Professional Documents
Culture Documents
01 - Manajemen & Kepemimpinan Sekolah (Eka&Ratna)
01 - Manajemen & Kepemimpinan Sekolah (Eka&Ratna)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sekolah dan
Madrasah
HIDAYATULLAH BATAM
2022 M/1443 H
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Alhamdulilllah Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta alam yang telah
melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan inayah-Nya kepada peenulis, sehingga
makalah “Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah/Madrasah” ini dapat
diselasaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad, sebagai pembawa panji Islam dan penerang hati ummat
manusia.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengatar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................1
BAB II Pembahasan................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
Daftar Pustaka........................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sekolah dan madrasah.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep manajemen sekolah/madrasah.
3. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan sekolah dan madrasah.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian sekolah dan madrasah.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep manajemen sekolah/madrasah.
3. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan sekolah dan madrasah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, Dasar-Dasar Manajemen Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien, (Medan: Perdana Publishing, 2016) Hl.14.
2
Ibid, hl.14-15.
3
daya personil bekerja memanfaatkan sumber daya lainnya sehingga tujuan
organisai yang disepakati bersama dapat tercapai.
3
Agustinus Hermino, Manajemen Berbasis Sekolah di daerah 3T dan Perbatasan di
Indonesia, (Bandung: CV.Alfabeta, 2017) hl.69-70.
4
lembaga pendidikan yang menekankan inti pelajaran kepada pelajaran umum,
bukan pelajaran agama seperti pesantren.
Kata madrasah berasal dari bahasa arab yang artinya tempat belajar
(Ibrahim,1972: 280). Madrasah merupakan sekolah yang lebih dikhususkan pada
sekolah-sekolah agama islam. Sedangkan pengertian Madrasah menurut peraturan
yang berlaku, terdapat 3 pengertian madrasah:5
1. Menurut Peraturan Mentri Agama No.1 tahun 1946 dan Peraturan Mentri
Agama No.27 tahun 1950, madrasah adalah:
a. Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat
pendidikan dan ilmu pendidikan.
b. Agama islam menjadi pokok pengajarannya.
c. Pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan
dengan madrasah (Poerbakawatja, 1976: 221).
2. Menurut Surat Keputusan Bersama Tiga Mentri tahun 1975, bab 1 pasal 1,
menyebutkan: “Yang dimaksud dengan madrasah dalam Keputusan
Bersama ini adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran
islam sebagai dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30 persen,
disamping mata pelajaran umum”.
3. Menurut Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1990 bahwa definisi madrasah
adalah sekolah yang berciri khas islam. Maksudnya bahwa madrasah itu
sama dengan sekoalah yang ditambahkan dengan ciri keislamannya.
Sebagai sekolah yang berciri khas agama islam, maka madrasah memuat
seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, dan ditambah dengan mata
pelajaran ciri keislamannya yang meliputi: qur’an hadits, akidah akhlak, fikih,
4
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019)
hl.107.
5
Ibid, hl.150.
5
sejarah peradaban islam, bahasa arab dan semua mata pelajaran yang digolongkan
pada program inti.
Pada pola lama yang terjadi di madrasah, tugas dan fungsi sekolah lebih
kepada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif merumuskan dan
melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah.Pada
pola baru, sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan
lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif, dan partisipasi
masyarakat akan semakin besar.
6
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri
oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah. MBS/M bertujuan memandirikan atau memberdayakan sekolah
melalui pemberian kewenangan, keluwesan dari sumber daya untuk meningkatkan
mutu sekolah dengan meningkatkan produktivitas sekolah, memberikan
fleksibilitas, meningkatkan akuntabilitas, mampu melakukan perubahan ke arah
perbaikan.7
7
Mulyasa E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003)
hl.99.
8
Ibid hl.135.
9
Mulyasa E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hl.
133.
10
Muhammad Madarik, Manajemen Madrasah Dalam Perspektif Islam, (Cendekia: Jurnal
Studi Keislaman Vol.2, No.1, Juni 2016) hl.135.
7
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan
pemerintah tentang mutu sekolah.
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah untuk pencapaian
mutu pendidikan yang diharapkan.
11
Ibid, hl135.
12
Ibid, hl.136.
8
4. Lingkungan dan iklim belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga
manajemen sekolah lebih efektif.
5. Melakukan analisa kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi
kerja, hubungan kerja, dan imbalan jasa tenaga kependidikan dan guru
yang dapat memenuhi kebutuhan nafkah hidupnya sehingga mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
6. Pertanggungjawaban madrasah terhadap keberhasilan program yang telah
dilaksanakan.
7. Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang sepantasnya dilakukan oleh
madrasah sesuai kebutuhan riil untuk meningkatkan mutu layanan belajar.
13
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, Dasar-Dasar Manajemen Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien, (Medan: Perdana Publishing, 2016) Hl.60.
9
mampu memberi visi kepada organisasi dan mampu menjabarkannya menuju
realita. Kakabadse (2005) memandang kepemimpinan sejenis dengan motivasi
atau perangsang yang kuat yang mendorong individu untuk bertindak, dan oleh
karenanya, tidak ada urusannya dengan status, otoritas atau posisi yang
dimilikinya. Sementara itu, kepemimpinan menurut Hurber (1996), pada intinya
adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan adalah suatu konsep dan proses yang
berhubungan dengan setiap kelompok. Grant yang dikutip Hurber mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu pedoman, kelangsungan, pembelajaran serta
pemberian motivasi untuk mencapai tujuan dan prestasi. Sedangkan gaya
kepemimpinan adalah suatu gabungan yang berbeda antara tugas dan hubungan
perilaku yang biasa digunakan untuk mempengaruhi pribadi atau kelompok untuk
mencapai tujuan.14
14
Ibid, Hl.61.
15
Imam Machali dan Noor Hamid, Pengantar Manajemen Pendidikan Islam:
Perencanaan, Pengorganisasian, dan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2017) hl. 190.
10
2.2.1 Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
16
Ibid, hl. 194.
17
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Hand Book of Education Management, (Jakarta:
Prenamedia Group, 2018) hl.109.
11
2. Keterampilan manusiawi (human skill), yaitu keterampilan yang
menunjukkan kemampuan seorang pemimpin di dalam bekerja melalui
orang lain secara efektif dan untuk membina kerja sama.
3. Keterempilan konseptual (conceptual), yaitu keterampilan yang
menunjukkan kemampuan dalam berpikir, seperti menganalisis suatu
masalah, memutuskan, dan memecahkan masalah tersebut dengan baik.
Untuk dapat menerapkan keterampilan ini seorang pemimpin dituntut
memimliki pemahaman yang utuh (secara totalitas) terhadap
organisasinya. Tujuannya adalah agar dapat bertindak selaras dengan
tujuan organisasi secara menyeluruh atas dasar tujuan dan kebutuhan
kelompok.
18
Ibid, hl. 109-112.
12
didik, akan tetapi seluruh staf dan seluruh warga madrasa yang
dipimpinnya.
2. Kepala sekolah sebagai manejer (maneger); yaitu bertugas dan
bertanggung jawab merencanakan, mengorganisasikan,
mengkoordinasikan, dan mengontrol sumber-sumber madrasah yang ada
untuk melaksanakan program pendidikan secara efektif, efesien, dan
produktif.
3. Kepala sekolah sebagai administrator. Kepala sekolah sebagai
administrator memiliki tugas-tugas antara lain: melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap
bidang yang menunjang pendidikan, seperti kurikulum, kesiswaan, kantor,
kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan perpustakaan. Dengan
demikian, kepala madrasah sebagai administrator berarti harus
menjalankan seluruh kegiatan administrasi madrasah, dan bertanggung
jawab atas terlaksananya seluruh kegiatan administrasi di madrasah.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor. Kepala madrasah sebagai supervisor
berarti harus mempu melakukan peran-peran supervisi pada seluruh
kegiatan yang ada di madrasah, melakukan kontrol agar seluruh kegiatan
dapat berjalan secara efektif, efesian, dan produktif.
5. Kepala sekolah sebagai leader. Kepala madrasah sebagai pemimpin
madrasah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumber daya
yang ada di madrasah, sehingga melahirkan etos kerja dan produktifitas
yang tinggi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, kepala
sekolah dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya harus menetapkan
garis-garis besar kebijakan, program, dan kegiatan-kegiatan operasional,
dan kepala madrasah bertanggung jawab atas terlaksananya seluruh
kebijakan.
6. Kepala sekolah sebagai innovator. Kepala madrasah sebagai innovator
adalah pribadi yang dinamis dan kretif, selalu mengembangkan diri untuk
kemajuan madrasah. Sebagai innovator, kepala madrasah harus mampu
menemukan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
kepala madrasah sebagai innovator harus mampu menemukan gagasan-
13
gagasan baru yang sesuai dengan perkembangan lingkungan internal dan
eksternal, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan
peserta didik. Disamping itu, kepala madrasah juga harus melakukan
pembaruan di madrasah agar senantiasa berkembang mengikuti
perkembangan iptek. Kepala madrasah harus menjadi agen pembaruan.
7. Kepala sekolah sebagai motivator. Sebagai motivator, kepala madrasah
harus senantiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada semua pihak
untuk maju, berkembang sesuai dengan keinginan individu, dan
berkembang guna memajukan madrasah.
14
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif
yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat. Menurut Mckeachie pengambilan keputusan adalah
pertimbangan beberapa tujuan dan pengukuran atas kemungkinan keberhasilan
dari beberapa alternatif yang diketahui. William Biddle menyatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan suatu pilihan dari tindakan yang ditawarkan
untuk memecahkan persoalan. Pengambilan keputusan sesungguhnya merupakan
pembuatan pilihan atas dua atau lebih alternatif yang ada, hal ini dilakukan
sebagai reaksi terhadap suatu masalah yang dihadapi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oleh karena itu, kelola lembaga pendidikan Islam itu yang berbasis
manajemen merupakan yang sudah tidak di tawar lagi. Nyatanya, prinsip-prinsip
pendidikan dalam Islam secara normatif sama sekali tidak bertabrakan konsep
manajemen.
16
DAFTAR PUSTAKA
17