Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
Laporan Kasus
Ni M. Sonnia Saraswati
1806129010033
DENPASAR
2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya Putaran Klinik Integrasi Juni - Juli 2020 dapat terlaksana dengan baik dan
laporan kasus ini dapat diselesaikan. Laporan kasus dibuat sebagai keharusan Putaran Klinik
Integrasi.
Penulisan laporan kasus ini tentu tidak lepas dari bantuan berharga yang diberikan
oleh banyak pihak. Maka pada kesempatan ini, rasa terima kasih yang mendalam ingin
penulis sampaikan kepada:
1. drg. Dewi Farida Nurlitasari, Sp. Pros selaku pembimbing
2. drg. Asri Riani Putri, Sp. KG selaku penguji
3. drg. Raziv Ganesha, Sp. PM selaku penguji
4. drg. Yudha Rahina, M. Kes selaku penguji
Penulis sadar sepenuhnya bahwa diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk
membantu memperbaiki ketidaksempurnaan dari penulisan ini, oleh sebab itu penulis
berharap sekaligus memohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan.
Harapan penulis untuk laporan ini agar dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.6.2. Bagian-Bagian Gigi Tiruan Jembatan .............................................. 20
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
KASUS
1.2 Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 29 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
(RSGM) Saraswati Denpasar. Pasien datang dengan keluhan gigi rahang atas dan rahang
bawahnya terasa kotor dan ingin dibersihkan. Pasien mengeluhkan gigi kiri rahang bawah
berlubang dan sering terselip makanan. Gigi tersebut terkadang terasa ngilu ketika minum
dingin namun tidak pernah sakit. Pasien juga ingin merapikan gigi depan rahang atas
yang renggang. Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki alergi terhadap obat dan tidak sedang dalam
pengobatan apapun. Kesehatan umum pasien baik dan siap menerima perawatan.
1
2
Gambar 1.3 Pandangan Bukal Kanan Gambar 1.4 Pandangan Bukal Kiri
3
A B C
Gambar 1.6 A (sisi kiri), B (sisi depan), C (sisi kanan)
1. Gingivitis yang berhubungan dengan dental plak disertai faktor lokal lainnya
Prognosis : Baik
2. Pulpitis reversible gigi 15,18, 26, 27, 28, 36, 37, 38, 46,47, 48
Prognosis : Baik
3. Maloklusi klas I Angle disertai protrusi rahang atas dan rahang bawah serta multiple
diastema rahang atas dan rahang bawah
Prognosis : Baik
4. Missing teeth 14
4
Prognosis : Baik
1. Fase Preliminary : -
2. Fase Etiotropic :
Pro scaling rahang atas dan rahang bawah
Pro tumpatan komposit gigi 15,18, 26,27, 28, 36, 37, 38, 46,47, 48
Pro orthodonsia rahang atas dan rahang bawah
3. Fase Surgical : -
4. Fase Restoratif :
Pro prosthodonsia gigi tiruan jembatan 13 14 15
5. Fase Maintenace :
Kontrol periodik setiap 6 bulan sekali
Kontrol plak dan kalkulus
Kontrol keradangan gingiva
Kontrol tumpatan gigi
Kontrol alat orthodontik lepasan
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Gingivitis
5
6
keputihan atau putih, dipengaruhi oleh kontak dengan zat tertentu, misalnya tembakau
ataupun warna makanan. Dapat terbentuk pada satu gigi ataupun melibatkan beberapa
gigi, bahkan menyeluruh pada seluruh gigi di rongga mulut.
b. Subgingiva dental kalkulus
Berada di bawah puncak marginal gingiva sehingga tidak mudah terlihat bahkan
seringkali baru terdeteksi ketika gigi tersebut diektraksi. Pemeriksaan klinis dapat
dilakukan melalui persepsi taktil dengan instrument, seperti sonde atau probe. Dental
kalkulus ini keras, padat, berwarna coklat gelap atau hitam kehijauan, melekat erat pada
permukaan gigi, dapat meluas hingga mendekati dasar poket periodontal.
Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal
meliputi karies, restorasi yang gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang tidak
sesuai, pemakaian alat orthodonsi dan susunan gigi geligi yang tidak teratur, sedangkan
faktor sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal, hematologi, gangguan
psikologi dan obat-obatan. Faktor hormonal yang menjadi faktor predisposisi gingivitis
tersebut salah satunya adalah ketidakseimbangan hormon yaitu peningkatan hormon
endokrin pada usia pubertas. Peningkatan hormon endokrin selama usia pubertas dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya kepekaan iritasi lokal,
seperti biofilm plak bakteri, yang mengakibatkan gingivitis pubertas. Gingivitis pubertas
adalah salah satu jenis dari gingivitis yang kadang-kadang berkembang pada anak-anak
dan pubertas dengan keadaan plak yang sedikit dan bahkan sangat sedikit (Diah dkk,
2018).
Gingivitis yang tidak dirawat dapat berlanjut menjadi periodontitis. Hal ini
disebabkan oleh plak sebagai media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menyebar dan tumbuh di bawah gum line. Toksin yang dihasilkan bakteri pada plak
melalui proses inflamasi kronis dapat menginvasi jaringan periodontal lain seperti
tulang alveolar sehingga terjadi kerusakan (Mahendra dkk., 2016).
Morfologi setiap gigi manusia berbeda-beda. Gigi dengan lekukan yang dalam
merupakan daerah yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa makanan yang melekat sehingga
plak akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.
c. Makanan
b. Kronis a. Akut
Hiperplastik b. Kronis
(Pulpa Polip) Pulp Exposure
4. Pulp Necrosis Hiperplastik
(pulpa polip)
Resorpsi
Internal
3. Degenerasi Pulpa
4. Nekrosis
peranti retensi untuk mendapatkan stabilisasi jangka panjang baik dental, skeletal
maupun muskular (Goenharto dan Rusdiana, 2015). Klasifikasi peranti retensi ada 2
yaitu piranti retensi lepasan dan piranti retensi cekat. Peranti retensi cekat melekat secara
permanen pada gigi dan tidak dapat dilepas oleh pasien. Peranti retensi lepasan
merupakan alat pasif yang dapat dilepas dan dipasang oleh pasien sendiri (Iswari, 2012).
Berdasarkan piranti yang digunakan untuk merawat maloklusi secara garis besar
dapat digolongkan pada (Sakinah dkk. 2016):
a. Piranti lepasan (removable appliance)
b. Piranti fungsional (functional appliance)
c. Piranti cekat (fixed appliance)
Terdapat beberapa faktor yang mendasari pemilihan alat ortodontik yang akan
digunakan, antara lain yaitu potensial pertumbuhan, tipe pergerakan gigi, oral hygiene,
dan biaya. Pasien pada masa pertumbuhan dengan maloklusi tipe skeletal seharusnya
dirawat dengan alat yang dapat memodifikasi pertumbuhan rahang. Alat ortodontik
lepasan dapat digunakan pada pasien yang memerlukan gerakan tipping sederhana.
Pasien yang memerlukan pergerakan gigi yang lebih kompleks memerlukan perawatan
ortodontik dengan alat cekat (Ditaprilia dkk., 2015).
Busur ini dibuat dari kawat 0,7 mm. Kelenturan utama tergantung pada tinggi
vertical lup U. Digunakan untuk mengurangi jarak gigit yang sedikit atau bila
diperlukan untuk meratakan insisivus yang dapat digunakan bersama pegas palatal.
Buat gambar busur labial pada model dengan pensil. Bengkokkan kawat 0,7 mm
dengan jari membentuk lengkung gigi ideal, Perhatikan bahwa apabila dilihat dari
samping kedua kaki busur harus berimpit, apabila dilihat dari atas, busur harus
melengkung halus tanpa ada lekukan tajam dan harus terlihat simetris. Sesuaikan
busur pada model, kemudian tentukan titik untuk bengkokan lup. Letak titik
tergantung pada besar lup yang akan dibuat. Pada umumnya titik tersebut ditengah-
tengah gigi kaninus. Bengkokkan kawat pada titik yang telah ditentukan dengan tang
Adams. Buat lup sesuai dengan gambar yang dibuat memakai tang koil. Panjang lup
tergantung pada kedalaman vestibulum oris. Perhatikan bahwa lup tidak boleh
menjepit gingival atau terlalu jauh dari gingival. Buat lup pada sisi yang lain dengan
cara yang sama. Pembuatan tag dengan membengkokkan kawat kearah palatum
melewati embrasure C dan P. Dibuat pada kedua sisi. Aktivasi sedikit saja, jangan
lebih dari 1 mm. Digunakan tang pembentuk lup untuk mengaktifkan busur labial.
Lup dipegang dengan tang (A) tekuk kaki depan lup atau sempitkan lup dengan tang
(B). Dengan melakukan ini kaki horizontal busur akan bergerak kea rah insisal (C).
Kaki busur perlu dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan kaki horizontal
busur di tengah gigi (D).
c. Sekrup Ekspansi (Expansion Screw)
Sekrup ekspansi ada yang mempunyai guidepin tunggal maupun ganda. Sekrup
dengan pin ganda lebih stabil, tetapi sekrup dengan pin tunggal lebih berguna
apabila tempatnya sempit seperti di rahang bawah.
2. Komponen Retentif
Komponen retentif merupakan tahanan terhadap perubahan lentak piranti lepasan.
Retensi yang baik menyebabkan piranti tidak mudah terlepas. Retensi didapatkan pada
undercut gigi yang diberi cangkolan ataupun busur.
3. Penjangkaran
Penjangkaran (anchorage) bermakna tahanan terhadap pergerakan. Penjangkaran
dapat dikatakan sebagai suatu unit yang menahan reaksi kekuatan yang dihasilkan oleh
komponen aktif piranti lepasan. Penjangkaran harus mempunyai kekuatan menahan
yang besarnya paling tidak sama dengan atau lebih besar daripada kekuatan yang
19
diberikan oleh komponen aktif dengan arah yang berlawanan. Macam penjangkaran
terdiri dari ekstraoral dan intraoral.
4. Lempeng akrilik
Kerangka piranti lepasan adalah lempeng akrilik (baseplate) yang mempunyai
beberapa fungsi yaitu sebagai penahan komponen lainnya, meneruskan kekuatan dari
komponen aktif ke penjangkaran, menghalangi pergeseran gigi yang tidak diinginkan,
melindungi pegas palatal dan dapat dimodifikasi untuk membuat peninggian gigit
anterior maupun posterior. Penanaman akrilik self cure untuk menghubungkan antara
komponen alat orthodonti kemudian dihaluskan dan dipoles.
penyangga, diastema yang panjang, kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung yang sama,
dan resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia (Jubhari 2007).
1. Retainer
Menghubungkan gigi tiruan dengan gigi penyangga.
21
2. Konektor
Menghubungkan pontik dengan retainer.
3. Pontik
Menggantikan gigi yang hilang. Macam-macam pontik yaitu:
Sanitary pontik
Sanitary pontik merupakan pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge.
Sanitary pontik diindikasikan untuk gigi posterior RB, tidak memerlukan estetis, OH
buruk.
Saddle pontik
Saddle pontik sudah tidak dianjurkan karena seluruh permukaan ridge tertutup,
estetis baik tetapi tidak memiliki efek self-cleansing.
Ridge lap pontik
1⁄2 permukaan ridge tertutup. Indikasi pontik jenis ini untuk serviko-oklusal <
normal (< 5mm). memiliki efek self-cleansing >saddle pontik.
Modifikasi ridge lap pontik
Pontik jenis ini sering dipakai. Mirip dengan ridge lap tetapi ada jarak 3mm dari
puncak ridge ke dasar pontik memiliki efek self-cleansing yang baik. Indikasinya
memiliki jarak servio-oklusal minimal 5mm.
Conical pontik
Pontik jenis ini diindikasikan untuk gigi anterior rahang bawah dengan bentuk
ridge tapering dan berfungsi sebagai GTJ sementara.
Ovate pontik
Pontik jenis ini masuk kedalam soket yang sudah sembuh. Memiliki estetis yang
baik dan makanan tidak mudah untuk terjebak (Adrianto, 2017).
BAB III
TATALAKSANA KASUS
22
23
4. Chlorhexidine
5. Liner (kalsium hidroksida)
6. Bonding
7. Etsa (Asam Fosfat 37%)
8. Komposit
9. Articulating Paper
3. Kunjungan ketiga melakukan penetuan garis oklusi dan garis median dengan
cara mencocokkan oklusi model dan oklusi pasien serta beri tanda dengan
menggunakan pensil tinta.
4. Kunjungan keempat menunjukan basis model studi dan foto intraoral dan
ekstraoral.
5. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing untuk menentukan rencana
perawatan dan mendesain alat orthodonti.
6. Kunjungan kelima melakukan cetak anatomis rahang atas dan rahang bawah.
Cetakan tersebut digunakan untuk model kerja.
7. Menunjukkan alat dan plat akrilik kepada dosen pembimbing.
8. Kunjungan keenam insersi alat orthodonti
a. Memeriksa plat akrilik, bila ada bagian yang tajam dihaluskan, permukaan
harus halus.
b. Mencobakan pada rongga mulut pasien. Masukkan klamer adams pada gigi
molar satu dan tekan pada bagian kalmer adams.
c. Memeriksa retensi dan stabilitas dengan cara memberikan gaya yang ringan
pada bridge klamer adams dengan kaca mulut. Apabila retensinya kurang
baik lakukan adjusment pada arrowhead klamer adams dengan
menggunakan tang adams.
d. Mengajarkan pasien cara melepas dan memasang alat orthodonti lepasan.
e. Mengintruksikan cara membersihkan alat orthodonti pada air mengalir dan
alat digunakan sampai kontrol selanjutnya.
9. Kunjungan ketujuh aktivasi I alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi 13, 23,
33, 43. Memeriksa plat akrilik dan melakukan pengurangan plat akrilik pada
29
daerah gigi yang akan digerakkan. Aktivasi pegas kantilever tunggal dengan
menarik klengan pegas kearah pergerakkan gigi atau dengan memencet koil
sehingga lengan pegas bergerak kearah yang diinginkan. Kunjungan pertama
dilakukan defleksi antara 1-2 mm. Memeriksa retensi dan stabilitas alat dengan
menggunakan kaca mulut. Intruksikan pasien untuk kontrol kembali setiap satu
minggu.
10. Kunjungan ketujuh aktivasi II alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi 13,
23, 33, 43.
11. Kunjungan kedelapan aktivasi III alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi
13, 23, 33, 43.
12. Kunjungan kesembilan aktivasi IV alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi
13, 23, 33, 43.
13. Kunjungan kesepuluh aktivasi V alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi
13, 23, 33, 43.
14. Kunjungan kesebelas aktivasi VI alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi
13, 23, 33, 43.
15. Kunjungan kedua belas aktivasi VII alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi
13, 23, 33, 43.
16. Kunjungan ketiga belas aktivasi VIII alat orthodonti kantilever tunggal pada
gigi 13, 23, 33, 43.
17. Kunjungan keempat belas aktivasi IX alat orthodonti kantilever tunggal pada
gigi 13, 23, 33, 43.
18. Kunjungan kelima belas aktivasi X alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi
13, 23, 33, 43.
19. Kunjungan keenam belas aktivasi XI alat orthodonti kantilever tunggal pada
gigi 13, 23, 33, 43.
20. Kunjungan ketujuh belas cetak control dan aktivasi XII alat orthodonti
kantilever tunggal pada gigi 13, 23, 33, 43.
21. Kunjungan kedelapan belas aktivasi XIII alat orthodonti kantilever tunggal
pada gigi 13, 23, 33, 43.
22. Kunjungan kesembilan belas aktivasi XIV alat orthodonti kantilever tunggal
pada gigi 13, 23, 33, 43.
23. Kunjungan dua puluh aktivasi XV alat orthodonti kantilever tunggal pada gigi
13, 23, 33, 43.
30
24. Kunjungan dua puluh satu aktivasi XVI alat orthodonti kantilever tunggal pada
gigi 13, 23, 33, 43.
25. Kunjungan dua puluh dua aktivasi XVII alat orthodonti kantilever tunggal pada
gigi 13, 23, 33, 43.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan kasus diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
kurangnya kesadaran pasien dalam menjaga kebersihan rongga mulutnya. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya kalkulus, terdapat beberapa karies di rongga mulut pasien dan
terdapatnya gigi yang hilang. Perawatan yang telah dilakukan adalah pembersihan karang
gigi. Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus dan stain
yang dilakukan menggunakan alat scaling ultasonik. Pada gigi 36 dan 26 yang mengalami
karies telah dilakukan penumpatan untuk mencegah karies semakin berlanjut. Pada pasien
juga telah dilakukan perawatan orthodonti untuk mendapatkan susunan gigi yang teratur
untuk mecapai kontak oklusi yang efisien.
4.2 Saran
Meningkatkan motivasi pasien agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan rongga
mulutnya dengan memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan
rongga mulut. Mengatur pola makan dengan memperbanyak makan makanan bergizi serta
mengurangi makanan manis dan lengket. Diharapkan untuk secara teratur menggunakan alat
orthodonti lepasan agar gigi mencapai posisi yang diinginkan. Melakukan kontrol periodik
kedokter gigi minimal 6 bulan sekali, untuk upaya pencegahan keparahan dari suatu penyakit.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, T., Sianita, P.P. 2012. Retensi dalam perawatan ortodonti. JITEKGI; 9(2): Pp. 29–
35.
Carranza, F.A. 2012. Clinical Periodontology, 11th ed. St.Louis : Saunders Company
Casarin, V. C. R., Ribeiro, V. F., Sallum, W. A., Sallum, A. E., Nociti, H. F. dan Casati, Z.
M. 2009. ‘Root Surface Defect Produced by Hand Instruments and Ultrasonic Scaler
with Different power settings: an in vitro study, Ribeirao Preto Braz.Dent. J., vol. 20,
no.1
Diah, Widodorini, T. dan Nugraheni, E., N. 2018. ‘Perbedaan Angka Kejadian Gingivitis
antara Usia Pra-pubertas dan Pubertas di Kota Malang’, E-Prodenta Journal of
Dentistry, vol. 2, no.1, hlm. 108-115
Ditaprilia M., Ardhana W., Christnawati D., 2015, “Perawatan Ortodontik Alat Lepasan
Kombinasi Semi-Cekat Pada Kehilangan Gigi 46” Mkgk. ;1(1): 20-26 E-Issn: 2460-
0059
Goenharto, S,, Rusdiana, E. 2015. Peranti retensi pasca perawatan ortodonti. Journal of
Dental Technologi; 4(1): Pp. 1–7.
Iswari, H.S. 2012. Relaps dan pencegahannya dalam ortodonti.; 29(319): Pp. 53–9.
Jubhari, H., E. 2007. ‘Upaya untuk MengurangiPpreparasi Gigi: Fung Shell Bridge, Bagian
Prostodonsia. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Krismariono, A. 2009. ‘Prinsip-Prinsip Dasar Scaling dan Root Planing dalam Perawatan
Periodontal’, Periodontic Journal, vol. 1, no. 1, hlm. 1-5
Laksmana, T. 2016. ‘Perbedaan Intensitas Nyeri saat Skeling dengan Menggunakan Skeler
Manual dan Skeler Ultrasonik, Universitas Hasanudin Makasar.
Laura Mitchell, David A. Mithchell, Lorna McCaul.2012. “Kedokteran gigi Klinik” Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. P 210
33
Larasati Nindya, Kamizar, Usman M., 2014, “Distribusi Penyakit Pulpa Berdasarkan Etiologi
dan Klasifikasi di RSGM, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun
2009-2013” Departement of Conservative, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia,
Jakarta 10430
Mahendra R., Krismariono A., Rubianto M., “Gingivitis Severity Of Patients at Dental Clinic
Puskesmas Sawahan Surabaya ini 2016 Using Gingival Index (GI)”, 2016, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. P ; 15
Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., Carranza, F.A. 2006. Carranza’s Clinical
Periodontology, 10th ed. Mosby Elsevier. St. Louis.
Pranata Natalia, 2019, “Dental Calculus as The Unique Calcified Oral Ecosystem A Review
Article”, Oceana Biomedicina Journal Vol 2 No 2.
Rahardjo, P., 2009, Ortodonti Dasar, Airlangga University Press, Surabaya, h. 2173.
Ramayanti S., Purnakarya I., 2013, “Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi”, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol. 7, No. 2
Reddy, Shantipriya. 2008. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics 2nd edition.
New Delhi: Jaypee
Sakinah N., Diana W., Zairin N. H., 2016, “Peningkatan Lebar Lengkung Gigi Rahang Atas
Melalui Perawatan Ortodonti Menggunakan Sekrup Ekspansi”, Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi Vol I. No 1
Sianiwati G., Elly R., Ida N. K., 2017, ”Perbandingan Peranti Retensi Ortodonti Lepasan Dan
Cekat” Journal Of Vocational Health Studies 01, 82–87
Susaniawaty, Y. dan Utama, D. H. 2015. ‘Kegagalan Estetik pada Gigi Tiruan Cekat’,
Makassar Dent J, vol. 4, no. 6, hlm.193-199
Soeprapto drg. Ardianto, 2017, “Buku Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi”,
STPI Bina Insan Mulia, Jembatan Merah, Yogyakarta.
Tambahani A. M., Dinar W., Ellen T., 2013, “Gambaran Kerusakan Gigi Pasca Restorasi
Komposit Pada Siswa Sma Negeri 1 Manado” Jurnal E-Gigi (Eg), Volume 1, Nomor 2,
Hlm. 121-128