You are on page 1of 157

TERAPI OKSIGEN

definisi

▶ Terapi oksigen : terminologi untuk penggunaan oksigen


sebagai bahan farmakologis utama, untuk individu
tertentu berkaitan dengan penyakitnya, dalam jumlah,
cara, dan durasi tertentu demi meringankan gejala
penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau
berkaitan dengan prognosis yang lebih baik bilamana
terapi tersebut diberikan.
Indikasi

▶ Indikasi utama : hipoksemia→ PaO2 arteri <60 mmHg


atau SaO2<90%
▶ Kondisi lain misalnya:
trauma berat, infark miokard akut, renjatan, sesak
napas, keracunan gas CO, pasca anestesi
Tujuan

▶ mempertahankan PaO2> 60 mmHg atau SaO2> 90%.


Dengan demikian, hipoksia jaringan dan beban kerja
kardiorespirasi yang berlebih dapat dicegah

▶ dapat diberikan sebagai suplemen (< 30 hari) atau


terapi (short term 30-90 hari atau long term oxygen
>90 hari)
Evaluasi dan monitoring
▶ Pemeriksaan fisik dan Gejala Klinis
→ perbaikan/resolusi gejala dan tanda hipoksemia
▶ Pemeriksaan penunjang
→ analisis gas darah arteri, 15-20 menit setelah terapi dilakukan
menunjukkan peningkatan tekanan parsial oksigen
Hipoksemia

⦿ Keadaan PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90% pada orang
dewasa, anak, dan bayi
< 50 mmHg atau < 88% pada neonatus
⦿ Dapat terjadi karena:
1. Ketidaksesuaian ventilasi - perfusi pada paru
2. Hipoventilasi alveolar

3. Pirau (shunt)
4. Gangguan difusi
5. Penurunan tekanan oksigen insipirasi
▶ Gejala hipoksemia: sianosis, kelelahan, disorientasi,
kesadaran menurun, takipneu, dispneu,
takikardia/bradikardia, aritmia, hipertensi/hipotensi,
polisitemia vera, jari tabuh

▶ Mencari penyebab : PF, foto toraks, laboratorium, menilai


alveolar- arterial oxygen gradient (A-a DO2)
< 20 mmHg normal
20 – 40 mmHg V/Q mismatch
40 – 60 mmHg pirau
> 60 mmHg gangguan difusi
Efek Samping Terapi Oksigen

▶ belum diketahui ambang konsentrasi dan waktu paparan


untuk menimbulkan toksisitas FiO2
▶ tergantung dari banyak faktor: dosis dan lama
pemberian oksigen, toleransi masing-masing pasien
▶ manifestasi klinik pada toksisitas oksigen:
1. Toksisitas sistem saraf pusat – “Bert effect”
2. Toksisitas sistem respirasi
Trakeobronkitis, Absoprtion atelectasis, Kerusakan jaringan paru
akut, Kerusakan jaringan paru kronik
3. Toksisitas pada sistem mata
4. Toksisitas pada sistem ginjal: kerusakan pada sel tubular
5. Toksisitas pada sistem hematologi: morfologi sel darah merah
yang abnormal dan hemolisis
6. Kardiovaskular: kerusakan miosit
▶ Efek samping lain :
1. Hiperkarbia pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
2. Retinopathy of prematurity
3. Risiko terjadi kebakaran
4. Pada penggunaan kanul hidung: iritasi mukosa hidung, kongesti
nasal, epistaksis, dan alergi.1

▶ Pencegahan efek toksik : pemakaian konsentrasi oksigen


serendah mungkin untuk mempertahankan PaO2 > 60 mmHg,
monitoring dengan analisis gas darah
Terapi Oksigen Jangka
Panjang (LTOT)

▶ Terapi oksigen yang diberikan >90 hari


▶ terapi standar untuk pasien dengan hipoksemia
kronik yang stabil
▶ saat ini banyak digunakan untuk terapi pasien dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
▶ Indikasi LTOT:
1. PaO2 ≤ 55 mmHg atau SpO2 ≤ 88%
2. PaO2 55-59 mmHg atau SpO2 89% jika ada tanda-tanda
hipoksia seperti hipertensi pulmoner, cor pulmonale,
eritrositosis, atau edema akibat gagal jantung kanan
3. Jika pada saat latihan/olahraga PaO2 < 55 mmHg atau SpO2 <
88%
4. Desaturasi oksigen malam hari ≤ 88%
▶ Kelebihan:
1. meningkatkan kesintasan → penurunan mortalitas
2. meningkatkan hemodinamik paru dan mengurangi beban kerja jantung
3. Meningkatkan kapasitas latihan

4. Efek neuropsikologis oksigen → meningkatkan kewaspadaan, motorik,


dan genggaman
▶ Pada pasien PPOK : memperpanjang harapan hidup dan
meningkatkan kualitas hidup
▶ Kekurangan:
▶ Kepatuhan pasien akan berkurang karena jangka panjang
▶ menyebabkan bahaya terbakar
▶ iritasi lokal di hidung dan mata
Metode Pemberian Oksigen

▶ oksigen harus diberikan dengan cara sesederhana


mungkin dan fraksi insipirasi oksigen (FiO2) serendah
mungkin, namun tetap dapat mempertahankan nilai
PaO2 > 60 mmHg dan SaO2 > 90%
▶ Pilihan metode tergantung:
besar FiO2 , kenyamanan pasien, tingkat kelembaban
yang dibutuhkan, dan kebutuhan terapi nebulisasi
▶ Terbagi menjadi low flow dan high-flow devices
Low-flow (variable
performance) devices
▶ memberikan konsentrasi oksigen yang lebih sedikit
daripada yang dihirup oleh pasien, bervariasi
menurut gas yang keluar dari alat dan pola
pernapasan pasien
▶ Alat : kanula hidung dan sungkup oksigen
Kanul Hidung
▶ ditujukan untuk pasien tanpa hiperkapnia yang memerlukan
oksigen suplementasi hingga 40%, kecepatan 2-6 l/menit
▶ alat ini nyaman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien
Masker
▶ Pada kecepatan > 6l/menit digunakan masker
▶ Tipe:
1. Masker sederhana (simple mask)
kecepatan 5-12 l/menit, juga berguna untuk pasien dengan
obstruksi
hidung dan bernapas
lewat mulut
2. Masker rebreathing dan masker nonrebreathing
▶ memiliki reservoir dibawah dagu
▶ masker nonrebreathing memakai katup untuk memastikan udara
yang masuk pada saat inspirasi adalah udara oksigen
High-flow (fixed perfomance)
devices
▶ Konsentrasi oksigen yang masuk stabil dan sesuai
dengan yang dihirup oleh pasien
▶ Alat: sungkup venturi dan continuous positive
airway pressure (CPAP)
Masker venturi
▶ Oksigen mengalir dengan kecepatan tinggi lewat lubang kecil di
dasar masker sehingga membentuk tekanan negatif → mendesak
keluar udara atmosfir sehingga oksigen dapat diberikan dengan
angka pasti
Continous Positive Airway Pressure/CPAP
▶ pemberian tekanan positif untuk seluruh siklus respirasi (inspirasi
dan ekspirasi) pada saat bernapas secara spontan
▶ Penggunaannya mengurangi kerja untuk
bernapas, mengeliminasi/mengurangi
hipoksia dan
mencegah atelektasis
Alat penghasil oksigen

▶ Silinder : ukuran 240-622 liter


Sistem oksigen cair (portable)
▶ lebih ringan daripada silinder, dapat diisi ulang
Konsentrator
▶ mengambil udara dari ruangan, memakai listrik
Pemberian oksigen di rumah

▶ Penting untuk dilakukan edukasi teknik pemberian


▶ Harus dipastikan pasien mengetahui berapa dosis yang
dibutuhkan, dimana oksigen akan digunakan dan kapan
oksigen digunakan
Contoh kasus

▶ Wanita 41 tahun dengan serangan asma berat datang ke unit nasal


gawat darurat, mendapatkan oksigen 6 L/menit melalui
kanul. Hasil analisa gas darah:
▶ pH : 7,530
▶ PCO2 : 41,1
▶ PO2 : 68,8
▶ HCO3 : 33,6
▶ TCO2 : 34,3
▶ Base excess : 9,5
▶ std HCO3 : 33,7
▶ Sat O2 : 95,4
▶ Menentukan kebutuhan konsentrasi oksigen:
▶ PAO2 = {(PB – PH2O) x FiO2} – (1,25 x PaCO2 astrup)
= (713 x x FiO2) – (1,25 x PaCO2 astrup)
Alat yang digunakan O2 (L/menit) FiO2

Kanula hidung 1-2 0,21-0,24

2 0,23-0,28

3 0,27-0,34

4 0,31-0,38

5-6 0,32-0,44

Venturi 4-6 0,24-0,28

8-10 0,35-0,40

8-12 0,50

Simpel 5-6 0,30-0,45

7-8 0,40-0,60

Rebreathing 7 0,35-0,75

10 0,65-1,00

Non rebreathing 4-10 0,40-1,00


▶ PAO2 = 713 x 0,44 – 1,25 x 41,1
= 313,72 - 51,375
= 262,345

▶ PaO2 astrup / PAO2 = PaO2 yang diinginkan /


PAO2 baru

PAO2 baru = PaO2 yang diinginkan x PAO2 / PaO2


astrup

= 262,345 x 95 / 68,8
= 362,25
▶ PAO = (713 x FiO2) –O (1,25
2
Alat yang digunakan (L/menit)x PaCO2
2 FiO2

362,25= 713 x FiO2 astrup )


– 51,275
Kanula hidung 1-2 0,21-0,24

FiO2 = (362,25 + 51,275)


2 / 713 = 0,58 0,23-0,28

3 0,27-0,34

4 0,31-0,38

5-6 0,32-0,44

Venturi 4-6 0,24-0,28

8-10 0,35-0,40

8-12 0,50

Simpel 5-6 0,30-0,45

7-8 0,40-0,60

Rebreathing 7 0,35-0,75

10 0,65-1,00

Non rebreathing 4-10 0,40-1,00


▶ kebutuhan oksigen pasien: 8 L/menit melalui simple
mask.
Daftar pustaka

▶ Rasmin M. Terapi Oksigen: Mengenal terapi oksigen. 2006. Jakarta: Perhimpunan


Dokter Paru Indonesia. Hal.1-9.
▶ Wagner PD, West JB. Respiratory physiology. Murray and Nadel’s Textbook of
Respiratory Medicine. 4th ed. 2005. Philadelphia: Saunders, An Imprint of Elsevier.
▶ Patel DN, Goel A, Agarwal SB, Garg P, Lakhkani KK. Oxygen toxicity. JIACM.
2003; 4(3) : 234-7.
▶ Doherty DE, Petty TL, Bailey W, Carlin B, Cassaburi R, Christopher K, et.al.
Recommendations of the 6th long-term oxygen therapy consensus conference. USA:
Respiratory Care. 2006;51(5):519-25.
▶ American College of Chest Physician. Basics of Long-term Oxygen Therapy (LTOT).
2012. Available on: http://www.chestnet.org/downloads/patients/guides/LTOT-full-
2012.pdf
▶ Croxton TL, Bailey WC. Long-term Oxygen Treatment in Chronic Obstructive
Pulmonary Disease: Recommendations for Future Research. American Journal
of Respiratory and Critical Care Medicine. 2006;174:373-8.
▶ Tarpy SP, Celli BR. Long-Term Oxygen Therapy. N Engl J Med. 1995;333:710-4.
Terima kasih
PERSPEKTIF
KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
Oleh :
Ns.,Dwi Agung Susanti.,M.Kep
PERSPEKTIF
KEPERAWATAN
MEDIKAL
BEDAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH =
 Pelayanan profesional didasarkan pada :
– Ilmu keperawatan medikal bedah
– Tehnik keperawatan medikal bedah
 Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial
spiritual yang konfrehensif
 Ditujukan pada orang dewasa dengan atau yang
cenderung mengalami gangguan fisiologis serta
dengan atau tanpa gangguan struktur akibat
trauma.
Lanjutan …

 Pelayanan dalam bentuk bantuan karena :


– Kelemahan fisik dan respon psikososial
– Keterbatasan pengetahuan
– Kurangnya kemauan melaksanakan ADLs
secara mandiri akibat gangguan patofisiologis.
 Asuhan keperawatan merupakan suatu proses
kegiatan yang langsung diberikan kepada
pasien, untuk mengatasi fenomena
keperawatan.
 Fenomena keperawatan adalah
penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia, mulai tingkat
FENOMENA dalam KMB
Penyimpangan kebutuhan dasar berikut
:
1. Bernafas normal
2. Makan minum adekuat
3. Eliminasi normal
4. Bergerak & mempertahankan sikap yang
dibutuhkan
5. Tidur & istirahat
6. Memilih, menentukan & mengganti pakaian
7. Mempertahankan suhu tubuh normal
Lanjutan …

8. Mempertahankan kebersihan tubuh, penampilan


yang baik, serta melindungi kulit
9. Menghindari bahaya lingkungan dan
menghindari melukai orang lain
10. Berkomunikasi dengan orang lain untuk
mengekpresikan kebutuhan, perasaan
11. Membantu melaksanakan ibadah sesuai
kepercayaan
12. Melakukan pekerjaan yang dapat
memberikan kepuasan
Lanjutan …

13. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai


bentuk rekreasi
14. Belajar menemukan sesuatu yang baru atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarahkan
keperkembangan & kesehatan yang normal.
(Henderson, 1966)
AKTIFITAS PERAWAT
BERKAITAN DG FENOMENA
KEPERAWATAN
 Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya
 Mencegah penyakit, meningkatkan &
mempertahankan kesehatan
 Mengobservasi & mengevaluasi respon pasien &
adaptasi terhadap pengobatan dan keadaan sakitnya
 Mengajarkan klien merawat diri sendiri
(mandiri)
 Memberikan nasehat & merencanakan
bersama pasien tentang tujuan yang akan
dicapai dalam mengaktualisasikan dirinya.
PENDEKATAN PERAWAT
METODOLOGI KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
2. Perumusan diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan
5. Evaluasi asuhan keperawatan
LINGKUP ASUHAN KMB
 Klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler dan hematologi
 Klien dengan gangguan sistem persyarafan
 Klien dengan gangguan sistem pencernaan
 Klien dengan gangguan sistem
muskuloskletal
 Klien dengan gangguan sistem pernafasan
 Klien dengan gangguan sistem endokrin
 Klien dengan gangguan sistem perkemihan
Lanjutan…
 Klien dengan gangguan sistem integumen
 Klien dengan gangguan sistem persepsi-
sensori
 Klien dengan gangguan immunitas,
keganasan maupun penyakit infeksi
Sistem Respirasi

Pada manusia
Organ-Organ Sistem Pernafasan Manusia

• Organ-organ
pernafasan manusia Hidung
terdiri dari :

– Hidung Faring

– Faring Laring

– Laring
– Trakea Trakea

– Bronkus Bronkus

– Bronkiolus Paru-paru

– Alveolus

Gambar 1 : Organ-organ pernafasan manusia


Sistem Respirasi
• Respirasi pada manusia adalah proses keluar masuknya
oksigen keparu-paru yang selanjutnya diteruskan keseluruh
tubuh melalui darah.manusia memiliki alat respirasi yang
berperan sebagai perantara antara lingkunagn luar (alam
bebas) dengan lingkungan dalam (cairan interseluler).
• Proses respirasi pada manusia dibagi 2:
• 1.inspirasi:Proses masuknya oksigen dari hidung menuju
keparu-paru yang selanjutnya diteruskan oleh darah
keseluruh tubuh.
• 2.Ekspirasi:Proses keluarnya karbodioksida dari tubuh
melewati hidung.
Inspirasi – Pemasukan udara ke dalam paru-paru

Mekanisme Inspirasi :
• Otot-otot interkostal
Tulang
rusuk
Udara berkontraksi akibatnya tulang
terangkat karena masuk rusuk terangkat.
kontraksi otot antar
tulang rusuk
• Kontraksi otot interkostal diikuti
oleh kontraksi otot diafragma.
• Akibat kontraksi kedua otot ini,
rongga dada menjadi membesar.
• Rongga dada yang bertambah
besar menyebabkan tekanan
Diaphragma berkontraksi udara di paru-paru menjadi
(turun)
kecil.

Inspirasi • Akibatnya udara masuk ke


dalam paru-paru.
Ekspirasi – Pengeluaran udara dari dalam paru-paru

Mekanisme Ekspirasi :
• Otot-otot interkostal berelaksasi
akibatnya tulang rusuk turun.
Udara
keluar • Relaksasi otot interkostal diikuti
oleh berelaksasinya otot
diafragma.
Tulang rusuk
turun karena
otot interkostal
• Akibat relaksasi kedua otot ini,
berelaksasi rongga dada menjadi menjadi
mengecil.
• Rongga dada yang mengecil
menyebabkan tekanan udara di
paru-paru menjadi besar.
Diaphragma berelaksasi • Akibatnya udara keluar dari dalam
(naik) paru-paru ke lingkungan.

Ekspirasi
Macam-macam pernapasan
Pernapasan dada pernapasan perut
• Tulang rusuk,otot tulang
rusuk,dan tulang dada kontraksi
• Otot perut berkontraksi
sehingga mengakibatkan volume sehingga diafragma
besar tekanan kecil udara luar melengkung,volume besar
masuk tekanan kecil udara dari
luar masuk.
Alat-alat respirasi manusia
Hidung Tekak
• Tempat dimana udara (oksigen) • Merupakan rongga persimpangan
pertama kali masuk. dihidung antara saluran pencernaan,
terdapat rambut-rambut hidung saluran pernapasan, dan saluran
yang berfungsi untuk menyaring kerongga hidung.didalam tekak
debu atau kotoran, dan selaput terdapat epiglotis yang berfungsi
lendir untuk mengatur suhu untuk menjaga agar makanan
udara pernapasan tidak masuk kesaluran
pernapasan
Alat-alat respirasi manusia
laring trakea
• Pada bagian ini ditemukan pita suara • Terdiri dari 3 lapisan epitel (bersilia
yang berfungsi untuk memberi warna dan berlendir) merupakan lapisan
suara pada manusia paling dalam, lapisan tulang rawan
(berupa cincin tulang rawan) denagn
otot polosnya, merupakan lapisan
bagian tengahnya, dan lapisan
terluarnya adalah jaringan ikat.
Alat-alat respirasi manusia
Bronchus bronkiolus
• Bronchus merupakan percabangan 2 • Bronkiolus adalah cabang dari
dari trakea yang nantinya juga bronchus yang berujung pada saluran
bercabang menjadi bronkiolus. alveolus .saluran ini berada dikantung
dibronchus tidak terdapat cincin alveolus.
tulang rawan tapi hanya ditemukan
jaringan ikat dan otot polos.
Alat-alat respirasi manusia
alveolus Paru-paru
• Alveolus terdapat didalam kantung • Merupakan organ pernapasan utama,
alveolus yang mana dalam setiap yang dibungkus oleh selaput pleura
kantong alveolus berisis banyak dan yang emnyelimuti paru-paru
alveolus.dinding alveolus sangat tipis scara langsung disebut visceral pleura
dan elastis, berbentuk bola, dan pada dan yang menyelimuti rongga dada
permukaannya banyak terdapat disebut parietal pleura. Dan diantara
pembuluh kapiler sehingga proses k2 selaput tersebut terisi cairan yang
pertukaran gas berlangsung disini. berfungsi melindungi paru-paru dari
gesekan ketika paru-paru kembang
kempis
Kelainan sistem respirasi

Pada manusia
Kelainan sistem respirasi
Influenza asma
• Penyakit yang disebabkan oleh • Merupakan suatu penyakit
virus influenza. dengan gejala penyumbatan saluran
antara lain pilek, hidung pernapasan yang disebabkan
tersumbat, bersin-bersin dan alergi terhadap rambut, bulu,
tenggorokan gatal. debu, atau tekanan psikologis.
asma bersifat menurun.
Kelainan sistem respirasi
Tubercolosis Sinusitis
• Penyakit paru-paru yang • Peradangan pada sinus yang yang
diakibatkan serangan bakteri didalamnya terkumpul nanah.
mycobacterium tubercolosis.
sehingga difusi oksigeb menjadi
sulit dikarenakan adanya bintil-
bintil atau peradangan pada
dinding alveolus.
Kelainan sistem respirasi
Rinitis Wajah adenoid
• Gangguan radang pada hidung • Pembengkakan kelenjar limfe
akibat infeksi oleh virus tapim pada sekitar tekak dan hidung
juga bisa dikarenakan reaksi yang mempersempit jalan nafas.
alergi terhadap cuaca,serbuk penderita biasanya lebih suka
sari,dan debu. bernapas lewat mulut.
Kelainan sistem respirasi
Pleuritis Faringitis
• Merupakan radang pada selaput • Radang pada faring akibat infeksi
pembungkus paru-paru atau oleh bakteri streptococcus.
disebut pleura.
Kelainan sistem respirasi
Laringitis Bronkitis
• Radang pada laring yang • Radang pada cabang tenggorokan
disebabkan oleh infeksi,terlalu akibat infeksi
banyak merokok,minum alkohol,
dan terlalu banyak serak.
Kelainan sistem respirasi
asifikasi asidosis
• Gangguan pernapasan pada • Kenaikan kadar asam karbonat
waktu pengangkutan dan dan asam bikarbonat dalam
penggunaan oksigen yang darah,sehingga pernapasan
disebabkan oleh tenggelam terganggu.
(akibat alveolus terisi air),
pneunomia (alveolus terisi cairan
lendir atau limfe), keracunan CO
dan HCN, atau gangguan sistem
sitokrom (enzim pernapasan).
Kelainan sistem respirasi
Emfisema pneumonia
• Penyakit pembengkakan karena • Penyakit infeksi yang disebabkkan
pembuluh darahnya kemasukan oleh virus atau bakteri pada
udara alveolus yang menyebabkan
terjadinya radang paru-paru
Kelainan
sistem respirasi
Kanker paru-paru :
Kanker paru-paru
sangat berpengaruh
terhadap pertukaran
gas keseluruh tubuh.
Penyakit ini
disebabkan oleh
kebanyakan meroko,
menghirup asap
rokok, debu asbes,
radiasi ionisasi,
produk petrolium,
dan
kromium.
Pengobatan gangguan
pernapasan
Pada manusia
Pengobatan gangguan pernapasan
influenza asma
• Untuk anak-anak dan orang • Penyakit asma tidak dapat
dewasa, influenza adalah disembuhkan dan obat-obatan
penyakit yang bisa sembuh yang ada saat ini hanya berfungsi
sendiri dalam satu minggu. menghilangkan gejala. Namun,
Namun untuk orang yang tidak dengan mengontrol penyakit
sehat atau daya tahannya asma, penderita penyakit asma
menurun, influenza bisa bisa bebas dari gejala penyakit
berakibat fatal. asma yang mengganggu sehingga
dapat menjalani aktivitas hidup
sehari-hari.
Pengobatan gangguan pernapasan
tuberkolosis sinusitis
• obat-obtan yang umumnya • Dengan memberikan Herbal pada
diberikan adalah Isoniazid dan sekitar hidung, pipi, dan kelopak
rifampin sebagai pengobatan mata untuk sinusitis bersifat anti
dasar bagi penderita TBC, namun bakteri dan antiseptik sehingga
karena adanya kemungkinan dapat membunuh bakteri dan
resistensi dengan kedua obat menyembuhkan infeksi pada
tersebut maka dokter akan rongga sinus. Herbal Oil tersebut
memutuskan memberikan juga membantu pengeluaran
tambahan obat seperti lendir pada rongga sinus sehingga
pyrazinamide dan streptomycin melegakan saluran pernafasan
sulfate atau ethambutol HCL melalui rongga hidung. atau juga
sebagai satu kesatuan yang dapat dilakukan dengan operasi
dikenal 'Triple Drug'. penghilangan nanah.
Pengobatan gangguan pernapasan
rinitis Wajah adenoid
• Pemberian antihistamin kadang disertai dengan
dekongestan (misalnya pseudoephedrine atau • Dilakukan operasi pengambilan
fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung amandel
tersumbat. Pemakaian dekongestan pada
penderita tekanan darah tinggi harus diawasi
secara ketat.
• Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium
kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan
tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian
antihistamin dan kromolin tidak dapat
mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan
obat semprot kortikosteroid.
• Jika obat semprot kortikosteroid masih juga
tidak mampu meringankan gejala, maka
diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang
dari 10 hari.
Pengobatan gangguan pernapasan
pleuritis faringitis
• Dilakukan pengoprasian dengan • Untuk mengurangi nyeri tenggorokan
cepat karena dapat diberikan obat pereda nyeri
mengakibatkan kanker paru. (analgetik), obat hisap atau berkumur
dengan larutan garam hangat.
Jika diduga penyebabnya adalah
bakteri, diberikan antibiotik.
• Untuk mengatasi infeksi dan
mencegah komplikasi (misalnya
demam rematik), jika penyebabnya
streptokokus, diberikan tablet
penicillin. Jika penderita memiliki
alergi terhadap penicillin bisa diganti
dengan erythromycin atau antibiotik
lainnya.
Pengobatan gangguan pernapasan
laringitis bronkitis
• Pengobatan pada infeksi oleh virus • penderita dewasa bisa diberikan Aspirin
tergantung kepada gejalanya. atau asetaminofen; kepada anak-anak
• Penderita sebaiknya mengistirahatkan sebaiknya hanya diberikan asetaminofen.
pita suaranya dengan tidak bicara • Dianjurkan untuk beristirahat dan minum
atau bicara dengan berbisik. banyak cairan.
• Menghirup uap bisa meringankan • Antibiotik diberikan kepada penderita
gejala dan membantu penyembuhan yang gejalanya menunjukkan bahwa
penyebabnya adalah infeksi bakteri
daerah yang meradang.
(dahaknya berwarna kuning atau hijau dan
Jika penyebabnya bakteri, diberikan demamnya tetap tinggi) dan penderita
antibiotik. yang sebelumnya memiliki penyakit paru-
paru.
• Kepada penderita dewasa diberikan
trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin
atau ampisilin.
Pengobatan gangguan pernapasan
Kanker paru-paru asidosis
• Pemberian Nutrisi dan supplement • Pengobatan asidosis metabolik tergantung
dapat mengurang gejala yang kepada penyebabnya.
disebabkan oleh kanker paru. Vitamin • Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan
D dan Fe sangat baik untuk diberikan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam
oleh penderita penyakit kanker paru, darah.
Begitu pula dengan makanan • Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk
antioxidant seperti blueberri, cherri, mengobati overdosis atau keracunan yang
dan buah tomat. berat.
• Tindakan operasi pembedahan Asidosis metabolik juga bisa diobati secara
langsung.
mengangkat sell kanker
• Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan
• Tindakan Therapy Radiasi hanya cairan intravena dan pengobatan
terhadap penyebabnya.
• Tindakan Therapy Kemotherapy
• Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat
• Tindakan penyuntikan {Photodynamic mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat
(PTD)} hanya memberikan kesembuhan sementara
dan
dapat membahayakan.
Pengobatan gangguan pernapasan
emfisema pneunomia
• Usaha untuk mengembangkan paru- • (c) Antibiotik
paru adalah perlu, ini termasuklah
• Jika diagnosis pneumonia telah
kemasukan satu strain pada jantung
dibuat, obat antibiotik diperlukan
untuk mengepam darah kepada paru-
walaupun kebanyakan pneumonia
paru.
disebabkan oleh virus. Ini adalah
• Memakan makanan yang kerana sukar untuk membezakan di
mengandung vitamin C. antara pneumonia virus dan bakteria
• Rajin berolahraga lari atau jalan jauh • (i) Pneumonia virus
supaya jantung memberikan oksigen
• Tiada obat antivirus kecuali herpes
yang banyak pada paru-paru.
dan varicella di mana acyclovir boleh
digunakan
• Drip intravena diperlukan jika pesakit
tidak boleh minum
1. Persiapan klien
⚫ Buatlah penerangan yang baik dalam
ruangan, termasuk penerangan untuk
pengkajian
⚫ Klien sebaiknya berbaring dengan badan
bagian atas sedikit terangkat, dan pemeriksa
sebaiknya berdiri disisi kanan klien.
⚫ Minta klien untuk tidak berbicara selama
pemeriksaan kecuali diminta oleh
pemeriksa.
⚫ Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan
kekuatiran tentang hasil selama
pengkajian.
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
⚫ Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol,
pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan,
dan pola diet termasuk pemasukannya
⚫ Apakah klien mendapat pengobatan untuk
fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui
kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?
⚫ Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan pada dada, palpitasi,
kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada
kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-
gejala ini terjadi saat istirahat atau latihan.
⚫ Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal
tersebut murni karena jantung (Rossi dan Leary,
1992 dikutip dari Potter, 1996), nyeri angina
biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang
dalam, substernal dan menyebar ke salah satu
atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang;
Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar
ke lengan, bahu, atau leher? Apakah nyeri
tersebut disertai terjadinya diaforesis.
⚫ Apakah klien menjalani gaya hidup yang
penuh stres
⚫ Kaji riwayat keluarga klien mengenai
penyakit jantung seperti hipertensi, stroke,
kolesterol tinggi, atau penyakit jantung
rematik.
⚫ Apakah klien mengetahui adanya hipertensi
atau penyakit jantung tersebut
⚫ Apakah klien mengalami diabetes atau gejala
awal diabetes, penyakit paru atau obesitas
⚫ Tentukan apakah klien minum minuman
mengandung kafein yang berlebihan.
⚫ Kaji kebiasaan makan klien seperti
mengkonsumsi lemak, natrium.
11 pola kes.fungsional (Gordon)
Pola persepsi kes./menanganan kes.
klien merasakan kondisi kes dan bgm
menangani
 Pola nutrisi/metabolikgambaran pola makan
dan kebut.cairan b/d kebutuhan metabolik dan
suplai
nutrisi
 Pola eliminasi gambaran pola fungsi pembuangan
(bab, bak, mel.kulit)
 Pola aktifitas/olah raga gambaran pola
aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
 Pola tidur-istirahat  gambaran pola tidur, istirahat,
dan relaksasi
 Pola kognitif dan perceptual  gambaran pola
konsep diri klien dan persepsi thd dirinya
 Pola peran/hubungan  gambaran pola peran
dalam berpartisipasi/berhubungan dg orang
lain
 Pola seksualitas/reproduksi gambaran pola
kenyamanan/tidak nyaman dg pola seksualitas
edan
gambaran pola reproduksi
 Pola koping/toleransi stress gambaran pola
koping klien secara umum dan efektifitas dalam
toleransi thd
stress
Pola nilai/keyakinan  gambaran pola nilai2,
keyakinan2 9termasuk asfek spiritual), dan tujuan yg
dapat mengarahkan menentukan
pilihan/keputusan.
3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum Pasien
⚫ Pemeriksaan keadaan umum pasien
dimaksudkan untuk mendapatkan kesan umum
pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu
diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak
sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi,
dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap
dan tingkah laku pasien.
2). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu
diperhatikan :
⚫ posisi badan, untuk menilai ortopnea
⚫ ekspresi muka, untuk menilai keadaan
emosi atau stress pada pernapasan
⚫ pernapasan pada gerak badan
dibandingkan dengan pernapasan pada
keadaan istirahat
⚫ tanda-tanda objektif dispnea.
b). Nadi
Kriteria keadaan nadi :
⚫ Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit.
⚫ Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak
teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu
selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per
menit.
⚫ Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup.
⚫ Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke
atau down stroke.
⚫ Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah
dalam arteri.
⚫ Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan
(kondisi) dinding arteri.
Macam-Macam Denyut Nadi
⚫ Nadi yang keras (augmented pulsation)
⚫ Nadi yang lemah atau kecil (pulsus parvus)
⚫ Nadi yang kecil dan terisi dengan lambat
(pulsus parvus et tardus)
⚫ Nadi yang terisi dengan cepat dan
mengosong dengan cepat (rapid upstroke and
collapsing pulse= Corrigan pulse)
⚫ Nadi bifida (pulsus bisferiens), terjadi pada obstruksi
pada aliran keluar ventrikel kiri yang moderat
disertai regurgitasi pada katup aorta berat (stenosis
dan insufisiensi katup aorta)
⚫ Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah jantung yang
rendah dengan elastisitas dinding arteri yang
masih normal, misalnya pada kardiomiopati,
tamponade jantung dan CHF berat
⚫ Pulsus alternans, nadi yang saling bergantian
antara nadi yang relatif kuat diselingi oleh nadi
yang lebih lemah (CHF)
⚫ Pulsus paradoxus, terjadi karena pengurangan
tekanan nadi yang berlebihan sampai 15 mmHg
atau lebih pada waktu inspirasi (perikarditis)
⚫ Pulsus bigeminus, dua denyut berturut-turut
dan diselingi oleh interval yang lebih panjang
(KAP)
⚫ Pulsus defisit, jumlah denyut jantung lebih besar
dari jumlah denyut nadi (fibrilasi atrial, ekstrasistol
prematur)
C). Tekanan Darah
Tekanan darah banyak bergantung pada :
⚫ Curah jantung, yang merupakan cerminan
fungsi jantung
⚫ Resistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan
oleh diameter pembuluh darah perifer.
⚫ Tonus dan elastisitas arteri,
menggambarkan kondisi dinding pembuluh
darah perifer.
⚫ Volum darah dalam arteri,
menunjukkan jumlahnya darah
intravaskular.
⚫ Viskositas darah, menunjukkan kondisi
cairan intravaskular.
d). Suhu Badan
⚫ Kalori dalam suhu badan merupakan hasil
metabolisme sel-sel jaringan tubuh. Kalori suhu
badan diatur melalui pusat termoregulator di susunan
saraf pusat autonom. Aliran darah melalui sistem
kardiovaskular berperan untuk mendistribusikan
panas ke seluruh tubuh.
⚫ 3). Posture Tubuh
⚫ 4). Bentuk Badan
⚫ 5). Textur Jaringan dan Wama Kulit
⚫ 6). Kepala
⚫ 7). Mata
⚫ 8). Mulut
⚫ 9). Kuping
⚫ 10. Muka
⚫ 11). Leher
⚫ 12). Vena Jugularis Eksterna
⚫ 13). Cannon Waves
⚫ 14). Arteri Karotis
⚫ 15). Kelenjar Tiroid
⚫ 16). Kelenjar Getah Bening
17). Dada
⚫ Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan
anatomi dan faal jantung. Di samping itu juga
mempengaruhi faal pernapasan yang kemudian
secara tidak langsung mempe ngaruhi faal sirkulasi
darah yang akan menjadi beban kerja jantung
18). Pemeriksaan Perut
⚫ Diperhatikan besar, bentuk dan konsistensi
serta mencari ada tidaknya nyeri tekan.
⚫ Hepato jugular reflux dapat diperiksa dengan
menekan perut di kuadran atas, maka akan
menambah pembendungan vena jugularis yang
sudah meninggi. Keadaan ini dapat ditemukan pada
gagal jantung kanan dan gagal jantung kongestif
b. Pemeriksaan Khusus
1). Inspeksi
⚫ Perhatikan bentuk prekordial, apakah normal,
mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris
(voussure cardiaque), yang disebabkan pembesaran
jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi
ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat
kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang
penting pada permukaan dada ialah :
⚫ garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
⚫ garis tengah klavikular (mid
clavicular line/MCL)
⚫ garis anterior line (anterior axillary
line/AAL)
⚫ garis para sternal kiri dan
kanan (parastrenal line/PSL)
2). Palpasi Jantung
⚫ Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan
di atas prekordium dan dilakukan perabaan di
atas iktus kordis (apical impulse)
⚫ Lokasi point of maximal impulse (PMI) terletak
pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial
dari garis midklavikular (medial dari apeks
anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan
gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial
dari garis midklavikular, sedangkan pada bentuk
dada yang pendek lebar, letak iktus kordis agak
ke lateral.
3). Perkusi
Jantung Cara
Perkusi
⚫ Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal
terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis
parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan
pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besamya jantung.
⚫ Pada kardiomegali, batas pekak jantung
melebar ke kiri dan ke kanan.
⚫ Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks
kordis bergeser ke lateral-bawah.
⚫ Hipertrofi atrium kiri menyebabkan
pinggang jantung merata atau menonjol ke
arah lateral.
⚫ Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak
jantung melebar ke lateral kanan dan/ atau ke
kiri atas.
⚫ Pada perikarditis pekak jantung absolut
melebar ke kanan dan ke kiri.
⚫ Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil
bahkan dapat menghilang pada emfisema paru
yang berat, sehingga batas jantung dalam
keadaan tersebut sukar ditentukan.
4). Auskultasi Jantung
Bunyi jantung I ditimbulkan karena
⚫ kontraksi yang mendadak terjadi pada awal
sis- tolik meregangnya daun-daun katup mitrai
dan trikuspid yang mendadak akibat tekanan
dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat,
⚫ meregangnya dengan tiba-tiba chordae
tendinea yang memfiksasi daun-daun katup
yang telah menutup dengan sempurna,
⚫ dan getaran kolom darah dalam outflow tract
(jalur keluar) ventrikel kiri dan dinding
pangkal aorta dengan sejumlah darah yang ada
di dalamnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ
I, yaitu :
⚫ kekuatan dan kecepatan kontraksi otot
ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras
bunyinya.
⚫ Posisi daun katup atrio-ventrikular pada
saat sebelum kontraksi ventrikel.
⚫ Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada
pasien dengan dada kurus BJ lebih keras
terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ
yang terdengar lebih lemah. Demikian juga pada
pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih
lemah.
BJ II ditimbulkan karena
⚫ vibrasi akibat penutupan katup aorta
(komponen aorta),
⚫ penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal),
⚫ perlambatan aliran yang mendadak dari darah
pada akhir ejeksi sistolik,
⚫ dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal
aorta dan membentur katup aorta yang baru
tertutup rapat.
⚫ BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat
(fase rapid filling). Vibrasi yang ditimbulkan adalah
akibat percepatan aliran yang mendadak pada
pengisian ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel
kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan
aliran pengisian.
⚫ Bunyi jantung IV: dapat terdengar bila kontraksi
atrium terjadi dengan kekuatan yang lebih besar,
misalnya pada keadaan tekanan akhir diastol
ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan
dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan
kontraksi atrium yang lebih kuat.
Bunyi Jantung Tambahan
Bunyi Ekstra Kardial
⚫ Gerakan perikard (pericardial friction rub)
terdengar pada fase sistolik dan diastolik akibat
gesekan perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini
dapat ditemukan pada perikarditis.
Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur)
⚫ Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar
memanjang, yang timbul akibat vibrasi aliran darah
turbulen yang abnormal.
Intensitas Bunyi Murmur
intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat
kerasnya suara dibedakan :
⚫ Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan hanya
dapat terdengar dengan upaya dan
perhatian khusus.
⚫ Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi
mudah terdengar.
⚫ Derajat II : bunyi bising agak keras.
⚫ Derajat IV : bunyi bising cukup keras.
⚫ Derajat V : bunyi bising sangat keras.
⚫ Derajat VI : bunyi bising paling keras.
Tipe (konfigurasi) Bising Jantung
Tipe bising jantung dibedakan :
⚫ Bising tipe kresendi (crescendo murmur), mulai
terdengar dari pelan kemudian mengeras.
⚫ Bising tipe dekresendo (decrescendo murmur), bunyi
dari keras kemudian menjadi pelan.
⚫ Bising tipe kresendo-dekresendo (crescendo-decrescendo
= diamond shape) murmur yaitu bunyi pelan lalu keras
kemudian disusul pelan kembali disebut ejection type.
⚫ Bising tipe plateau (sustained plateau mumur) disebut
juga bising pansistolik atau holosistolik. Keras suara bising
kurang lebih menetap sepanjang fase sistolik, biasanya
merupakan bunyi desiran yang disebabkan karena arus
balik (regurgitasi) atau aliran abnormal melalui defek
septum interventrikular.
Kualitas Bunyi (Timbre)
Kualitas bunyi dibedakan :
⚫ Bising musikal yaitu bunyi yang terdiri dari
bunyi- bunyi dengan frekuensi dari satu atau
beberapa gelombang nada dasar.
⚫ Bising dengan suara meniup (blowing) yaitu
terdengar seperti suara meniup dengan nada
yang rendah.
⚫ Bising dengan suara desiran (harsh) berupa
desir halus, seperti suara meniup dengani nada
yang tinggi.
⚫ Bising dengan suara geram (rumbling),
terdengar seperti suara menggeram yang agak
keras dengan nada yang rendah
PEMERIKSAAN EKG
Elektrokardiografi

lmu yang mempelajari tentang aktifitas


listrik jantung
Elektrokardiogram
Grafik yang mengggambarkan kegiatan listrik
jantung yang dapat dicatat dan direkam
dengan galvonometer melalui elektrode-
elektrode yang dipasang pada permukaan
tubuh.
Pengkajian melalui anamnesa dan pemeriksaan
klinis lebih penting.
Tujuan Pemeriksaan EKG
Membantu menentukan diagnosa beberapa
penyakit jantung
Indikasi

Penyakit jantung koroner (Iskemia-Akut


Miokard Infark)
Aritmia (gangguan pembentukan impuls,
gangguan penghantar impuls atau keduanya )
Gangguan elektrolit (hipo/hiperkalemia dan
kalcemia)
Efek obat jantung
Perikarditis
Hipertropi atrium dan ventrikel
Sistim Konduksi (hantaran jantung)

▶ Sistem elektromagnetik dari jantung


▶ Rangsang dari pace maker jantung normal di SA
Node
▶ I,puls dari SA Node mencapai miokardium lewat
sistem konduksi listrik yang mampu
menghantarkan rangsang (impuls) 
konduktifitas
▶ Rangsang membuat miokard berkontraksi dan
relaksasi secara ritmis
▶ Sentro Atrial Node (SA Node)
▶ Internodal atrial pathway
▶ Atrio Ventrikuler Node (AV Node)
▶ Berkas Hiss (Hiss Bundle)
▶ Serabut Purkinya
Dasar gambaran EKG

▶ Perekaman EKG 12 lead/sadapan


▶ Gelombang QRS bisa berebntuk qRS,qrs,Qrs,q R
s, Rs, atau QS
▶ Gelombang QRS bisa positif, artinya tinggi
gelombang diatas garis isolektris, jumlahnya
lebih banyak bawah garis isoelektris,misalnya
galombang R tinggi dibanding gelombang Q + S.
▶ Dinamakan QRS negatif bila sebaliknya,sedangkan
ST bisa elevasi (diatas garis isolektris) atau
depresi (bawah garis isoelektris),
▶ Gelombang T bisa upright, dipasic
maupun inverted
Prinsip rekaman EKG normal

▶ Aktifitas jantung selalu dimulai dengan gelombang P


dan diikuti oleh jarak antara 2 gelombang P yang
berurutan
▶ Gelombang QRS di Lead I,II, harus positif
▶ Pada prekordial Lead di Vi sampai V6, pola yang
normal adalah rS (negatif) di V1,V2,RS (negatif)
di V3,RS di V4 (popsitif),qRS di V5 (positif), qR di
V6 (positif)
▶ Frekuensi & irama antara 60-100x/menit menghitung
dengan rumus irama jantung reguler sinus
▶ Transisional zone adalah perpindahan rS yang negatif
ke RS yang positif normal di V3-V4
▶ Axis jantung dan interval PR,QRS,QT
Sandapan (Lead) EKG

 Rekaman EKG melalui pemasangan elektrode pada kulit.


 Lokasi penempatan “sandapan” menentukan
keakuratan hasil
 Terdapat 2 jenis sandapan (Lead)
1. Sandapan Bipolar
 Merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode
 Lead ditandai dengan angka romawi I,II,III.
 Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA)
yang bermuatan (-) dengan tangan kiri (LA) yang bermuatan (+)
 Lead II: merekam beda potensial antara tangan kanan (RA)
dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)
 Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA)
dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)

 Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai


sebuah segitiga sama sisi (segitiga EINTHOVEN)
Sandapan (Lead)

2. Sandapan Unipolar : ekstremitas dan prekordial

Unipolar ekstremitas
Merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas
dengan elektrode eksploeasi diletakkan pada
ekstremitas yang akan diukur
Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk
elektrode indiferen (potensial 0)
Sandapan aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA)
yang bermuatan (+) tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektrode
indiferen.
Sandapan aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA)
yang bermuatan (+) tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektrode indiferen
Sandapan aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang
bermuatan (+) tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektrode
indiferen
Sandapan (Lead)

Unipolar prekordial
Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan
elektrode eksplorasi yang ditempatkan di beberapa dinding
dada.
Elektrode indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga
elektrode ekstremitas
▶ Sandapan V1 : Ruang intercostal IV garis sternal kanan
▶ Sandapan V2 : Ruang intercostal IV garis sternal kiri
▶ Sandapan V3 : pertengahan antara V2-V4
▶ Sandapan V4 : Ruang intercostal V garis mid klavikula kiri
▶ Sandapan V5 : Setinggi IV garis aksila depan kiri.
▶ Sandapan V6 : Setinggi IV garis aksila tengah kiri

▶ Umumnya perekaman EKG lengkap dibuat 12 lead/sadapan


tetapi dalam kondisi tertentu dibuat sampai V7,V8,V9
atau V3R,V4R.
Apa yang digambarkan dalam kurva EKG?

▶ Menggambarkan proses listrik dalam Atrium dan Ventrikel


jantung
▶ Depolarisasi Atrium
▶ Repolarisasi Atrium :
▶ Depolarisasi Ventrikel :
▶ Repolarisasi Ventrikel :
▶ Cara Interpretasi EKG 12 Lead
1. Irama : reguler-irreguler
2. Frekuensi 300 dibagi jumlah kotak besar dari R ke R berikutnya
3. Posisi jantung : horizontal, semi Horizintal, Int, Vertikal,
semi Vert
4. Axis : -30 s/d +110 derajat
5. Transisional zone : Normal pada lead V3-V4
6. Interval & gelombang : P,PR,QRS,QT
7. Bedakan normal atau ada kelainan Lihat di Lead I,II,II
aVR,aVF,aVL,V1-V6
Tehnik merekam EKG

▶ Persiapan pasien
▶ Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
▶ Posisi tidur telentang
▶ Anjurkan pasien rileks, tidak menahan BAb/BAK, dan tidak
bergerak saat direkam

▶ Persiapan Alat
▶ Mesinm EKG dilengkapi dengan 3 kabel sbb : kabel listrik,
ground dan kabel pasien
▶ 4 Plat elktrode ekstremitas dengan pengikat
▶ 6 elektrode prekkkordial (dada) dengan balon penghisap
▶ Kertas EKG
▶ Jelly dan kertas tissueosisi tidur telentang
▶ Anjurkan pasien rileks, tidak menahan BAb/BAK, dan tidak
bergerak saat direkam
Tehnik Perekaman ….

Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan-kiri

Elektrode ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan-kiri


Posisi pada pergelangan ekstremitas tidak mutlak, bila diperlukan dapat dipasang pada bahu kiri atau
kanan dan pangkal paha kiri/kanan.
Kabel dihubungkan :
Merah/RA pada lengan kanan
Kuning pada/LA pada lengan kiri
Hijau/LL pada tungkai kiri
Hitam/RF pada tungkai kanan

▶ Elektrode dada (prekordial) harus terpasang pada :


▶ V1 : LC 4 garis sternal kanan
▶ V2 : LC4 garis sternal kiri
▶ V3 : pertengahan antara V2-V4
▶ V4 : LC 5 garis mid klavikula kiri
▶ V5 : garis mid klavikula sejajar V4
▶ V6 : garis aksila sejajar V4
▶ V7 : garis aksila sejajar V4
▶ V8 : garis skapula belakang sejajar V4
▶ V9 : garis batas kiri sebatas kolumna vertebra
Tehnik …

Hidupkan mesin power on


Periksa kembali standarisasi EKG : voltage 1mV, kecepatan
25 mm/detik
Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol start pada
standar 3x, perhatikan apakah ada penyimpangan 10 mm
(1mV0
Dengan memindahkan lead selektor rekam EKG secara
berurutan leads I,II,III,aVR,aVL,V1 sampai V6.Setiap lead
ada 4 kompleks QRS
Selesai pencatatan kalibrasi ulang, Catat identitas pasien
pada kertas EKG : Nama, umur,tanggal,jam,nama pencatat
Setiap lead ditulis tanda lead.hal yang perlu diperhatikan :
~ Perawat menghadap pasien
~ Hindari gangguan listrik/mekanik,magnit
~ Sesuai kebutuhan kalibrasi dapat dipakai ½ MV bila gambar
terlalu besar.
Kesimpulan

▶ Dengan pemeriksaan EKG didapatkan hasil status kardio


secara elektro
▶ Pengkajian melalui anamnesa dan pemeriksaan
klinis tetap merupakan data penting dakam
menegakkan diagnose
▶ Perekaman dan interpretasi EKG merupakan
kompetensi penting dakam pengelolaan kesehatan
pasien dengan gangguan jantung.
Oleh : Ns.,Dwi Agung Susanti.,M.Kep
⚫ Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru
adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-
otot pernafasan dan membantu membersihkan
sekret dari bronkus dan untuk mencegah
penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan
aliran sekret.
⚫ Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk
pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru
obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif
termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru
restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi
mekanik.
⚫ Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian :
postural drainage, perkusi, dan vibrasi
⚫ Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat
mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus,
renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra
indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah
tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru
dengan kemungkinan adanya keganasan serta
adanya kejang rangsang.
Postural drainase (PD)
⚫ Postural drainase (PD) merupakan salah satu
intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi.. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi
pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada
berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya.
Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu
sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam
sebelumtidur pada malam hari.
⚫ PD dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat
pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis.
Pada penderita dengan produksi sputum yang
banyak PD lebih efektif bila disertai dengan clapping
dan vibrating.
Indikasi untuk Postural Drainase :
1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret
yaitu pada :
# Pasien yang memakai ventilasi
# Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
# Pasien yang produksi sputum meningkat
seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
# Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
# Pasien dengan atelektasis yang disebabkan
oleh sekret
# Pasien dengan abses paru
# Pasien dengan
pneumonia
# Pasien pre dan post operatif
# Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan
gangguan menelan atau batuk
Kontra indikasi untuk postural
drainase
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi,
hipertensi, infark miokard akutrd infark dan
aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
# Persiapan pasien untuk postural drainase.
1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah
leher dan pinggang.
2. Terangkan cara pengobatan kepada pasien
secara ringkas tetapi lengkap.
3. Periksa nadi dan tekanan darah.
4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau
memerlukan suction untuk mengeluarkan
sekret.
# Cara melakukan pengobatan :
1. Terapis harus di depan pasien untuk melihat
perubahan yang terjadi selama Postural
Drainase.
2. Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari,
bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih
dari 40 menit, tiap satu posisi 3 – 10 menit.
3. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau
1 s/d 2 jam sesudah makan.
Penilaian hasil pengobatan :
1. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan
sama kiri dan kanan.
2. Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.
3. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret
sangat encer atau kental.
4. Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan
apakah ia merasa lelah, merasa enakan, sakit.
5. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign,
adakah temperatur dan nadi tekanan darah.
6. Apakah foto toraks ada perbaikan.
Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :
1. Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.
2. Suara pernafasan normal atau relative jelas.
3. Foto toraks relative jelas.
4. Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.
⚫ Alat dan bahan :
1) Bantal 2-3
2) Tisu wajah
3) Segelas air hangat
4) Masker
5) Sputum pot
Prosedur kerja :
⚫ 1) Jelaskan prosedur
2) Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
3) Cuci tangan
4) Pakai masker
5) Dekatkan sputum pot
6) Berikan minum air hangat
7) Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
8. Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
Sambil PD bisa dilakukan clapping dan vibrating
9) Berikan tisu untuk membersihkan sputum
10) Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11) Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume,
suara pernafasan)
12) Cuci tangan
13) Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien)
14) Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat
diulangi kembali dengan memperhatikan kondisi pasien
Clapping/Perkusi

⚫ Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada


atau punggung dengan tangan dibentuk seperti
mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan
atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada
merupakan energi mekanik pada dada yang
diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat
dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti
mangkok.
⚫ lndikasi untuk perkusi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang
mendapat postural drainase, jadi semua indikasi
postural drainase secara umum adalah indikasi
perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
⚫ Alat dan bahan :
1) Handuk kecil
Prosedur kerja
:
1) Tutup area yang akan dilakukan clapping
dengan handuk untuk mengurangi
ketidaknyamanan
2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam
dengan Purse lips breathing
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2
menit dengan kedua tangan membentuk
mangkok
Vibrating

⚫ Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan


clapping. Sesama postural drainase terapis biasanya
secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi
untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan
kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas
yang besar sedangkan perkusi
melepaskan/melonggarkan sekret.
⚫ Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien
mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam
dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada
puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir
ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara
meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada
kemudian dengan dorongan bergetar.

⚫ Kontra indikasinya adalah patah tulang


dan hemoptisis.
Prosedur kerja :
1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih
diatas area paru yang akan dilakukan vibrasi
dengan posisi tangan terkuat berada di luar
2) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse
lips breathing
3) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan
dengan tumpuan pada pergelangan tangan saat
pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4) Istirahatkan pasien
5) Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
Oleh : Ns.,Dwi Agung Susanti.,M.Kep
Batuk Efektif
Pengertian
⚫ Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar,
dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
⚫ Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif
terhadap masuknya benda asing dalam saluran pernapasan.
Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme
alamiah terutama untuk melindungi paru paru.
⚫ Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan
medis sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang
menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit.
Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif.
⚫ Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan
dengan sengaja. Namun dibandingkan dengan
batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap
masuknya benda asing dalam saluran pernapasan,
batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang
terencana atau dilatihkan terlebih dahulu.
⚫ Dengan batuk efektif, maka berbagai penghalang
yang menghambat atau menutup saluran pernapasan
dapat dihilangkan
⚫ Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik
batuk efektif yang menekankan inspirasi
maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang
bertujuan :
a. Merangsang terbukanya sistem kolateral
b. Meningkatkan distribusi ventilasi
c. Meningkatkan volume paru
d. Memfasilitasi pembersihan saluran napas
Indikasi batuk efektif

1. COPD / PPOK
Penyakit paru obstruktif kronik
Penyakit ini sitandai oleh hambatan aliran udara disaluran
nafas yang bersifat progresif non reversible atau reversible
parsial. Ppok terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan keduanya.
2. Emphysema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dining alveoli.
3. Fibrosis
4. Asma
Merupakan gangguan inflamasi pada jalan nafas yang
ditandai oleh opstruksi aliran udara nafas dqan respon
jalan nafas yang berlebihan terhadap berbagai bentuk
rangsangan.
5. Chest infection
6. Pasien bedrest atau post operasi
Batuk yang tidak efektif menyebabkan :
1. Kolap saluran napas
2. Ruptur dinding alveoli
3. Pneumothoraks
⚫ Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi
klien terutama klien yang mengalami operasi dengan
anestesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teransetesi. Sehingga ketika sadar pasien akan
mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.
⚫ Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien
setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau
sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
1. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-
jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai
bebat ketika batuk.
2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali).
3. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan
kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan.
4. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun
tidak berbahaya terhadap incisi.
5. Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
⚫ Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien
bisa menambahkan dengan menggunakan bantal
kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk
menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga
dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
⚫ Batuk mempengaruhi interaksi personal dan sosial,
mengganggu tidur dan sering menyebabkan
ketidak nyamanan pada tenggorakan dan dinding
dada.

You might also like