Professional Documents
Culture Documents
Keragaan Sumberdaya Lahan Pemanfaatan Dan Produktivitas Tanaman Pertanian Berbagai Daerah Di Sulawesi Selatan Compress
Keragaan Sumberdaya Lahan Pemanfaatan Dan Produktivitas Tanaman Pertanian Berbagai Daerah Di Sulawesi Selatan Compress
M. Basir Nappu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 45.764,53 km2 (BPS 2008), memiliki sumber daya lahan
dan iklim yang bervariasi. Keragaman karakteristik sumber daya lahan dan iklim merupakan
potensi untuk memproduksi komoditas pertanian unggulan di masing-masing wilayah sesuai
dengan kondisi agroekosistemnya. Kajian bertujuan untuk mengetahui keragaan pemanfaatan
areal sumberdaya lahan dan tingkat prduktivitas tanaman pertanian pada berbagai daerah di
Sulawesi Selatan. Kegiatan dilaksanakan di 10 kabupaten yakni kabupaten Maros, Pangkep,
Barru, Pinrang, Sidrap, Bone, Soppeng, Bulukumba, Takalar dan Gowa, berlangsung mulai
bulan April sampai Juli 2010. Kajian dilaksanakan dengan metode survai pada setiap
kabupaten. Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan primer. Data yang diperoleh
dianalisa dan disajikan secara diskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat keragaman
pengembangan komoditas pertanian berdasarkan agroekosistem lahan. Lebih dari 50%
pengembangan komoditas padi di daerah Bone, Sidrap dan Pinrang. Areal pengembangan
jagung (>71%) terdapat di daerah Bone, Gowa dan Bulukumba, sedangkan kacang tanah pada
daerah Bone, Maros dan Bulukumba. Penggunaan lahan untuk komoditas kakao dan kemiri
banyak ditemukan di daerah Bone, Pinrang dan Soppeng; jambu mete di daerah Bulukumba,
Pangkep dan Sidrap; kelapa dalam di Bulukumba, Bone dan Pinrang; serta kayu olahan di
daerah Maros, Barru, Sidrap, Pinrang dan Bone. Produktivitas pertanian pangan, perkebunan
dan kehutanan relatif belum memadai dan bervariasi antar daerah.
PENDAHULUAN
487
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..
Secara garis besar manfaat lahan pertanian dapat dibagi atas 2 kategori yaitu:
Pertama, use values atau nilai penggunaan atau disebut personal use values.
Manfaat ini dihasilkan dari kegiatan eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan
pada sumberdaya lahan pertanian. Kedua, non-use values atau disebut sebagai
intrinsic values atau manfaat bawaan. Yang termasuk kategori manfaat adalah
berbagai manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan
dari kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan (Irawan 2005). Secara
keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya
lahan dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan akan
sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan
peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi 2001 dalam Siswanto 2006).
Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada
lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas
kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi
penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah,
kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi.
Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 45.764,53 km2 (BPS 2008), memiliki
sumber daya lahan dan iklim (jenis tanah, bahan induk, fisiologi dan bentuk wilayah,
ketinggian tempat, dan iklim) yang sangat bervariasi. Keragaman karakteristik sumber
daya lahan dan iklim merupakan potensi untuk memproduksi komoditas pertanian
unggulan di masing-masing wilayah sesuai dengan kondisi agroekosistemnya.
Terdapat 399.173 ha luas lahan yang tersedia dan dapat dikembangkan untuk
kegiatan pertanian. Dari luas lahan tersebut. 266.045 ha (66%) diarahkan untuk
komoditas tanaman tahunan, 69.725 ha (17,5%) untuk komoditas tanaman semusim
dan 63.403 (15,9%) diarahkan untuk komoditas padi sawah (Anonim 2012).
Optimalisasi penggunaan sumber daya lahan merupakan suatu alternatif untuk
meningkatkan produktivitas lahan (Syafruddin et al. 2004). Penggunaan lahan di
Sulawesi Selatan umumnya masih didominasi untuk usaha pertanian baik untuk
tanaman semusim maupun tahunan, juga untuk peternakan dan perikanan.
Keragaman penggunaan lahan dan kegiatan pertanian di suatu wilayah disebabkan
oleh adanya perbedaan kondisi agroekosistem yang berkaitan dengan aspek iklim dan
tanah sebagai penentu terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Conway
1987).
Tulisan ini memuat keragaan pemanfaatan areal sumberdaya lahan dan tingkat
prduktivitas tanaman pertanian pada berbagai daerah di Sulawesi Selatan.
Diharapkan data dan informasi yang disajikan dapat menjadi bahan acuan untuk
488
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
METODOLOGI
Metode
Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode survai dan observasi pada setiap
kabupaten. Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan primer. Data
sekunder diperoleh dari instansi terkait, sedangkan data primer diperoleh melalui
wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner semi struktur dan
pengukuran, di samping pengamatan langsung di lapangan. Penarikan sampel secara
purpossive sampling dengan pertimbangan sampel merupakan key informan yang
dapat memberikan data yang diperlukan. Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan
secara diskriptif.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan survai dan observasi ini meliputi data
sekunder yang terdiri dari luas panen dan produksi tanaman, sedangkan data primer
berdasarkan pengamatan dan observasi langsung di lapangan, wawancara berbagai
informan kunci pada masing-masing kabupaten. Selanjutnya, data dianalisis
menggunakan statistik sederhana.
489
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..
sementara Takalar dan Pangkep menempati posisi yang memiliki sumberdaya lahan
dengan luas paling rendah (< 50.000 ha).
490
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
a. Padi
Komoditas padi merupakan tanaman pangan utama, banyak diusahakan pada
lahan sawah tadah hujan serta pada lahan sawah berpengairan, disajikan pada Tabel
3.
Total areal lahan sawah di daerah survai seluas 329.551 ha, 182.416 ha
(> 50 %) terdapat di wilayah kabupaten Bone, Pinrang dan Sidrap. Total areal tanam
untuk sepuluh kabupaten tersebut seluas 592.035 ha dengan produktivitas rata-rata
hanya 5,68 t/ha. Kabupaten Sidrap, Soppeng dan Gowa mencapai produktivitas
tertinggi masing-masing 6,42; 6,33; dan 6,04 t/ha.
491
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..
Tabel 3. Luas areal tanam, luas panen, dan produktivitas tanaman padi pada
10 kabupaten di Sulawesi Selatan
Luas Areal
Lahan Lahan Luas Luas Produktivitas
No. Kabupaten
kering sawah tanam panen (t/ha)
(ha)
1. Maros 12.489 30.712 42.293 42.342 5,30
2. Pangkep 7.291 8.640 30.579 22.650 5,09
3. Barru 43.600 13.218 13.165 18.053 5,50
4. Sidrap 21.687 44.689 81.435 75.074 6,42
5. Pinrang 79.661 48.709 96.892 86.721 5,85
6. Soppeng 40.822 25.275 47.176 40.674 6,33
7. Bone 90.635 89.018 167.903 138.018 5,34
8. Bulukumba 41.422 22.120 42.484 45.040 5.44
9. Takalar 1.500 16.796 16.559 24.236 5,51
10. Gowa 30.374 143.044 53.549 52.618 6,04
Jumlah 482.151 329.551 592.035 545.426 5,68
b. Jagung
Komoditas jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah beras dan
merupakan bahan baku pakan ternak. Tanaman jagung banyak diusahakan pada
lahan kering, lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah berpengairan tetapi sulit
mendapat pengairan karena posisinya agak tinggi, terutama pada musim tanam gadu.
Penanaman jagung untuk pantai Barat, Sulawesi Selatan biasanya dimulai pada bulan
Oktober dan panen akhir bulan Januari kemudian diikuti oleh jagung tanpa olah tanah
pada awal bulan Februari dan panen akhir Juni. Pada lahan kering yang tersedia
sumber air bisa dimanfaatkan menanam lagi pada awal Juli dan panen awal Oktober,
sedangkan untuk pantai Timur pada umumnya dua kali, bulan Oktober sampai Maret
dan bulan April sampai September.
Luas areal tanam, luas tanam dan produksi tanaman jagung pada 10
kabupaten di Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 4. Total luas areal tanam dan
panen di daerah survai yaitu 617.694 ha dan 173.179 ha dengan produktivitas rata-
rata hanya sekitar 4,76 t/ha. Produktivitas tertinggi di daerah sentra di Gowa, Pinrang,
dan Soppeng masing-masing mencapai 5,85; 5,85; dan 5,60 t/ha.
492
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 4. Luas areal tanam, luas panen, dan produktivitas tanaman jagung pada
10 kabupaten di Sulawesi Selatan
Luas Lahan
Lahan Lahan Luas Luas Produktivitas
No. Kabupaten
kering Sawah Tanam Panen (t/ha)
(ha)
1. Maros 12.489 30.712 4.963 5.124 4,78
2. Pangkep 7.291 8.640 2.175 1.841 3,48
3. Barru 43.600 13.218 407 1.385 3,82
4. Sidrap 21.687 44.689 20.034 10.117 5,60
5. Pinrang 79.661 48.709 18.351 14.230 5,85
6. Soppeng 40.822 25.275 7.742 7.268 5.68
7. Bone 90.635 89.018 81.363 50.212 5.02
8. Bulukumba 2.164 20.294 25.129 34.124 3,58
9. Takalar 1.500 16.796 7.767 7.709 3.94
10. Gowa 30.374 143.044 43.170 41169 5,85
Jumlah 1,828,723 17,219,6 617,694 173,17 4,76
Sejalan dengan kajian Herniwati dan Kadir (2009) diperoleh bahwa pengembangan
jagung pada wilayah yang cukup luas berada di kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, Wajo. Sementara untuk komoditas padi hampir
dapat dijumpai di semua daerah, namun pengembangannya terutama difokuskan di
daerah Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, dan Luwu (BOSOWASIPILU).
Untuk pengembangan tanaman perkebunan seperti, kakao diarahkan ke daerah Luwu
dan Pinrang yang kondisi iklimnya relatif basah, curah hujan tinggi dan merata. Kopi
arabika dikembangkan di daerah ketinggian > 1.000 m dpl, antara lain, di daerah
Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Sinjai, dan Luwu. Pengembangan kelapa sawit
ditujukan ke daerah-daerah relatif basah meliputi: Luwu,Sinjai,dan Bulukumba. Untuk
komoditas tebu, pengembangannya di wilayah-wilayah dengan jumlah bulan kering
tegas antara lain, di daerah Takalar, Gowa dan Bone. Demikian pula dengan kapas
diarahkan ke daerah-daerah relatif kering (tegas) seperti, Gowa, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, dan Wajo. Sayuran dan buah-buahan dataran
tinggi diarahkan ke daerah ketinggian seperti, Enrekang, Gowa (Malino) dan Sinjai
serta beberapa wilayah dataran rendah.
c. Kacang Tanah
Sulawesi Selatan merupakan wilayah pengembangan tanaman pangan di
antaranya komoditas kacang tanah. Komoditas ini berpeluang untuk dikembangkan
karena didukung dan disukai petani, sumberdaya lahan baik lahan kering maupun
lahan sawah. Data pada Tabel 5 terlihat bahwa potensi sumberdaya lahan tersebut
493
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..
tercatat luas tanam dan luas panen kacang tanah masing-masing mencapai 30.286 ha
dan 22.218 ha, Kabupaten Bone, Bulukumba, dan Maros tergolong sentra penghasil
kacang tanah di Sulawesi Selatan dengan tingkat produktivitas rata-rata mencapai 1,83
t/ha. Sedangkan daerah dengan produktivitas tertinggi adalah Sidrap, Pangkep dan
Bulukumba masing-masing 2,98; 2,36; 2,22 t/ha.
Tabel 5. Luas areal tanam, luas panen, dan produksi tanaman kacang tanah pada
10 kabupaten di Sulawesi Selatan
Luas lahan
Lahan Lahan Luas Luas Produktivitas
No Kabupaten
kering sawah tanam panen (t/ha)
(ha)
1. Maros 12.489 30.712 3.176 3.465 1,56
2. Pangkep 7.291 8.640 1.047 1.039 2,36
3. Barru 43.600 13.218 934 1.764 1,23
4. Sidrap 21.687 44.689 688 489 2,98
5. Pinrang 79.661 48.709 - 86 1,54
6. Soppeng 40.822 25.275 223 222 1,81
7. Bone 9.635 89.018 19.424 9.594 1,69
8. Bulukumba 2.164 20.294 4.094 3.878 2,22
9. Takalar 1.500 16.796 - 1.328 1,05
10. Gowa 30.374 143.044 700 353 1,85
Jumlah 249.223 440.395 30.286 22.218 1,83
d. Kakao
Pada Tabel 6 tampak bahwa total luas areal kakao yang ada di daerah ini
mencapai 89.864 ha dengan produksi 43.518 t. Luas areal dan produksi terbesar
tercatat di kabupaten Bone (30.625 ha dan 15.644 t), Pinrang (22.962 ha dan 10.599
t), menyusul kabupaten Soppeng (15.768 ha dan 7.036 ha). Ketiga daerah tersebut
merupakan daerah pusat penghasil kakao di Sulawesi Selatan, menyumbang sekitar
76 % dari total produksi 10 kabupaten yan disurvai. Namun tingkat produktivitas rata-
rata yang dicapai masih rendah, baru sekitar 0,70 t/ha.
494
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
e. Kemiri
Data potensi luas areal, produksi dan produktivitas komoditas kemiri tertera
pada Tabel 7. Total areal pertanaman kemiri pada 10 kabupaten adalah 26.482 ha,
dengan produksi 16.013 t.
Kabupaten Maros dan Bone merupakan pusat penghasil kemiri. Walaupun rata-
rata produktivitasnya masih rendah, 0,71 t/ha, namun total produksi yang dihasilkan
kedua daerah tersebut mencapai 11.482 t atau sekitar 72% dari total produksi yang
dihasilkan pada 10 daerah yang disurvai.
f. Jambu Mete
Berikut ini disajikan data pertanaman jambu mete pada 10 kabupaten di
Sulawesi Selatan (Tabel 8).
495
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..
Tabel 8. Luas areal tanaman, dan produksi jambu mete pada 10 kabupaten
di Sulawesi Selatan.
Selanjutnya pada tabel tersebut terlihat bahwa areal pengembangan jambu mete di
Sulawesi Selatan, khsususnya pada 10 kabupaten yang disurvai mencapai luas 35.793
ha, terdiri dari areal tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan
(TM), tanaman tua/rusak (TT/TR). Kabupaten Bulukumba, Pangkep, dan Sidrap
merupakan sentra penghasil utama jambu mete dengan produktivitas rata-rata
mencapai 0,82 t/ha dan produksi sekitar 25.275 t atau 76 % dari total yang
dihasilkan pada 10 kabupaten yang disurvei.
496
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
g. Kelapa Dalam
Luas areal dan total produksi kelapa dalam pada 10 kabupaten adalah 46.686
ha dan 40.486 t kopra per tahun. Kabupaten Bulukumba, Bone, dan Pinrang
merupakan pusat penghasil kelapa dengan produktivitas rata-rata sekitar 1,04 t/ha dan
produksi masing-masing 13.700; 9.479; dan 5.752 t per tahun, atau sejumlah
28.931 t (71 %) dari total produksi 10 kabupaten yang diamati (Tabel 9).
h. Kayu Olahan
Kayu olahan diperoleh dari beberapa areal hutan yang ada di daerah,
khususnya dari hutan produksi. Pada Tabel 10 di bawah ini tampak bahwa daerah
Bone memiliki potensi areal hutan tertinggi 145.053 ha kemudian Sidrap 105.006 ha,
Pinrang 72.831 ha, Maros 68.509 ha, dan Barru 65.185 ha.
497
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..
Kesimpulan
1. Terdapat keragaman areal pengembangan komoditas pertanian berdasarkan
agroekosistem lahan di Sulawesi Selatan.
2. Komoditas-komoditas pangan diusahakan pada lahan kering, lahan sawah tadah
hujan, dan lahan sawah berpengairan, baik di wilayah pantai Timur maupun Barat.
Sedangkan, pengembangan komoditas perkebunan dan kehutanan difokuskan di
daerah yang beriklim relatif basah, curah hujan tinggi dan merata.
3. Produktivitas rata-rata pertanian pangan, perkebunan dan kehutanan relatif
belum memadai dan bervariasi, banyak dipengaruhi oleh kondisi lahan dan luas
pertanaman, serta luas panen.
Saran
Diperlukan dukungan yang lebih intensif dari stakeholder terkait peningkatan
produktivitas komoditas-komoditas andalan di wilayah sentra pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VII Makassar, 2003. Master Plan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Propinsi Sulawesi Selatan.
498
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Bambang, 2008. Jambu Mete. Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani, Kanisius
Jakarta. 118 p.
BPS, 2008. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Selatan.
Distan Propinsi Sulawesi Selatan, 2009. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Prop. Sulawesi Selatan.
Herniwati dan S.Kadir, 2009. Potensi Iklim, Sumberdaya lahan dan Pola Tanam di
Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian
Tanaman Serealia.
Irawan B, 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan
Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 23 No.1. Juli 2005 :
1-18.
499