You are on page 1of 21

TUGAS MAKALAH KELOMPOK 3

PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO THORAX


Dosen Pembimbing: Ns. Said Devi Elvin, S.Kep.,M.Kep
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan

OLEH:
Anggota Kelompok 3:
1. Sufiani
2. Intan Maqfirah Putri
3. Riza Hanzirfa
4. Sri rezeki amelia
5. Haikal ali fandi
6. Hanisah
7. Nada Naflah
8. Nurlina
9. Fitranda
10. Ulfi anita
11. Riska audina
12. Athayanis nazzai
13. Siti Yandira karnia
14. wida puspita dewi
15. Raja ilham

POLTEKES KEMENKES ACEH


PRODI DIII KEPEWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul "pemeriksaan fisik head to thorax."
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Said Devi Elvin,
S.Kep.,M.Kep selaku dosen Mata kuliah Metodologi Keperawatan yang telah membantu
penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dalam pembuatan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini memberikan panduan dalam pembelajaran
dari kepla ke dada. Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis.

Banda Aceh, 12 February 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………………………………… i
Daftar isi……………………………………………………………………………………ii
BAB Pendahuluan………………………………………………………………………… 1
a. Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
b. Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
BAB II Tinjauan teori………………………………………………………………………3
a. Pengertian Kebugaran Fisik………………………………………………………..3
b. Pengertian Thorax………………………………………………………………….3
BAB III Pembahasan………………………………………………………………………..4
a. Konsep Teori Pemeriksaan Fisik…………………………………………………..4-5
b. Tujuan Pemeriksaan Fisik…………………………………………………………5
c. Konsep Teori Pemeriksaan Thorax……………………………………………….6-10
d. Prosedur Pemeriksaan Kepala…………………………………………………...10-16
BAB IV Penutup……………………………………………………………………………. 17
a. Kesimpulan………………………………………………………………………… 17
b. Saran………………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorangahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akanmembantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagiankepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksadengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkindiperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahlimedis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebabyang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasiensecara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali

Novita Verayanti M.(2016) jurnal Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik oleh Perawat Rumah
Sakit Advent Bandar Lampung memaparkan pendapat dari Hidayat (2004:98) menjelaskan
bahwa pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan
data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
Sedangkan menurut Wilms, Schneiderman dan Algranati (2005:1) pengkajian fisik meliputi
proses yang dilakukan klinikus dalam melakukan observasi melalui inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi terhadap fisik pasien.

Tanda-tanda dari gangguan dapat ditemukan melalui proses pemeriksaan tersebut.


Rospond (2009) menjelaskan bahwa pemeriksaan fisik umumnya dimulai setelah
anamnesa selesai dilakukan. Perawat seharusnya memiliki suatu kontak yang mudah dibawa
untuk menyimpan peralatannya yang berisi alat-alat pemeriksaan fisik seperti stetoskop,
thermometer, jam, senter, garputala, jarum, pita pengukur, spigmanometer, spatula lidah, lidi
kapas, kasa, sarung tangan, gel lubrikan, speculum hidung.

4
Menurut Dodi Anwar (2012) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa sebelum melakukan
pemeriksaan paru, lakukan anamnesis yang lengkap mengenai keluhan dan perjalanan penyakit
pasien. Pada sebuah penelitian, anamnesis yang baik dan lengkap dapat lebih berguna dalam
menegakkan diagnosis suatu penyakit paru dibandingkan pemeriksaan fisik paru. Pemeriksa
harus membersihkan tangan sebelum melakukan pemeriksaan dengan air bersih dan sabun.
Pemeriksaan harus dilakukan pada ruangan yang tenang, bersih, hangat, terang, dan
memberikan privasi. Perawat masa kini dituntut untuk dapat mengaplikasikan metode
pendekatan pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Pengkajian merupakan tahap yang paling1

Utama dalam proses keperawatan, dimana pada tahap ini perawat melakukkan pengkajian data
yang diperoleh dari hasil wawancara/anammesis, catatan kesehatan lain dan pemeriksaan fisik.

Rumusan masalah

1. Bagaimana konsep teori pada Pemeriksaan Fisik.

2. Apa tujuan Pemeriksaan Fisik.

3. konsep teori pemeriksaan thorax

4. Apa tujuan pemerikasaan thorax

5. Bagaimana prosedur Pemeriksaan kepala

BAB II

1
https://stikesmukla.ac.id/downloads/PEMERIKSAAN%20FISIK%20PARU%20KEL%203%20D3%20KEP%202A.pdf
5
TINJAUAN TEROTI

a. Pengertian Kebugaran Fisik

Beberapa definisi mengenai kebugaran fisik yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin
dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih
memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktifitas yang bersifat mendadak (Nala, 2011).

Pengertian lain menyatakan kebugaran fisik adalah suatu keadaan dan kemampuan fisik
yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadaptugas fisik tertentu atau terhadap
keadaan lingkungan yang harus di atasi dengancara yang efisien, tanpa kelelahan yang
berlebihan dan telah pulih sempurnasebelum datang tugas yang sama pada esok harinya
(Giriwijoyo dan Mucchtamaji, 2005)

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan
sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Departemen Pendidikan Nasional Pusat
Pengembangan Kualitas Jasmani Jakarta,2

b. Rangka Dada (Thorax)

Rangka dada atau thorax tersusun dari tulang dan tulang rawan.Thorax berupa sebuah
rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih besar dari pada di atas dan di belakang lebih panjang
dari pada bagian depan.Dibagian belakang, thorax dibentuk oleh kedua belas
vertebraethoracalis, di depan dibentuk oleh sternum, dibagian atas oleh clavicula, dibagian
bawah oleh diafragma , dan di samping kiri dankanan dibentuk oleh kedua belas pasang iga
yang melingkari badanmulai dari belakang dari tulang belakang sampai ke sternum di depan 3
(Pearce, 2011).

BAB III

PEMBAHASAN
2
https://stikesmukla.ac.id/downloads/PEMERIKSAAN%20FISIK%20PARU%20KEL%203%20D3%20KEP%202A.pdf
https://www.academia.edu/12672900/Makalah_pemeriksaan_fisik
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2890/3/3.%20BAB%20II%20%28%20TINJAUAN%20PUSTAKA
%20%29.pdf

3
http://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB%20II%20(P1337430116009).pdf
6
A. Konsep Teori pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan
terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan 4 komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010).5

Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:

1. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan


penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke
suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi
Sartika, 2010).

2. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan


tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-
jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010). Hal yang di deteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

4
https://text-id.123dok.com/document/nzwo5rly-makalah-pemeriksaan-fisik-1.html
5
https://text-id.123dok.com/document/nzwo5rly-makalah-pemeriksaan-fisik-1.html
7
3.Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk


menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan
posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Perkusi adalah
pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan
dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan.(Dewi Sartika, 2010).

B. Tujuan Pemeriksaan Fisik

Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:

1.Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

2.Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.

3.Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

4.Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.

5.Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan di
jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di lakukan pemeriksaan fisik.6

C. Konsep Pemeriksaan Thorax

Berikut pengkajian dalam pemeriksaan fisik pada paru sebagai berikut :

1. Inspeksi

6
https://text-id.123dok.com/document/nzwo5rly-makalah-pemeriksaan-fisik-1.html
8
Dada dikaji tentang postur bentuk, kesimetrisan serta warna kulit, perbandingan bentuk
dada anterior, posterior, dan transversal pada bayi 1 : 1, dewasa 1 : 2 bentuk abnormal pada
kondisi tertentu: Pada pengkajian dada dengan inspeksi juga perhatikan:

a. Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas.

b. Sifat bernapas : pernapasan perut atau dada

c. Adakah retraksi dada, jenis : retraksi ringan, sedang, dan berat

d. Ekspansi paru simetris ataukah tidak

e. Irama pernapasan : pernapasan cepat atau pernapasan dalam (pernapasan7

kussmoul)8

f. Pernapasan biot : pernapasan yang ritme maupun amplitudenya tidak teratur

diselingi periode apnea

g. Cheyne stokes : pernapasan dengan amplitude mula-mula kecil makin lama makinbesar
kemudian mengecil lagi diselingi peripde apnea.( Anwar, Dodi., Chan, Yusrizal. 2012.)

2. Palpasi

Dengan pemeriksaan palpasi dada kita menilai :

1. Adanya kelainan/ lesi pada kulit, massa, nyeri tekan lokal dan kemungkinan adanya fraktur.

2. Letak iktus kordisDengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak terlihat pada inspeksi)
dan mengkonfirmasi karakteristik iktus kordis. Palpasi dilakukan dengan cara :
meletakkanpermukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3 distal jari II, II dan IV atau
denganmeletakkan sisi medial tangan, terutama pada palpasi untuk meraba thrill. Identifikasi
BJ1 dan BJ2 pada iktus kordis dilakukan dengan memberikan tekanan ringan pada iktus.Bila
iktus tidak teraba pada posisi terlentang, mintalah pasien untuk berbaring sedikit miring ke kiri
(posisi left lateral decubitus) dan kembali lakukan palpasi. Jika iktus tetap belum
teraba,mintalah pasien untuk inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian menahan nafas
sebentar Pada saat memeriksa pasien wanita, mammae akan menghalangi pemeriksaan

7
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/smt-2-Pem-fisik-jantung-dan-paru-dasar-2019.pdf
8
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/smt-2-Pem-fisik-jantung-dan-paru-dasar-2019.pdf
9
palpasi.Sisihkan mammae ke arah atas atau lateral, mintalah bantuan tangan pasien bila perlu.
Setelah iktus ditemukan, karakteristik iktus dinilai dengan menggunakan ujung-ujung jari dan
kemudian dengan 1 ujung jari. Pada beberapa keadaan fisiologis tertentu, iktus dapat tidak
teraba, misalnya pada obesitas, otot dinding dada tebal, diameter anteroposterior kavum thorax
lebar atau bila iktus tersembunyi di belakang kosta. Pada keadaan normal hanya impuls dari
apeks yang dapat diraba. Pada keadaan hiperaktif denyutan apeks lebih mencolok. Apeks dan
ventrikel kiri biasanya bergeser ke lateral karena adanya pembesaran jantung atau dorongan dari
paru (misalnya pada pneumotorak sinistra). Pada kondisi patologis tertentu, impuls yang paling
nyata bukan berasal dari apeks, seperti misalnya pada hipertrofi ventrikel kanan, dilatasi arteri
pulmonalis dan aneurisma aorta. Setelah iktus teraba, lakukan penilaian lokasi, diameter,
amplitudo dan durasi impuls apeks pada iktus. - Lokasi : dinilai aspek vertikal (biasanya pada
sela iga 5 atau 4) dan aspek horisontal (berapa cm dari linea midsternalis atau midklavikularis).
Iktus bisa bergeser ke atas atau ke kiri pada kehamilan atau diafragma kiri letak tinggi. Iktus
bergeser ke lateral pada gagal jantung kongestif, kardiomiopati dan penyakit jantung iskemi.
Jika pada posisi berbaring terlentang iktus kordis tidak teraba maka dapat dilakukan dengan
posisi pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus) atau duduk membungkuk ke depan.

3. Pengembangan dinding dada anterior.

Caranya : - Letakkan ibu jari di sekitar tepi kosta, jari-jari yang lain berada di sebelah lateral
rongga dada. Setelah itu, geserkan sedikit ke arah medial untuk mengangkat lipatan kulit yang
longgar di antara kedua ibu jari. Mintalah pasien untuk bernapas dalam. - Amati, sejauh mana
ibu jari anda menyimpang mengikuti ekspansi toraks dan rasakan pergerakan dan kesimetrisan
dari pergerakan selama respirasi.

4. Penilaian fremitus taktil Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

- Untuk membandingkan fremitus kedua sisi dada, pergunakan telapak tangan di bagian basal
jari-jari atau permukaan ulnar dari telapak tangan

- Bandingkan fremitus taktil di lapangan paru kanan dan kiri di sebelah anterior dada pada
beberapa lokasi

- Identifikasi lokasi di mana fremitus meningkat, menurun atau menghilang. (Anwar, Dodi.,
Chan, Yusrizal. 2012. Badway, M.Sh., Hamed, A.H., Yousef, F.M.A. 2015.)

1
0
3. Perkusi

Perkusi paru

- Lakukan perkusi secara beraturan pada dada anterior dan lateral, dan bandingkan antara kanan
dan kiri

- Identifikasi lokasi atau area yang perkusinya abnormal. Jika jaringan paru atau kavum pleura
normal digantikan oleh massa padat atau terisi cairan, suara sonor akan berubah menjadi redup.
Karena cairan selalu berada di tempat terbawah dari kavum pleura Cara Pemeriksaan Fremitus
Taktil Dada Anterior 35 posterior bila pasien berbaring), maka hanya efusi masif yang
terdeteksi pada perkusi dada anterior

-Pada perempuan, untuk meningkatkan perkusi, geser payudara dengan perlahan dengan tangan
kiri ketika anda memeriksa sebelah kanan. Alternatif lain anda bisa meminta pasien untuk
menggeser sendiri payudaranya9

Pada perkusi dinding dada anterior, kita juga menilai batas paru – jantung dan batas paru –
hepar. 36

- Penilaian batas paru – hepar : Perkusi pada linea midklavikula kanan sampai ke bawah dan
identifikasi batas atas keredupan hepar. Metode ini akan dipergunakan pada waktu pemeriksaan
fisik abdomen untuk memperkirakan ukuran hepar. Perkusi pada paru kiri bagian bawah
berubah menjadi timpani karena udara dalam lambung.

- Penilaian batas paru – jantung : Secara normal, area jantung menimbulkan bunyi redup di sisi
kiri sternum mulai dari sela iga 3 sampai sela iga 5. Perkusi paru kiri dilakukan di sebelah
lateral dari area tersebut.

Pada perkusi dinding dada anterior, kita juga menilai batas paru – jantung dan batas paru –
hepar. 36 - Penilaian batas paru

– hepar : Perkusi pada linea midklavikula kanan sampai ke bawah dan identifikasi batas atas
keredupan hepar. Metode ini akan dipergunakan pada waktu pemeriksaan fisik abdomen untuk
memperkirakan ukuran hepar. Perkusi pada paru kiri bagian bawah berubah menjadi timpani
karena udara dalam lambung.

9
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/smt-2-Pem-fisik-jantung-dan-paru-dasar-2019.pdf
1
1
- Penilaian batas paru – jantung : Secara normal, area jantung menimbulkan bunyi redup di sisi
kiri sternum mulai dari sela iga 3 sampai sela iga 5. Perkusi paru kiri dilakukan di sebelah
lateral dari area tersebut (Anwar, Dodi., Chan, Yusrizal. 2012.)

4. Auskultasi

Pemeriksaan suara napas

Auskultasi dada anterior dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Pasien diminta


untuk bernapas dalam. Auskultasi dilakukan dengan pola seperti perkusi dada anterior supaya
dapat membandingkan area secara simetris. Dengarkan minimal satu siklus inspirasi dan
ekspirasi di satu titik auskultasi. Dengarkan intensitas, nada dan durasinya selama inspirasi dan
ekspirasi; perhatikan apakah suara napas terdistribusi di seluruh lapang paru ataukah terdengar
di lokasi yang jauh dari lokasi normalnya.

Pemeriksaan bunyi jantung Auskultasi memberikan kesempatan mendengarkan


perubahan-perubahan dinamis akibat aktivitas jantung. Auskultasi jantung berguna untuk
menemukan bunyi-bunyi yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur jantung dan
perubahan-perubahan aliran darah yang ditimbulkan selama siklus jantung. Untuk dapat
mengenal dan menginterpretasikan bunyi jantung dengan tepat, 10 mahasiswa perlu mempunyai
dasar pengetahuan tentang siklus jantung. Bunyi jantung diakibatkan karena getaran dengan
masa amat pendek. Bunyi yang timbul akibat aktifitas jantung dapat dibagi dalam :

 BJ1 : disebabkan karena getaran menutupnya katup atrioventrikuler terutama katup mitral,
getaran karena kontraksi otot miokard serta aliran cepat saat katup semiluner mulai terbuka.
Pada keadaan normal terdengar tunggal.

 BJ2 : disebabkan karena getaran menutupnya katup semilunaris aorta maupun pulmonalis.
Pada keadaan normal terdengar pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi
dengan pernafasan pada anak-anak atau orang muda.

 BJ3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian cepat (rapid filling
phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda (fisiologis) atau
keadaan dimana komplians otot ventrikel menurun (hipertrofi/ dilatasi).

10
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/smt-2-Pem-fisik-jantung-dan-paru-dasar-2019.pdf

1
2
 BJ4 : disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel yang kompliansnya
menurun. Jika atrium tak berkontraksi dengan efisien misalnya fibrilasi atrium maka bunyi
jantung 4 tak terdengar.

 Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup dimana bunyi tersebut didengar.
M1 berarti bunyi jantung satu di daerah mitral, P2 berarti bunyi jantung 11 (Anwar, Dodi., Chan,
Yusrizal.2012 Badway, M.Sh., Hamed, A.H., Yousef, F.M.A. 2015.)

E. Prosedur pemeriksaan kepala

A. Pemeriksaan Kepala (Inspeksi dan Palpasi)

Pada saat melakukan pemeriksaan pada kepala, posisi pemeriksa duduk di


depan,samping atau belakang pasien.

1. Pemeriksaan Kepala

Pertama kali yang dilihat adalah bentuk dan ukuran kepala. Apakah terdapat hydrocephalus,
microcephalus atau mesocephalus? Apakah terdapat tonjolan tulang?

Apakah bentuknya simetris atau asimetris pada kepala dan wajah?

2. Pemeriksaan Rambut

a. Inspeksi

Pemeriksa memperhatikan warna, jumlah dan distribusi rambut. Warna rambut


bisahitam, putih atau adakah rambut jagung (malnutrisi). Jumlahnya bisa tebal atautipis.
Distribusi rambut bisa merata atau rambut rontok. Adanya alopecia areata ditandai
dengan kerontokan rambut yang mendadak, berbentuk oval atau bulat,tanpa disertai
tanda-tanda inflamasi.

b. Palpasi

Penilaian palpasi rambut meliputi tekstur rambut dan apakah mudah dicabut atau

tidak. Pada pasien malnutrisi, tekstur rambut kasar, kering dan mudah dicabut
11
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/smt-2-Pem-fisik-jantung-dan-paru-dasar-2019.pdf

1
3
3. Pemeriksaan wajah

a. Inspeksi

Pada pemeriksaan ini dapat dilihat apakah pucat, sianosis atau ikterik.Pucat
kemungkinan adanya insufisiensi aorta atau anemia, sianosis mungkin terjadi pada
pasien dengan cacat jantung bawaan dan ikterik mungkin dapat disebabkan olehhepatitis
atau tumor pankreas. Warna kemerahan pada wajah seperti kupu-kupu terdapat pada
pasien lupus/Systemic Lupus Erythematosus.Penampilan wajah sering merupakan tanda
patognomonis suatu penyakit tertentu, misalnya facies leonina yang terjadi pada pasien
kusta/lepra (Morbus Hansen). Wajah mongoloid terdapat pada pasien Down Syndrome.
Penyakit Parkinson sangat khas ditandai adanya wajah tanpa ekspresi/ wajah topeng.
Adanya asimetri wajah menunjukkan kemungkinan adanya kelumpuhan pada syaraf
kranialnervus fasialis (N. VII) pada pasien stroke atau Bells palsy (wajah tertarikpada
sisi sehat). Asimetri pada wajah dapat mengarahkan adanya kelainan pada kelenjar
parotis akibat parotitis ataupun tumor pada parotis.12

4. Pemeriksaan mata

a. Inspeksi

Pemeriksaan mata meliputi :

-Pemeriksaan posisi dan kesejajaran mata dengan cara pasien dimintamelihat pada suatu
obyek kemudian mata pasien diminta mengikuti pergerakan obyek.

-Pemeriksaan konjungtiva dengan cara membuka palpebra inferior.

-Pemeriksaan sklera dengan cara membuka palpebra superior

- Pemeriksaan pupil dilakukan dengan memberikan cahaya pada pupil matadari samping
ke tengah, pupil normal akan mengalami miosis (menyempit) bila terkena cahaya.

- Pemeriksaan lensa dengan cara memberikan cahaya lewat pupil, dinilaimedia refrakta
di belakang pupil.

b. Palpasi
12
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/
2019/02/smt-2-Pemeriksaan-kepala-leher-
2019.pdf&ved=2ahUKEwiKiKHI7vb1AhXf3jgGHflaCpMQFnoECBEQAQ&usg=AOvVaw0RsIsdcjT97ZAQckkaEDA2
1
4
Pemeriksaan palpasi meliputi pemeriksaan palpebra dan tekanan bola mata.

5. Pemeriksaan hidung

a. Inspeksi

1. Inspeksi hidung eksternal : Perhatikan permukaan hidung, ada atau tidak


asimetri,deformitas atau inflamasi.

2. Inspeksi hidung bagian dalam dengan spekulum :

-Perhatikan mukosa yang menutup septum dan konka, warna dan pembengkakan.
Adakah mukosa oedema dan kemerahan (rinitis oleh virus),adakah oedema dan pucat
(rinitis alergik), polip, dan ulkus.

-Posisi dan integritas septum nasi. Adakah deviasi atau perforasi septum nasi.

b. Palpasi

Pemeriksaan palpasi hidung untuk menilai adanya fraktur os nasalis dan nyeri tekan.

6. Pemeriksaan Telinga

Pemeriksaan telinga meliputi:

Pemeriksan telinga luar :

i. Inspeksi auricula: bentuk, ukuran, simetris / asimetris, tanda radang.Inspeksi kanalis


auricularis : adakah serumen prop, tanda radang, corpus alienum.

ii. Palpasi : adakah nyeri, tragus pain, mastoid pain, dan tumor

7. Pemeriksaan mulut

a. Inspeksi

1) Bibir, Perhatikan warna(adakah sianosis atau pucat), kelembaban, oedema, ulserasi


atau

pecah-pecah.
1
5
2) Mukosa oral, Mintalah pasien untuk membuka mulut. Dengan pencahayaan yang baik
dan bantuan tongue spatel, dilakukan inspeksi mukosa oral. Menilai warna mukosa,
pigmentasi,ulserasi dan nodul. Bercak-bercak pigmentasi pada ras kulit hitam masih
dalam batas normal.

3) Gusi dan gigi, Menilai adakah inflamasi, oedema, perdarahan, retraksi atau perubahan
warna gusi,gigi tanggal atau hilang.

4) Langit-langit mulut atau palatum, Menilai warna dan bentuk langit-langit mulut,
adakah torus palatinus.

5) Lidah, Menilai lidah dan dasar mulut, termasuk warna dan papilla, adakah glositis,
paralisis

syaraf kranial ke-12.

6) Faring, Mintalah pasien untuk membuka mulut, dengan bantuan tongue spatel lidah
kita tekan pada bagian tengah, mintalah pasien mengucapkan ”aaa”. Perhatikan
warnaatau eksudat, simetri dari langit-langit lunak. Adakah faringitis, paralisis syaraf
kranial ke-10.

B. Pemeriksaan Leher

Melakukan pemeriksaan leher, meliputi: regio colli, trachea, kelenjar tiroid, dan

kelenjar limfonodi.

1. Regio Colli

a. Inspeksi

Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetri, denyutan abnormal, tumor,
keterbatasan gerakan dalam range of motion (ROM) maupun pembesaran kelenjarlimfe
dan tiroid.

b. Palpasi

1
6
Pemeriksaan palpasi leher dilakukan pada tulang hioid, tulang rawan tiroid, kelenjar
tiroid, muskulus sternokleidomastoideus, pembuluh karotis dan kelenjar
limfe.Pemeriksaan dilakukan pada kedua sisi (bilateral) bersamaan.

2. Pemeriksaan trachea

a. Inspeksi

Inspeksi trachea untuk melihat adanya deviasi trachea, simetris, asimetris.

b. Palpasi

Palpasi trachea dilakukan dengan cara ujung jari telunjuk dan jari manis menekan pada
daerah m. sternocleidomastoideus kanan dan kiri dengan trachea dan pasien diminta
menelan ludah. Bandingkan pada kedua sisi. Bila kedua jari tangan bisa masuk maka
posisi trachea normal, tetapi bila salah satu jari ada yang terhalang masuk, artinya ada
devisi kearah sisi ini. Massa di leher atau mediastinum akan mendorongtrachea ke salah
satu sisi.13

3. Pemeriksaan Kelenjar Limfonodi

a. Inspeksi

Inspeksi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran, peradangan pada limfonodi

seperti penyakit tuberculosis, limfoma maligna, metastase, HIV/ AIDs.

b. Palpasi

Pada keganasan kelenjar getah bening, terutama limfoma, dinilai kelenjar mana saja
yang membesar, multipel atau tunggal, permukaannya, mobile atau
terfiksasi,konsistensi, nyeri tekan atau tidak, adakah luka pada kelenjar tersebut.
Limfadenopati yang hanya berukuran kecil, discrete dan mobile dapat bersifat
fisiologis.Adanya nyeri tekan menunjukkan inflamasi.Limfadenopati yang keras pada
palpasi dan terfiksasi mengindikasikan keganasan.

13
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/
2019/02/smt-2-Pemeriksaan-kepala-leher-
2019.pdf&ved=2ahUKEwiKiKHI7vb1AhXf3jgGHflaCpMQFnoECBEQAQ&usg=AOvVaw0RsIsdcjT97ZAQckkaEDA2
1
7
4. Pemeriksaan kelenjar tiroid

a. Inspeksi

Inspeksi kelenjar tiroid dilakukan dari posisi depan untuk menilai apakah terdapat

pembesaran kelenjar tiroid, derajat pembesaran tiroid, dan tanda inflamasi.

gambar Inspeksi kelenjar tiroid, kiri : saat istirahat, kanan : pada gerakan menelan

b. Palpasi

Pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid dimulai dari depan, kemudian juga


daribelakang pasien. Pemeriksaan dari depan, tiroid dipalpasi adakah
pembesaranatau tidak. Kemudian pasien diminta menelan ludah untuk menilai
apakah kelenjar14tiroid teraba atau tidak, bergerak atau tidak. Bila terjadi
pembesaran tiroid, dinila iukurannya, konsistensi, permukaan (noduler/difus),
nyeri tekan, mobilitasnya.Pemeriksaan kelenjar tiroid dari belakang, pasien
diminta duduk, pemeriksa berada di belakang kemudian diraba dengan jari-jari
kedua tangan. Penilaiankelenjar tiroid sama seperti pemeriksaan dari depan.
Dalam kondisi normal: tidak terlihat atau teraba.

c. Auskultasi

Auskultasi pada kelenjar tiroid dapat mendeteksi bising sistolik yang


mengarahkan adanya penyakit Graves. ( Yuliana Heri Suselo, dr., MSc, Sinu

14
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/
2019/02/smt-2-Pemeriksaan-kepala-leher-
2019.pdf&ved=2ahUKEwiKiKHI7vb1AhXf3jgGHflaCpMQFnoECBEQAQ&usg=AOvVaw0RsIsdcjT97ZAQckkaEDA2
1
8
Andhi Jusup, dr., MKes, Dhani Redhono H., dr., Sp.PD-KPTI,
FINASIM.Surakarta.

1
9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dankomprehensif, memastikan dan membuktikan hasil anamnesa,menentukan masalah
danmerencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.Pemeriksaan fisik mutlak
dilakukan pada setiap klien terutama pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan
kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yangsedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik inisangat penting dan harus di lakukan pada kondisi
tersebut, baik klien dalam keadaansadar maupun tidak sadar.Pemeriksaan fisik menjadi
sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa
keperawatan .memilih intervensi yang tepat untuk proseskeperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

B. Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harusdilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

2
0
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Dodi., Chan, Yusrizal. 2012. Hubungan derajat sesak napas penderita Penyakit Paru
Obstruksi Kronik menurut Kuesioner Modified Medical Research Council Scale dengan
derajat Penyakit Paru Obstruksi Kronis. J Respir Indo. Volume : 32. Oktober:2012.
Nomor :4.

Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online) diakses


17 September 2010.

Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC

Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking, electronic version, 115-208

Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.

Jakarta. EGC

Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC

Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler.Diakases tanggal 18

September 2010

Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell

Publishing.

Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC

2
1

You might also like