You are on page 1of 5

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


NOMOR 5 TAHUN 2003

TENTANG
TINDAKAN ADMINISTRATIF BAGI USAHA DAN / ATAU KEGIATAN YANG
MELAKUKAN PELANGGARAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Menimbang a. bahwa tingkat pelanggaran terhadap lingkungan hidup semakin


meningkat sebagai akibat meningkatnya kegiatan dan/ atau usaha
yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup;

b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 25 ayat (1)
antara lain menyebutkan bahwa Gubernur /Kepala Daerah Tingkat
1 berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk usaha
mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta tentang Tindakan Administratif Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Yang Melakukan Pelanggaran Lingkungan
Hidup Di Propinsi DIY.

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah Istimewa Yogyakarta, jo Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1950, sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 1959;

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup;

3. Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah


Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang


Pengendalian Kerusakan Tanah Bagi Produksi Bio Massa;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 43/Men LH/ 1996


tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di
Daratan;

9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4


Tahun 2001 tentang Pembentukan dan Organisasi Lembaga
Tekhnis Daerah di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;

10. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 89


Tahun 2001 tentang Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;

11. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor


157A/KPTS/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Hotel di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
12. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
281/KPTS/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi kegiatan
Industri di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

13. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor


65 Tahun 1999 tentan Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Pelayanan Kesehatan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


TENTANG TINDAKANADMINISTRATIF BAGI USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG MELAKUKAN PELANGGARAN LINGKUNGAN
HIDUP DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah yang selanjutnya disebut
BAPEDALDA adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta;
3. Instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan adalah instansi yang
mempunyai hak untuk memberi izin dan membina usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan;
4. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
mahkluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahkluk hidup lainnya;
5. Pelanggaran lingkungan hidup adalah tidak dipatuhinya/ditaatinya persyaratan dan
kewajiban untuk mengendalikan dampak lingkungan yang tercantum dalam setiap
izin penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan dan/atau tidak dipatuhinya baku mutu
lingkungan/baku kerusakan lingkungan dan/atau tidak dipatuhinya persyaratan atas
prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup dan/atau tidak dilaksanakannya kewajiban pemrakarsa untuk memiliki
dokumen pengelolaan lingkungan hidup atau tidak melaksanakan system
pengelolaan lingkungan secara efektif;
6. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang
berada pada instansi yang bertanggung jawab di daerah yang memenuhi
persyaratan tertentu dan diangkat oleh Gubernur/Bupati/Walikota;
7. Tindakan administratif preventif adalah tindakan yang dapat diambil Gubernur
melalui kegiatan pengawasan dan upaya pembinaan terhadap penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan agar melaksanakan kewajibannya dalam pengelolaan
lingkungan hidup;
8. Tindakan administratif represif adalah tindakan yang dapat diambil Gubernur
sebagai upaya mengakhiri terjadinya pelanggaran lingkungan hidup dan mencegah
agar tidak menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup melalui
penerapan sanksi administrasi berupa Paksaan Pemerintah yang meliputi penutupan
saluran pembuangan limbah cair atau penghentian sementara kegiatan dan
pencabutan Izin Pengendalian Pembuangan Limbah Cair;
9. Sanksi administrasi adalah sanksi yang dapat diterapkan kepada pihak yang
melakukan pelanggaran dan/atau pencemaran/perusakan lingkungan sebelum
ditempuh upaya hukum secara keperdataan dan/atau kepidanaan;
10. Pihak ketiga adalah masyarakat dan organisasi lingkungan hidup atau pihak lain
yang merasa dirugikan akibat pelanggaran lingkungan yang dilakukan oleh
penyelenggara usaha dan/atau kegiatan.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2
(1). Tindakan administratif dimaksudkan sebagai upaya pemerintah daerah untuk
mencegah atau mengakhiri terjadinya pelanggaran lingkungan hidup;
(2). Tindakan administratif bertujuan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
sehingga sesuai dengan peruntukannya.

BAB III
KEWAJIBAN PENANGGUNG JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Pasal 3
(1). Setiap Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki dokumen
pengelolaan lingkungan hidup
(2). Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, maupun dokumen lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Pasal 4
(1). Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan sesuai dokumen pengelolaan lingkungan hidup yang
telah disetujui dan/atau mendapatkan pengesahan
(2). Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan wajib mentaati Baku Mutu dan Baku Kerusakan Lingkungan.

Pasal 5
(1). Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melaporkan hasil pengelolaan
dan pemantauan lingkungan kepada Gubernur dengan tembusan kepada instansi
yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
(2). Hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagaimana tersebut ayat (1) wajib
dilaporkan sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan
(3). Bagi usaha dan/atau kegiatan yang membuang limbah cair wajib melaporkan hasil
analisis laboratorium sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan
(4). Bagi usaha dan/atau kegiatan yang membuang gas, dan menimbulkan kebisingan,
getaran, kebauan, dan atau mengandung limbah bahan berbahaya beracun (B3)
wajib melaporkan hasil pemantauan sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam)
bulan

BAB IV
PENGAWASAN

Pasal 6
(1). Untuk mengetahui tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan didasarkan atas hasil pengawasan yang dilakukan oleh
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
(2). Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah diangkat dan diberhentikan oleh
Gubernur
(3). Dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan, Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup di bawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada Kepala BAPEDALDA

BAB V
TINDAKAN ADMINISTRATIF

Pasal 7
Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan pasal 3, 4 dan
5 Keputusan ini, maka Gubernur melakukan tegguran lisan dan/atau teguran tertulis

Pasal 8
(1). Apabila tindakan adiministratif preventif tidak diindahkan atau pelanggaran yang
dilakukan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan tersebut menimbulkan
keresahan masyarakat, maka Gubernur dapat menjatuhkan sanksi administrasi bagi
usaha dan/atau kegiatan berupa paksaan pemerintah
(2). Gubernur dapat melakukan paksaan pemerintah terhadap penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan berupa tindakan untuk mencegah/mengakhiri terjadinya
pelanggaran serta melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan atau
pemulihan atas beban biaya penanggung jawab kegiatan
(3). Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlanjut
dan/atau berdasarkan pertimbangan tingkat pelanggaran yang dilakukan, maka
Gubernur dapat mencabut Izin Pengendalian Pembuangan Limbah Cair
(4). Dalam pelaksanaan ayat (3) tersebut di atas Gubernur melimpahkan kewenangan
kepada BAPEDALDA
(5). Pihak ketiga yang mengetahui adanya pelanggaran lingkungan hidup berhak
mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk dapat melakukan
paksaan pemerintah

BAB VI
PROSEDUR PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

Paragraf 1
Pelanggaran Pencemaran Lingkungan

Pasal 9
(1). Apabila tindakan administratif preventif tidak diindahkan atau pelanggaran tersebut
menimbulkan keresahan masyarakat maka Gubernur berhak melakukan paksaan
pemerintah berupa tindakan penutupan saluran pembuangan limbah cair dan
pencabutan Izin Pengendalian Pembuangan Limbah Cair disertai dengan
pembuatan Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala BAPEDALDA sesuai
dengan Pasal 8 ayat (4) Keputusan ini dan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan
(2). Berita Acara yang sudah ditandatangani sebagaimana dimaksud ayat (1) kemudian
diserahkan kepada instansi teknis yang membidangi sebagai bahan pertimbangan
untuk mencabut Izin Usaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
(3). Bagi usaha dan/atau kegiatan yang melakukan pelanggaran terhadap pengelolaan
limbah selain limbah cair Gubernur berhak melakukan paksaan pemerintah berupa
penghentian sementara kegiatan disertai pembuatan Berita Acara yang
ditandatangani oleh Kepala BAPEDALDA sesuai dengan Pasal 8 ayat (4) Keputusan
ini dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
(4). Berita Acara yang sudah ditandatangani sebagaimana ayat (3) kemudian diserahkan
kepada instansi teknis yang membidangi sebagai bahan pertimbangan untuk
mencabut Izin Usaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 2
Pelanggaran Perusakan Lingkungan

Pasal 10
(1). Apabila tindakan administratif preventif tidak diindahkan atau pelanggaran tersebut
menimbulkan keresahan masyarakat maka Gubernur berhak melakukan paksaan
pemerintah berupa tindakan penghentian sementara kegiatan disertai dengan
pembuatan Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala BAPEDALDA sesuai
dengan Pasal 8 ayat (4) Keputusan ini dan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan
(2). Berita Acara yang sudah ditandatangani sebagaimana dimaksud ayat (1) kemudian
diserahkan kepada instansi teknis yang membidangi sebagai bahan pertimbangan
untuk mencabut Izin Usaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

BAB VII
PENUTUP

Pasal 11
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 13 Januari 2003

GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

ttd

HAMENGKU BUWONO X

Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal 13 Januari 2003

SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

ttd

BAMBANG S. PRIYOHADI
NIP 110021674

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


TAHUN 2003 NOMOR 1 SERI E

You might also like