Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH STROKE Paliatif Care KLPK 1
MAKALAH STROKE Paliatif Care KLPK 1
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah.
Naskah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki naskah ini.
Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam naskah ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan.[
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua
kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang
dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke
menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh
kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang yang berusia
kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya
karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah. Ini memotong
pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita
stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di daerah perkotaan secara
nasional. Singkawang merupakan kota di Kalimantan Barat dengan prevalensi stroke yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit yang ada
di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke yang
dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di rumah
sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah kekambuhan
stroke juga menunjukkan angka yang tinggi.
B. Tujuan
untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang baik dilakukan
pada klien dengan Stroke.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Stroke adalah suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan
terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian.
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:
fokal dan atau global akut berlangsung antara 24 jam atau lebih disebabkan gangguan
aliran darah otak tidak disebabkan karena tumor/infeksi. Stroke dapat digolongkan sesuai
dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul
mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana defi cit neurologisnya terus
bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan
dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih
berat, bisa kemudian membaik/menetap.
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk
pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a) Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri
iliaka. Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut: Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis. Merupakan tempat
terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus).Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
c) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat
dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli:
⮚ Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
⮚ Myokard infark
⮚ Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
⮚ Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
4. Hipoksia Setempat
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebakan
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit
dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik
yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan
infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral
tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama
kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam satu
menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik
neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme
sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga
kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-
arteri menuju otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau ke
dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan
degeneratif pembuluh darah yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga
perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi
pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit
dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan
merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian tertentu,
menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan tekanan cairan
serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut).
Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan
tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan
intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping
itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas
mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri
atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan
dan menyebabkan vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan kompikasi yang
mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan infark.
1. Angiografi serebral
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan
tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein
total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah atau
timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; klasifikasi parsial
dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin, gula darah,
urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah, dan elektrolit.
G. Penatalaksanaan Medik
1. Non pembedahan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
B. Pengumpulan data:
1. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
3. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5. Makanan/caitan :
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan
dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas
dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.
Tidak mampu mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
C. Diagnose Keperawatan
semif
owler
B.
Mini
malk
an
stimu
li dari
lingk
unga
n
Terapi oksigen
a)
Be
rsi
hk
an
jal
an
na
fa
penurunan berkomunikasi lagi dengan kriteria memahamkan informasi isyarat non verbal
sirkulasi ke otak hasil: dari / ke klien A. Melakukan komunika
A. dapat menjawab pertanyaan ⮚dengan wajar, bahasa jela
yang diajukan perawat ensederhana dan bila per
B. dapat mengerti dan memahami gadiulang
pesan-pesan melalui gambar rkB. Mendengarkan deng
C. dapat antekun jika pasien mu
mengekspresikan perasaannya set
berbicara
secara verbal maupun nonverbal iaC. Berdiri di dalam lapa
p pandang pasien pada sa
ucbicara
apD. Melatih otot bicara seca
anoptimal
kliE. Melibatkan keluar
endalam melatih komunika
deverbal pada pasien
ngF. Mengkolaborasi deng
anahli terapi wicara
pe
nu
h
pe
rh
ati
an
⮚
un
ak
an
ka
ta-
kemampuan berpindah kebutuhan ⮚ Mengkolabora
Memperagakan penggunaan alat Bantu klien untuk fisioterapi
Bantu untuk mobilisasi (walker) menggunakan tongkat ⮚ Melatih pasien dala
saat berjalan dan cegah pemenuhan kebutuh
terhadap cedera ADLs secara mandiri sesu
Ajarkan pasien atau kemapuan
tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
1. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Mengauskultasi bun
efektif perawatan selama 3 x 24 jam, NIC : nafas
berhubungan diharapkan pola nafas pasien efektif Airway Management 2. Mengukur tanda-tan
dengan dengan kriteria hasil : a)vital
penurunan - Menujukkan jalan nafas paten uka
3. Memberikan posisi se
kesadaran ( tidak merasa tercekik, irama nafas jala
fowler sesuai deng
normal, frekuensi nafas normal,tidak n kebutuhan (tid
naf
ada suara nafas tambahan untuk memaksimalkan bertentangan dgn masal
- NOC : ventilasi keperawatan lain)
v Respiratory status : Ventilation 1. 1. Melakukan penghisap
v Respiratory status : Airway I lendir dan pasang OPA ji
patency d kesadaran menurun
v Vital sign Status e 2. Melakukan fisiotera
Kriteria Hasil : n dada dan latihan nafas dala
-Mendemonstrasikan batuk efektif t 3. melakukan suction pa
dan suara nafas yang bersih, tidak i mayo
ada sianosis dan dyspneu (mampu f 4. Mengatur intake cair
mengeluarkan sputum, mampu i untuk meoptimalka
bernafas dengan mudah, tidak ada k keseimbangan
pursed lips) a 5. Memantau respirasi d
-Menunjukkan jalan nafas yang s status O2
paten (klien tidak merasa tercekik, i 6. Memberik
irama nafas, frekuensi pernafasan bronkodilator bila diperlula
dalam rentang normal, tidak ada p 7. Memberikan pelemb
suara nafas abnormal) a udara kassa basah Na
Tanda Tanda vital dalam rentang s lembab
normal (tekanan darah, nadi, i
pernafasan e
n
p
e
r
l
u
n
y
a
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Onservasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatan stroke ini
adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial. Diagnosa yang dapat diangkat pada asuhan
keperawatan pasien dengan stroke ini adalahGangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan
neuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggi
terhadap menelan behubungan dengan kerusakan neuromuskular.
B. Saran
Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan dimengerti
oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena dengan
mengetahui “Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam ilmu medis. Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan tersebut
maka kita akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baik dalam hal ilmu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba Medika. Batticaca, F.
B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalam
www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-stroke-tertinggi%20o
(diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada tanggal 23 September 2018.
Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Santosa, B. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.
Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.