You are on page 1of 20

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH/MADRASAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sekolah dan
Madrasah

Dosen Pengampu: Muhardi, M.M

Eka Fitriani (19.02.0008)

Ratna Sari (19.02.0022)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

HIDAYATULLAH BATAM

2022 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb.

Alhamdulilllah Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta alam yang telah
melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan inayah-Nya kepada peenulis, sehingga
makalah “Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah/Madrasah” ini dapat
diselasaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad, sebagai pembawa panji Islam dan penerang hati ummat
manusia.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima


kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada ustadz Muhardi, M.M. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Manajemen Sekolah dan Madrasah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
fikirannya dalam pelaksanaan pembimbingan dan pengarahan.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna


dalam proses perkuliahan. Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan-kekuranagan pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun, untuk itu kritik dari saran
dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah
ini.

Batam, 31 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengatar..........................................................................................................i

Daftar isi...................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................................2

BAB II Pembahasan................................................................................................3

2.1 Konsep Manajemen Sekolah/Madrasah.............................................................3


2.2 Konsep Kepemimpinan Sekolah/Madrasah.......................................................9

BAB III Penutup....................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16

Daftar Pustaka........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan Islam madrasah, persoalan manajemen
sebetulnya merupakan topik perbincangan yang selalu hangat untuk didiskusikan,
meskipun dalam dinamika perkembangannya, madrasah telah bergelut lama
dengan manajemen. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh
perkembangan dunia pendidikan. Dunia pendidikan Islam mempunyai peran
penting dan strategis dalam menentukan arah maju dan mundurnya kualitas
pendidikan sebuah bangsa. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan benar-benar bagus, maka dapat
dilihat kualitasnya. Berbeda sekali dengan sebuah lembaga pendidikan yang itu
akan menghasilkan generasi yang berada di bawah standar.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh
diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karenanya, pendidikan memang
perlu menekankan pada penyediaan input pendidikan seperti, guru, kurikulum,
fasilitas pendidikan, buku-buku dan alat peraga serta sumber-sumber belajar yang
lain. Hal ini diasumsikan bahwa peningkatan mutu pendidikan akan terjadi
dengan sendirinya bila input pendidikan tersebut bisa dipenuhi. Tetapi tanpa
proses manajemen yang baik, maka pendidikan yang demikian itu akan lemah
untuk menghasilkan output yang maksimal sebagaimana diharapkan.
Dalam kaitan ini, maka penulis tertarik untuk membahas tentang
manajemen dan kepemimpinan sekolah/madrasah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sekolah dan madrasah?
2. Bagaimana konsep manajemen sekolah/madrasah?
3. Bagaimana kepemimpinan sekolah dan madrasah?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sekolah dan madrasah.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep manajemen sekolah/madrasah.
3. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan sekolah dan madrasah.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian sekolah dan madrasah.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep manajemen sekolah/madrasah.
3. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan sekolah dan madrasah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Sekolah/Madrasah

2.1.1 Konsep Manajemen

Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam


hal mengatur, akan timbul masalah, problem, proses dan pertanyaan tentang apa
yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus diatur dan apa tujuan
pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran
serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik. efektif
dan efisien.1

Secara umum aktivitas manajemen ada dalam organisasi yang diarahkan


untuk mencapai tujuan organisasis secara efektif dan efesien. Terry (1973)
menjelaskan “management is performance of conceiving and avhieving desired
results by means of group efforts consisting of utilizing human talent and
resources”. Proses mengarahkan dan menggerakkan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya, seperti material, uang, metode dan pasar untuk mencapai
tujuan organisasi. Hersey dan Blanchard (1988) mengemukakan “management is
a process of working with amd through individuals and groups and other
resources to accomplish organizational goals”. Proses bekerja sama antara
individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan
organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen. Dengan kata lain, aktivitas
manajerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi, baik organisasi
bisnis, pemerintahan, sekolah, industri dan lain-lain.2

Dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses memperoleh


suatu tindakan dari orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Aktivitas
manajerial itu dilakukan oleh para manajer sehingga dapat mendorong sumber

1
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, Dasar-Dasar Manajemen Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien, (Medan: Perdana Publishing, 2016) Hl.14.
2
Ibid, hl.14-15.

3
daya personil bekerja memanfaatkan sumber daya lainnya sehingga tujuan
organisai yang disepakati bersama dapat tercapai.

Tujuan dan manfaat manajemen dapat diurai sebagai berikut:

1. Mengetahui permasalahan dalam rangka percepatan penuntasannya.


2. Menyusun rencana dan merumuskan tujuan.
3. Mengidentifikasi dan mengurai tingkat prioritas soal kelemahan, kekuatan,
peluang dan ancaman dalam perencanaan.
4. Acuan perencanaan dan penetapan anggaran finasial.
5. Sebagai alat pengendali dalam pelaksanaan organisasi.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan memaksimalkan fungsi-fungsi


manajemen yang lebih dikenal dengan singkatan POAC, yaitu: Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (penggerakan), dan
Controling (pengendalian).

2.1.2 Madrasah dan Sekolah

Sekolah adalah tempat terjadinya suatu proses belejar mengajar


berlangsung. Sekolah merupakan organisasi pendidikan yang bertugas
memberikan bekal kemempuan kepada peserta didik atas dasar ketentuan-
ketentuan yang bersifat legalistik dan profesionalistik (kualisifikasi untuk sumber
daya manusia). Lembaga ini mengajarkan peserta didik membaca, menulis, dan
ketermapilan dasar lainnya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 3

W.J.S Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia


menerangkan arti sekolah: a) bangunan atau lembaga untuk mengajar dan
memberi pelajaran, b) waktu atau pertemuan ketika murid-murid diberi pelajaran,
dan c) usaha menuntut kepandaian. Sekolah menitkberatkan kepada pendidikan
formal, di sekolah prosedur pendidikan telah diatur sedemikian rupa; mencakup
guru, siswa, jadwal pelajaran yang berpedoman pada kurikulum dan silabus, jam-
jam tertentu waktu belajar serta dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan
serta perlengkapan dan peraturan lainnya. 4
Jadi sekolah yang dimaksud adalah

3
Agustinus Hermino, Manajemen Berbasis Sekolah di daerah 3T dan Perbatasan di
Indonesia, (Bandung: CV.Alfabeta, 2017) hl.69-70.

4
lembaga pendidikan yang menekankan inti pelajaran kepada pelajaran umum,
bukan pelajaran agama seperti pesantren.

Kata madrasah berasal dari bahasa arab yang artinya tempat belajar
(Ibrahim,1972: 280). Madrasah merupakan sekolah yang lebih dikhususkan pada
sekolah-sekolah agama islam. Sedangkan pengertian Madrasah menurut peraturan
yang berlaku, terdapat 3 pengertian madrasah:5

1. Menurut Peraturan Mentri Agama No.1 tahun 1946 dan Peraturan Mentri
Agama No.27 tahun 1950, madrasah adalah:
a. Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat
pendidikan dan ilmu pendidikan.
b. Agama islam menjadi pokok pengajarannya.
c. Pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan
dengan madrasah (Poerbakawatja, 1976: 221).
2. Menurut Surat Keputusan Bersama Tiga Mentri tahun 1975, bab 1 pasal 1,
menyebutkan: “Yang dimaksud dengan madrasah dalam Keputusan
Bersama ini adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran
islam sebagai dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30 persen,
disamping mata pelajaran umum”.
3. Menurut Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1990 bahwa definisi madrasah
adalah sekolah yang berciri khas islam. Maksudnya bahwa madrasah itu
sama dengan sekoalah yang ditambahkan dengan ciri keislamannya.

Dari pengertian pengertian tersebut dapat dipahami bahwa madrasah


merupakan lembaga pendidikan islam yang menjadikan mata pelajaran agama
sebagai mata pelajaran pokok. Sistem dan isi madrasah merupakan penggabungan
antara sistem pendidikan pesantren yang khusus mengajarkan agama islam dengan
sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum.

Sebagai sekolah yang berciri khas agama islam, maka madrasah memuat
seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, dan ditambah dengan mata
pelajaran ciri keislamannya yang meliputi: qur’an hadits, akidah akhlak, fikih,
4
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019)
hl.107.
5
Ibid, hl.150.

5
sejarah peradaban islam, bahasa arab dan semua mata pelajaran yang digolongkan
pada program inti.

Makna dari ciri keislaman yang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan


institusional madrasah, yakni untuk membentuk pribadi yang memiliki
keseimbangan antara pengetahuan agama dan umum, mendidik siswa menjadi
manusia seutuhnya yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, serta berilmu pengetahuan.

2.1.3 Manajemen Sekolah/Madrasah

Pada pola lama yang terjadi di madrasah, tugas dan fungsi sekolah lebih
kepada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif merumuskan dan
melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah.Pada
pola baru, sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan
lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif, dan partisipasi
masyarakat akan semakin besar.

Sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan


profesionalisme lebih diutamakan daripada pendekatan birokratis, pengelolaan
sekolah lebih desentralistik. Perubahan sekolah lebih didorong oleh motivasi diri
daripada diatur dari luar, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat
bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari mengarahkan menjadi
memfasilitasi dari menghindari risiko menjadi mengelola risiko, penggunaan uang
lebih efisien karena sisa anggaran pada tahun yang lalu digunakan tahun
berikutnya (efficiency based budgetting).

Manajemen berbasis sekolah/madrasah secara konseptual dapat


digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan sebagai
suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit
utama peningkatan serta bertumpu pada kewenangan pembuatan keputusan
sebagai sarana penting dalam peningkatan.6

Manajemen berbasis sekolah/madrasah (MBS/M) atau “School Based


Management”merupakan bentuk alternatif yang dapat diartikan sebagai
6
Muhammad Madarik, Manajemen Madrasah Dalam Perspektif Islam, (Cendekia: Jurnal
Studi Keislaman Vol.2, No.1, Juni 2016) hl.134.

6
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri
oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah. MBS/M bertujuan memandirikan atau memberdayakan sekolah
melalui pemberian kewenangan, keluwesan dari sumber daya untuk meningkatkan
mutu sekolah dengan meningkatkan produktivitas sekolah, memberikan
fleksibilitas, meningkatkan akuntabilitas, mampu melakukan perubahan ke arah
perbaikan.7

Esensi manajemen berbasis madrasah adalah merupakan bentuk


pengelolaan madrasah yang menjamin madrasah memiliki otonomi luas dalam
mengelola sumber daya, melibatkan masyarakat dalam pengelolaan, serta tidak
mengabaikan kebijakan nasional. Beberapa faktor yang merefleksikan
kepentingan otonomi sekolah, yaitu terjaganya akuntabilitas atau accountability,
tercapainya staf, orang tua, dan siswa dalam pengambilan keputusan, dan
tercapainya program-program pengembangan profesi dalam meningkatkan
manajemen.8

Desain pengelolaan madrasah menggunakan MBS/M bertujuan untuk


meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. MBS/M memberikan
kekuasaan dan meningkatkan partisipasi madrasah dalam memperbaiki kinerja
madrasah mencakup kepemimpinan madrasah, profesionalisme guru, layanan
belajar peserta didik yang bermutu, manajemen madrasah yang bermutu,
partisipasi orang tua peserta didik dan masyarakat.9

Penerapan Manajemen Berbasis Madrasah bertujuan:10

1. Meningkatkan mutu pendidikan dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan


memberdayakan sumber daya dan potensi yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga madrasah dalam menyelenggarakan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

7
Mulyasa E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003)
hl.99.
8
Ibid hl.135.
9
Mulyasa E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hl.
133.
10
Muhammad Madarik, Manajemen Madrasah Dalam Perspektif Islam, (Cendekia: Jurnal
Studi Keislaman Vol.2, No.1, Juni 2016) hl.135.

7
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan
pemerintah tentang mutu sekolah.
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah untuk pencapaian
mutu pendidikan yang diharapkan.

Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS/M): 11

1. Komitmen; kepala madrasah dan warga madrasah harus mempunyai


komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga sekolah
untuk ber-MBS/M.
2. Kesiapan; semua warga madrasah harus siap fisik dan mental.
3. Keterlibatan; pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak.
4. Kelembagaan; madrasah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi
pendidikan yang efektif.
5. Keputusan; segala keputusan madrasah dibuat oleh pihak yang benar-
benar mengerti pendidikan.
6. Kesadaran; guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu dalam
pembuatan keputusan program pendidikan.
7. Kemandirian; madrasah harus diberi otonomi sehingga memiliki
kemandirian dalam membuat keputusan.
8. Ketahanan; perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan
stakeholders madrasah.

Manajemen berbasis sekolah/madrasah memiliki karakteristik sama


dengan sekolah yang efektif, yaitu:12

1. Memiliki output, yaitu prestasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang


efektif.
2. Efektifitas proses belajar mengajar yang tinggi.
3. Peran kepala madrasah yang kuat dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang
tersedia.

11
Ibid, hl135.
12
Ibid, hl.136.

8
4. Lingkungan dan iklim belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga
manajemen sekolah lebih efektif.
5. Melakukan analisa kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi
kerja, hubungan kerja, dan imbalan jasa tenaga kependidikan dan guru
yang dapat memenuhi kebutuhan nafkah hidupnya sehingga mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
6. Pertanggungjawaban madrasah terhadap keberhasilan program yang telah
dilaksanakan.
7. Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang sepantasnya dilakukan oleh
madrasah sesuai kebutuhan riil untuk meningkatkan mutu layanan belajar.

Implementasi MBS/M akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila


didukung oleh sumber daya dan dana yang cukup agar sekolah/madrasah mampu
menjadikan seluruh elemen sejahtera sesuai dengan fungsinya. Disamping itu
sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar,
serta dukungan masyarakat

2.2 Kepemimpinan Sekolah/Madrasah

Kepemimpinan merupakan salah satu fenomen yang paling mudah


diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk dipahami”. Daft
(1988) kemudian mempermudah pemahaman dengan mendefinisikan
kepemimpinan sebagai “sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya”. Stoner (1996) memberikan pengertian
kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan tugas kelompok. Sedangkan Yukl (1994) menyimpulkan bahwa
kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang sengaja
dijalankan seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas
serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi.13

Konsepsi kepemimpinan dari sudut pandangan pemimpin dikemukakan


oleh Bennis dan Nunus (1995), menurutnya seorang disebut pemimpin, jika ia

13
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, Dasar-Dasar Manajemen Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien, (Medan: Perdana Publishing, 2016) Hl.60.

9
mampu memberi visi kepada organisasi dan mampu menjabarkannya menuju
realita. Kakabadse (2005) memandang kepemimpinan sejenis dengan motivasi
atau perangsang yang kuat yang mendorong individu untuk bertindak, dan oleh
karenanya, tidak ada urusannya dengan status, otoritas atau posisi yang
dimilikinya. Sementara itu, kepemimpinan menurut Hurber (1996), pada intinya
adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan adalah suatu konsep dan proses yang
berhubungan dengan setiap kelompok. Grant yang dikutip Hurber mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu pedoman, kelangsungan, pembelajaran serta
pemberian motivasi untuk mencapai tujuan dan prestasi. Sedangkan gaya
kepemimpinan adalah suatu gabungan yang berbeda antara tugas dan hubungan
perilaku yang biasa digunakan untuk mempengaruhi pribadi atau kelompok untuk
mencapai tujuan.14

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk menggerakkan,


mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina,
membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan
menghukum (jika perlu) dengan maksud agar manusia sebagai bagian dari
organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan dirinya sendiri maupun
organisasi secara efektif dan efisien. Pengertian ini menunjukkan bahwa dalam
kepemimpinan terdapat tiga unsur yaitu pemimpin (leader), anggota (followers),
dan situasi (situation).15

Dari pengertian-pengertian disimpulkan bahwa kepemimpinan pada


intinya merupakan upaya mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk
bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam konteks lembaga pendidikan, peran kepemimpinan
dilaksanakan oleh kepala sekolah. Sehingga kepemimpinan pendidikan adalah
proses mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

14
Ibid, Hl.61.
15
Imam Machali dan Noor Hamid, Pengantar Manajemen Pendidikan Islam:
Perencanaan, Pengorganisasian, dan Pengawasan dalam Pengelolaan Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2017) hl. 190.

10
2.2.1 Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

Kepala sekolah/madrasah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin.


Ia mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses
pendidikan, yaitu: kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan di sekolah, dan
kepala sekolah sebagai pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.

Sebagai pengelola Pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap


keberhasilan penyelengaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan
administrasi sekolah dengan seluruh subtansinya. Disamping itu, kepala sekoalah
bertanggung jawab terhadap kualitas SDM yang ada agar mereka mampu
menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh kerana itu, kepala sekolah memiliki
tugas untuk mengembangkan kinerja para personal (terutama guru) ke arah
profesionalime yang diharapkan.16

Sebagai pimpinan formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas


tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, kepala
sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim dan
budaya sekolah yang konduktif bagi terlaksananya proses pembelajaran secara
efektif, efesien, dan produktif.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan setidaknyan harus memiliki


kompetensi dasar manajerial, yaitu:17

1. Keterampilan teknis (technical skill), yaitu keterampilan yang


berhubungan dengan pengetahuan, metode, dan teknik-teknik tertentu
dalam menyelesaikan suatu tugas-tugas tertentu. Dlam praktiknya,
keterlibatan seorang pemimpin dalam setiap bentuk technical skill
disesuaikan dengan status/tingkatan kepemimpinan itu sendiri.

16
Ibid, hl. 194.
17
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Hand Book of Education Management, (Jakarta:
Prenamedia Group, 2018) hl.109.

11
2. Keterampilan manusiawi (human skill), yaitu keterampilan yang
menunjukkan kemampuan seorang pemimpin di dalam bekerja melalui
orang lain secara efektif dan untuk membina kerja sama.
3. Keterempilan konseptual (conceptual), yaitu keterampilan yang
menunjukkan kemampuan dalam berpikir, seperti menganalisis suatu
masalah, memutuskan, dan memecahkan masalah tersebut dengan baik.
Untuk dapat menerapkan keterampilan ini seorang pemimpin dituntut
memimliki pemahaman yang utuh (secara totalitas) terhadap
organisasinya. Tujuannya adalah agar dapat bertindak selaras dengan
tujuan organisasi secara menyeluruh atas dasar tujuan dan kebutuhan
kelompok.

Fungsi kepemimpinan madrasah atau sekolah memiliki dua diemnsi, yaitu:


dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, dan dimensi yang berkenaan dengan
tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam
melaksanakan tugas-tugas kelompok atau organisasi. Fungsi kepemimpinan
sekolah/madrasah mencakup tujuh fungsi pokok, yaitu: educator, maneger,
administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.18

1. Kepala sekolah sebagai pendidik (educator); yaitu bertanggung jawab


terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar
mencapai tingkat kedewasaan sebagaimana tujuan pendidikan. Dalam
pendidikan nasional, educator atau pendidikan diartikan sebagai tenaga
kependidikan yang berkualisifikasi sebagai guru atau dosen, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Kepala madrasah
adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
sekolah/madrasah. Oleh karena itu, kepala madrasah sebagai guru tidak
dapat lepas dari tugas utamanya yaitu mendidik. Dalam hal ini, fungsi
kepala madrasah sebagai pendidik bukanlah semata-mata mendidik peserta

18
Ibid, hl. 109-112.

12
didik, akan tetapi seluruh staf dan seluruh warga madrasa yang
dipimpinnya.
2. Kepala sekolah sebagai manejer (maneger); yaitu bertugas dan
bertanggung jawab merencanakan, mengorganisasikan,
mengkoordinasikan, dan mengontrol sumber-sumber madrasah yang ada
untuk melaksanakan program pendidikan secara efektif, efesien, dan
produktif.
3. Kepala sekolah sebagai administrator. Kepala sekolah sebagai
administrator memiliki tugas-tugas antara lain: melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap
bidang yang menunjang pendidikan, seperti kurikulum, kesiswaan, kantor,
kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan perpustakaan. Dengan
demikian, kepala madrasah sebagai administrator berarti harus
menjalankan seluruh kegiatan administrasi madrasah, dan bertanggung
jawab atas terlaksananya seluruh kegiatan administrasi di madrasah.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor. Kepala madrasah sebagai supervisor
berarti harus mempu melakukan peran-peran supervisi pada seluruh
kegiatan yang ada di madrasah, melakukan kontrol agar seluruh kegiatan
dapat berjalan secara efektif, efesian, dan produktif.
5. Kepala sekolah sebagai leader. Kepala madrasah sebagai pemimpin
madrasah memiliki tanggung jawab menggerakkan seluruh sumber daya
yang ada di madrasah, sehingga melahirkan etos kerja dan produktifitas
yang tinggi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, kepala
sekolah dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya harus menetapkan
garis-garis besar kebijakan, program, dan kegiatan-kegiatan operasional,
dan kepala madrasah bertanggung jawab atas terlaksananya seluruh
kebijakan.
6. Kepala sekolah sebagai innovator. Kepala madrasah sebagai innovator
adalah pribadi yang dinamis dan kretif, selalu mengembangkan diri untuk
kemajuan madrasah. Sebagai innovator, kepala madrasah harus mampu
menemukan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
kepala madrasah sebagai innovator harus mampu menemukan gagasan-

13
gagasan baru yang sesuai dengan perkembangan lingkungan internal dan
eksternal, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan
peserta didik. Disamping itu, kepala madrasah juga harus melakukan
pembaruan di madrasah agar senantiasa berkembang mengikuti
perkembangan iptek. Kepala madrasah harus menjadi agen pembaruan.
7. Kepala sekolah sebagai motivator. Sebagai motivator, kepala madrasah
harus senantiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada semua pihak
untuk maju, berkembang sesuai dengan keinginan individu, dan
berkembang guna memajukan madrasah.

2.2.2 Kepala Sekolah/Madrasah sebagai Pengambilan Keputusan

Mengambil keputusan adalah fungsi terpenting dari penggerakan


(actuating), bahkan dikatakan inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti
dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan (decision making). Begitu
pentingnya pengambilan keputusan, maka kemampuan ini harus selalu
dikembangkan oleh seorang pemimpin.

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan


tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai
‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Terutama keputusan itu dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau
kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan
serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keputusan merupakan unsur yang sangat penting. Bakat Kepemimpinan


seseorang dapat dilihat dari kemampuannya mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima
bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang ditegakkan
(berbobot) dan sikap manusiawi terhadap bawahan (sehingga dapat diterima
bawahannya). Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada human relations.

Terry mengartikan pengambilan keputusan sebagai pemilihan alternatif


prilaku dari dua alternatif atau lebih. Siagian mengungkapkan bahwa hakekat

14
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif
yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat. Menurut Mckeachie pengambilan keputusan adalah
pertimbangan beberapa tujuan dan pengukuran atas kemungkinan keberhasilan
dari beberapa alternatif yang diketahui. William Biddle menyatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan suatu pilihan dari tindakan yang ditawarkan
untuk memecahkan persoalan. Pengambilan keputusan sesungguhnya merupakan
pembuatan pilihan atas dua atau lebih alternatif yang ada, hal ini dilakukan
sebagai reaksi terhadap suatu masalah yang dihadapi.

Dapat disimpulkann bahwa pengambilan keputusan merupakan sebuah


proses pemilihan alternatif-alternatif keputusan dalam rangka menyelesaikan
masalah yang dihadapi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah mengalami


banyak dinamika dalam perjalanan sejarah, eksistensinya sangat dibutuhkan
masyarakat muslim. Tetapi tatkala madrasah tidak dikelola secara profesional
dengan manajemen yang sistematis, tentu akan menghadapi problematika berat di
tengah persaingan yang kompetitif.

Oleh karena itu, kelola lembaga pendidikan Islam itu yang berbasis
manajemen merupakan yang sudah tidak di tawar lagi. Nyatanya, prinsip-prinsip
pendidikan dalam Islam secara normatif sama sekali tidak bertabrakan konsep
manajemen.

16
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra. 2019. Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenamedia


Group.
E, Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Hermino, Agustinus. 2017. Manajemen Berbasis Sekolah di daerah 3T dan
Perbatasan di Indonesia. Bandung: CV.Alfabeta.
Machali, Imam dan Ara Hidayat. 2018. The Hand Book of Education
Management. Jakarta: Prenamedia Group.
Machali, Imam dan Noor Hamid. 2017. Pengantar Manajemen Pendidikan Islam:
Perencanaan, Pengorganisasian, dan Pengawasan dalam Pengelolaan
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Madarik, Muhammad. Juni 2016. Manajemen Madrasah Dalam Perspektif Islam.
Cendekia: Jurnal Studi Keislaman Vol.2, No.1.
Wijaya, Candra dan Muhammad Rifa’i. 2016. Dasar-Dasar Manajemen
Mengoptimalkan Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien,.
Medan: Perdana Publishing.

17

You might also like