Professional Documents
Culture Documents
LP Minggu II
LP Minggu II
Disusun oleh :
EMRITHA DELLA
14420212124
CI INSTITUSI CI LAHAN
( ) ( )
1
tidak tenang. Peningkatan tekanan, frekuensi nadi, peningkatan atau
penurunan napas, diaforesis, dan perilaku distraksi, seperti menangis dan
merintih. Sedangkan rasa nyaman pada hipo/hipertermia merupakan suatu
keadaan yang di alami pasien dengan merasakan kedinginan atau
kepanasan yang ditandai dengan suhu dibawah 35,5 derajat celcius
(hipotermia) dan di atas 37 derajat celcius (hipertermia) (Setiadi, 2020).
Keamanan adalah suatu keadaan untuk mengurangi ancaman yang
ada dilingkungan sekitar klien. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit
itu sendiri, suhu, lingkungan, polusi udara, kecelakaan, dan akibat
pemaparan lingkungan. Aman adalah terbebas dari bahaya, gangguan,
terlindungi, tidak mengandung risiko (pengobatan), dan tentram (tidak
merasa takut atau khawatir). Perawat harus sadar dan tanggap terhadap
bahaya lingkungan yang dapat menimbulkan cedera bagi pasien.
Kecelakaan pada pasien dapat disebabkan oleh kesalahan pasien sendiri
maupun keadaan lingkungan yang berbahaya (Hapsari, 2013).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keamanan Dan Kenyamanan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
pasien antara lain adalah (Ngurah, 2020) :
a. Emosi kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
b. Status mobilisasi, keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury.
c. Gangguan persepsi sensory, mempengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan.
d. Keadaan imunitas, gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh
kurang sehingga mudah terserang penyakit.
e. Tingkat kesadaran, pada pasien koma, respon akan menurun terhadap
rangsangan, paralisis, disoreantasi dan kurang tidur.
f. Informasi atau komunikasi, gangguan komunikasi seperti aphasia atau
tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
2
g. Gangguan tingkat pengetahuan, kesadaran akan terjadi gangguan
keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
h. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional antibiotik dapat
menimbulkan resisten dan anaflaktik syok.
i. Status nutrisi keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan
dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat
beresiko terhadap penyakit tertentu.
j. Usia pembedaan perkembangan yang di temukan diantara kelompok
usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
k. Jenis kelamin secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
l. Kebudayaan keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyamanan yang mereka
punyai.
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukan kerusakan
3) Gangguan tidur
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
6) Posisi untuk mengurangi nyeri
7) Penurunan Tanda-tanda vital
b. Nyeri Kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada
diri sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
3
6) Takut cedera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
(Wahyudi, 2016).
4. Gangguan Rasa Aman Nyeri
a. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Menurut beberapa ahli,
nyeri diartikan sebagai berikut.
b. Fisiologi Nyeri
Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsang. Rerseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung safar sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki nyelin, dingin arteri, hati dan kadung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau
rangsagan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti
bradikini, hastamin, prostaglandin, dan macam-mcam asam yang
dilepas apabila terdapat berupa termal, listik atau mekanis.
c. Klasifikasi Nyeri
Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan
nyeri kronis. Nyeri akut merpakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilangkan, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandi
adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang
timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang
cukup lama,yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam nyeri kronis
ini adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis
(Wahyudi, 2016).
4
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh bebrapa hal, antara
lain (Ngurah, 2020) :
a. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
berbagi faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
budaya, dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaiam yang sangat subyektif tempatnya
pafa korteks( pada funsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi
oleh faktor yang dapat memicu stimuli nociceptor.
c. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubunganya dengan intensitas nyeri yang dapat
emepengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain: alkohol,
obat-obatan, hipnotis, dan lain-lain. Sedangakan faktor yang dapat
menurunkan toleransi nyeri antra lain: kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain
d. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan brntuk respons seseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit.
Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental,
rasa takut, cemas, usia dan lain-lain.
5
6. Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Rasa Aman
Dan Nyaman :
a. Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh
kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar
dialami pasien lansia.
b. Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen
akan mempengaruhi keamanan pasien.
c. Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata
pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi
kenyamanan pasien rawat inap (Kasiati, 2016).
7. Penanganan Nyeri
a. Penanganan nyeri farmakologis
1) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti
morfin dan kodien. Narkotik dapat memberikan efek penurunan
nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengaktifkan penekan nyeri
endogen pada susunan safar pusat. Namun penggunaan obat ini
menimbulkan efek menekan pusat pernapasaan di medulla batang
otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap perubahan
dalam status pernapasaan jika menggunakan analgesic jenis ini
2) Analgesik non narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan
ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti
inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari
jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek samping yang paling
umum terjadi adalah gangguan pecernaan seperti adanya ulkus
gaster dan perubahan gaster.
6
b. Penanganan nyeri non farmakologi
1) Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien apada
sesuatu selain nyeri, atau dapat diperhatiakan alin bahwa distraksi
adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke ahal-hal di
luar nyeri. Dengan demikian, diharapakan pasien tidak terfokus
pada nyeri lagi dan dapat menunurukan kewaspadan pasien
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Distraksi diduga dapat menurunakan presepsi nyeri dengan
menstimulasi system control desenden, yang mengakibatakan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan
distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan
memgbangkitkan input sensori selain nyeri. Berikut jenis-jenis
distraksi :
a) Distraksi visual/penglihatan
Yaitu pengalihan perhatikan selain nyeri yang diarahkan ke
dalam tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan.
b) Distraksi audio/pendengaran
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan dalam
tindakan melalui organ pendengaran.
c) Distraksi intelektual
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan ke
dalam tindakan-tindakan dengan menggunakan daya intelektual
yang pasien miliki
2) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan
toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sedehana terdiri
atas napa abdomen dengan fekuensi lambat, berirama. Pasien dapat
memjamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman.
Irama yang kostan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam
7
hati dan lambat bersama setiap inhalasi("hirup, dua. tiga) dan
ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan
ini, sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama
pasien pada awalnya. Napas yang lambat, berirama, juga dapat
digunakan sebagai teknik distraksi. Hamper semua orang dengan
nyeri mendapatkan manfaat dari metode-metode relaksasi. Periode
relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan
dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyri akut yang
meningkatkan nyeri.
3) Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah mengguakan imajinasi seseorang
dalam efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi
yang cukup. Upayakan kondisi lingkungan klien mendukung untuk
tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya
yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak menggangu
klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan cara
menutup matanya (Wahyudi, 2016).
8. Patofisiologi Nyeri
a. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana
jaringan tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory
neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yg
kuat edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan
prostaglandins.
b. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi
elektrik, proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik
mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C
dihantarkan dengan cepat ke substantia gelatinosa di dorsal horn dari
spinal cord ke otak melalui spinothalamic tracts thalamus dan
pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk reticular formation, limbic
system, dan somatosensory cortex.
8
c. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses
informasi dr pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan
nyeri individu mulai menyadari nyeri.
d. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh
melepaskan neuromodulator, seperti opioids (endorphins and
enkephalins), serotonin, norepinephrine & gamma aminobutyric acid
menghalangi /menghambat transmisi nyeri & membantu
menimbulkan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri
(Bahrudin, 2017).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan skala nyeri
b. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
c. Rontgen untuk mengetahui tulang dalam yang abnormal
d. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik
lainnya
e. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang parah diotak
f. EKG
g. MRI
(Wahyudi, 2016).
9
2. Tujuan Etik Keperawatan
Tujuan dari etik keperawatan adalah agar perawat dalam menjalankan
tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia. Secara umum, tujuan etik keperawatan yaitu:
a. Menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan
klien, perawat dengan perawat, perawat dengan profesi lain, juga
antara perawat dengan masyarakat.
b. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi manapun.
c. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa
pelayanan keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam
menjalankan tugas praktik keperawatan (Utami, 2016).
3. Prinsip Moral dalam Etik Keperawatan
a. Autonomy (Otonomi)
Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk
menentukan atau memutuskan sendiri sesuai hakikat manusia yang
mempunyai harga diri dan martabat.
b. Beneficience (Kebaikan)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi
pasien, tidak merugikan dan membahayakan pasien.
c. Justice (Keadilan)
Prinisp ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil tanpa memandang
jabatan, ras, maupun agama pasien yang ditanganinya.
d. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera pada fisik dan
psikologis pasien.
e. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang
sebenarnya dan tidak membohongi pasien.
10
f. Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
g. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas tanpa
terkecuali.
h. Fidelity (Kesetiaan)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya,
menepati janji, menyimpan rahasia, serta peduli terhadap pasien dan
keluarganya.
(Utami, 2016).
11
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan
beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka rasa tidak nyaman
seperti nyeri.
a) Perilaku non verbal: Beberapa perilaku non verbal yang dapat
kita amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit
bibir bawah, dll.
b) Kualitas: Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan
kualitas dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang
dia ketahui.
c) Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang
meningkatkan nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim,
kegiatan yang tiba-tiba.
d) Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
e) Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan
nyeri mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval
tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f) Karakteristik nyeri (PQRST)
- P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan
ringannya nyeri
- Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul,
atau tersayat)
- R (region) : daerah perjalanan nyeri
- S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
- T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
g) Pengkajian Skala Nyeri
- Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
- Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
12
- Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas
secara mandiri)
h) Pemeriksaan Fisik
- Ekspresi wajah : Menutup mata rapat-rapat, membuka mata
lebar-lebar, menggigit bibir dibawah
- Verbal : Menangis, berteriak
- Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi,pernafasan
- Ekstremitas : Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi
tempat atau rasa yang tidak nyaman.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman
b. Nyeri
c. Gangguan pola tidur
d. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional
RENCANA
NO Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
rasa nyaman intervensi Observasi - Untuk
keperawatan - Identifikasi lokasi, mengetahui lokasi
selama 3x 24 jam karakteristik, karakteristik,
dengan durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas, intensitas kualitas,
- Keluhan tidak nyeri intensitas nyeri
nyaman - Identifikasi skala - Untuk
menurun nyeri mengetahui skala
- Gelisah - Identifikasi respon nilai 1-10 nyeri
menurun nyeri non verbal - Untuk melihat
- Keluhan sulit - Identifikasi faktor bagaimana respon
tidur menurun yang memperberat nyeri klien
- Kelelahan dan memperingan - Untuk
13
menurun nyeri mengetahui hal
Terapeutik yang dapat
- Berikan teknik meringankan atau
non farmakologis memperberat
untuk mengurangi nyeri
nyeri Terapeutik
Edukasi: - Tindakan ini
- Jelaskan strategi memungkinkan
meredakan nyeri klien
Kolaborasi mendapatkan rasa
- Kolaborasi kontrol terhadap
pemberian nyeri
analgesic Edukasi
- Untuk
memberikan
pemahaman
mengenai cara
meredakan nyeri
Kolaborasi
- Untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dialami klien
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
intervensi Observasi - Untuk
keperawatan - Identifikasi lokasi, mengetahui lokasi
selama 3x 24 jam karakteristik, karakteristik,
dengan durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : kualitas, intensitas kualitas,
- skala nyeri klien nyeri intensitas nyeri
0-2. - Identifikasi skala - Untuk
14
- Expresi wajah nyeri mengetahui skala
klien tenang. - Identifikasi respon nilai 1-10 nyeri
- Postur tubuh nyeri non verbal - Untuk melihat
rileks. - Identifikasi faktor bagaimana respon
- Dapat yang memperberat nyeri klien
tidur/istirahat dan meringankan - Untuk
dengan cukup. nyeri mengetahui hal
- Klien Terapeutik yang dapat
menyatakan - Berikan teknik meringankan atau
nyeri hilang. nonfarmakologi memperberat
untuk mengurangi nyeri
nyeri Terapeutik
- Kontrol - Tindakan ini
lingkungan yang memungkinkan
memperberat nyeri klien
Edukasi mendapatkan rasa
- Jelaskan kontrol terhadap
penyebab, periode nyeri
dan pemicu nyeri - Untuk
- Anjurkan mengontrol
menggunkaan lingkungan yang
analgetik secara dapat
tepat memperberat
Kolaborasi nyeri
- Kolaborasi Edukasi
pemberian - Untuk menambah
analgetik, jika pengetahuan klien
perlu tentang
penyakitnya
- Untuk
mengajarkan
15
klien mengenai
pemberian
analgesik
Kolaborasi
- Untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dialami klien
3 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan tidur: Observasi
Pola Tidur tindakan Observasi - Untuk mengetahui
keperawatan - Identifikasi pola pola aktivitas
selama 3 x 24 jam aktivitas tidur tidur
diharapkan pola - Identifikasi faktor - Untuk mengetahui
tidur kembali pengganggu tidur faktor
normal dengan (fisik/psikologis) pengganggu tidur
kriteria hasil - Identifikasi obat - Untuk mengetahui
sebagai berikut: tidur yang obat tidur yang
- Pola tidur dikonsumsi dikonsumsi
kembali normal Terapeutik Terapeutik
- Aktivitas - Modifikasi - Untuk mengatasi
kembali normal lingkungan (mis. lingkungan yang
Pencahayaan, dapat
kebisingan, suhu, mengganggu pola
dan tempat tidur) tidur
- Tetapkan jadwal - Untuk
tidur rutin mendapatkan
- Fasilitasi kualitas tidur
menghilangkan yang optimal
stress sebelum - Untuk
tidur menghilangkan
stress sebelum
16
Edukasi tidur
- Ajarkan teknik Edukasi
relaksasi - Untuk membantu
Edukasi menangani
Aktivitas/istirahat: kesulitan tidur
Terapeutik
- Sediakan materi Terapeutik
dan media - Untuk mengatur
pengaturan aktivitas dan
aktivitas dan istirahat klien
istirahat Edukasi
Edukasi - Untuk menambah
- Jelaskan pengetahuan klien
pentingnya tentang
melakukan pentingnya
aktivitas aktivitas/ olahraga
fisik/olahraga rutin
secara rutin - Klien dapat
- Ajarkan cara mengidentifikasi
mengidentifikasi kebutuhan
kebutuhan istirahat istirahat secara
(mis. Kelelahan, mandiri
sesak nafas saat
aktivitas)
4 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi Observasi
Aktivitas intervensi Observasi - Untuk mengetahui
keperawatan - Identifikasi gangguan fungsi
selama 3x 24 jam gangguan fungsi tubuh yang
dengan Kriteria tubuh yang mengakibatkan
Hasil : mengakibatkan kelelahan
- Menunjukkan - Untuk memonitor
17
tingkat energi kelelahan kelelahan fisikdan
yang stabil - Monitor kelelahan emosional
- Melakukan fisik dan - Untuk memonitor
aktivitas fisik emosional pola dan jam tidur
- Pemulihan - Monitor pola dan - Untuk memonitor
energi setelah jam tidur lokasi dan
istirahat - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
ketidaknyamanan selama aktivitas
selama melakukan Terapeutik
aktivitas - Untuk
Terapeutik menenangkan
- Berikan aktivitas klien
distraksi yang - Untuk
menenangkan mengoptimalkan
- Fasilitasi duduk di proses pemulihan
sisi tempat tidur, Edukasi
jika tidak dapat - Untuk mengatasi
berpindah atau atau mencegah
berjalan kelelahan
Edukasi - Untuk mengelola
- Anjurkan tirah penggunaan
baring energi
- Anjurkan Kolaborasi
melakukan - Untuk
aktivitas secara mendapatkan
bertahap asupan makan
Kolaborasi yang optimal
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
18
asupan makanan
4. Implementasi
Implementasi di lakukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan keamanan klien. Sedangkan pada kenyamanan,
implementasi dilakukan untuk mengurangi faktor yang dapat menambah
nyeri, misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan
dan kebosanan (Kasiati, 2016).
5. Evaluasi
Rencana keperawatan yang di rancang untuk mengurangi resiko
cedera pada klien, di evaluasi dengan cara membandingkan kriteria hasil
dengan tujuan yang di tetapkan selama tahap perencanaan. Sedangkan
evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespons rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,
menurunnya intensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang baik dan
pasien mampu melakukan aktifiitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri
(Kasiati, 2016).
19
D. Mind Mapping
Kebutuhan rasa nyaman adalah DIAGNOSA KEPERAWATAN TANDA DAN GEJALA
kebutuhan rasa nyaman bebas dari YANG SERING MUNCUL : 1.NYERI AKUT
rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. - Gangguan rasa nyaman - Melaporkan nyeri secara verbal dan
- Nyeri akut non verbal
- Gangguan pola tidur - Menunjukan kerusakan
- Intoleransi aktivitas - Gangguan tidur
Kebutuhan rasa aman adalah adalah - Muka dengan ekspresi nyeri
terbebas dari bahaya, gangguan, - Tingkah laku ekspresif (Gelisah,
terlindungi, tidak mengandung risiko merintih, nafas panjang, mengeluh)
(pengobatan), dan tentram (tidak - Posisi untuk mengurangi nyeri
merasa takut atau khawatir). - Penurunan Tanda-tanda vital
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
ASPEK LEGAL ETIK
a. Pemeriksaan dengan skala nyeri
KEPERAWATAN:
b. Pemeriksaan USG
1. Autonomy
c. Rontgen
2. Beneficience (kebaikan)
FAKTOR – FAKTOR YANG PENATALAKSANAAN NYERI : d. Pemeriksaan laboratorium
3. Justice (keadilan)
MEMPENGARUHI NYERI : 1. Farmakologis e. CT-Scan
4. Non maleficience (tidak merugikan)
- Arti nyeri - Analgesik narkotik f. EKG
5. Veracity (Kejujuran)
- Persepsi nyeri - Analgesik non narkotik g. MRI
6. Confidentiality (Kerahasiaan)
7. Accountability - Toleransi nyeri 2. Non Farmakologis
8. Fidelity (Kesetiaan) - Reaksi terhadap nyeri - Distraksi
- Relaksasi
- Imajinasi terbimbing
20
E. Pathway
Agens cedera biologi, agens cedera fisik, agens cedera kimiawi
Impuls Nyeri
Kerusakan Jaringan
Medulla Spinalis
Sensasi nyeri
Diaforesis, dilatasi pupil, focus menyempit, Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan, anoreksia,
ekspresi wajah nyeri, dan perubahan frekuensi ansietas, depresi, imobitilas, berfokus pada diri
napas sendiri
21
DAFTAR PUSTAKA