You are on page 1of 13

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN


PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH
DI SULAWESI SELATAN

M. Basir Nappu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

ABSTRAK

Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 45.764,53 km2 (BPS 2008), memiliki sumber daya lahan
dan iklim yang bervariasi. Keragaman karakteristik sumber daya lahan dan iklim merupakan
potensi untuk memproduksi komoditas pertanian unggulan di masing-masing wilayah sesuai
dengan kondisi agroekosistemnya. Kajian bertujuan untuk mengetahui keragaan pemanfaatan
areal sumberdaya lahan dan tingkat prduktivitas tanaman pertanian pada berbagai daerah di
Sulawesi Selatan. Kegiatan dilaksanakan di 10 kabupaten yakni kabupaten Maros, Pangkep,
Barru, Pinrang, Sidrap, Bone, Soppeng, Bulukumba, Takalar dan Gowa, berlangsung mulai
bulan April sampai Juli 2010. Kajian dilaksanakan dengan metode survai pada setiap
kabupaten. Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan primer. Data yang diperoleh
dianalisa dan disajikan secara diskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat keragaman
pengembangan komoditas pertanian berdasarkan agroekosistem lahan. Lebih dari 50%
pengembangan komoditas padi di daerah Bone, Sidrap dan Pinrang. Areal pengembangan
jagung (>71%) terdapat di daerah Bone, Gowa dan Bulukumba, sedangkan kacang tanah pada
daerah Bone, Maros dan Bulukumba. Penggunaan lahan untuk komoditas kakao dan kemiri
banyak ditemukan di daerah Bone, Pinrang dan Soppeng; jambu mete di daerah Bulukumba,
Pangkep dan Sidrap; kelapa dalam di Bulukumba, Bone dan Pinrang; serta kayu olahan di
daerah Maros, Barru, Sidrap, Pinrang dan Bone. Produktivitas pertanian pangan, perkebunan
dan kehutanan relatif belum memadai dan bervariasi antar daerah.

Kata kunci: sumberdaya lahan, areal, produktivitas, tanaman

PENDAHULUAN

Sumberdaya lahan merupakan bagian dari sumberdaya alam yang sangat


penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan
manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, pemukiman, jalan untuk transportasi,
daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan
ilmiah. Sitorus (2001) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai
lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di
atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu
sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang
dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya
(Mather 1986 dalam Siswanto 2006)

487
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..

Secara garis besar manfaat lahan pertanian dapat dibagi atas 2 kategori yaitu:
Pertama, use values atau nilai penggunaan atau disebut personal use values.
Manfaat ini dihasilkan dari kegiatan eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan
pada sumberdaya lahan pertanian. Kedua, non-use values atau disebut sebagai
intrinsic values atau manfaat bawaan. Yang termasuk kategori manfaat adalah
berbagai manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan
dari kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan (Irawan 2005). Secara
keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya
lahan dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan akan
sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan
peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi 2001 dalam Siswanto 2006).
Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada
lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas
kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi
penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah,
kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi.
Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 45.764,53 km2 (BPS 2008), memiliki
sumber daya lahan dan iklim (jenis tanah, bahan induk, fisiologi dan bentuk wilayah,
ketinggian tempat, dan iklim) yang sangat bervariasi. Keragaman karakteristik sumber
daya lahan dan iklim merupakan potensi untuk memproduksi komoditas pertanian
unggulan di masing-masing wilayah sesuai dengan kondisi agroekosistemnya.
Terdapat 399.173 ha luas lahan yang tersedia dan dapat dikembangkan untuk
kegiatan pertanian. Dari luas lahan tersebut. 266.045 ha (66%) diarahkan untuk
komoditas tanaman tahunan, 69.725 ha (17,5%) untuk komoditas tanaman semusim
dan 63.403 (15,9%) diarahkan untuk komoditas padi sawah (Anonim 2012).
Optimalisasi penggunaan sumber daya lahan merupakan suatu alternatif untuk
meningkatkan produktivitas lahan (Syafruddin et al. 2004). Penggunaan lahan di
Sulawesi Selatan umumnya masih didominasi untuk usaha pertanian baik untuk
tanaman semusim maupun tahunan, juga untuk peternakan dan perikanan.
Keragaman penggunaan lahan dan kegiatan pertanian di suatu wilayah disebabkan
oleh adanya perbedaan kondisi agroekosistem yang berkaitan dengan aspek iklim dan
tanah sebagai penentu terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Conway
1987).
Tulisan ini memuat keragaan pemanfaatan areal sumberdaya lahan dan tingkat
prduktivitas tanaman pertanian pada berbagai daerah di Sulawesi Selatan.
Diharapkan data dan informasi yang disajikan dapat menjadi bahan acuan untuk

488
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

menentukan teknologi pengelolaan yang tepat menuju pengembangan pertanian yang


berkelanjutan di Sulawesi Selatan.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu


Kegiatan ini dilaksanakan pada sepuluh kabupaten di Sulawesi Selatan yakni
kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Pinrang, Sidrap, Bone, Soppeng, Bulukumba,
Takalar dan Gowa. Berlangsung mulai bulan April sampai Juli 2010.

Metode
Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode survai dan observasi pada setiap
kabupaten. Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan primer. Data
sekunder diperoleh dari instansi terkait, sedangkan data primer diperoleh melalui
wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner semi struktur dan
pengukuran, di samping pengamatan langsung di lapangan. Penarikan sampel secara
purpossive sampling dengan pertimbangan sampel merupakan key informan yang
dapat memberikan data yang diperlukan. Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan
secara diskriptif.

Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan survai dan observasi ini meliputi data
sekunder yang terdiri dari luas panen dan produksi tanaman, sedangkan data primer
berdasarkan pengamatan dan observasi langsung di lapangan, wawancara berbagai
informan kunci pada masing-masing kabupaten. Selanjutnya, data dianalisis
menggunakan statistik sederhana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Sumberdaya Lahan


Potensi sumberdaya lahan mencakup lahan kering, lahan sawah dan kawasan
hutan, disajikan pada Tabel 1. Total luas sumberdaya lahan pada 10 kabupaten adalah
1.382.685 ha, terdiri dari lahan kering 482.151 ha, lahan sawah 329.551 ha dan
kawasan hutan 570.983 ha. Kabupaten Bone, Gowa dan Pinrang merupakan 3
kabupaten yang memiliki potensi sumberdaya lahan terluas (200.000 – 300.000 ha),

489
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..

sementara Takalar dan Pangkep menempati posisi yang memiliki sumberdaya lahan
dengan luas paling rendah (< 50.000 ha).

Tabel 1. Potensi sumberdaya lahan pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan

Sumberdaya Lahan (ha)


Kabupaten Lahan Lahan Kawasan Jumlah
Kering Sawah Hutan
Maros 12.489 30.712 68.509 111.710
Pangkep 7.291 8.640 32.503 48.434
Barru 43.600 13.218 65.185 122.003
Sidrap 21.687 44.689 71.177 137.553
Pinrang 79.661 48.709 71.831 200.201
Soppeng 40.822 25.275 - 66.097
Bone 90.635 89.018 139.219 318.872
Bulukumba 41.422 22.120 7.013 70.555
Takalar 1.500 16.796 - 18.296
Gowa 30.374 143.044 63.099 236.517
Jumlah 482.151 329.551 570.983 1.382.685

Potensi Sumberdaya Tanaman Pertanian dan Kehutanan


Data keragaan potensi sumberdaya tanaman pertanian dan kehutanan pada 10
kabupaten di Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut tampak bahwa
padi dan jagung merupakan komoditas utama sumberdaya tanaman yang sangat potensial
dikembangkan. Produksi kedua komoditas tersebut masing-masing mencapai lebih dari 3
juta t dan 800 ribu t per tahun. Sentra utama penghasil komoditas padi adalah Pinrang,
Sidrap dan Bone dengan jumlah produksi padi mencapai 1.792.007 t dan produksi jagung
30.442 t per tahun. Kayu olahan dan kemiri juga bisa diandalkan sebagai komoditas yang
berpotensi untuk dikembangkan dengan produksi masing-masing > 60.000 t per tahun.

490
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

Tabel 2. Keragaan potensi sumberdaya tanaman pertanian dan kehutanan, pada


10 kabupaten di Sulawesi Selatan

Kacang Jambu Kelapa Kayu


No. Kabupaten Padi Jagung Kakao Kemiri
tanah mete dalam olahan
42.342 5.124 3.465 1.465 9.620 2.018 368
AP
1 Maros*)
224.391 24.473 5.405 39 43.335 61 14
Produksi 44.588
22.650 1.841 1.039 237 834 7.191 4.346
AP -
2 Pangkep
128.017 5.700 2.456 29 632 5.848 4.277
Produksi -
18.053 1.385 1.764 862 2.180 5.278 1.939
AP -
3 Barru
99.235 5.292 1.896 309 1.122 2.433 1.149
Produksi -
75.074 10.117 489 9.264 1.585 3.433 2.845
AP -
4 Sidrap
481.651 56.610 1.457 4.575 551 3.517 3.778
Produksi -
86.721 14.230 86 22.692 - - 10.733
AP -
5 Pinrang
506.974 81.581 134 10.599 - - 5.752
Produksi -
40.674 7.268 222 15.769 2.853 4.669 4.112
AP -
6 Soppeng
257.450 41.293 401 7.036 2.776 1.345 3.650
Produksi 4.630
138.018 50.212 9.594 30.625 9.150 8.242 12.005 -
AP
7 Bone
803.472 252.251 16.214 15.644 7.148 2.872 9.479 1.776
Produksi
45.040 34.124 3.878 6.968 3.846 6.832
AP - -
8 Bulukumba
245.185 122.027 8.623 452
Produksi - 15.910 13.700 8.250
9 24.236 7.709 1.328 36 255 1.790 1.553
AP -
Takalar
133.549 30.398 1.398 14 53 995 1.119
Produksi 482
52.618 41.169 353 1.947 1.116 1.116 1.953
AP -
10 Gowa
317.793 240.927 654 752 84 84 977
Produksi 1.125
AP 545.426 173.179 22.218 89.864 27.593 33.150 46.686 -
Jumlah
Produksi 3.197.717 860.552 38.638 43.518 61.384 33.117 40.486 60.851
Keterangan ;
AP = Areal Panen (ha); Produksi (t)
*) = Termasuk Kota Makassar

Keragaan Produktivitas Pertanian Pada 10 Kabupaten Di Sulawesi Selatan

a. Padi
Komoditas padi merupakan tanaman pangan utama, banyak diusahakan pada
lahan sawah tadah hujan serta pada lahan sawah berpengairan, disajikan pada Tabel
3.
Total areal lahan sawah di daerah survai seluas 329.551 ha, 182.416 ha
(> 50 %) terdapat di wilayah kabupaten Bone, Pinrang dan Sidrap. Total areal tanam
untuk sepuluh kabupaten tersebut seluas 592.035 ha dengan produktivitas rata-rata
hanya 5,68 t/ha. Kabupaten Sidrap, Soppeng dan Gowa mencapai produktivitas
tertinggi masing-masing 6,42; 6,33; dan 6,04 t/ha.

491
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..

Tabel 3. Luas areal tanam, luas panen, dan produktivitas tanaman padi pada
10 kabupaten di Sulawesi Selatan

Luas Areal
Lahan Lahan Luas Luas Produktivitas
No. Kabupaten
kering sawah tanam panen (t/ha)
(ha)
1. Maros 12.489 30.712 42.293 42.342 5,30
2. Pangkep 7.291 8.640 30.579 22.650 5,09
3. Barru 43.600 13.218 13.165 18.053 5,50
4. Sidrap 21.687 44.689 81.435 75.074 6,42
5. Pinrang 79.661 48.709 96.892 86.721 5,85
6. Soppeng 40.822 25.275 47.176 40.674 6,33
7. Bone 90.635 89.018 167.903 138.018 5,34
8. Bulukumba 41.422 22.120 42.484 45.040 5.44
9. Takalar 1.500 16.796 16.559 24.236 5,51
10. Gowa 30.374 143.044 53.549 52.618 6,04
Jumlah 482.151 329.551 592.035 545.426 5,68

b. Jagung
Komoditas jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah beras dan
merupakan bahan baku pakan ternak. Tanaman jagung banyak diusahakan pada
lahan kering, lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah berpengairan tetapi sulit
mendapat pengairan karena posisinya agak tinggi, terutama pada musim tanam gadu.
Penanaman jagung untuk pantai Barat, Sulawesi Selatan biasanya dimulai pada bulan
Oktober dan panen akhir bulan Januari kemudian diikuti oleh jagung tanpa olah tanah
pada awal bulan Februari dan panen akhir Juni. Pada lahan kering yang tersedia
sumber air bisa dimanfaatkan menanam lagi pada awal Juli dan panen awal Oktober,
sedangkan untuk pantai Timur pada umumnya dua kali, bulan Oktober sampai Maret
dan bulan April sampai September.
Luas areal tanam, luas tanam dan produksi tanaman jagung pada 10
kabupaten di Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 4. Total luas areal tanam dan
panen di daerah survai yaitu 617.694 ha dan 173.179 ha dengan produktivitas rata-
rata hanya sekitar 4,76 t/ha. Produktivitas tertinggi di daerah sentra di Gowa, Pinrang,
dan Soppeng masing-masing mencapai 5,85; 5,85; dan 5,60 t/ha.

492
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

Tabel 4. Luas areal tanam, luas panen, dan produktivitas tanaman jagung pada
10 kabupaten di Sulawesi Selatan

Luas Lahan
Lahan Lahan Luas Luas Produktivitas
No. Kabupaten
kering Sawah Tanam Panen (t/ha)
(ha)
1. Maros 12.489 30.712 4.963 5.124 4,78
2. Pangkep 7.291 8.640 2.175 1.841 3,48
3. Barru 43.600 13.218 407 1.385 3,82
4. Sidrap 21.687 44.689 20.034 10.117 5,60
5. Pinrang 79.661 48.709 18.351 14.230 5,85
6. Soppeng 40.822 25.275 7.742 7.268 5.68
7. Bone 90.635 89.018 81.363 50.212 5.02
8. Bulukumba 2.164 20.294 25.129 34.124 3,58
9. Takalar 1.500 16.796 7.767 7.709 3.94
10. Gowa 30.374 143.044 43.170 41169 5,85
Jumlah 1,828,723 17,219,6 617,694 173,17 4,76

Sejalan dengan kajian Herniwati dan Kadir (2009) diperoleh bahwa pengembangan
jagung pada wilayah yang cukup luas berada di kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, Wajo. Sementara untuk komoditas padi hampir
dapat dijumpai di semua daerah, namun pengembangannya terutama difokuskan di
daerah Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, dan Luwu (BOSOWASIPILU).
Untuk pengembangan tanaman perkebunan seperti, kakao diarahkan ke daerah Luwu
dan Pinrang yang kondisi iklimnya relatif basah, curah hujan tinggi dan merata. Kopi
arabika dikembangkan di daerah ketinggian > 1.000 m dpl, antara lain, di daerah
Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Sinjai, dan Luwu. Pengembangan kelapa sawit
ditujukan ke daerah-daerah relatif basah meliputi: Luwu,Sinjai,dan Bulukumba. Untuk
komoditas tebu, pengembangannya di wilayah-wilayah dengan jumlah bulan kering
tegas antara lain, di daerah Takalar, Gowa dan Bone. Demikian pula dengan kapas
diarahkan ke daerah-daerah relatif kering (tegas) seperti, Gowa, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, dan Wajo. Sayuran dan buah-buahan dataran
tinggi diarahkan ke daerah ketinggian seperti, Enrekang, Gowa (Malino) dan Sinjai
serta beberapa wilayah dataran rendah.

c. Kacang Tanah
Sulawesi Selatan merupakan wilayah pengembangan tanaman pangan di
antaranya komoditas kacang tanah. Komoditas ini berpeluang untuk dikembangkan
karena didukung dan disukai petani, sumberdaya lahan baik lahan kering maupun
lahan sawah. Data pada Tabel 5 terlihat bahwa potensi sumberdaya lahan tersebut

493
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..

tercatat luas tanam dan luas panen kacang tanah masing-masing mencapai 30.286 ha
dan 22.218 ha, Kabupaten Bone, Bulukumba, dan Maros tergolong sentra penghasil
kacang tanah di Sulawesi Selatan dengan tingkat produktivitas rata-rata mencapai 1,83
t/ha. Sedangkan daerah dengan produktivitas tertinggi adalah Sidrap, Pangkep dan
Bulukumba masing-masing 2,98; 2,36; 2,22 t/ha.

Tabel 5. Luas areal tanam, luas panen, dan produksi tanaman kacang tanah pada
10 kabupaten di Sulawesi Selatan

Luas lahan
Lahan Lahan Luas Luas Produktivitas
No Kabupaten
kering sawah tanam panen (t/ha)
(ha)
1. Maros 12.489 30.712 3.176 3.465 1,56
2. Pangkep 7.291 8.640 1.047 1.039 2,36
3. Barru 43.600 13.218 934 1.764 1,23
4. Sidrap 21.687 44.689 688 489 2,98
5. Pinrang 79.661 48.709 - 86 1,54
6. Soppeng 40.822 25.275 223 222 1,81
7. Bone 9.635 89.018 19.424 9.594 1,69
8. Bulukumba 2.164 20.294 4.094 3.878 2,22
9. Takalar 1.500 16.796 - 1.328 1,05
10. Gowa 30.374 143.044 700 353 1,85
Jumlah 249.223 440.395 30.286 22.218 1,83

d. Kakao
Pada Tabel 6 tampak bahwa total luas areal kakao yang ada di daerah ini
mencapai 89.864 ha dengan produksi 43.518 t. Luas areal dan produksi terbesar
tercatat di kabupaten Bone (30.625 ha dan 15.644 t), Pinrang (22.962 ha dan 10.599
t), menyusul kabupaten Soppeng (15.768 ha dan 7.036 ha). Ketiga daerah tersebut
merupakan daerah pusat penghasil kakao di Sulawesi Selatan, menyumbang sekitar
76 % dari total produksi 10 kabupaten yan disurvai. Namun tingkat produktivitas rata-
rata yang dicapai masih rendah, baru sekitar 0,70 t/ha.

494
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

Tabel 6. Luas areal, produksi dan produktivitas kakao pada 10 kabupaten


di Sulawesi Selatan

Luas areal (ha) Produksi Produktivitas


No Kecamatan (t) (t/ha)
TBM TM TT/R Total
1. Maros 422 971 72 1.465 39,25 0,04
2. Pangkep - - - 237 28,90 0,89
3. Barru 68 673 120 861 344,90 0,51
4. Sidrap 2.519 5.554 1.189 9.264 4.574,97 0,82
5. Pinrang 930 14.650 7.112 22.692 10.599,00 0,72
6. Soppeng 4.316 8.837 2.618 15.768 7.036,13 0,89
7. Bone 1.081 25.150 4.394 30.625 15.644,00 0,50
8. Bulukumba 1.041 5.266 662 6.969 4.520,20 0,86
9. Takalar - - - 36 14,50 0,40
10. Gowa 730 1.156 51 1.946 752,22 0,21
Jumlah 11.107 62.257 16.218 89.863 43.554,07 0,58
Keterangan : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM= Tan.Menghasilkan;
TT/R = Tan. Tua/Rusak

e. Kemiri
Data potensi luas areal, produksi dan produktivitas komoditas kemiri tertera
pada Tabel 7. Total areal pertanaman kemiri pada 10 kabupaten adalah 26.482 ha,
dengan produksi 16.013 t.
Kabupaten Maros dan Bone merupakan pusat penghasil kemiri. Walaupun rata-
rata produktivitasnya masih rendah, 0,71 t/ha, namun total produksi yang dihasilkan
kedua daerah tersebut mencapai 11.482 t atau sekitar 72% dari total produksi yang
dihasilkan pada 10 daerah yang disurvai.

f. Jambu Mete
Berikut ini disajikan data pertanaman jambu mete pada 10 kabupaten di
Sulawesi Selatan (Tabel 8).

495
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..

Tabel 7. Luas areal tanaman,dan produksi kemiri pada 10 kabupaten


di Sulawesi Selatan

Luas areal (ha) Produksi Produktivitas


No. Kabupaten (t) (t/ha)
TBM TM TT/R Total
1. Maros 1.042,0 8.178,00 400,00 9.620 4.333,50 0,53
2. Pangkep - - - - - -
3. Barru 488,00 1.385,00 306,00 2.180 1.121,59 0,80
4. Sidrap 168,80 1.263,83 132,00 1.584,63 551,14 0,45
5. Pinrang - - - - - -
6. Soppeng 45,00 2.286,00 522,00 2.853,00 2.775,57 1,21
7. Bone 500,00 8.132,00 518,00 9.150,00 7.148,00 0,88
8. Bulukumba - - - - - -
9. Takalar - - - - - -
10. Gowa 3,00 783,00 330,00 1.116,00 83,56 0,94
Jumlah 2.246,8 22.027,8 2.208, 26.482,6 16.013,3 -
Keterangan : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM = Tan. Menghasilkan;
TT/R = Tan. Tua/Rusak

Tabel 8. Luas areal tanaman, dan produksi jambu mete pada 10 kabupaten
di Sulawesi Selatan.

Luas Areal (ha) Produk-


Produksi
No Kabupaten tivitas Ket.
TBM TM TT/R Total (t)
(t/ha)
1. Maros 418 1.428 172 2.018 61,00 0,04 Geld. Kering
2. Pangkep - - - 7.191 5.848,24 0,81 Geld. Kering
3. Barru 4 4.568 706 5.278 2.484,71 0,47 Geld. Kering
4. Sidrap 978 3.146 318 3.433 3.517,45 1,02 Geld. Kering
5. Pinrang - - - - - - -
6. Soppeng - 3.783 886 4.669 1.344,75 0,37
7. Bone 1.642 5.270 1.330 8.242 2.872,00 0,38
8. Bulukumba 70 2.539 1.237 3.846 15.910,0 0,63
9. Takalar - - - - - -
10 Gowa 3 783 330 1.116 83,56 0,94
Jumlah 3.115 21.45 4.101 35.793 32.121,7
Ket. : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM = Tan. Menghasilkan; TT/R =Tanaman Tua/Rusak

Selanjutnya pada tabel tersebut terlihat bahwa areal pengembangan jambu mete di
Sulawesi Selatan, khsususnya pada 10 kabupaten yang disurvai mencapai luas 35.793
ha, terdiri dari areal tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan
(TM), tanaman tua/rusak (TT/TR). Kabupaten Bulukumba, Pangkep, dan Sidrap
merupakan sentra penghasil utama jambu mete dengan produktivitas rata-rata
mencapai 0,82 t/ha dan produksi sekitar 25.275 t atau 76 % dari total yang
dihasilkan pada 10 kabupaten yang disurvei.

496
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

g. Kelapa Dalam
Luas areal dan total produksi kelapa dalam pada 10 kabupaten adalah 46.686
ha dan 40.486 t kopra per tahun. Kabupaten Bulukumba, Bone, dan Pinrang
merupakan pusat penghasil kelapa dengan produktivitas rata-rata sekitar 1,04 t/ha dan
produksi masing-masing 13.700; 9.479; dan 5.752 t per tahun, atau sejumlah
28.931 t (71 %) dari total produksi 10 kabupaten yang diamati (Tabel 9).

Tabel 9. Luas areal, produksi dan produktivitas kelapa dalam

Luas Areal (ha) Produksi Produktivitas


No. Kabupaten (t) (t/ha)
TBM TM TT/R Total
1. Maros 18 202 148 368 14,04
2. Pangkep - - - 4.346 4.277,00 1,17
3. Barru - - - 1.939 1.148,90 0,59
4. Sidrap 46 2.519 280 2.845 3.777,50 1,50
5. Pinrang 53 6.056 4.624 10.733 5.752,00 0,94
6. Soppeng 94 3.315 703 4.112 3.650,06 1,10
7. Bone 1.82 8.640 1.545 12.005 9.479,00 0,74
8. Bulukumba 276 3.763 2.793 6.832 13.700,00 1,45
9. Takalar - - - 1.553 1.110,50 -
10. Gowa 288 1.467 198 1.953 977,37 0,85
Jumlah 2.59 25..96 10.291 46.686 40.486,37
Ket. : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM = Tan. Menghasilkan; TT/R = Tan. Tua/Rusa

h. Kayu Olahan
Kayu olahan diperoleh dari beberapa areal hutan yang ada di daerah,
khususnya dari hutan produksi. Pada Tabel 10 di bawah ini tampak bahwa daerah
Bone memiliki potensi areal hutan tertinggi 145.053 ha kemudian Sidrap 105.006 ha,
Pinrang 72.831 ha, Maros 68.509 ha, dan Barru 65.185 ha.

497
M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya Lahan …..

Tabel 10. Luas areal kawasan hutan pada 10 kabupaten di SulawesiSelatan

Areal Hutan (ha)


No. Kabupaten Hutan Hutan Hutan
Total
lindung produksi konservasi
1. Maros 25.817 33.651 9.041 68.509
2. Pangkep 21.631 10.872 - 32.503
3. Barru 49.801 15.384 - 65.185
4. Sidrap 43.729 60.777 500 105.006
5. Pinrang 46.782 26.049 - 72.831
6. Soppeng 33.359 11.465 1.381 46.205
7. Bone 32.612 110.766 - 145.053
8. Bulukumba 3.538 1.440 - 4.978
9. Takalar 86 - 6.156 6.242
10. Gowa 24.226 35.564 - 63.099
Rataan 367.495 305.968 516.578 609.611

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Terdapat keragaman areal pengembangan komoditas pertanian berdasarkan
agroekosistem lahan di Sulawesi Selatan.
2. Komoditas-komoditas pangan diusahakan pada lahan kering, lahan sawah tadah
hujan, dan lahan sawah berpengairan, baik di wilayah pantai Timur maupun Barat.
Sedangkan, pengembangan komoditas perkebunan dan kehutanan difokuskan di
daerah yang beriklim relatif basah, curah hujan tinggi dan merata.
3. Produktivitas rata-rata pertanian pangan, perkebunan dan kehutanan relatif
belum memadai dan bervariasi, banyak dipengaruhi oleh kondisi lahan dan luas
pertanaman, serta luas panen.

Saran
Diperlukan dukungan yang lebih intensif dari stakeholder terkait peningkatan
produktivitas komoditas-komoditas andalan di wilayah sentra pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. www.litbang.deptan.go.id. Ketersediaan lahan untuk perkembangan


pertanian Indonesia. Diakses Tgl. 12 Desember 2012.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VII Makassar, 2003. Master Plan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Propinsi Sulawesi Selatan.

498
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

Bambang, 2008. Jambu Mete. Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani, Kanisius
Jakarta. 118 p.

BPS, 2008. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Selatan.

Conway, G. R. 1987. Rapid Rural Appraisal and Agroecosystem Analysis : A Case


Study from Nothern Pakistan. Proceding of the 1985 Internastional Confrence
on RRA. Rural System

Dirjen Peternakan, 2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak


Sapi dan Tanaman. Direktorat Jenderal Peternakan. Kementerian Pertanian,
Jakarta 53 p.

Disbun Propinsi Sulawesi Selatan, 2009. Laporan Tahunan Tanaman Perkebunan.


Dinas Perkebunan Prop. Sulawesi Selatan.

Distan Propinsi Sulawesi Selatan, 2009. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Prop. Sulawesi Selatan.

Djohana, S., 2008. Bertanam Kelapa. Kanisius, Jakarta. 120 p

Hendayana, R., 2007. Metode Identifikasi Sistem Usahatani (Farming system).


Makalah disampaikan pada Lokakarya Farming System Analysis. Bogor,
Tanggal 14 – 16 Nopember 2007, 15 halaman.

Herniwati dan S.Kadir, 2009. Potensi Iklim, Sumberdaya lahan dan Pola Tanam di
Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian
Tanaman Serealia.

Irawan B, 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan
Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 23 No.1. Juli 2005 :
1-18.

Soentoro, Mat Syukur, Sugiarto, Hendiarto, H. Supriyadi. 2002. Panduan Teknis


Pengembangan Kelembagaan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu. Badan
Litbang Pertanian, Departemen Pertanian., Jakarta.

Siswanto, 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. UPN Press. Surabaya.

Sitorus RPJ, 1878. Survei Sumberdaya Lahan.

Syafruddin, A.N. Kairupan, A. Negara, J. Limbongan. 2004. Penataan Sistem


Pertanian dan Penetapan Komoditas Unggulan Berdasarkan Zona Agroekologi
di Sulawesi Selatan. Penelitian dan pengembangan Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 23 (2), hal. 54-61.

499

You might also like