dapi ajakan dari berbagai aliran agar tidak terjerumus masuk ke dalam kelompok aliran menyimpang tersebut. 2. Aspek ‘Amaliyah (Syariah/Fiqh) a. Pengertian Syariah Syariah dalam pengertian etimologis adalah sumber air mengalir yang didatangi oleh manusia atau binatang untuk diminum”. Atau ja- lan menuju tempat air atau dengan kata lain sumber kehidupan. Dalam agama Islam kata tersebut berarti jalan lempeng kehidupan yang benar menuju Tuhan, atau jalan yang diperintahkan Allah agar diikuti oleh orang mukmin.%8 Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian: hukum- hukum Allah yang diturunkan untuk umat manusia (hamba Allah).*? Dalam hal ini Allah berfirman dalam beberapa ayat Al-Qur’an, yaitu: a. QS. al-Maa'idah (5): » Achmad El Ghandur, Al-Madkhal ila al-Syariah al-Islamiyah: Perspektif Hukum Islam: Se- buah Pengantar, Terj: H. Ma'mun Muhammad Murai (Yogyakarta: Pustaka Fahima, cet. ke-2, 2006), him. . * Taufig, Pengembangan Hukum Materiil dan Tenaga Teknik Peradilan Agama, dalam Cik Hasan Bisti (Penyunting), Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta: Logos, cet. ke-2, 1999), hlm. 117. » Achmad El Ghandur, Al-Madkhal ila al-Syariah al-Islamiyah: Perspektif Hukum Islam: Se- buah Pengantar, Terj : H. Ma'mun Muhammad Murai (Yogyakarta: Pustaka Fahima, cet. ke-2, 2006), him. 5. & 39 image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam padahal yang dimaksud khusus ). Mahmud Syaltut dalam bukunya Al-Islam Akidah wa Syariah se- bagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Zainuddin Ali, memberikan definisi syariah sebagai peraturan yang diturunkan oleh Allah kepada manusia agar dipedomani dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan sesa- manya dengan lingkungannya, dan dalam kehidupannya.* Menurut Farug Nabhan, sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Fat- hurrahman Djamil, secara istilah, syariah berarti “segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba—Nya”. Sedangkan menurut Mannaal-Qathan, syariah berarti “segala ketentuan Allah yang disyari- atkan bagi hamba-hamba-Nya, baik menyangkut akidah, ibadah, akh- lak, dan muamalah.” Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa syariah itu identik dengan agama. Hal ini sejalan dengan firman Allah pada surah al-Maa'idah: 48, al-Syura: 13, dan al-Jaatsiyah: 18. *” Walaupun pada mulanya syariah diartikan dengan agama, tetapi kemudian ia dikhusukan untuk hukum ‘amaliyah. Pengkhusuan ini untuk membedakan antara agama dengan syariah, karena pada haki- katnya agama itu satu dan berlaku secara universal. Sedang syariah berbeda antara satu dengan umat lainnya. Qatadah, menurut yang di- riwayatkan oleh Thabari, mengkhususkan lagi pemakaian kata syariah untuk hal-hal yang menyangkut kewajiban, sanksi hukum, perintah, dan larangan. Beliau tidak memasukan akidah, hikmah-hikmah, dan ibarat-ibarat yang tercakup dalam agama ke dalam syariah. Dalam perkembangan selanjutnya kata syariah tertuju atau digu- nakan untuk menunjukan hukum-hukum Islam, baik yang ditetapkan langsung oleh Al-Qur’an dan Sunnah, maupun yang telah dicampuri oleh pemikiran manusia (ijtihad). Istilah syariah erat kaitannya dengan istilah tasyr?’. Syariah tertuju pada materi hukum, sedangkan tasyri’ merupakan penetapan materi syariah tersebut. Pengetahun tentang tasyri’ berarti pengetahuan ten- tang cara, proses, dasar, dan tujuan Allah menetapkan hukum-hukum. tersebut.* * Ibid, hlm. 4 » Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukura Isiam (Jakarta: Logos, 1997), hlm.7 °* Ibid, nlm. 7-8. & 43 image not available image not available image not available 10. uu. 12, Peper & I eo BAB 2 > Hokilat Agama Islam Washiyah Radha’‘ah Hadhanah Perwalian Bagian ketiga: Muamalah Madiyah, meliputi: Jual beli (al-buyw) Sewa menyewa (al-ijarah) Utang piutang (mudayanah) Gadai (rahn) Syufah Sharf Salam Hawalah Perwalian . Kafalah |. Dhaman . Mudarabah . Ariyah Wadi‘ah . Lugatahah . Ghasab . Syirkah . Kitabah . Hibah . Tadbir (masalah-masalah budak yang dijadikan ibu anak) Bagian keempat: Muamalah Maliyah, meliputi: Baitul Mal Sumber-sumber Baitul Mal Macam-macam kekayaan yang dimasukan ke Baitul Mal Objek kepentingan Baitul Mal Bagian kelima: Uqubat, meliputi: Qishash Hudud Ta‘zir Riddah Hukuman peminum arak Hukum zina Qadzaf 47 image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam salah satu kabilah yang berdomisili di semenanjung Arabia. Sumber dalil dalam istinbat hukum yang digunakan mazhab Ham- bali adalah sebagai berikut:* Al Kitab As-Sunnah Al-Tjma’ Al-Qiyas Al-Istishab Al-Masalih Sad al-Zari‘ah Qaul Shahabi Ferme aose £ — Karakteristik Syariat Islam Islam mempunyai beberapa karakteristik yang membedakannya dengan undang-undang atau peraturan buatan manusia adalah sebagai berikut:* 1 Al-Rabbaniyah (Divine) Arti al-Rabaniyah adalah bersifat ketuhanan. Maksudnya sya- riat Islam berasal dari Allah, yakni ciptaan Allah dan diterapkan untuk mendapat kerdhoan Allah. Dari sinilah hukum buatan Tu- han (God made law) itu muncul. Hukum Islam atau syariat Islam itu dibuat sendiri oleh Allah secara langsung dan ditulis di dalam mushaf Al-Qur’an, atau secara tidak langsung melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW yang diriwayatkan dalam Hadis. Syariat Islam diciptakan oleh Allah sebagai jalan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta untuk meraih keridhaan Allah. Tanpa syariat Islam manusia tidak mungkin mendapatkan keridhaan-Nya. Hal ini karena hanya Islamlah satu-satunya agama yang diridhai Allah. Al-Syumul (Comprehenshive) Al-Syumul artinya komprehensif atau mencakup. Hukum Islam. ini mencakup seluruh aspek kehidupan (covers all aspects of life), mulai dari politik, sosial, pendidikan, kesehatan hingga masalah- masalah pribadi seperti makan-minum, berpakaian, tidur dan lain-lain. Tidak satu pun aktifitas manusia yang tidak dihukumi oleh syariat Islam. mulai bangun tidur hingga tidur kembali ada © Huzaimah Tahido Yanggo, Loe. cit, hlm. 154. Romlli SA, Opeit, him. 51. ® Muchammad Iehsan dan M. Endro Susilo, Loc. cit, him, 16-18. & SI image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam 6. Al-Tawazun (Balance) Al-Tawazun artinya seimbang. Hukum Islam itu menjaga keseim- bangan dalam diri manusia, yakni keseimbangan antara kebenda- an dan spiritualitas, antara jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Keseimbangan perlu dijaga karena manusia bukan makhluk hewa- ni yang hanya membutuhkan makanan dan minuman saja, melain- kan ia adalah makhluk yang mempunyai rohani yang memerlukan siraman rohani di samping kebutuhan jasmani lainnya. Manusia juga tidak hidup di dunia maupun di akhirat saja, melainkan hidup di dua tempat tersebut, sehingga hukum-hukum Islam memperha- tikan keduanya.© 7. Al-Wudhuh (Clear) Selain itu, Islam itu adalah agama yang wadhih (jelas), sederha- na, rasional, dan dapat dipraktikan. Hukum-hukum yang dikan- dungnya mempunyai ciri-ciri tersebut di atas. Kejelasan dan ke- sederhanaan hukum Islam terlihat ketika diimplementasikan pada sendi-sendi kehidupan, sehingga orang awam pun bisa memahami dan mempraktikannya tanpa kesukaran yang berarti. Hukum-hu- kumnya yang rasional, sesuai dengan perkembangan nalar manu- sia dan dapat dipraktikan di mana saja dan kapan saja. 8. Al-Jaza’ wa al-‘Uqubah fi al-Darain Maksudnya, bahwa untuk kebaikan dan kejahatan itu menurut syariat Islam adalah di dunia dan di akhirat. Orang yang melaku- kan amal saleh akan mendapatkan pahalanya di dunia dan akhirat, demikian pula sebaliknya, orang yang melakukan maksiat dan ke- jahatan akan mendapatkan balasan di dunia dan akhirat selama ia tidak bertaubat kepada Allah ta‘ala. Ini semua karena hukum Islam itu bukan untuk kehidupan dunia ini saja, melainkan untuk kehidupan dunia dan akhirat. g. Tujuan Syariat Islam Tujuan syariat Islam (magashid al-syariah), yaitu menurut al- Syatibi, yaitu sebagai berikut:* 1. Menjaga Agama (Hifzh al-Din) 2. Menjaga Jiwa (Hifzh al-nafs) 3. Menjaga Akal (Hifzh al-‘Aq)) © Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susilo, Op. cit,, hm. 18. © Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta Logos, cet. ke-t, 1995), him, 41. & 55 image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam Menurut al-Junaidi, definisi ilmu tashawuf, yaitu meliputi:* 1, Mengenal Allah, sehingga antara hamba dengan Allah tidak ada perantara (hubungan dengan Allah tanpa perantara). 2. Melakukan semua akhlak yang baik menurut sunnahtullah dan meninggalkan semua akhlak yang rendah. 3. Melepas hawa nafsu menurut kehendak Allah. 4. Merasa tidak memiliki apa pun, juga tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali Allah. Adapun caranya yaitu mengenal semua asma Allah dengan penuh keyakinan, schingga menyadari sifat-sifat dan perbuatan Allah di alam semesta ini. Sedangkan gurunya adalah Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan dari tuntunan wahyu dan melaksanakannya lahir dan batin lalu diikuti oleh para sahabat-sahabatnya. Menurut ulama lain, pengertian tasawuf, yaitu:® 1. Menurut Zakaria al-Anshari, tasawuf adalah suatu ilmu yang men- jelaskan hal ihwal pembersih jiwa dan penyantun akhlak baik lahir maupun batin, guna memperoleh kebahagiaan yang abadi. 2. Menurut Abul Qasim al-Qusyairi (w. 465 H./1072), tasawuf adalah menerapkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara tepat, ber- usaha menekan hawa nafsu, menjauhi bid’ah dan tidak meringan- kan ibadah, 3. Menurut Harun Nasution, tasawuf itu merupakan suatu ilmu pe- ngetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan tasawuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Muslim dapat ber- ada sedekat mungkin dengan Tuhan. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa tasa- wuf adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas dan mempelajari tentang jalan atau cara yang ditempuh dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jalan atau cara yang dimaksud dengan melalui pembersih rohani, peningkatan amal saleh, berakhlak mulia dan tekun melakukan ibadah menurut contoh Rasulullah SAW disertai dengan melakukan zuhud, berkhalwat dan kontemplasi.”” Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah yang dapat diartikan atau ditafsirkan sehingga dapat membawa kepada pertumbuhan dan perkembangan paham tasawuf, antara lain dapat disebutkan sebagai Syaikh Ahmad bin Atha’ lMlah, AI-Hikam, terj: Salim Bahreisy, (Surabaya: Balzi Buku, 1980), him. 6. © Somad Zawavsi, Loc. cit., hm. 111. Ibid, him. 112. & 59 image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Dapat diartikan dari ayat ini bahwa Allah dengan manusia sebe- narnya satu, Perbuatan manusia adalah perbuatan Allah. Bukan ayat-ayat Al-Qur’an saja, tetapi Hadis juga ada yang menga- barkan dekatnya hubungan manusia dengan Allah SWT, di antaranya:”° 1. Hadis: “Orang yang mengetahui dirinya, itulah orang yang me- ngetahui Tuhan.” Hadis ini mengandung arti bahwa manusia dengan Allah adalah satu. Untuk mengetahui Allah, seorang tak perlu pergi jauh-jauh. Cukup ia masuk ke dalam dirinya dan mencoba mengetahui diri- nya. Dengan kenal pada dirinya ia akan kenal pada Allah. Hadis: “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, ke- mudian, Aku ingin dikenal, maka Kuciptakan makhluk dan mela- lui Aku mereka pun kenal padaKu". Hadis ini mengatakan bahwa Allah ingin dikenal dan untuk dikenal itu Allah menciptakan makhluk. Ini mengandung arti bahwa Allah dengan makhluk adalah satu, karena melalui makhluk Allah dike- nal. Jadi terlepas dari keinginan ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, ayat-ayat serta Hadis-hadis seperti tersebut di atas dapat membawa kepada timbulnya aliran sufi dalam Islam, yaitu kalau yang dimaksud dengan sufisme ialah ajaran-ajaran tentang berada sedekat mungkin dengan Allah. 7 c. Objek Tasawuf Objek tasawuf dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS. al- Hadid (57): 16: ba OF bg BM oe ptsB a of ich Sell off ile GV pgle HS 18 op CTL aE BS BT Ob 8 ss ple cit » Harun Nasution, Falsafat ..., Op.cit., hlm. 61, Ibid, him. 61. & 63 image not available image not available image not available BAB 2 > Hokilat Agama Islam f. Mahabbah g. Ma’rifah h. Ridha’ Menurut Abu al-Qasim Abd-Karim al-Qusyairi, magamat dalam ilmu tasawuf, yaitu: Taubah Wara’ Zuhud Tawakal Sabar Ridha me ao oe Selain maqamat tersebut di atas, ada istilah lainnya seperti: al- fana’ wa al-baqa’ (rusak dan kekal), al-ittihad (bersatu dengan Tu- han), al hulul dan wihdah al-wujud (satu wujud dengan Tuhan). Di samping istilah magam ini terdapat pula dalam literatur ta- sawuf istilah “hal”. Hal merupakan keadaan mental seperti perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut dan lain sebagainya. Hal yang biasa disebut itu adalah: takut (al-khauf), rendah hati (at-tawadhu), takwa (al-taqwa), ikhlas (al -ikhlash), rasa berteman (al-insu), gembi- ra hati (al-wajd), dan syukur (al-syukr).? g. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak Tasawuf pada tahapan awal bertujuan membawa kepada seseorang untuk berperilaku dan berbudi pekerti luhur, dalam rangka meneapai kesucian rohaninya. Tasawuf yang demikian ini disebut tasawuf akh- lagi. Tahapan selanjutnya bahwa bagi seseorang yang mampu berp- restasi dalam meningkatkan kesucian jiwa rohaninya sampai kepada tingkat-tingkat (maqamat) yang tertentu dan dengan jalan berkhalwat dan berkontemplasi, hal ini dapat dikategorikan dengan apa yang dise- but tarikat ‘amali. Tahapan selanjutnya adalah suatu kesanggupan dan kesungguhan melakukan latihan-latihan yang berat dan dengan waktu yang lama, mereka akan memperoleh derajat sebagaimana yang dise: but dengan istilah tasawuf falsafi ialah seseorang yang telah mempero- leh tujuan akhir dapat berada sedekat mungkin dengan Allah, berdialog dengan-Nya."* ® Harun Nasution, Falsafah...., Loc. cit., hlm. 62-63, %9 Somad Zawawi etal. Op. eit., hlm. 117 & 67 image not available image not available image not available BAB 2 » Hokilat Agama Ielam tangga yang rukun dan damai penuh ketenteraman (sakinah) dan kasih sayang (mawddah wa rahmah) dengan kata lain, suami istri wajib mewujudkan suasana harmonis dalam rumah tangga mere- ka. Hal tersebut terkandung dalam beberapa ayat Al-Qur’an berikut: QS.535 QS. 33 : 28-29 QS. 2: 232 dan QS. 30 : 31. a. QS.4:36 bd. QS.18: 23-24 c. QS. 31:14-1 d. QS.17:31 e. QS. 81:8,9,14 f. QS. 33:59 g. QS. 6625-6 h. QS. 4: 3-4, 19, 22, 25,34 e 4 k. ie Nilai-nilai sosial antara lain: memenuhi amanah, bersikap pema- af, berbuat ihsan terutama kepada fakir miskin, mengajak berbuat baik dan mencegah kejahatan, menyebarkan ilmu pengetahuan, memeliha- ra persaudaraan, bersifat pemurah, mencela kekikiran, mohon izin se- belum masuk rumah orang lain, memberi salam ketika masuk rumah, membalas salam, berkata-kata dengan lemah lembut, berpamitan keti- ka hendak pulang. IF |S bo le i i Re Hal-hal tersebut terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an berikut: QS. 4 : 58, 85, 282-203 QS. 2 : 215, 283 QS. 5:36 QS. 3 : 134, 180 QS. 42:37 QS. 93 : 10-11 QS. 9: 122 QS.59:9 QS. 104 : 1-4 . QS. 24 : 27-29, 58, 62 dan . QS. 17: 58. Nilai-nilai kenegaraan meliputi kewajiban memelihara ketente- raman, ketaatan kepada pimpinan (pemerintah), mencegah kerusakan, 7 image not available image not available image not available BAB 3 SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM Menurut Prof. Dr. Satria Efendi M. Zein, sumber ajaran Islam yang disepakati ada empat, yaitu; Al-Qur’an, Sunnah, Jjma’ dan Qiyas.’ Beli- au berargumentasi kepada firman Allah SWT dalam QS. an-Nisaa’ (4): 59: of aber SMT is 200 Lab at Land biti gulf oh a. ee ae . aps dar ot Beet dk ae 23 of Soils sf hast ac Gj Beso ) faethe sie QE 525s a Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sun- nahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya Menurut Prof. Dr. Achmad El-Ghandur, sumber ajaran agama Islam, yaitu ada 3 yaitu; Al-Qur’an, As-Sunah dan jjtihad®. Pembagi- an sumber ini berdasarkan Hadis Rasulullah SAW riwayat Muadz bin Jabal, bahwa Rasulullah SAW pada waktu mengutusnya ke negeri Ya- man beliau bersabda kepadanya, apa yang kamu lakukan, andaikata * Satria Efendi M. Zein, Loc. cit. * Achmad El Ghandur, Loc. cit., him. 32. image not available image not available image not available BAB3 » Sumber Ajaran Agama Islam Beberapa definisi di atas mengandung beberapa unsur yang menje- laskan hakikat Al-Qur’an yaitu:** 1 Al-Qur’an itu berbentuk lafaz. Ini mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk makna dan dilafazkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Al-Qur’an. Umpamanya Hadis Qudshi atau Hadis Qauli lainnya. Karenanya tidak ada ula- ma yang mengharuskan berwudhu, jika hendak membacanya. Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab. Ini mengandung arti bahwa Al-Qur’an yang dialihbahasakan kepada bahasa lain atau yang dii- baratkan dengan bahasa lain bukanlah Al-Qur’an. Karenanya sha- Jat yang menggunakan terjemahan Al-Qur’an tidak sah. Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ini me- ngandung arti bahwa wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi- nabi terdahulu tidaklah disebut Al-Qur’an. Tetapi apa yang dihi- kayatkan dalam Al-Qur’an tentang kehidupan dan syariat yang berlaku bagi umat terdahulu adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir. Ini mengandung arti bahwa ayat-ayat yang tidak dinukilkan dalam bentuk mutawatir bukanlah Al-Qur’an. Karenanya ayat-ayat syazzah atau yang tidak mutawatir penukilannya tidak dapat dijadikan hujah dalam istin- bat hukum. Di samping 4 unsur pokok tersebut, ada beberapa unsur sebagai pejelasan tambahan yang ditemukan dalam sebagian dari beberapa de- finisi Al-Qur’an di atas, yaitu:’® a. c Kata-kata “mengandung mukjizat”, memberi penjelasan bahwa se- tiap ayat Al-Qur’an mengandung daya mukjizat. Oleh karena itu, Hadis Qudshi atau tafsiran Al-Qur’an dalam bahasa Arab, bukan- Jah Al-Qur’an karena tidak mengandung daya mukjizat. Kata-kata “beribadah membacanya”, memberi penjelasan bahwa membaca Al-Qur'an berarti melakukan suatu perbuatan ibadah yang berhak mendapat pahala. Karenanya membaca Hadis Qudshi yang tidak mengandung daya ibadah seperti Al-Qur’an, tidak dapat disebut Al-Qur'an. Kata-kata tertulis dalam mushaf“mengandung arti bahwa apa-apa tah Indonesia, hlm. 15, 's Amir Sy "Ibid, him. in, Jilid I, Op. cit., hm. 52-53. & 79

You might also like