You are on page 1of 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

Dosen Pembimbing:

Ance Siallagan,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7&8B:

Yuni Utami Ronauli Sinaga (032020083)


Sisilia (032020090)
Greeis Winda Siahaan (032020084)
Monica (032020060)
Ayin Lidia Srinawan Zebua (032020053)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABET MEDAN


TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Diabetes Melitus” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangan berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita .Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangn dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu saya berharap ada kritik,saran,dan usulah
demi perbaikan makalah yang telah kami buat.
Semoga makalh sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekirannya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kelompok kami
maupun orang lain.

Medan,16 Maret 2022

Kelompok 7&8B
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang…………………………………………………………………………..

1.1 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..

1.1 Tujuan………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi………………………………………………………………………………..

2.2 Etiologi ……………………………………………………………………………….

2.3 Patofisiologi.………………………………………………………………………….

2.4 Tanda dan Gejala……………………………………………………………………..

2.5 Pemerikasaan Diagnostik…………………………………………………………….

2.6 Komplikasi……………………………………………………………………………

2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………………………

2.8 Proses Keperawatan………………………………………………………………….

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian ……………………………………………………………………………

3.2 Analisa Data………………………………………………………………………….

3.3 Diangnosa Keperawatan …………………………………………………………….

3.4 Perencanaan Keperawatan…………………………………………………………..

3.5 Pelaksanaan Keperawatan…………………………………………………………..

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(smelzel dan Bare,2015).

Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa,
menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India,
dan Amerika Serikat.

Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan
7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa,
diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes.

Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di klasifikasikan menjadi


beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2
merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%.

Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan
instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan
hormonal.

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus.

1.2 Tujuan
Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
melitus.
Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(smelzel dan Bare,2015).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup dalam
memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah
hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang
tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa
sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi
kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011)

Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah
diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas
(Shadine, 2010)

2.2 Etiologi

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis yaitu:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)

a. Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi sebuah
predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan
genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya.
(Smeltzer 2015 dan bare,2015)

b. Imunologi Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah
respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)

c. Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

 Obesitas

 Riwayat keluarga

2.3 Patofisiologi

Menurut Smeltzer,Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk


menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun
tetap berada dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali keluar,akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urine(glikosuria).Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam
urine,eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan keadaan ini dinamakan
diuresis ostomik,sebgaai akibat dari kehilangan cairan berlebihan,pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliurea), dan rasa haus (polidipsi).(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).

Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunan
simpanan kalori. Gejala lainya kelelahan dan kelemahan .dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis(pemecahan glikosa yang tersimpan) dan glukoneogenesis(pembentukan glukosa baru dari
asam asam amino dan subtansi lain). Namun pada penderita difisiensi insulin,proses ini akan terjadi
tampa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
smping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebih.

Ketoasidosis yang disebabkan dapat menyebabkan tanda tanda gejala seperti nyeri abdomen
mual, muntah, hiperventilasimafas berbaun aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan penurunan
kesadaran,koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting. (Smeltzer 2015 dan Bare,2015)

DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama adalah terjadinya
hiperglikemia kronik.Meskipun pula pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki
peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan
faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar asam
lemak bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015). Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan
karena resistensi insulin dan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan.
2.3 Tanda dan Gejala

Tanda-tanda penyakit diabetes diantaranya cepat haus, sering buang air kecil, lekas lelah, dan
berat badan menurun meskipun nafsu makan tetap tinggi. Dalam kondisi yang lebih parah, gejala yang
ditimbulkan dapat berupa pandangan mata kabur, bila ada luka sulit untuk sembuh dan impotensi pada
pria.

Menurut Emma S. Wirakusumah (2000: 4) gejala khas yang sering timbul dan dikeluhkan oleh
penderita diabetes melitus adalah:

a. Trias poli yaitu:

1). Poliuria, yaitu banyaknya kencing akibat hiperglikemia, maka terjadilah penambahan bentuk
air kemih dengan jelas penarikan cairan ke sel-sel tubuh.

2). Polidipsia, yaitu banyak minum. Sebenarnya keluhan ini merupakan reaksi tubuh akan adanya
poliuria yang menyebabkan kekurangan cadangan air tubuh.

3). Poliphagia, yaitu nafsu makan bertambah, karena karbohidrat tidak dapat digunakan karena
jumlah insulin tidak dapat menjamin proses metabolisme glukosa.

b. Lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka tubuh kekurangan kalori.

c. Berat badan menurun, oleh karena gula yang ada pada darah tidak dapat dioksidasi, maka
terpaksa menghasilkan tenaga, sehingga tubuh kehilangan lemak yang mengakibatkan penderita menjadi
kurus.

d. Polineuritis, yaitu rasa gatal-gatal seluruh tubuh, seperti diketahui untuk metabolisme
karbohidrat diperlukan vitamin B1, dimana vitamin B1 digunakan sebagai co-enzim, karena kadar gula
yang meningkat.

e. Hyperglikemia, yaitu kadar gula tubuh yang meningkat karena tubuh kekurangan insulin,
sehingga glukosa dapat dirubah menjadi glikogen.
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Pasien

a) Nama Pasien. : Tn.T

b) Tempat, Tanggal Lahir. : yogyakarta 16 Maret 1992

b. Riwayat Kesehatan.

1) Kesehatan Pasien

a) Keluhan Utama Saat Pengkajian Pasien mengatakan kaki kanan terasa kebas, sulit

digerakan, dan terasa panas.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Alasan Masuk RS

Pada tanggal 16 Maret 2022 malam pukul 23.15 WIB tiba tiba kaki kanan terasa lemas dan kebas. Pasien
mengatakan kaki kanan sulit untuk digerakan. Seketika itu keluarga langsung membawa pasien ke RS
Jogja.

(2) Riwayat kesehatan pasien

Pasien datang ke IGD dengan diganosa post stroke hiperglikemi pada DM tipe II dengan keadaan kaki
kanan lemah dan kebas.

TD : 90 x/menit

N. : 20 x/menit

RR. : 180/90 mm/Hg

S. : 36˚ C

Kesadaran Compos mentis. Terpasang infus NaCl 20 tt/menit di tangan kiri

C. Riwayat Kesehtan Dahulu


Pasien mengatakan sekitar 3 tahun yang lalu baru mengetahui gula darah pasien tinggi saat periksa di RS
Hidayatullah. Setelah itu pasien tidak pernah mengontrolkan gula darahnya lagi. Pasien hanya periksa ke
puskesmas apabila terasa tidak enak badan.

2. Analisa Data
Tabel Analisa Data

Pasien T di ruang Dahlia Rumah Sakit Jogja tanggal 16 – 03– 2022

No. Data Penyebab Masalah


1. Ds. Pasien mengatakan kelemahan pada kaki Gangguan aliran darah Resiko perfusi jaringan
kanan dan kiri, terasa kebas serebral (infark serebral tidak efektif
serebri)
Do. Kekuatan otot.

5 5

3 5

TD : 130/80mm/Hg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 360 C

2. Ds. Pasien mengatakan 3 tahun lalu punya Konflik dalam Manajeman regimen
sakit gula dan tidak rutin untuk periksa memutuskan terapi teraputik tidak efektif
ataupun meminum obat gula dan defisit support
keluarga
Do. Pasien tampak lesu, lemas dan bingung
ketika ditanya tentang penyakitnya.

GD puasa : 224
GD 2 PP : 228
3. Diagnosa Keperawatan

a.Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan


Gangguan aliran darah serebral (infark serebri) ditandai dengan

DS : Pasien mengatakan kelemahan pada kaki kanan dan kiri. terasa kebas

DO : Kekuatan otot
5 5

3 5

TD : 130/80 mm/Hg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 360˚C

b. Manajeman regimen teraputik tidak efektif berhubungan dengan Konflik dalam memutuskan
terapi dan defisit support keluarga
DS : Pasien mengatakan 3 tahun lalu punya sakit gula dan tidak rutin untuk periksa
ataupun meminum obat gula
DO : Pasien tampak lesu, lemas dan bingung ketika ditanya tentang penyakitnya.

GD puasa : 224

GD 2 PP : 228

4. Perencanaan Keperawatan

Tabel Perencanaan Keperawatan

Pasien T di ruang Dahlia Rumah Sakit Jogja tanggal 16 – 03 – 2022

Hari, tanggal, jam Diagnosa Keperawatan percanaan Rasional


Senin. 16 – 03 – Resiko perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda – 1. Mengetahui
2022 serebral tidak efektif tindakan tanda vital keadaan umum
berhubungan dengan keperawatan selama pasien sebagai
Gangguan aliran darah 3 x 24 jam di 2.Berikan O2 sesuai standar dalam
serebral (infark serebri), harapkan perfusi terapi menuntukan
ditandai dengan jaringan serebral inetrvensi yang
efektif dengan 3.Monitor kekuatan tepat.
DS : Pasien mengatakan kriteria hasil otot
kelemahan pada kaki kanan 2. Pemberian oksigen
dan kiri, terasa kebas 1. Tanda tanda vital 4.Ajarkan pasien untuk yang tepat sehingga
normal menggerakan anggota suplai oksigen ke
DO : Kekuatan otot (TD : 100- 130/70- badan yg kebas (jari – otak lancar.
90mmHg jari)
5 5 RR : 12-20x/mnt, 3. Meningkat atau
N : 60-100x/mnt, 5. Berikan posisi semi berkurangnya
3 5 S :36ºC-37ºC). fowler kekuatan otot
merupakan penentu
2. Fungsi motorik 6. Kelola pemberian adanya gangguan
TD : 130/80mm/Hg dan kekuatan otot terapi neurologis pada
N : 84 x/menit 3. Pasien tampak a. Injeksi Citicolin 500 pasien.
RR : 22 x/menit rileks mg /12 jam intravena
S : 360 C b.Injeksi Mecobalamin 4. Latihan gerak pada
500 mg /12 jam anggota tubuh yang
intravena lemas dan kebas bisa
c. CPG 75 mg Per Oral sebagai fisioterapi
d. Miniaspi 80 mg Per yang mudah agar
Oral aliaran darah lanacr.

5. Pasien akan
merasa lebih nyaman

6. Sebagai terapi
terhadap gangguan
neurologis dan
gangguan aliran
darah.

Manajeman regimen teraputik Setelah dilakukan 1. Cek gula darah 1. Pengecekan rutin
tidak efektif berhubungan tindakan secara rutin gula darah sebagai
dengan Konflik dalam keperawatan selama 2. Ajarkan pasien cara pengetahuan pasien
memutuskan terapi dandefisit 3 x 24 jam di menyuntik insulin akan gula darah
support keluarga, ditandai harapkan 3. Diskusiakan dengan pasien secara rutin 2.
dengan manajeman teraputik pasien dan keluarga Pasien akan lebih
pasien menjadi mengenai perilaku mandiri dan paham
DS: Pasien mengatakan 3 efektif dengan yang beresiko cara menyuntikkan
tahun lalu punya sakit gula dankriteria hasil : (menjaga pola makan insulin.
tidak rutin untuk periksa dan menghindari luka 3. Perilaku beresiko
ataupun meminum obat gula 1. Gula darah dalam akibat benda tajam) ini bila tidak dicegah
batas normal (GDS terhadap kesehatan makan akan
DO: Pasien tampak lesu, lemas 70 – 140 mg/dl) pasien menimbulkan
dan bingung ketika ditanya 2. Pasien dan 4. Diskusikan dengan komplikasi yang lain
tentang penyakitnya. GD keluarga mampu pasien dan keluarga terhadap pasien
puasa : 224 GD 2 PP : 228 mencegah perilaku mengenai penanganan 4. Penanganan yang
yang beresiko berupa yang tepat apabila tepat akan
menjaga pola makan terjadi komplikasi pada meminimalisirkan
dan menghindari pasien. efek komplikasi pada
luka akibat benda 5. Kolaborasi dengan pasien.
tajam. ahli gizi mengenai diet 5.Denganmengetahui
3. Pasien dan yang tepat untuk makanan apa yang
keluarga mengetahui pasien boleh dimakan oleh
tentang komplikasi pasien dan nilai gizi
yang mungkin terjadi apa saja yang
dan cara penanganan terkandung
apabila terjadi didalamnya
komplikasi terhadap membuat pasien
pasien dapat menjaga pola
makan.

5. Pelaksanaan Keperawatan

Tabel Pelaksanaan Keperawatan

Pasien T di ruang Dahlia Rumah Sakit Jogja tanggal 14 – 03 – 2022

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Resiko perfusi jaringan serebral Rabu, 02 Juli 2018 Pukul 09.00 Rabu, 02 Juli 2018
tidak efektif berhubungan WIB Pukul 13.00 WIB
dengan Gangguan aliran darah 1. Mengkaji keadaan umum dan
serebral (infark serebri) tanda vital pasien S:
2. Memberikan posisi semi  Pasien mengatakan
fowler kelemahan pada kaki kanan
3. Memberikan oksigen (O2) dan kiri, terasa kebas, pasien
sesuai terapi yaitu 2 lt/menit mengatakan lebih nyaman
Pukul 10.00 WIB saat posisi tempat tidur agak
4. Mengkaji kekuatan otot di tinggikan.
pasien
5. Mengajarkan pasien O :
menggerkan bagian kaki kanan  Kekuatan otot 5 5
yang kebas (naik turun, 3 5
menekuk, dan menggerakan jari
jari kaki) Pukul 12.00 WIB  TD : 130/80 mm/Hg
6. Mengelola terapi pasien  N : 84 x/menit
Injeksi Citicolin 500 mg /12 jam  RR : 20 x/menit
intra vena Injeksi Mecobalamin  S : 360 C˚
500 mg /12 jam intra vena CPG  Pasien masih tampak
75 mg Per Oral Miniaspi 80 mg kesulitan dalam menggerakan
Per Oral kaki dan jari jari kaki.

A:
 Resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif
berhubungan dengan
Gangguan aliran darah
serebral (infark serebri)
belum teratasi.
P:
 Lanjutkan intervensi
 1. Monitor tanda – tanda vital
 2. Berikan O2 sesuai terapi 3.
Monitor kekuatan otot 4.
Ajarkan pasien untuk
menggerakan anggota badan
yg kebas (jari – jari)
 5. Berikan posisi semi fowler
 6. Kelola pemberian terapi
a. Injeksi Citicolin 500
mg /12 jam intravena

b. Injeksi Mecobalamin
500 mg /12 jam intravena

c. CPG 75 mg Per Oral


d. Miniaspi 80 mg Per
Oral
Manajeman regimen teraputik Rabu , 16 maret 2022 Rabu, 16 maret 2022
tidak efektif berhubungan Pukul 09.00 WIB Pukul 13.00 WIB
dengan Konflik dalam S:
memutuskan terapi dan defisit 1. Mengkaji keadaan umum  Pasien mengatakan 3 tahun
support keluarga pasien lalu punya sakit gula dan
2. Mengecek gula darah puasa tidak rutin untuk periksa
ataupun meminum obat gula,
Pukul 10.00 WIB
O:
3. Mengkaji pengetahuan pasien  Pasien tampak lesu, lemas
tentang penyakit diabetes dan bingung ketika ditanya
4. Mengkaji penegtahuan pasien tentang penyakitnya. GD
mengenai perilaku yang beresiko puasa : 224 GD 2 PP : 228
terhadap kesehatan pasien. A :
Pukul 11.30 WIB  Manajeman regimen
5. Mengecek gula darah 2 jam PP teraputik tidak efektif
6. Memberikan obat insulin berhubungan dengan Konflik
( injeksi sub cutan Apidra 10 dalam memutuskan terapi
unit ) dan defisit support keluarga
belum teratasi
P:
 Lanjutkan Inetrvensi
1. Cek gula darah secara rutin
2. Ajarkan pasien cara
menyuntik insulin
3. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
komplikasi dan cara
penanganan yang tepat
apabila terjadi komplikasi
padapasien.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
mengenai diet yang tepat
untuk pasien
Resiko perfusi jaringan serebral Selasa, 17 maret 2022 Selasa , 17 Maret 2022
tidak efektif berhubungan Pukul 08.00 WIB Pukul 14.00 WIB
dengan Gangguan aliran darah 1. Mengkaji keadaan umum dan S:
serebral (infark serebri) tanda vital pasien  Pasien mengatakan masih
2. Memberikan posisi semi terasa sedikit lemas pada kaki
fowler kanan dan kiri, terasa kebas,
3. Memberikan oksigen (O2) pasien mengatakan lebih
sesuai terapi yaitu 2 lt/menit nyaman saat posisi tempat
dengan kanul binasal Titik Pukul tidur agak di tinggikan.
09.00 WIB O:
4. Mengkaji kekuatan otot  Kekuatan otot 5 5
pasien 4 5
5. Mengajarkan pasien  TD : 110/80 mm/Hg
menggerkan bagian kaki kanan  N : 80 x/menit
yang kebas (naik turun,  RR : 20 x/menit
menekuk, dan menggerakanjari  S : 36.50 C˚
jari kaki)  Pasien terlihat sudah agak
bisa untuk menggerakan kaki
Pukul 12.00 WIB dan jari jari kaki.
6. Mengelola terapi pasien A:
Injeksi Citicolin 500 mg /12 jam  Resiko perfusi jaringan
intra vena Injeksi Mecobalamin serebral tidak efektif
500 mg /12 jam intra vena CPG berhubungan dengan
75 mg Per Oral Miniaspi 80 mg Gangguan aliran darah
Per Oral serebral (infark serebri)
Teratasi Sebagian
P:
 Lanjutkan intervens
1. Monitor tanda – tanda vital
2. Berikan O2 sesuai terapi
3. Monitor kekuatan otot
4. Ajarkan pasien untuk
menggerakan anggota badan
yg kebas (jari – jari)
5. Berikan posisi semi fowler
6. Kelola pemberian terapi
a. injeksi Citicolin 500 mg /12
jam intravena
b. Injeksi Mecobalamin 500
mg /12 jam intravena
c. CPG 75 mg Per Oral
d. Miniaspi 80 mg Per Oral

Manajeman regimen teraputik Selasa, 18 maret 2022 Selasa, 18 maret 2022


tidak efektif berhubungan Pukul 08.00 WIB Pukul 14.00 WIB
dengan Konflik dalam 1. Mengkaji keadaan umum S :
memutuskan terapi dan defisit pasien  Pasien mengatakan tidak
support keluarga 2. Mengecek gula darah sewaktu mengetahui penyebab pasien
dengan stik Titik Pukul 10.00 WIB terkena stroke merupakan
3. Mengkaji pengetahuan pasien akibat dari penyakita gula
tentang komplikasi dan cara darah yang tidak terkonrol.
penanganan bila terjadi Pasien mengatakan mengerti
komplikasi dengan makanan yang boleh
Pukul 11.30 dimakan serta cara
4. Mengecek gula darah sewaktu pengolahan makanan yang
dengan stik sebelum makan baik untuk pasien.
5. Mengajarkan pasien untuk O :
menyuntikan insulin. ( inj. Apidra  Pasien tampak sedikit lemas,
3 x 10 unit) pasien kooperatif ketika
diajak berdiskusi menegnai
Pukul 13.00 diit yang tepat oleh ahli gizi.
6. Mengkolaborasikan dengan  Pasien tampak memahami
ahli gizi tentang diet yang tepat ketika ahli gizi menjelaskan
untuk pasien tentang apa yang boleh di
makan cara pengohan yang
tepat untuk pasien
 Pasien tampak sudah bisa
untuk melakukan suntik
insulin sendiri
 GDS stik pagi : 178 mg/dl
 GDS stik siang : 168 mg/dl
A:
 Manajeman regimen
teraputik tidak efektif
berhubungan dengan Konflik
dalam memutuskan terapi
dan defisit support keluarga
teratasi sebagian
P:
 Lanjutkan Inetrvensi
 1. Cek gula darah secara rutin
2. Jelakan tentang komplikasi
dan cara penanganan bila
terjadi komplikasi pada psien.
3. Diskusiakan dengan pasien
dan keluarga mengenai
perilaku yang beresiko
(menjaga pola makan dan
menghindari luka akibat
benda tajam) terhadap
kesehatan pasien
Resiko perfusi jaringan serebral Rabu, 18 maret 2022 Rabu, 18 Maret 2022
tidak efektif berhubungan Pukul 08.30 WIB Pukul 14.00 WIB
dengan Gangguan aliran darah 1. Mengkaji keadaan umum dan S:
serebral (infark serebri) tanda vital pasien 2.  Pasien mengatakan masih
Memberikan posisi semi fowler terasa sedikit lemas pada kaki
3. Memberikan oksigen (O2) kanan dan kiri, terasa kebas,
dengan kanul binasl sesuai terapi pasien mengatakan lebih
yaitu 2 lt/menitPukul 09.00 WIB nyaman saat posisi tempat
4. Mengkaji kekuatan otot tidur agak di tinggikan.
pasien 5. Mengajarkan pasien  O : Kekuatan otot 5 5
menggerkan bagian kaki kanan 4 5
yang kebas (naik turun,
menekuk, dan menggerakan jari  TD : 120/80 mm/Hg
jari kaki) Titik Pukul 12.00 WIB 6.  N : 85 x/menit
Injeksi Citicolin 500 mg /12 jam  RR : 20 x/menit
intra vena Injeksi Mecobalamin  S : 36.5˚ C
500 mg /12 jam intra vena CPG  Pasien terlihat sudah agak
75 mg Per Oral Miniaspi 80 mg bisa untuk menggerakan kaki
Per Oral dan jari jari kaki.
A:
 Resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif
berhubungan dengan
Gangguan aliran darah
serebral (infark serebri)
Teratasi Sebagian
P:
 Lanjutkan intervensi
 1. Monitor tanda – tanda
vital
 2. Berikan O2 sesuai terapi
 3. Monitor kekuatan otot
 4. Ajarkan pasien untuk
menggerakan anggota badan
yg kebas (jari – jari)
 5. Kelola pemberian terapi
a. Injeksi Citicolin 500 mg /12
jam intravena
b. Injeksi Mecobalamin 500
mg /12 jam intravena
c. CPG 75 mg Per Oral
d. Miniaspi 80 mg Per Oral
Manajeman regimen teraputik Rabu, 19 Maret Rabu, 19 Maret 2022
tidak efektif berhubungan Pukul 08.00 WIB Pukul 14.00 WIB
dengan Konflik dalam
memutuskan terapi dan defisit 1. Mengkaji keadaan umum S:
support keluarga pasien  Pasien mengatakan sudah
2. Mengecek gula darah sewaktu lebih paham mengenai
dengan stik Titik Pukul 10.00 WIB perilaku yang beresiko
3. Memberikan penjelasan menimbulkan komplikasi
mengenai perilaku yang beresiko pada pasien seperti pola
menimbulkan komplikasi makan yang sehat dan
4. Mendiskusikan bagaimana menjaga agar tidak terjadi
cara penanganan apabila terjadi luka di kaki atau anggota
komplikasi seperti ini lagi di tubuh lainya.
kemudian hari.  Pasien mengatakan mengerti
cara penangan apabila terjadi
komplikasi pada pasien yaitu
untuk segera dibawa ke
dokter atau Rumah Sakit
terdekat.
O:
 Pasien tampak sedikit lemas,
pasien kooperatif ketika
diajak berdiskusi menegnai
perilaku yang beresiko dan
cara penanganan komplikasi.
 Pasien tampak memahami
penjelasan mengenai perilaku
yang beresiko dan cara
penanganan kompilkasi.
 GDS stik pagi : 158 mg/dl
 GDS stik siang : 168 mg/dl
A:
 Manajeman regimen
teraputik tidak efektif
berhubungan dengan Konflik
dalam memutuskan terapi
dan defisit support keluarga
teratasi sebagian
P:
 Lanjutkan Inetrvensi
1. Cek gula darah secara rutin
2. Jelaskan pada pasien dan
keluarga mengenai perilaku
yang beresiko (menjaga pola
makan dan menghindari luka
akibat benda tajam) terhadap
kesehatan pasien
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan asuhan keperawatan terhadap Tn. T dengan Diabetes Melitus pada Stroke Non
Hemoragik di Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta selama tiga hari sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan memberikan beberapa saran yang
sekiranya dapat mendukung perawat dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami pasien.

A. Kesimpulan

1. Proses keperawatan

a. Pengkajian pada Tn, T dengan Diabetes Mellitus pada Stroke Non Hemoragik telah
dilakukan oleh penulis, didapatkan data baik subjektif maupun data obyektif. Adapun
data yang diperoleh diantaranya adalah pasien mengatakan kaki kanan terasa kebas, sulit
digerakan, dan terasapanas.

b. Asuhan keperawatan pada Tn, T dengan Diabetes Mellitus pada Stroke Non Hemoragik,
penulis menemukan dua diagnosa keperawatan yaitu Resiko perfusi jaringan serebral
tidak efektif berhubungan dengan Gangguan aliran darah serebral (infark serebri), dan
Manajeman regimen teraputik tidak efektif berhubungan dengan Konflik dalam
memutuskan terapi dan defisit support keluarga.

c. Intervensi keperawatan yang dilakukan terhadap Tn. T diskusikan bersama–sama


dengan keluarga. Adapun rencana tindakan keperawatan yang dilakukan disesuaikan
dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan dari penatalaksanaan resiko perfusi
jaringan serebral tidak efektif dan manajeman regimen tidak efektif.

d. Implementasi yang dilakukan oleh penulis dengan melibatkan pasien mendukung


tercapainya tujuan dan bisa berlanjut untuk kemandirian pasien serta pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Tn. T antara teori dan praktek kadang berbeda, hal ini
dikarenakan oleh masalah yang muncul pada individu berbeda dengan individu lainnya
mengingat manusia merupakan makhluk yang unik dan memiliki masalah yang komplek.

e. Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan yang muncul pada Tn. T baru teratasi sebagian, tindakan yang perlu
dilakukan sebagai tindak lanjut dari masalah yang belum teratasi yaitu sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah didiskusikan dengan pasien dan keluarga pasien.

2. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan mulai dari pengkajian sampai dengan


evaluasi keperawatan. Pada catatan perkembangan menggunakan format SOAP dan dilakukan
dengan memperhatikan prinsip – prinsip pendokumentasian. Faktor penghambatnya tidak
ditemukan. Faktor pendukung dalam dokumentasi adalah tersedianya format yang lengkap,
kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat serta tim kesehatan di ruangan dalam
pendokumentasian.
DAFTAR PUSTAKA
SURYANINGSIH, T. (2018). Asuhan keperawatan pada tn. T dengan diabetes melitus pada stroke non
hemoragik di ruang dahlia rsud kota yogyakarta (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).

MUTHIA VARENA, M. V. (2019). Asuhan keperawatan pada Ny Z dengan diabetes melitus di ruang


rawat inap ambun suri lantai 3 RSAM Bukittinggi tahun 2019 (Doctoral dissertation, stikes perintis
padang).

You might also like