Professional Documents
Culture Documents
Askep Veny KMB 111
Askep Veny KMB 111
DENGAN GLAUKOMA
YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT
OLEH
KELOMPOK :VI
NAMA-NAMA :
Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan yang Maha Esa karena atas
tuntunan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “AsuhanKeperawatan Pada
Tn.M dengan GLAUKOMA di Rawat di Rumah Sakit” dengan baik. Adapun tujuan
penulis anasuhan keperawatan ini adalah untukm memenuhi tugas dari dosen. Selain
itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara mengatasi pasien
GLAUKOMA bagi pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karenaitukritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini sangat
penulis harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia.
Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang
mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata
utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %,
katarak 7,40 %, konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma 0,40
%, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua
mata adalah lensa 1,02 %, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan
refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi
total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004).
Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita
glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan
penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500
orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada
pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud penyakit Glaukoma ?
2. Bagaimana managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami penyakit Glaukoma.
2. Memahami managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. GLAUKOMA
2.1. 1. DEFENISI GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang
ditandai oleh pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang
pandang dengan peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor risiko
utama (Alward, 2009). Tekanan intraokular dipengaruhi oleh produksi
humor aquos dan sirkulasinya di mata. Humor aquos diproduksi oleh
korpus siliaris, sirkulasinya melewati bilik mata depan kemudian
terdrainase di trabecular meshwork di sudut iridokorneal
(Purnamaningrum, 2010).
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
peningkatan TIO, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek
lapang pandang yang khas. Istilah glaukoma diberikan untuk setiap
kondisi gangguan kompleks yang melibatkan banyak perubahan gejala
dan tanda patologik, namun memiliki satu karakteristik yang cukup
jelas yaitu adanya peningkatan tekanan intraokuli, yang menyebabkan
kerusakan diskus optik (opticdisc), menyebabkan atrofi, dan
kehilangan pandangan perifer. Glaukoma umumnya terjadi pada orang
kulit hitam dibandingkan kulit putih (Tamsuri, 2010).
Glaukoma merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan
saraf optik sehingga terjadinya gangguan pada sebagian atau seluruh
lapang pandang, yang diakibatkan oleh tingginya tekanan bola mata
seseorang, biasanya disebabkan karena adanya hambatan pengeluaran
cairan bola mata (humor aquous). Kerusakan saraf pada glaukoma
umumnya terjadi karena peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola
mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal
bahkan terkadang dapat mencapai 50-60 mmHg pada keadaan akut.
Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf,
semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang
terjadi (Kemenkes RI, 2015).
Simpulan dari beberapa definisi peneliti tentang glaukoma yaitu
kelainan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan di dalam bola mata
sehingga lapang pandangan dan visus mengalami gangguan secara
progresif.
2.1.2. KLASIFIKASI GLAUKOMA
Klasifikasi dari glaukoma menurut Ilyas (2014) sebagai berikut :
2.1.2.1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada
galukoma akut yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat
bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam
keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid
jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis) Glaukoma
sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma
( 90-95% ), yang meliputi kedua mata. Timbulnya
kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat
oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf
optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut
ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semu (akut) Glaukoma
sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke
saluran schlem. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan
diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia
tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba
dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi
kebutaan dan nyeri yang hebat.
2.1.2.2 Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan
oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata, yang
menyebabkan penyempitan sudut/peningkatan volume cairan
dari dalam mata. Misalnya glaukoma sekunder oleh karena
hifema, laksasi/sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio
pupil, pasca bedah intra okuler.
2.1.2.3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital adalah perkembangan abnormal
dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata
sistemik jarang (0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.
2.1.2.4. Glaukoma absolute
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma
(sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal,
papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan
ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber
atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah
tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
2.1.3. ETIOLOGI GLAUKOMA
Menurut Tamsuri (2010) penyebab adanya peningkatan tekanan
intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau
sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetic. Glaukoma
sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari
sistem tubuh lainnya. Adapun faktor risiko timbulnya glaukoma antara lain
riwayat glaukoma pada keluarga, diabetes mellitus, dan pada orang kulit
hitam.
Galukoma
Peningkatan TIO
Pembedahan
persepsi sensori
MK: resiko cedera MK: kurang pengetahuan
2.2.4. ImplementasiKeperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lainnya untuk membantu
pasiendalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan
yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan.
(Nursalam, 2011)
2.2.5. Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Menurut
(Wahyuni, 2016) implementasi tindakan keperawatan dibedakan
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara professional
antara lain:
1. Independent yaitu suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat
tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependent yaitu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya dengan tenaga sosial, ahli
gizi, fisioterapi serta dokter.
3. Dependen yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan yang
dapat dilakukan perawat dalam mengatasi masalah gangguan penglihatan
tersebut adalah perawat dapat membantu klien yang mengalami
perubahan sensori dengan meningkatkan fungsi sensori yang sehat,
dengan cara menyesuaikan stimulus lingkungan dan dengan membantu
klien dalam mengatasi deficit sensori akut (Barbara Kozier, 2011).
2.3.6. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan
meliatkan pasien, keluarga, serta tenaga kesehatan. Tujuan dari evaluasi
adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan criteria hasil pada perencanaan (Wahyuni, 2016).
Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP yaitu :
S (Subjektif) : perkembangan suatu keadaan klien yang didasarkan pada
apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan oleh pasien.
O (Objektif) : perkembangan klien yang dapat diamati dan diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
A (Analisis) : penilaian dari kedua jenis data(baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kearah kemunduran.
P (Perencanaan): rencana penangan pasien yang telah didasarkan pada
hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Ny. Parker 42 tahun, seorang pekerja pabrik, masuk rumah sakit dengan keluhan
mata kiri sering berair dan terasa nyeri. Klien akhirnya dirawat karena nyeri hebat
disekitar mata, nyeri kepala/dahi, mual, muntah, dan pusing. Klien didiagosis
menderita glaucoma oleh dokter pribadinya sejak 2 tahun yang lalu. Pemeriksaan
fisik ditemukan adanya nyeri tekan pada mata kiri. Pemeriksaan TTV : TD 128/70
mmHg; Suhu 36,6℃ ; Nadi 80 x/menit; RR 22x/menit. Pemeriksaan dengan
tonometry menunjukan adanya peningkatan TIO.
Nama : Dx : Glaukom
mahasiswa : Teratai Medis
: a
Ruangan : No MR
Tanggal 10 Januari Jam : ****
pengkajian 2022
08:00
WITA
I. Identitas Diri Klien Dx Medis : Glaukoma
Nama : Ny.P Sumber Informasi :
TTL : 01 Januari 1980 Keluarga
Umur : 42 tahun Penanggung jawab : Tn. D
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : S1
Alamat :Nasipanaf Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Menikah Alamat : Nasipanaf
Agama/Suku : Kristen Protestan / Alor Hubungan dengan klien :
Warga Negara : Indonesia Suami
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
II. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : : Saat dikaji klien mengatakan mata kiri
sering berair dan terasa nyeri.
2. Riwayat penyakit : : Saat dikaji, klien mengatakan bahwa 2
saat ini hari yang lalu (08 Januari) klien tiba-tiba
merasakan nyeri pada mata kiri, mata
memerah, dan bagian sekitar mata terasa
lunak bila disentuh.Semakin hari nyeri yang
dirasakan terasa semakin hebat. Klien
: akhirnya dibawa oleh suaminya ke rumah
sakit sejak tadi pagi pukul 08:00 WITA
untuk mengikuti proses pengobatan.
3. Keluhan saat : Saat dikaji klien mengeluh mual dan
dikaji
mengatakan merasa ingin muntah. Wajah
klien tampak meringis, bersikap seolah
menghindari hal-hal yang menyebabkan
nyeri semakin bertambah, gelisah, serta
mengeluh merasa nyeri hebat disekitar
mata, nyeri kepala/dahi, mual, muntah, dan
pusing.
Kualitas nyeri :
P : Adanya tekanan intraokular
Q :Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan berfokus pada mata
kiri
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri muncul hilang dengan durasi
waktu yang tidak menentu.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
1) Buang air besar :
a) Frekuensi : 2 x/hari, penggunaan laktasif : -
b) Konsistensi : lembek dan bau yang khas
c) Karakter feses : berwarna kuning
d) Riwayat perdarahan : - , Hemoroid : -
e) Konstipasi : - . Diare :-
2) Buang air kecil :
a) Frekuensi : 4-5 x/hari
b) Produksi : 25-27cc / hari
c) Warna : Kuning jernih, Bau : Bau khas
d) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : -
e) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
Klien tidak mengalami gangguan pafa pola eliminasi.
VII.Pemeriksaan Penunjang
VIII. Pengobatan
Nama Dosis Cara Indika Kontra
Obat Pemberian si Indikasi
Acetazola 250 Oral Glauko Hipersens
mide mg/hari ma, nyeri itif terhadap
kepala, acetazolamide
muntah,
pusing..
Dorzolami 1 tetes Obat Gangg Hipersens
de pada mata tetes uan yang itif terhadap
yang sakit disebabkan dorzolamide,p
diberikan 3 tekanan asien dengan
x sehari. tinggi pada asidosis
mata hiperkloremik
3.2 Analisa Data dan Diagnosis Keperawatan
3.2.1 Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah
(Penyebab)
A. DS : Obstruksi jaringan Nyeri Akut
- Klien mengatakan trabekuler
merasa yeri
kepala/dahi, dan Hambatan pengaliran
pusing. cairan humor aqueous
- Klien mengeluh
merasa nyeri hebat Peningkatan TIO
disekitar mata.
- Kualitas nyeri Nyeri Akut
yang dirasakan
klien
P : Adanya
tekanan intraocular
Q : Nyeri
seperti ditusuk-
tusuk
R : Nyeri
dirasakan berfokus
pada mata kiri
S : Skala nyeri
5
T : Nyeri
muncul hilang
dengan durasi
waktu yang tidak
menentu.
DO :
- Wajah klien
tampak meringis
- Klien tampak
bersikap protektif
- Klien tampak
gelisah
B. DS : Peningkatan TIO Nausea
- Klien mengeluh
mual Iritasi saraf vagal
- Klien mengatakan
merasa ingin Mual, muntah.
muntah.
DO : Nausea
-