You are on page 1of 6

Definisi Penyakit

Hipertensi merupakan masalah kesehatan publik utama di seluruh dubia dan merupakan
faktor resiko penyakit kardiovaskular tersering, serta belum terkontrol optimal di seluruh
dunia (Budi, 2015).

Jenis Pemeriksaan

A. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transminase)


1. Jenis Spesimen (Darah)
Darah merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Didalam
darah terkandung berbagai macam komponen, baik komponen cairan berupa plasma
darah, maupun komponen padat berupa sel-sel darah (Novi, 2018).
2. Mutu Laboratorium
Ada tiga tahapan penting dalam proses Mutu Laboratorium, yaitu tahapan pra analitik,
analitik dan pasca analitik. Pengendalian Mutu pada umumnya hanya mengawasi
tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi,
sementara proses pra analitik kurang mendapat perhatian (Mimi, 2021).
a. Pra analitik
Proses ini meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen
ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyiapan specimen (Mimi, 2021)
b. Analitik
Tahapan pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan,
tahap analitik yaitu kalibrasi alat laboratorium, pemeriksaan sampel, kualitas
reagen, ketelitian dan ketepatan (Indah, 2017).
c. Pasca analitik
Tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk menyakini bahwa hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan benar-benar valid, tahap pasca analitik yaitu
Pencacatan hasil pemeriksaan, interprestasi hasil dan pelaporan hasil pemeriksaan
(Indah, 2017).
3. SOAP
a. Subjektif (S)
Pada bagian ini, tuliskan riwayat medis pasien dan hasil temuan subjektif anda
berdasarkan laporan medis pasien tersebut. Riwayat pasien yang dicantumkan
pada bagian ini umumnya meliputi Etiologi (Penyebab utama penyakit) atau MOI
(Mechanism of injury) alias mekanisme cedera, C.C. (Chief Complaint) atau
keluhan utama, gejala penyakit, deskripsi keluhan, dan riwayat pasien (Wahyu,
2020).
 Riwayat pasien memiliki porsi paling besar dalam catatan SOAP, terutama
karena memahami riwayat pasien sengat diperlukan untuk menentukan dan
mempersempit perkiraan/potensi cedera pasien. Saat mengajukan pertayaan,
hindari pertanyaan tertutup yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
Misalnya jangan bertanya, “Dibagian itu sakit?” (Wahyu, 2020).
b. Objektif (O)
Bagian O dari catatan SOAP berisi hasil observasi kuantitatif anda sebagai tenaga
medis, seperti jarak pandang, palpasi jaringan lunak dan keras, lingkar pinggang,
ROM (Range of Motion) atau rentang gerak – ROM, PROM dan RROM alias
Active, Passive, dan Resistive Range of Motion (Rentang Gerak Aktif, Pasif, dan
Resistif), hasil tes otot manual, penelitian neurologis, sirkulasi darah, dan hasil
pemeriksaan. Khusus pasien lain (Wahyu, 2020).
 Jika dilakukan pemeriksaan khusus lain (termasuk pemeriksaan jaringan lunak
dan keras, pemeriksaan neurologis, dsb.), masukkan pula hasilnya ke dalam
cacatan anda. Pada bagian ini, pastikan anda mempersempit potensi cedera
dan menentukan diagnosis pasien. Misalnya pada tahap ini anda akan
menentukan apakah masalah utama pasien terjadi di daerah otot atau justru di
ligamennya (Wahyu, 2020).
c. Assesment (A)
Bagian ini camtumkan diagnosis yang paling memungkinkan pada bagian ini. Jika
diagnosis akhir belum berhasil didapatkan, anda bisa mencantumkan beberapa
kemungkinan diagnosis terlebih dahulu. Jika ada, cantumkan pula beberapa
diagnosis tambahan yang sudah diperhatikan (Wahyu, 2020).
 Pada bagian “Penilaian”, anda juga boleh mencantumkan berbagai tes medis
yang dilakukan pasien seperti X-ray, tes darah, dan rekomendasi untuk berobat
di dokter spesialis lain. Pastikan anda juga mencantumkan tipe cedera pasien,
apakah itu kronis, akut, atau memiliki potensi berulang (Wahyu, 2020).
d. Planning (P)
Bagian ini, catat langkah pengobatan yang ditempuh pasien. Cantumkan pula
perawatan yang akan diberikan kepada pasien seperti proses terapi, kenis obat,
dan/atau metode operasi (jika harus dilakukan). Anda juga bisa menuliskan
rencana pengobatan jangka panjang dan rekomendasi gaya hidup untuk pasien,
serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang pasien (seperti melakukan latihan
untuk memperkuat otot, renyang gerak, dan mengurangi rasa sakitnya)
(Wahyu,2020).
 Perencanaan ini harus dituliskan secara mendetail (berisi rencana harian untuk
pasien) hingga penyakit pasien sembuh) (Wahyu, 2020).
4. Nilai Rujukan Normal
a. (7-56 u/L (mikro per liter)) (Halodoc, 2019).
b. (0-35 u/L (mikro per liter) (Iranita, 2020).
5. Implikasi Klinik
a. Peningkatan SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas
obat atau kimia). Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis
kronis aktif, sumbatan empedu ekstrak hepatik, sindrom Reye dan infark miokard
(SGOT>SGPT). Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemahan hati,
sirosis Leannec dan sirosis biliaris (Indah, 2017).
b. Hasil kedua pemeriksaan sama-sama tinggi dapat menjadi pertanda adanya
gangguan hati yang perlu diperiksakan lebih lanjut. Nilai normal SGOT : 3-45 u/L
(mikro per liter) dan SGPT: 0-35 u/L (mikro per liter). Yang menyebabkan SGOT
dan SGPT meningkat, diantaranya Hepatitis, fatty liver, dan penyakit infeksi virus
seperti DBD (Iranita, 2020).
c. SGOT dan SGPT dapat naik dan tutun tergantung dari pola makan dan jenis
penyakit yang dialami. Jika penyakit yang dialami karena virus, maka akan
sembuh dengan sendirinya terutama hepatitis A. Namun jika di pengaruh oleh
makanan, maka dapat diatur pola makan dengan, menghindari makanan berlemak,
hindari makanan tinggi gula, hindari konsumsi alcohol, dan hindari konsumsi obat
berlebih (Iranita, 2020).
6. Istilah
a. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transminase)
b. C.C. (Chief Complaint)
c. SOAP (Subjektif (S), Objektif (O) Assesment (A)Planning (P)
d. ROM (Range of Motion)
e. PROM dan RROM alias Active, Passive, dan Resistive Range of Motion (Rentang
Gerak Aktif, Pasif, dan Resistif)
f. u/L (mikro per liter)
g. DBD (Demam Berdarah)

SGOT

B. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase)


1. Jenis Spesimen (Darah)
Darah merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Didalam
darah terkandung berbagai macam komponen, baik komponen cairan berupa plasma
darah, maupun komponen padat berupa sel-sel darah (Novi, 2018).
2. Mutu Laboratorium
Ada tiga tahapan penting dalam proses Mutu Laboratorium, yaitu tahapan pra analitik,
analitik dan pasca analitik. Pengendalian Mutu pada umumnya hanya mengawasi
tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi,
sementara proses pra analitik kurang mendapat perhatian (Mimi, 2021).
a. Pra analitik
Proses ini meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen
ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyiapan specimen (Mimi, 2021)
b. Analitik
Tahapan pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan,
tahap analitik yaitu kalibrasi alat laboratorium, pemeriksaan sampel, kualitas
reagen, ketelitian dan ketepatan (Indah, 2017).
c. Pasca analitik
Tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk menyakini bahwa hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan benar-benar valid, tahap pasca analitik yaitu
Pencacatan hasil pemeriksaan, interprestasi hasil dan pelaporan hasil pemeriksaan
(Indah, 2017).
3. SOAP
a. Subjektif (S)
Pada bagian ini, tuliskan riwayat medis pasien dan hasil temuan subjektif anda
berdasarkan laporan medis pasien tersebut. Riwayat pasien yang dicantumkan
pada bagian ini umumnya meliputi Etiologi (Penyebab utama penyakit) atau MOI
(Mechanism of injury) alias mekanisme cedera, C.C. (Chief Complaint) atau
keluhan utama, gejala penyakit, deskripsi keluhan, dan riwayat pasien (Wahyu,
2020).
 Riwayat pasien memiliki porsi paling besar dalam catatan SOAP, terutama
karena memahami riwayat pasien sengat diperlukan untuk menentukan dan
mempersempit perkiraan/potensi cedera pasien. Saat mengajukan pertayaan,
hindari pertanyaan tertutup yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
Misalnya jangan bertanya, “Dibagian itu sakit?” (Wahyu, 2020).

b. Objektif (O)
Bagian O dari catatan SOAP berisi hasil observasi kuantitatif anda sebagai tenaga
medis, seperti jarak pandang, palpasi jaringan lunak dan keras, lingkar pinggang,
ROM (Range of Motion) atau rentang gerak – ROM, PROM dan RROM alias
Active, Passive, dan Resistive Range of Motion (Rentang Gerak Aktif, Pasif, dan
Resistif), hasil tes otot manual, penelitian neurologis, sirkulasi darah, dan hasil
pemeriksaan. Khusus pasien lain (Wahyu, 2020).
 Jika dilakukan pemeriksaan khusus lain (termasuk pemeriksaan jaringan lunak
dan keras, pemeriksaan neurologis, dsb.), masukkan pula hasilnya ke dalam
cacatan anda. Pada bagian ini, pastikan anda mempersempit potensi cedera
dan menentukan diagnosis pasien. Misalnya pada tahap ini anda akan
menentukan apakah masalah utama pasien terjadi di daerah otot atau justru di
ligamennya (Wahyu, 2020).
c. Assesment (A)
Bagian ini camtumkan diagnosis yang paling memungkinkan pada bagian ini. Jika
diagnosis akhir belum berhasil didapatkan, anda bisa mencantumkan beberapa
kemungkinan diagnosis terlebih dahulu. Jika ada, cantumkan pula beberapa
diagnosis tambahan yang sudah diperhatikan (Wahyu, 2020).
 Pada bagian “Penilaian”, anda juga boleh mencantumkan berbagai tes medis
yang dilakukan pasien seperti X-ray, tes darah, dan rekomendasi untuk berobat
di dokter spesialis lain. Pastikan anda juga mencantumkan tipe cedera pasien,
apakah itu kronis, akut, atau memiliki potensi berulang (Wahyu, 2020).
d. Planning (P)
Bagian ini, catat langkah pengobatan yang ditempuh pasien. Cantumkan pula
perawatan yang akan diberikan kepada pasien seperti proses terapi, kenis obat,
dan/atau metode operasi (jika harus dilakukan). Anda juga bisa menuliskan
rencana pengobatan jangka panjang dan rekomendasi gaya hidup untuk pasien,
serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang pasien (seperti melakukan latihan
untuk memperkuat otot, renyang gerak, dan mengurangi rasa sakitnya)
(Wahyu,2020).
 Perencanaan ini harus dituliskan secara mendetail (berisi rencana harian untuk
pasien) hingga penyakit pasien sembuh) (Wahyu, 2020).
4. Nilai Rujukan Normal
a. (5-40 u/L (mikro per liter)) (Halodoc, 2019).
b. (3-45 u/L (mikro per liter) (Iranita, 2020).
5. Implikasi Klinik
a. Kadar normal enzim ini adalah 5-40 u/L (mikro per liter). Andaikan angkanya
naik 2-3 kali lipat, masih dalam batasan yang wajar, jadi tidak perlu khawatir
sebab kondisi ini bisa saja disebabkan oleh metabolisme tubuh yang tinggi akibat
beban fisik yang berat. Yang mesti diwaspadai dan perlu melakukan pemeriksaan
bila kadarnya meroket sebanyak 8-10 kali lipat. Biasanya, kondisi ini disebabkan
oleh beberapa kondisi, seperti : gagal hati, infeksi virus, perlemakan hati,
konsumsi alkohol yang berlebihan. jika mengidap salah satunya pergilah kedokter
untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat (Rizal, 2019).
b. Hasil kedua pemeriksaan sama-sama tinggi dapat menjadi pertanda adanya
gangguan hati yang perlu diperiksakan lebih lanjut. Nilai normal SGOT : 3-45 u/L
(mikro per liter) dan SGPT: 0-35 u/L (mikro per liter). Yang menyebabkan SGOT
dan SGPT meningkat, diantaranya Hepatitis, fatty liver, dan penyakit infeksi virus
seperti DBD (Iranita, 2020).
c. SGOT dan SGPT dapat naik dan tutun tergantung dari pola makan dan jenis
penyakit yang dialami. Jika penyakit yang dialami karena virus, maka akan
sembuh dengan sendirinya terutama hepatitis A. Namun jika di pengaruh oleh
makanan, maka dapat diatur pola makan dengan, menghindari makanan berlemak,
hindari makanan tinggi gula, hindari konsumsi alcohol, dan hindari konsumsi obat
berlebih (Iranita, 2020).
6. Istilah
a. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transminase)
b. C.C. (Chief Complaint)
c. SOAP (Subjektif (S), Objektif (O) Assesment (A)Planning (P)
d. ROM (Range of Motion)
e. PROM dan RROM alias Active, Passive, dan Resistive Range of Motion (Rentang
Gerak Aktif, Pasif, dan Resistif)
f. u/L (mikro per liter)
g. DBD (Demam Berdarah)
Daftar Pustaka

Pikir, Budi. S. (2015). Hipertensi Manajemen Komprehensif. Airlangga University


Press. Surabaya.

Sugiarti, Mimi. (2021). Pengaruh Poliethilen Glikol 6000 8% Pada Serum Lipemik
Terhadap Hasil Pemeriksaan Glukosa, SGOT Dan SGPT. Poltekken
Tanjungkarang. Bandar Lampung. Volume 10 Nomor 2 Desember 2021.

Sari, Indah. (2017). Perbedaan Kadar SGPT Terhadap Plasma EDTA Dan Serum.
Universitas Semarang. Semarang.

Halodoc. (2019). Terdengar Mirip, Apa Beda SGOT Dan SGPT?. Redaksi Halodoc.
https://www.halodoc.com/artikel/terdengar-mirip-apa-beda-sgot-dan-sgpt.
(diakses pada tanggal 09 januari 2022).

Rizal, Wahyu. (2020). Efektifitas Pencatatan Rekam Medis SOAP Dengan SIM RS
Trustmedis. Trustmedis Healthtech Solution.
http://trustmedia.com/efektifitas-pencatatan-rekam-media-soap-dengan-
sim-rs-trustmedis/. (diakses pada tanggal 09 januari 2022).

Dyantika, Iranita. (2018). Penyebab Nilai SGOT Dan SGPT Naik Turun. Alodokter.
http://www.alodokter.com/komunitas/topic/hepatitisnb-sgpt-sgot-naik-
turun. (diakses pada tanggal 09 januari 2022).

Firani, Novi Khila. (2018). Mengenali Sel-Sel Darah Dan Kelainan Darah. UB Press.
Malang.

Fadli, Rizal. (2019). Kadar SGOT Tinggi, Ini Penyebanya. Halodoc.


http://www.halodoc.com/artikel/kadar-sgot-tinggi-ini-penyebabnya.
(diakses pada tanggal 09 januari 2022)

You might also like