You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 9, Nomor 3, Mei 2021


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS LINGKUNGAN FISIK RUMAH SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN


PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA (DENGAN KAJIAN SISTEMATIS)

Shafira Azura Restiana1*, Mursid Raharjo2, Suhartono2


1PeminatanKesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
2Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

*Corresponding author : shafiraazurarestiana@gmail.com

ABSTRACT
Pneumonia is one of the leading causes of toddler mortality in worldwide, owing to several important risk
factors such as home physical environment. The role of each physical home environment for Pneumonia
is still uncertain. The study aims to evaluate each various of the physical home environment impact to
Pneumonia in toddlers. The search is limited and focused in International and Nasional journals published
in 2016-2019. Researches has reviewed 24 articles that matched with the inclusion criteria, 4 studies
were conducted with a cross-sectional approach while the rest were conducted with a case-control
approach. Overall, several articles were showed a relationship between these risk factors and the
incidence of Pneumonia in toddlers, 5 articles of floor type (20,8%), 3 articles of house wall conditions
(12,5%), 13 articles of house lighting (54%), 22 articles of home ventilation (91,6%), 8 articles of house
occupancy density (33,3%), 3 articles of house temperature (12,5%), and 7 articles of smoking presence
(29,2%). These results can be concluded that there are three dominant risk factor: ventilation, lighting
and house occupancy density. People are advised to ensure that the area of house ventilation is suit with
the requirements to allow natural lighting enter the house and ideal occupancy density thereby reduce the
possibility of pneumonia-causing pathogens transmission in toddlers.

Keywords : Physical home environment, pneumonia in toddlers, risk factor

331
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN Iswandi Fataruba, dkk (2019) di Ambon


Pneumonia adalah salah satu penyebab melaporkan bahwa jenis dinding merupakan
kematian balita tertinggi kedua yang ada di faktor risiko kejadian pneumonia pada balita
Indonesia setelah diare.(1) Faktor lingkungan yang paling dominan dibandingkan dengan
fisik rumah seperti luas ventilasi rumah, faktor risiko lainnya dengan risiko sebesar 15
kelembaban didalam rumah, pencahayaan, kali (p = 0,000).(6) Penelitian ini dilakukan di
kondisi lantai, dan kepadatan hunian merupakan Kecamatan Sirimau yang masih banyak
salah satu faktor pemicu terjadinya pneumonia ditemukan rumah yang menggunakan anyaman
pada balita. Rumah dengan kondisi yang tidak bambu sebagai lantai rumah yang mana bukan
sesuai dengan standar rumah sehat yang sudah merupakan jenis lantai yang kedap terhadap air
ditetapkan di dalam Keputusan Mentri Padahal, Kecamatan Sirimau sering kali terkena
Kesehatan RI Nomor dampak perubahan iklim yang menyebabkan
829/MENKES/SK/VII/1999, Peraturan Mentri banjir sehingga mempengaruhi tingkat
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI kelembaban dan juga suhu di dalam rumah
Nomor 02/PRT/M/2016, dan Permenkes Nomor yang kemudian meingkatkan risiko kejadian
1077/MENKES/PER/V/2011 akan pneumonia pada balita.(6)
mempermudah perkembangbiakkan virus yang Namun, penelitian yang dilakukan oleh
menyebabkan pneumonia.(2–5) Kholilah Samosir dan Eustasia (2019) di
Riset-riset tentang Pneumonia telah Kabupaten Indramayu, Kecamatan Jatibarang
banyak dilakukan di berbagai negara dunia, melaporkan hasil yang bertolak belakang
salah satunya di Indonesia. Penelitian dilakukan dimana jenis lantai bukan merupakan faktor
di berbagai bidang atau lingkup terutama di risiko kejadian pneumonia pada balita.(7)
bidang Kesehatan Masyarakat. Walaupun sudah Dismo Katiandaghom, Nildawati (2018)
banyak penelitian yang dilakukan, masih melaporkan bahwa jenis lantai dan kondisi
terdapat bias terkait dengan lingkungan fisik dinding rumah merupakan faktor risiko kejadian
rumah apa saja yang menjadi faktor risiko pneumonia pada balita di Kecamatan
terjadinya pneumonia pada balita dikarenakan Manganitu, Kepulauan Sangihe.(8) Faktor
adanya perbedaan hasil dari beberapa pendorong yang meningkatkan risiko tersebut
penelitian. Tujuan Penelitian ini adalah untuk adalah ekstrimnya perubahan suhu yang terjadi
mengevaluasi berbagai dampak lingkungan fisik di Kecamatan Manganitu pada siang maupun
rumah terhadap kejadian pneumonia pada malam hari. Kondisi ini dapat mempengaruhi
balita. tingkat kelembaban di dalam rumah apabila
jenis lantai dan dinding yang digunakan tidak
METODE PENELITIAN permanen atau semi permanen.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan Hasil yang bertolak belakang ditemukan
desain studi systematic review. Pencarian pada penelitian yang dilakukan oleh Kholilah
dilakukan secara menyeluruh di jurnal Samosir dan Eustasia (2019) di Kecamatan
internasional maupun nasional dan berfokus Jaribarang dan Imelsa Ika Wulandari, dkk (2016)
pada studi yang diterbitkan pada tahun 2016- di Kecamatan Balapulang. Kholilah Samosir dan
2019. Penilaian kualitas artikel dilakukan Eustasia (2019) serta Imelsa Ika Wulandari, dkk
dengan menggunakan NHLBI Study Quality (2016) melaporkan bahwa jenis lantai dan
Assessment Tools for A Systematic Review. kondisi dinding rumah bukan merupakan faktor
risiko kejadian pneumonia pada balita.(7,9)
HASIL DAH PEMBAHASAN Hal ini dapat membuktikan bahwa letak
Jenis Lantai dan Kondisi Dinding Rumah demografis mempengaruhi kejadian pneumonia
Dari keseluruhan artikel yang pada balita dengan faktor risiko jenis lantai dan
digunakan, terdapat 5 artikel yang melaporkan kondisi dinding rumah dimana Iswandi Fataruba
bahwa jenis lantai merupakan salah satu faktor (2019) dan Dismo Katiandaghom, Nildawati
penyebab kejadian pneumonia pada balita dan (2018) melakukan penelitian di daerah pesisir
terdapat 3 artikel yang melaporkan bahwa sedangkan Kholilah, Eustasia (2019) dan Imelsa
dinding rumah merupakan faktor penyebab Ika Wulandari, dkk (2016) melakukan penelitian
kejadian pneumonia pada balita. di dataran rendah.

332
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Dalam Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor yaitu di wilayah Kota Bekasi. Safira
829/MENKES/SK/VII/1999 disebutkan bahwa Fatichaturrachma, dkk (2016) menyimpulkan
jenis lantai rumah yang ideal adalah kondisi bahwa ada hubungan yang signifikan antara
lantai rumah yang kedap air dan mudah pencahayaan dan ventilasi rumah dengan
dibersihkan. Sedangkan untuk kondisi dinding kejadian pneumonia pada balita dengan
rumah yang ideal adalah rumah dengan jenis signifikasi sebensar 0,035 untuk pencahayaan
dinding yang kedap terhadap air dan terbuat dari dan 0,049 untuk luas ventilasi rumah.(13)
bahan yang tahan api.(3) Kota Bekasi merupakan salah satu kota
Kondisi lantai rumah memiliki peran di Indonesia dengan kepadatan penduduk yang
yang cukup besar dalam menentukan tingkat tinggi. Kecamatan Bekasi Selatan dan
kelembaban di dalam rumah. Apabila jenis lantai Kecamatan Bekasi Barat merupakan lokasi dari
rumah masih menggunakan tanah, air akan pusat pemerintahan dan juga perekonomian
dengan sangat mudah masuk ke dalam ranah kota Bekasi sehingga menyebabkan kondisi
dan akhirnya menyebabkan meningkatnya perumahan di daerah ini sangat padat.
kelembaban dan membuat kondisi di dalam Keberadaan perumahan dengan kepadatan
rumah menjadi lembab.(10) penduduk berlebih itulah yang menjadi salah
Jenis dinding rumah yang tidak satu faktor pendorong semakin tingginya risiko
permanen akan sulit untuk di bersihkan dari dari tingkat pencahayaan dan ventilasi rumah
debu maupun kotoran. Oleh karena itu, dinding yang tidak sesuai persyaratan dengan angka
rumah dapat mempengaruhi tingkat kelembaban kejadian pneumonia pada balita di Kota Bekasi
di dalam rumah serta dapat menimbulkan dimana dengan kepadatan penduduk yang
kondisi yang ideal bagi pertumbuhan dan tinggi namun tingkat pencahayaan dan ventilasi
perkembangbiakkan dari virus maupun bakteri rumah masih tidak sesuai standar.
yang kemudian dapat menyebabkan pneumonia Di Kota Metro, Ayu Tri Darmawati, dkk
pada balita.(6) (2016) melaporkan hubungan yang bermakna
antara pencahayaan dan luas ventilasi rumah
Pencahayaan dan Ventilasi Rumah dengan kejadian pneumonia pada balita dengan
Pencahayaan alami di dalam rumah signifikasi sebesar 0,004 untuk pencahayaan
memiliki peran penting guna mencegah dan 0,000 untuk luas ventilasi rumah.(14)
perkembangbiakkan dan persebaran patogen Ayu Tri Darmawati melakukan penelitian
yang dapat menyebabkan pneumonia pada di wilayah kerja puskesmas Yosomulyo,
balita.(11) Ventilasi rumah yang ideal di rumah Kelurahan Yosomulyo yang merupakan pusat
berfungsi untuk memastikan tercukupinya pemerintahan dan perekonomian di Kecamatan
kebutuhan okrigen bagi penuhi di dalam rumah. Metro Pusat. Selain itu, penelitian dilakukan di
Apabila jumlah oksigen di dalam rumah kurang, perumahan padat penduduk dengan mayoritas
maka akan menimbulkan adanya gangguan rumah warganya tidak memiliki luas ventilasi
pernafasan dan meningkatnya risiko penularan yang ideal bagi rumah sehat. Luas ventilasi
penyakit melalui udara. memiliki peran yang sangat penting guna
Putri Setiyo Wulandari, dkk (2016) memastikan intensitas pencahayaan yang cukup
melakukan penelitian di wilayah kerja di dalam rumah. Luas ventilasi yang tidak ideal
puskesmas Jatisampurna, Kelurahan akan meningkatkan risiko pneumonia bagi balita
Jakasampurna, Kecamatan Bekasi Barat dan yang ada di Kelurahan Yosomulyo.
melaporkan bahwa terdapat hubungan yang Desain rumah yang memungkinkan
signifikan antara balita yang tinggal di dalam masuknya pencahayaan alami dan sirkulasi
rumah dengan kondisi pencahayaan dan udara yang baik ke dalam rumah dapat
ventilasi rumah tidak sesuai dengan Keputusan mencegah perkembangbiakkan dan persebaran
Mentri Kesehatan (KEPMENKES) dengan patogen yang dapat menyebabkan pneumonia
sigifikasi sebesar 0,02 untuk pencahayaan dan pada balita.
0,011 untuk luas ventilasi rumah.(12) Hasil Di dalam Keputusan Mentri Kesehatan
serupa ditemukan dalam penelitian yang RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999,
dilakukan oleh Safira Fatichaturrachma, dkk disebutkan bahwa ventilasi rumah yang
(2016) dengan lokasi penelitian yang serupa, memenuhi persyaratan memiliki luas minimal
5% dari luas lantai ruangan baik ventilasi tetap

333
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

maupun ventilasi yang dapat dibuka tutup penduduknya memiliki perokok aktif yang
(jendela). Selain itu, disebutkan bahwa rumah merokok di dalam rumah dimana hal tersebut
sehat adalah rumah yang memiliki tingkat dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia
pencahayaan minimal 60 lux dan tidak pada balita.
menyilaukan mata.(3) Gananda Prajadiva dan Yustini Ardillah
Tingkat pencahayaan sangat di (2019) melakukan penelitian di Wilayah Kerja
pengaruhi oleh adanya ventilasi yang ideal. Puskesmas 4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1
Tingkat pencahayaan dan ventilasi rumah dan melaporkan bahwa balita yang tinggal di
merupakan suatu hal penting karena dalam rumah dengan kepadatan hunian berlebih
pencahayaan dapat berfungsi untuk mengurangi memiliki risiko 3,4 kali lebih besar menderita
tingkat kelembaban yang ada di dalam rumah pneumonia. Selain itu, balita yang tinggal di
serta membunuh kuman penyakit tertentu.(3) dalam rumah dengan tingkat suhu yang melebihi
persyaratan atau suhu rumah yang ideal
Kepadatan Hunian dan Suhu memiliki risiko 3,9 kali lebih besar menderita
Kepadatan hunian dan suhu di dalam pneumonia.(17)
rumah memiliki keterkaitan satu sama lain. Puskesmas 4 Ulu, Kecamatan
kepadatan hunian yang berlebih dapat Seberang Ulu 1 merupakan puskesmas yang
mengakibatkan kadar O2 yang ada di dalam mengalami peningkatan angka kejadian
ruangan menurun dan diikuti dengan pneumonia pada balita selama 3 tahun terakhir.
meningkatnya kadar CO2 di dalam ruangan. Salah satu hal yang menyebabkan tingginya
Meningkatnya kadar CO2 di udara dapat memicu angka kejadian pneumonia pada balita di
penurunan kualitas udara dalam rumah dan Kecamatan Seberang Ulu 1 adalah banyaknya
menyebabkan patogen penyebab penyakit perumahan padat penduduk dengan kondisi
berkembang biak dengan cepat.(15) semi atau tidak permanen. Terdapat banyak
Muchsin Maulana, dkk (2016) rumah dengan dinding kayu yang dapat
melakukan penelitian di wilayah kerja mempengaruhi tingkat suhu yang ada di dalam
puskesmas Gondomanan, Kecamatan rumah dan mempengaruhi tingkat kelembaban.
Gondomanan, Kota Yogyakarta. Muchsin Peraturan Mentri Pekrjaan Umum dan
Maulana, dkk (2016) melaporkan bahwa Perumahan Rakyat RI Nomor 02/PRT/M/2016
kepadatan hunian merupakan salah satu faktor menyebutkan bahwa bahwa kepadatan hunian
risiko dari kejadian pneumonia pada balita yang ideal adalah hanya ada maksimal 2 orang
dimana balita yang tinggal di dalam rumah dalam ruang kamar dengan luas minimal 8 m2
dengan kepadatan hunian yang tidak sesuai dan tingkat suhu di dalam rumah yang ideal
dengan persyaratan yang terdapat di dalam adalah 18-300C.(4)
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Kepadatan hunian berlebih dapat
Perumahan Rakyat RI Nomor 02/PRT/M/2016 meningkatkan suhu yang ada di dalam rumah
memiliki 2 kali lebih besar menderita pneumonia dan dalam suhu tertentu, terdapat
dibandingkan balita yang tinggal di dalam rumah memungkinkan adanya pertumbuhan dan
dengan kepadatan hunian yang ideal.(16) perkembangbiakkan organisme dengan sangat
Kecamatan Gondomanan merupakan cepat.(17) Oleh karena itu, memperhatikan
pusat dari Kota Yogyakarta dimana terdapat kepadatan hunian dan suhu yang ideal
pusat perekonomian dan pemerintahan disana sangatlah penting guna mencegah terjadinya
termasuk Instana Keraton Yogyakarta. Oleh persebaran penyakit dari satu penghuini ke
karena itu, Kecamatan Gondomanan penguhuni di dalam rumah lainnya.
merupakan kecamatan dengan kepadatan
penduduk tertinggi di Kota Yogyakarta. Keberadaan Perokok
Kepadatan penduduk yang tinggi ini tidak Asap rokok dapat menyebabkan adanya
diimbangi dengan ketersediaan lahan yang iritasi mukosa saluran pernafasan dan
cukup sehingga mengakibatkan banyaknya menimbulkan ISPA dan merupakan asap
perumahan padat penduduk dengan kepadatan dengan dampak terburuk bagi kesehatan
hunian di setiap rumah yang melebihi manusia.(18)
persyaratan rumah ideal dan banyaknya Terdapat 7 artikel yang melaporkan
pemukiman kumuh. Selain itu, mayoritas dari keberadaan perokok merupakan penyebab

334
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kejadian pneumonia pada balita. Salah satu dari akhirnya dapat menjadi salah satu faktor risiko
artikel tersebut adalah penelitian yang dilakukan pneumonia pada balita
oleh Juwita Ayang Nurzeta, dkk (2017) di Sebagaimana yang tertulis di dalam
wilayah kerja puskesmas Halmahera, Kelurahan Permenkes No 1077/Menkes/Per/V/2011
Karangtempel, Kecamatan Semarang Timur. disebutkan bahwa asap rokok merupakan
Juwita Ayang Nurzeta, dkk (2017) melaporkan sumber pencemaran kimia yang dapat
adanya hubungan yang bermakna antara mempengaruhi kualitas udara, sehingga
keberadaan perokok di dalam rumah dengan memiliki dampak memicu terjadinya berbagai
kejadian pneumonia pada balita dengan penyakit apabila balita terpapar asap rokok
signifikasi sebesar 0,001.(19) secara terus menerus.(5)
Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun
2011 mencatat bahwa terdapat 18,2% perokok KESIMPULAN
dengan rata-rata 9 batang rokok perhari. Kondisi 1. Terdapat 112 artikel yang ditemukan
perumahan warga yang padat penduduk, luas dengan hanya 24 artikel (8 artikel berasal
ventilasi yang tidak ideal ditambah dengan dari jurnal international dan 16 artikel
tingginya angka perokok akan mendorong berasal dari jurnal nasional) yang
angka kejadian pneumonia pada balita di Kota memenuhi kriteria inklusi yang sudah
Semarang, termasuk Kecamatan Semarang ditentukan.
Timur.(20) Selain itu, terdapat banyak balita yang 2. Faktor risiko kejadian pneumonia pada
tinggal bersama dengan anggota keluarga yang balita di setiap daerah berbeda-beda
merokok. Hal ini meningkatkan risiko pneumonia karena faktor risiko tersebut dipengaruhi
pada balita dikarenakan apabila luas ventilasi oleh karakteristik dan kondisi lingkungan di
tidak sesuai dengan persyaratan dan terdapat daerah tersebut.
anggota keluarga yang merokok di dalamnya, 3. Luas ventilasi rumah dapat mempengaruhi
sirkulasi udara menjadi tidak baik dan asap beberapa faktor risiko lainnya seperti
rokok akan terus berputar di dalam rumah. pengcahayaan, tingkat kelembaban dan
Iwan M. Ramdan, dkk (2018) tangkat suhu. Oleh karena itu, luas ventilasi
melaporkan bahwa kelembaban dan kepadatan rumah menjadi faktor risiko yang paling
hunian rumah merupakan faktor risiko kejadian dominan dibandingkan dengan faktor risiko
pneumonia pada balita di Kota Samarinda. Hal lainnya.
ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang 4. Tingginya angka kejadian pneumonia pada
menunjukkan bahwa balita yang tinggal balita banyak di temukan di daerah dataran
bersama dengan anggota keluarga yang rendah dan juga daerah dengan kepadatan
merokok memiliki risiko 10 kali lebih besar penduduk yang tinggi.
menderita pneumonia. Selain itu, Iwan M.
Ramadan menemukan bahwa keberadaan SARAN
perokok di dalam rumah merupakan faktor risiko 1. Diharapkan Dinas Kesehatan dan
yang paling dominan dibandingkan dengan Puskesmas yang ada di setiap kota di
faktor risiko lainnya.(21) Indonesia dapat melakukan tindakan
Kota Samarinda pusat pemerintahan preventif dan penanganan kasus
dan perokonomian di Provinsi Kalimantan Timur pneumonia pada balita dengan tepat
yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. berdasarkan faktor risiko dan dengan
Iwan M. Ramadan, dkk (2017) melakukan memperhatikan karakteristik dari daerah
peneitian di perumahan padat penduduk dengan tersebut.
mayoritas rumahnya memiliki pencahayaan 2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat
yang tidak sesuai dengan persyaratan dan melakukan penelitian dengan
tingkat suhu yang tinggi. Tingginya tingkat memperhatikan kondisi atau karakteristik
kelembaban di dalam rumah ini dapat dari lokasi penelitian guna menentukan
disebabkan oleh keberadaan perokok di dalam faktor-faktor apa saja yang memang sesuai
rumah dikarenakan asap rokok dapat dengan kondisi yang ada di daerah tempat
meningkatkan suhu di dalam rumah yang penelitian dilakukan.
3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat
mengetahui apa saja faktor risiko yang

335
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
dapat menyebabkan pneumonia pada 2018;4(2):74–81. Available from:
balita dan kemudian dapat melakukan http://103.55.216.55/index.php/higiene/ar
tindakan preventif untuk mencegah ticle/view/5853
terjadinya pneumonia pada balita.

DAFTAR PUSTAKA 11. Ula SR, Adriyani R. In-door factors and


1. UNICEF. One child dies of pneumonia its status related to pneumonia risk in
every 39 seconds, agencies warn. Unicef children under five years. IOP Conf Ser
[Internet]. 2019;39–41. Available from: Earth Environ Sci. 2019;373(1).
https://www.unicef.org/press- 12. Wulandari P, Suhartono S, Dharminto D.
releases/one-child-dies-pneumonia- Hubungan Lingkungan Fisik Rumah
every-39-seconds-agencies-warn Dengan Kejadian Pneumonia Pada
2. Pratiknya AW. Dasar-dasar metodologi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
penelitian kedokteran dan kesehatan Jatisampurna Kota Bekasi. J Kesehat
[Internet]. Rajawali. 2011 [cited 2020 Feb Masy Univ Diponegoro. 2016;4(5):125–
27]. p. 236. Available from: 33.
http://lib.ui.ac.id/detail?id=20278303 13. Fatichaturrachma S, Suhartono S,
3. Kementerian Kesehatan RI. Dharminto D. Hubungan Lingkungan
KEPMENKES_829_1999.pdf. 1999. p. Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit
1–6. Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja
4. Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi. J
Rakyat. PERMEN PU NOMOR Kesehat Masy Univ Diponegoro.
02/PRT/M/2016. 2016;23(45):5–24. 2016;4(5):187–95.
5. Kesehatan M, Indonesia R. Peraturan 14. Darmawati AT, Sunarsih E, Trisnaini I.
Mentri Kesehatan Indonesia No Hubungan faktor kondisi fisik rumah dan
1077/Menkes/PER/2011. 2011; perilaku dengan insiden pneumonia pada
6. Fataruba I. The Correlation of Houses anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Physical Environment Factors with Yosomulyo Kota Metro. J Ilmu Kesehat
Infants Pneumonia in Working Areas of Masy. 2016;7(1):6–13.
Community Health Center Sirimau 15. Pusparini H, Cahyono T, Budiono Z.
District, in 2017 in Ambon City. Int J Res Risiko Kondisi Fisik Rumah Dengan
Appl Sci Eng Technol. 2019;7(2):686–9. Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
7. Samosir KE. Hubungan Faktor Wilayah Puskesmas Ii Sumpiuh
Lingkungan Fisik Rumah dengan Kabupaten Banyumas Tahun 2016. Bul
Kejadian Pneumonia di Wilayah Kerja Keslingmas. 2017;36(1):75–82.
Puskesmas Jatibarang Kabupaten 16. Maulana M, Rahmatun Handari D, Dwi
Indramayu. 2019;164(7):96–9. Jatmika SE, Sunarti H. Determinant
8. Kondisi H, Rumah L, Perilaku DAN, Factors of Pneumonia among Toddlers.
Balita IBU, Kejadian D, Di P, et al. Oleh : Int J Public Heal Sci. 2018;7(1):51.
ADITYA APE CHANA PROGRAM STUDI 17. Prajadiva G, Ardillah Y. Determinan
KEPERAWATAN. 2018; Lingkungan Fisik Rumah Terhadap
9. Wulandari I, Suhartono S, Dharminto D. Pneumonia Pada Balita Di Pinggiran
Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Sungai Musi. 2019;7621(1):1–11.
Rumah Dan Keberadaan Perokok Dalam 18. Sari DK. Hubungan Kondisi Lingkungan
Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Fisik Rumah Dengan Kejadian
Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Pneumonia Pada Anak Balita Di
Puskesmas Balapulang Kabupaten Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.
Tegal. J Kesehat Masy Univ Diponegoro. J Kesehat Masy. 2018;6(6):61–8.
2016;4(4):950–7. 19. Nuretza JA, Winarni S, Diponegoro U,
10. Katiandagho D, Nidawati N. Hubungan Diponegoro U. Hubungan Antara
Kodisi Fisik Rumah dengan Kejadian Perilaku Keluarga Dan Kondisi
Pneumonia Pada Balita di Desa Lingkungan Dalam Rumah Dengan
Karatung I Kecamatan Manganitu Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita
Kabupaten Kepulauan Sangihe. Hig J Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera
Kesehat Lingkung [Internet]. Kota Semarang. J Kesehat Masy.

336
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
2017;5(5):696–705.
20. Profil Kesehatan Kota Semarang. Profil
Kesehatan Kota Semarang 2011.
DinkesSemarangGoId [Internet]. 2018;1–
104. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/downl
oad/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2015/33
74_Jateng_Kota_Semarang_2015.pdf
21. Ramdan IM, P NA, F AR. Risk Factor of
Pnemonia among Children Aged Under 5
Years. A Case Control Study in
Samarinda, Indonesia. Int J Med Sci Clin
Invent. 2018;5(3):3601–5.

337

You might also like