You are on page 1of 25

FOTOGRAMETRI DIGITAL -A

RESUME:

TERRESTRIAL LASER SCANNER

(TLS) AND AIRBORNE LASER

SCANNER / LiDAR

Stanly Alfallabi : 03311840000024

DOSEN PENGAMPU :
Agung Budi Cahyono ST., M. Sc., DEA

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2021
TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS)

A. GAMBARAN UMUM TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS)

Konsep Dasar Laser Pada TLS

Saat ini laser dikenal sebagai suatu alat yang dapat menghasilkan sebuah gelombang cahaya
pada spektrum tertentu dengan sudut yang sangat sempit. Terdapat 5 ciri utama laser sehingga
dimanfaatkan dalam pengukuran jarak, yaitu :

a) Laser dihasilkan dalam bentuk satu sorotan cahaya linier dan merambat pada arah
tertentu.
b) Laser dapat merambat pada jarak yang sangat jauh dan fokus pada satu titik.
c) Laser memiliki warna asli tertentu (merah, hijau, biru) yang dapat teramati oleh mata
manusia, namun umumnya laser yang digunakan pada instrumen pengukuran jarak
memiliki panjang gelombang 1064 nm (near infrared).
d) Cahaya laser tidak bersifiat kontinyu, namun merambat dalam bentuk pulsa-pulsa
pendek atau sangat pendek. Sebagai konsekuensinya, dapat menghasilkan energi yang
sangat tinggi.
e) Laser memiliki cepat rambat yang konstan pada medium tertentu. Reflektansi atau
interaksi antara laser dengan objek terbagi menjadi specular yaitu pantulan cahaya laser
pada satu arah tertentu dan diffuse dimana cahaya laser dipantulkan ke berbagai arah
dengan intensitas sangat rendah karena terbagi kedalam masing-masing pantulan.

Kedua jenis pantulan ini sangat bergantung dari karakteristik permukaan objek. Reflefansi pada
laser bersisfat koheren sedangkan cahaya lainnya seperti matahari tidak koheren.

Klasifikasi TLS
a) Statik TLS
Statik TLS merupakan jenis akuisisi objek topografi pada area disekeliling instrumen
yang ditempatkan pada posisi tetap. Instrumen ini bekerja dengan cara mengukur jarak
miring, sudut horizontal, sudut vertikal suatu objek secara simultan dan otomatis.
b) Dinamik TLS
Dinamik TLS merupakan instrumen akuisisi objek topografi pada area disekeliling
instrumen yang ditempatkan pada platform yang bergerak. Dinamik TLS sebagai
bagian dari mobil mapping system memerlukan GPS/IMU sebagai komponen utama
untuk memperoleh koordinat titik-titik sampel yang tergeoreferensi.

Prinsip Penentuan Posisi Pada TLS

a) Metode Pengukuran Jarak Dengan TLS


• Time of Flight (Mid & Long Range) Scanner berbasis metode ini tidak
menggunakan sinar laser kontinyu, namun berbasis pulsa.
• Phase (Short Range) Prinsip lain yang berupaya menghindari penggunaan jam
dengan tingkat presisi tinggi adalah dengan memodulasi sinyal laser modulasi
berbasis sinyal sinusoidal, amplitudo atau frekuensi, dan pseudo-noise atau
polarisasi.
• Triangulation (Very Short Range, less than 10 m) Dalam aplikasinya pada Laser
Scanner terdapat keterbatasan panjang baseline pada metode ini sehingga
metode ini biasa diaplikasikan pada Laser Scanner dengan jangkauan kurang
dari 10.
b) Prinsip Penentuan Posisi pada TLS
• Penentuan Posisi Horizontal (Metode Polar) Berikut adalah konsep penentuan
posisi dengan metode polar:
Keterangan : Titik A = titik yang diketahui koordinatnya (titik ikat) i =
azimuth/sudut jurusan dari A ke titik i di = jarak mendatar dari A ke titik i

• Penentuan Posisi Vertikal (Metode Trigonometrik)


Metoda trigonometrik, menerapkan hitungan segi-tiga siku bidang datar
vertikal. Bila dinyatakan dalam sistem koordinat Cartesius, bidang datar vertikal
ini adalah bidang yang tegak lurus bidang X-O-Y dan melalui garis bidik alat
ukur
• Mekanisme Pemindaian
Akuisisi sampel permukaan objek dengan laser tentunya membutuhkan
mekanisme pemindaian untuk memindahkan arah laser ke seluruh bagian
permukaan objek. Berikut merupakan beberapa mekanisme teknik pemindaian
yang sering digunakan pada TLS:
Sumber Kesalahan TLS

a) Kesalahan Instrumen
1. Kesalahan footprint
2. Kesalahan Jangkauan
3. Kesalahan Sudut
4. Kesalahan Sumbu TLS
b) Kesalahan Objek
1. Sudut datang sinar laser
2. Warna Objek
3. Permukaan Lambert
4. Refleksi Ganda
5. Kesalahan Tepi
c) Kesalahan Kondisi Lingkungan
1. Temperatur
2. Atmosfer
3. Gangguan Radiasi
4. Distorsi Gerakan
d) Kesalahan Metodologi
Kesalahan dalam memilih metode survey. Contohnya apabila pengguna menentukan
resolusi yang lebih tinggi daripada akurasi per titik dari TLS. Pemindaian akan
memperoleh sampel berlebih. Sampel berlebih ini akan menghasilkan noise yang juga
berlebih sehingga membutuhkan waktu pemrosesan yang jauh lebih lama

Aplikasi TLS
Pada bidang kehutanan, kemampuan TLS untuk menghasilkan point cloud dari geometri
pohon-pohon banyak diaplikasikan untuk penelitian, inventarisasi, manajemen dan
perencanaan. Contohnya adalah menggambarkan geometri jenis pohon tertentu, sepert tinggi
dan diameter batang dan ranting pohon, hingga kerusakan pada pohon.

Rekonstruksi objek pada daerah industri seperti platform dan kilang minyak sangat dibutuhkan
untuk keperluan pengembangan dan perawatan. Sehingga sangat dibutuhkan suatu model yang
terbaru dan dapat menggambarkan secara akurat geometri dari setiap objek. Contohnya untuk
pendeteksian kerusakan dan perkuatan konstruksi bangunan, untuk pengawasan struktur
bangunan dan pendeteksian deformasi
Warisan budaya merupakan saksi dari aktivitas manusia masa lalu yang menunjukkan
keragaman dalam sifat, ukuran, dan kompleksitas. Mulai dari artefak-artefak kecil, benda-
benda musium, bangunan bersejarah, monumen kuno, hingga pusat kota dan situs arkeologi.
Melalui kemampuannya dalam akuisisi data pointcloud yang relatif instan, TLS juga
dimanfaatkan untuk dokumentasi hingga visualisasi objek-objek bersejarah. Contohnya
diaplikasikan untuk keperluan perencanaan restorasi dan revitalisasi situs bersejarah.
Pendekatan perekaman situs yang akurat melalui TLS dapat merekonstruksi bangunan historis
yang kompleks dalam 3 Dimensi.

B. PRAKTIK SURVEY DENGAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS)

Perencanaan Survey

a. Menentukan Tujuan dan Sasaran


Alasan untuk mengukur suatu objek agar dapat tergambarkan terkait penyajian dan
akurasi, seperti klien berpikir TLS lebih ideal untuk mereka karena perusahaan pesaing
telah menggunakan TLS atau, sebaliknya, klien takut menggunakan TLS karena masih
bergantung pada teknik tradisional
b. Menganalisis area yang akan disurvey
Mengumpulkan informasi objek untuk mengetahui kompleksitas objek sehingga dapat
diperkirakan seberapa detail yang diinginkan dan lama waktu pengerjaannya.
c. Menentukan Lokasi yang Optimal
Penentuan lokasi pengukuran harus mencakup area semaksimal dan seakurat mungkin
sehingga dapat meminimalkan jumlah tempat berdiri alat. Semakin jauh jarak alat ke
objek, maka semakin rendah tingkat akurasi dan resolusi. Namun, cakupan area objek
yang dapat diukur semakin luas
d. Pengelolaan Data
Masalah penyimpanan data harus diperhitungkan sebelum memulai proses pengukuran.
Sebagai contoh, TLS merk Leica HDS4500 menghasilkan memori sebesar 140 MB
untuk satu scan. Rata-rata satu hari dapat menghasilkan 20-30 scan, maka total data
yang dihasilkan sekitar 7 GB. Hal ini membutuhkan perencanaan yang matang terkait
seberapa banyak pengukuran yang dilakukan dan penyediaan ruang penyimpanan data.

Survey Lapangan

a. Persiapan dan Pengaturan TLS


Salah satu yang penting terkait persiapan survey adalah menentukan teknik registrasi
yang akan digunakan pada saat pengolahan data. Terdapat tiga teknik yang dapat
diterapkan, yaitu target-to-target, cloud-to-cloud, dan mendirikan TLS diatas titik
kontrol.
Proses mendirikan TLS kurang lebih prosedurnya sama dengan mendirikan Total
Station. Alat harus terhubung ke laptop untuk menyimpan hasil pemindaian dan juga
dapat berfungsi sebagai controller dengan software tertentu. TLS terbaru sudah tersedia
controller dan penyimpanan data menjadi satu kesatuan. Meskipun TLS dapat berputar
360° horizontal dan 310° secara vertikal, namun tidak sepenuhnya diperlukan. Oleh
karena itu, tentukan area dari objek yang menjadi target melalui controller.
Proses lain yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah filtering primer. Filter yang
dapat dipilih yaitu berdasarkan nilai reflektasi, jarak (seperti pada gambar 3.6), atau
kombinasi keduanya. Proses ini untuk memastikan bahwa data yang diakuisisi berada
dalam rentang batas akurasi alat, atau untuk menghapus titik dengan nilai reflektansi
yang rendah karena mungkin tidak cukup akurat.

b. Akuisisi Data
Proses pemindaian hampir sepenuhnya otomatis. Jika terhubung dengan laptop, maka
titik-titik yang diukur dapat langsung divisualisasikan. Setelah proses pemindaian, cek
obstruksi yang menghalangi hasil scan. Selain dilakukan pemindaian, target juga perlu
diukur dengan Total Station terutama apabila menggunakan teknik target-to-target pada
proses registrasi. Target akan berfungsi sebagai titik kontrol scan.
Pengolahan Data

Sebelum memulai proses pengolahan data, ada baiknya data terlebih dahulu dianalisis dan
dibandingkan dengan sketsa dan catatan lapangan, mengubah format file ke format yang umum
dikenali, misalnya . xyz rgb, serta menghilangkan noise yang ekstrim. Data yang terpengaruh
oleh noise atau kesalahan akibat manusia harus dikeluarkan dari kumpulan data karena akan
mempengaruhi ketepatan pada proses registrasi.

a. Registrasi dan Georeferensi


Hasil scan dari beberapa kali proses pemindaian diregistrasikan agar hasilnya dapat
menjadi satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, perlu diketahui posisi dan orientasi
sistem koordinat lokal TLS agar dapat menyelaraskan setiap posisi pemindaian yang
berbeda. Georeferensi adalah proses mengikatkan koordinat lokal ke sistem koordinat
global sesuai dengan kebutuhan.

Seperti yang telah disinggung pada subbab 3.2.1, terdapat tiga jenis teknik registrasi,
yang secara umum dibagi menjadi langsung dan tidak langsung. Teknik registrasi
langsung adalah dengan mendirikan alat pada titik kontrol, sedangkan teknik tidak
langsung yaitu target-to-target dan cloud-to-cloud. Secara ringkas dapat dilihat pada
diagram berikut.

Teknik registrasi target-to-target menggunakan target sebagai titik ikat antar scan.
Target juga harus diukur dengan Total Station untuk mengetahui koordinat target pada
saat proses georeferensi. Untuk melakukan registrasi, minimal dibutuhkan tiga target
dari dua scan. Lebih banyak target lebih baik, untuk meminimumkan kesalahan dengan
least square.
Teknik registrasi cloud-to-cloud melakukan registrasi dengan dua scan yang overlap
sebesar 30-40%. Untuk melakukan registrasi, minimal dibutuhkan minimal tiga titik
overlap yang dipilih secara manual. Teknik ini disebut Iterative Closed Point (ICP),
dapat digunakan untuk menyelaraskan dua data scan. Algoritma ICP secara berulang
akan memeriksa jarak antara semua titik dari point clouds dan mengestimasi
transformasi untuk menyelaraskan kedua data scan sehingga menghasilkan kesalahan
minimum.
Teknik registrasi langsung berarti posisi dan orientasi alat dihitung secara langsung.
Salah satu caranya adalah dengan menempatkan TLS langsung di atas titik yang
diketahui koordinatnya. Cara lainnya, apabila TLS tidak memiliki kemampuan seperti
Total Station, maka koordinat TLS diukur dengan Total Station yang diikatkan ke
sistem koordinat global. Cara yang lain adalah dengan memasang receiver GPS pada
TLS. Teknik registrasi ini dapat mengurangi jumlah target yang dibutuhkan dan tidak
memerlukan overlap pada saat pemindaian.
b. Pengolahan Point Cloud
Proses ini mentransformasi raw data menjadi penyajian yang diminta seperti pada
proses perencanaan. Penyajian dapat berupa gambar 2D (misalnya rencana, elevasi,
penampang melintang, dll), model 3D, atau animasi 3D.
• Representasi Point Cloud
• Pemodelan 2D dan 3D Langsung
• Pemodelan 3D Tidak Langsung

Kontrol Kualitas

Aspek kualitas survey menggunakan TLS memerlukan pertimbangan yang cermat di seluruh
proses pengukuran dan pengolahan. Sebelum, selama, dan sesudah proses pemindaian, data
harus diperiksa dan dicek kesesuaiannya terhadap hasil yang diharapkan atau diprediksi.
Faktor-faktor seperti cakupan area pemindaian, distribusi titik terhadap resolusi yang diminta,
sketsa pendukung, foto referensi dengan kamera resolusi tinggi, akuisisi pemindaian target
yang tepat, dan lainnya akan sangat berguna pada langkah-langkah pengolahan lebih lanjut.
Kualitas dimulai dengan pemahaman penuh tentang spesifikasi proyek.
C. CONTOH PEMANFAATAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS)

Pemantauan Deformasi Bendungan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)

PLTA adalah konstruksi yang memanfaatkan energi potensial air yang dibendung untuk
menggerakkan turbin air yang digabungkan ke generator untuk menghasilkan listrik. Terdapat
dua jenis PLTA, run-of-river dan storage. Storage PLTA membutuhkan bendungan dengan
struktur beton yang tipis dan melengkung, seperti yang terlihat pada gambar berikut.
TLS dipilih untuk melakukan pemantauan terhadap deformasi bendungan karena TLS mampu
mengukur deformasi pada seluruh permukaan, tidak hanya pada titik-titik tertentu.

Pemodelan Monumen Bersejarah

Salah satu cara untuk mendokumentasikan dan mengarsipkan bangunan atau monumen
bersejarah adalah dengan membuat model tiga dimensi. TLS dapat dimanfaatkan untuk
pemodelan tiga dimensi bangunan bersejarah karena kemampuannya mengamati detail
permukaan monumen

Hasil pengukuran monumen bersejarah dengan TLS berguna untuk rekonstruksi dan
rehabilitasi apabila terjadi kerusakan pada monumen. Distometer dan pita ukur digunakan
sebagai validasi ukuran model terhadap objek yang sebenarnya. Rata-rata perbedaan jarak yang
dihasilkan adalah 5-10 cm.

Estimasi Parameter Biomassa dan Interaksi antar Pohon

Biomassa adalah materi organik yang dihasilkan oleh proses fotosintesis. Biomassa
memegang peranan penting dalam mengendalikan iklim global dan mitigasi perubahan iklim
karena mampu menyerap partikel karbon di sekitar area hutan. Parameter biomassa yang
terbentuk di setiap pohon di hutan mewakili proses interaksi antar pohon. Teknologi untuk
mengestimasi parameter biomassa untuk menghitung potensi biomassa di sektor kehutanan
terus berkembang. Salah satu teknologi baru yang sedang dikembangkan adalah penggunaan
TLS. TLS dapat menganalisis struktur dan bentuk tiga dimensi pohon yang kompleks.
Hasil ukuran TLS divalidasi dengan ukuran menggunaakn pita ukur. Dari validasi tersebut,
dihasilkan perbedaan ukuran sebesar 1 mm – 7.73 cm. Dari penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa TLS dapat digunakan untuk mengukur parameter biomassa yang
berhubungan dengan interaksi antar pohon.
AIRBORNE LASER SCANNING / LIDAR
1. TEKNOLOGI LIDAR
Pada dasarnya sistem Lidar terdiri atas komponen dari sistem sensor Laser dan
komponen navigasi (gambar 1). Sistem sensor Laser fungsinya adalah untuk
mendapatkan informasi jarak sensor terhadap permukaan tanah. Komponen navigasi
digunakan untuk mendapatkan informasi posisi pesawat, yang berupa alat penetuan
posisi yang akurat berupa Global Positioning System (GPS) dan alat pencatat sikap
(attitude) sensor berupa Inertial Navigation System (INS) dengan peralatan berupa
Inertial Measurement Unit (IMU) seperti pada gambar berikut:

2. HUBUNGAN MATEMATIK DAN FORMULA-FORMULA PADA SISTEM


LIDAR
Hubungan matematik dan formula-formula Lidar berguna untuk memahami beberapa
prinsip dasar dan juga untuk perencanaan penerbangan. Hubungan matematik juga
dapat digunakan untuk menghitung secara pendekatan dari nilai parameter yang tidak
diketahui dari system Lidar. Selanjutnya dibahas beberapa faktor-faktor yang Sistem
sensor Laser Relasi Geometrik Orientasi Absolute Sensor Pergerakan Cermin Rotasi
dan Osilasi Sensor Laser GPS INS (Inertial Navigation System) Sudut antara sorotan
Laser dan Nadir Jarak antara Laser dan Obyek Koordinat antena GPS dalam sistem
WGS ’84 (XYZ) Pesawat Udara dan sikap Sensor (Roll, Pitch, Yaw) mempengaruhi
akurasi dari koordinat 3D, terutama jarak, posisi, attitude dan kesalahan offset waktu.
Kesalahan–kesalahan ini menyebabkankan adanya kesalahan koordinat 3D. Untuk
pendekatan diasumsikan bahwa roll, sudut pitch adalah nol, penyiam laser sepanjang
bidang vertikal terhadap arah terbang dan dalam garis equidistant dan terrain datar. Juga
diasumsikan bahwa daerah yang terliput terdiri dari beberapa overlap strip pararel
dengan panjang yang sama dan kecepatan terbang dan tinggi terbang konstan.
3. KONFIGURASI SISTEM LIDAR
Secara umum sistem Lidar wahana udara merupakan perpaduan antara LRF (Laser
Range Finder), POS (Positioning and Orientation System) yang secara jelas dengan
mengintegrasikan DGPS (Differential Global Positioning System), IMU (Inertial
Measurement Unit) dan Control Unit (Wehr dan Lohr, 1999). Laser mengukur jarak ke
permukaan tanah atau obyek dan menghasilkan posisi 3 demensi bila dikombinasikan
dengan posisi dan orientasi dari sensor. Karakteristik dari Lidar wahana udara secara
umum, dijelaskan pada tabel.
(a).Paradigma LIDAR, (b) pancaran pulsa mengenai obyek, dan (c) pantulan balik yang
dideteksi alat penerima.

4. HUBUNGAN ANTARA SISTEM REFERENSI

Komponen sistem sensor Laser terdiri atas sensor Laser dengan cermin. Sensor Laser
melakukan pengukuran jarak antara sensor terhadap permukaan tanah. Permukaan jarak
ada yang menggunakan prinsip beda waktu dan ada yang menggunakan prinsip beda
fase.
Arah panah menunjukkan arah terbang. Terdapat beberapa pendefinisian tentang satu
garis penyiaman (scan line), yaitu i, ii, iii. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya
perbedaan tentang definisi satu garis penyiaman dalam data hasil penyiaman dengan
cermin osilasi. Karakteristik lain dari sensor Laser adalah :
a. panjang gelombang dari sinar Laser yang digunakan,
b. sudut divergensi,
c. ukuran pulsa sinar Laser di permukaan tanah (foot print size)
d. frekuensi pemancaran pulsa,
e. frekuensi penyiaman,
f. sudut penyiaman.
5. KOMPONEN – KOMPONEN LIDAR
Lidar wahana udara merupakan sistem Laser yang dirancang untuk mengumpulkan data
ketinggian dari permukaan bumi secara langsung dan secara digital. Alat Lidar
memancarkan sinar Laser menuju target. Beberapa sinar Laser tersebut dipantulkan
kembali ke alat tadi untuk dianalisis. Range Finder Lidar digunakan untuk mengukur
jarak dari alat Lidar ke target. Waktu yang diperlukan oleh sinar untuk berjalan bolak-
balik ke alat Lidar, digunakan untuk menentukan jarak ke target Lidar dioperasikan
pada sinar ultraviolet, sinar tampak atau sinar inframerah dekat daerah spektrum
elektromagnetik, yang mana panjang gelombangnya jauh lebih pendek dengan RADAR
konvensional.
6. PEROLEHAN DATA LIDAR
Beberapa pengertian yang digunakan dalam akuisisi, pengolahan dan penggunaan data
Lidar seperti tersebut di bawah ini:
a. Sistem Penentuan Posisi Global Wahana Udara (Airborne Global Positioning
System = AGPS); Teknologi untuk menghitung informasi koordinat X, Y dan Z
dari udara yang dihubungkan satu atau beberapa stasiun di pemukaan tanah. AGPS
sensor ini sering digunakan untuk fotogrametri dan akuisisi sensor aktif data Lidar.
b. Tanah Gundul (Bare earth); Data ketinggian digital di atas permukaan tanah, yang
bebas terhadap vegetasi, bangunan dan berbagai macam struktur bangunan
manusia. Ketinggian di atas permukan tanah, data Tanah Gundul dapat dimodelkan
sebagai MED.
c. Garispatah (Breakline); fitur linear yang mendiskripsikan perubahan permukaan
smooth atau kontinyu. Garispatah biasanya ditemui sepanjang tepi jalan dan
sepanjang fitur hidrografi untuk memandu pembuatan garis kontur yang teliti.
d. Model Elevasi Digital (MED), (Digital Elevation Model); sebuah singkatan yang
digunakan untuk menjelaskan data topografi digital. Pada spasi interval yang rapat,
dapat mewakili bentuk Tanah gundul.
e. Model Permukaan Digital, (Digital Surface Model); Data set ketinggian yang
dibentuk dari koordinat teliti X, Y dan Z dari sistem pantulan data Lidar. Model
Permukaan Digital berisi semua informasi data topografi, planimetri dan vegetasi
untuk daerah tersebut pada saat penyiaman Laser berlangsung.
f. Model Medan Digital (MMD), (Digital Terrain Model); Sama dengan MED, tetapi
lebih menekankan pada fitur topografi di atas permukaan tanah, seperti halnya
kerapatan titik, garispatah yang menggambarkan bentuk medan.
g. Unit Pengukuran Inersial (Inertial Measurement Unit = IMU); Teknologi untuk
menghitung roll, pitch, dan heading dari obyek yang bergerak, sebagai misal ;
sensor Lidar atau Kamera udara.
h. Deteksi Sinar dan Jarak (LIght Detection And Ranging = LIDAR); Teknologi yang
menggunakan Penyiam Laser Wahana udara pengukur jarak (Airborne Scanning
Laser Range Finder) untuk memperoleh data topografi teliti, juga disebut Airborne
Laser Swath Mapping (ALSM).
i. Intensitas LIDAR (LIDAR Intensity); Kekuatan dari pulsa sinar pada waktu
pengamatan. Besarnya intensitas dapat digunakan untuk membuat file citra raster
yang ditampilkan sebagai peta citra atau bisa disimpan sebagai besaran intensitas
setiap titik pada waktu diukur.
j. Rit Pulsa LIDAR (LIDAR Pulse Rate); Biasanya berkaitan dengan jumlah pulsa
sinar yang dipancarkan setiap detik dalam sebuah penyiaman. Rit pulsa akan
bervariasi tergantung jenis sensornya, antara 5000 sampai 50.000 pulsa per detik.
k. Pantulan LIDAR (LIDAR Returns ); Jumlah sinyal yang diterima setiap detik.
Beberapa sensor Lidar dapat menangkap ribuan pantulan sinar per detik. Umumnya
pantulan awal dan akhir digunakan untuk aplikasi pemetaan. Pantulan awal
mengukur obyek pertama yang teramati, sedangkan pantulan akhir biasanya
mengukur permukaan tanah bila tidak terhalang obyek.
l. Jaringan Segitiga takteratur (Triangulated Irregular Network = TIN); sejumlah
perpotongan dan tidak tumpang tindih segitiga yang dihitung dari titik-titik ruang
yang tidak teratur dengan koordinat X, Y dan Z. Model TIN digunakan untuk
membentuk permukaan tanah dari data MED.
m. Kosong (Voids); Bagian data set ketinggian digital yang tidak tersedia data
ketinggiannya.
7. AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LIDAR
Saat ini sudah banyak sistem Lidar komersial di pasaran yang menyediakan jasa
pemetan Lidar (Baltsavias 1999a). Seluruh proses pemetaan dengan Lidar wahana
udara dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan jalur terbang, akuisisi data dan
produksi titik tinggi. Parameter-parameter tinggi terbang, sudut petak (swath) , rate
scanning, pertampalan samping jalur terbang dan kecepatan pesawat menentukan
kerapatan titik dan parameter tersebut dikemas untuk mengakomodasi keperluan
pekerjaan proyek (Baltsavias 1999b). Ketelitian data jarak tergantung dari konfigurasi
spesifik dari sistem Lidar. Sampai saat ini ketelitian sistem Lidar komersial mencapai
15 cm secara vertikal dan 30 cm secara horisontal ( Fowler, 1999). Perencanaan yang
matang diperlukan sebelum proses akuisisi data, pemahaman terhadap peralatan yang
akan dipergunakan harus dimengerti untuk penentuan parameter penerbangan.
Langkah-langkah proses akuisisi data Lidar seperti pada gambar 12.

8. PERATAAN ANTAR JALUR TERBANG


penggabungan data dilakukan hanya jika seluruh hasilnya konsisten secara spasial.
Persoalan yang sering terjadi pada data Lidar adalah data tersebut menunjukkan
pergeseran secara sistematik pada elevasi dan posisi horisontalnya ketika dibandingkan
dengan sumber data lainnya, misal peta, dan kesalahan sistematik antara bagian-bagian
yang overlap dari data dengan sensor yang sama. Meskipun kesalahan kesalahan
random ada pada seluruh pengukuran sensor, kesalahan sistemastik sebagian besar
mengacu pada ketidaktepatan atau ketidaklengkapan kalibrasi.
9. KUALITAS MED DARI DATA LIDAR
Menurut ISO19113, 2002 dalam Hu, 2003, kualitas geoinformasi dapat dideskripsikan
dengan elemen kualitas data sebagai berikut :
a. Kelengkapan (completeness)
kelengkapan fitur termasuk atribut dan hubungannya.
b. Konsistensi logis (logical consistency)
tingkat kelekatannya pada aturan logis struktur data, atribut dan hubungannya (
struktur data dapat berupa konseptual, logikal adan fisik)
c. Ketelitian posisi (positional accuracy)
ketelitian posisi fitur
d. Ketelitian temporal (temporal accuracy)
ketelitian temporal atribut dan temporal hubungan fitur
e. Ketelitian tematik (thematic accuracy)
ketelitian kuantitatif atribut dan kelengkapan nonkuantitatif atribut dan
klasifikasi fitur serta hubungannya.
10. MODEL PERMUKAAN DIGITAL (MPD) dan MODEL ELEVASI DIGITAL
(MED)
MPD merupakan data set ketinggian yang dibentuk dari koordinat teliti X, Y dan Z dari
sistem pantulan data Lidar yang memuat semua informasi data topografi, planimetri
dan vegetasi, baik buatan manusia maupun alam untuk daerah tersebut pada saat
penyiaman Laser berlangsung, seperti pada gambar 15.

Sedangkan pengertian Model Elevasi Digital umumnya berkaitan representasi


permukaan topografi yang mempunyai ketinggian medan. Ketinggian medan yang
mewakili posisi permukaan tanah mempunyai posisi horisontal tertentu, sehingga data
Lidar dapat digunakan langsung sebagai model elevasi digital sebab mempunyai
koordinat x,y,z untuk setiap posisinya, akan tetapi bila elevasi tersebut di atas
permukaan tanah dan di situ ada obyeknya , maka lokasi tersebut merupakan model
permukaan digital.
11. PELAKSANAAN AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LIDAR
Beberapa tahapan pelaksanaan akuisisi dan pengolahan data Lidar yaitu :
a) Persiapan
Persiapan Administrasi Berdasarkan Surat Perintah Kerja.
b) Rencana jalur terbang
1. Permukaan Obyek Scanning Perkiraan kondisi permukaan obyek yang akan
di scanning akan menentukan strategi scanning. Nilai pantulan obyek ini
akan menentukan ketinggian scanning.

2. Tinggi Terbang
Tinggi terbang scanning akan ditentukan oleh obyek yang akan di scan,
yaitu tingkat kekasaran obyek yang akan berpengaruh terhadap nilai
pantulan laser. Sesuai dengan urain sebelumnya, bahwa nilai pantulan
wilayah perkotaan adalah sebesar 20%, maka tinggi terbang adalah sebesar
660 meter.
3. Arah penerbangan akan dilakukan ke arah Utara-selatan. Selain mengikuti
arah memanjang batas wilayah kecamatan yang akan di scan, arah
Utara selatan mendekati arah jalur jalan. Scan dengan arah searah
memanjang wilayah yang di scan akan efektif dan ekonomis, karena jumlah
jalur terbang akan minimum karena jumlah jalur belok minimum.
Pertimbangannya adalah agar sebanyak mungkin titik scan bisa mencapai
permukaan tanah terutama jalan.

4. Cakupan Lidar dan Foto Digital


c) Setting Lidar System
d) Kalibrasi Lidar System
e) Pelaksanaan Scanning
f) Data download, Management dan backup Data
g) Pengolahan Data Lidar
h) Pengolahan Digital Foto
i) Kebutuhan Fasilitas Penunjang
j)
12. KONTROL KUALITAS DATA LIDAR
Pada data Lidar tidak terdapat Redundancy seperti stereo foto udara, maka diperlukan
prosedur kontrol kualitas. Redundancy adalah data lebih untuk maksud memeriksa
kesalahan blunder sekaligus untuk perataan hasil agar mendapatkan kualitas yang lebih
baik. Kontrol kualitas untuk penelitian ini dilakukan dengan pengukuran di darat untuk
menghasilkan data kontrol yang berupa koordinat X-Y dan Z pada lokasi tertentu.
Lokasi area kontrol kualitas ditentukan pada daerah yang mendekati jalur terbang, pada
daerah yang dapat diidentifikasi letaknya secara visual. Seperti contoh adalah pada
daerah di sekitar sungai dan di persimpangan jalan atau jembatan, di depan bangunan
rumah yang mempunyai kenampakan spesifik agar tidak salah pada identifikasinya.

You might also like