You are on page 1of 20

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah

MEDICAL SURGICAL NURSING PRACTICE I

Prosedural Knowledge
Dosen : Ibu Ns. Puji Astuti W, SKep., MKep.

Keperawatan A19A1

SARWA GANIYY (011911013)


NOVI SETIA HANDAYANI (011911020)
TIARA NURFAJRI AULIA (011911021)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
TA: 2020 -2021
KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Luka
Luka adalah kerusakan anatomi, keadaan pemisahan jaringan karena
kekerasan atau trauma. Keparahan luka tergantung dari besarnya trauma yang
diterima oleh jaringan. Luka terjadi karena rusaknya struktur dan fungsi anatomi
normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan
mengenai organ tertentu.

2. Jenis – Jenis Luka


Luka berdasarkan tingkat kontaminasi (Prabakti, 2005; Abdurrahmat, 2014):
a. Luka bersih (Clean wounds), yaitu luka bedah tak terinfeksi, tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi). Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1-5%.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined wounds), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi. Kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3-11%.
c. Luka terkontaminasi (Contamined wounds), termasuk jenis luka terbuka, segar,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau terkontaminasi dari saluran cerna, pada kategori ini termasuk insisi
akut, inflamasi non-purulen. Kemungkinan infeksi luka 10- 17%.
d. Luka kotor atau infeksi (Dirty wound), ialah jenis luka yang terjadi pada
lingkungan yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, termasuk juga luka akibat
pelaksanaan operasi di tempat yang tidak steril, misalnya operasi darurat di
lapangan. Kemungkinan terjadi infeksi lebih dari 27%.

Menurut Taylor, Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, luka dapat dibagi
menjadi:

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi


pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya
tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah
tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

3. Tahap – Tahap Penyembuhan Luka


a. Tahap Homeostatis
Tahap homeostatis merupakan tahap penyembuhan luka dengan proses
penghentian pendarahan. Proses ini terjadi dalam beberapa menit bahkan detik.
Sel-sel darah secara otomatis akan berkumpul dan membentuk gumpalan darah
yang berfungsi untuk melindungi luka dan mencegah keluarnya banyak darah.
Gumpalan darah ini mengandung fibrin yang berfungsi agar gumpalan darah
berada tetap pada tempatnya.
b. Tahap Inflamasi
Pada tahap inflamasi, gumpalan darah akan mengeluarkan suatu zat kimia yang
akan menyebabkan peradangan. Pada saat terjadi peradangan, sel darah putih
akan menuju ke area luka untuk melawan bakteri dan kuman lainnya. Sel darah
putih juga memproduksi gworth factors yang berfungsi untuk membantu
memperbaiki jaringan yang rusak.
c. Tahap Migrasi
Tahap migrasi merupakan pergerakan sel epitel dan fibroblas pada daerah yang
mengalami cedera untuk menggantikan jaringan yang rusak atau hilang. Sel ini
meregenerasi dari tepi, dan secara cepat bertumbuh di daerah luka pada bagian
yang telah tertutup darah beku bersamaan dengan pengerasan epitel
d. Tahap Proliferasi
Tahap proliferasi terjadi secara simultan dengan tahap migrasi dan proliferasi sel
basal, yang terjadi selama 2- 3 hari. Tahap proliferasi terdiri dari
neoangiogenesis, pembentukan jaringan yang tergranulasi, dan epitelisasi
kembali. Jaringan yang tergranulasi terbentuk oleh pembuluh darah kapiler dan
limfatik ke dalam luka dan kolagen yang disintesis oleh fibroblas dan
memberikan kekuatan pada kulit. Sel epitel kemudian mengeras dan
memberikan waktu untuk kolagen memperbaiki jaringan yang luka. Proliferasi
dari fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung selama 2 minggu.

e. Tahap Maturasi
Tahap maturasi berkembang dengan pembentukkan jaringan penghubung selular
dan penguatan epitel baru yang ditentukan oleh besarnya luka. Jaringan granular
selular berubah menjadi massa aselular dalam waktu beberapa bulan sampai 2
tahun.
4. Karakteristik Luka
a. Lokasi
Lokasi luka merupakan tempat terjadinya luka pada anatomi tubuh si pasien.
Lokasi luka perlu di ketahui untuk memprediksi penyembuhan luka. Lokasi luka
telah terbukti mempengaruhi penyembuhan. Namun, lokasi spesifik mana yang
menguntungkan atau merugikan penyembuhan masih harus ditentukan.
b. Bentuk
Untuk luka yang akan sembuh, akan sering berubah bentuk dan mungkin akan
berbentuk lebih teratur, bentuk melingkar atau oval. Bentuk luka dianggap lebih
membantu untuk menentukan ukuran keseluruhan luka. Bentuk luka ditentukan
dengan mengevaluasi perimeter luka. Bentuk luka dilapisi dengan kontraksi
luka. Kontraksi luka bisa terlihat saat area permukaan luka terbuka berkurang
dan saat bentuk luka berubah
c. Ukuran
Ukuran luka dapat di artikan sebagai luas permukaan luka si pasien. Luas
permukaan dapat dilihat dengan mengalikan panjang dengan lebar. Metode yang
paling umum digunakan dalam menentukan ukuran adalah mengukur (dalam
cm) aspek terpanjang dan tegak lurus dari permukaan luka yang terlihat. Hal ini
dapat menjadi sulit untuk ditentukan dalam mengukur ukuran pada beberapa
luka, karena tepi luka mungkin sulit untuk diketahui atau tepinya mungkin tidak
teratur.
d. Kedalaman
Merupakan ukuran dasar luka ke permukaan luka. Mengukur kedalaman luka
dapat dengan menggunakan aplikator yang berujung katun/kapas. Masukkan
aplikator di bagian terdalam dari luka dan tandai aplikator dengan pulpen, dan
ukur jarak dari ujung yang ditandai, dengan menggunakan panduan pengukuran
metrik.
e. Tepi
Tepi luka merupakan daerah dimana jaringan normal menyatu dengan dasar
luka. Tepi luka menunjukkan beberapa karakteristik luka yang paling penting.
Saat menilai tepi luka, lihat bagaimana penamakan dari luka tersebut.
f. Undermining/Tunneling
Undermining/Tunneling merupakan hilangnya jaringan dibawah permukaan
kulit yang utuh. Undermining didefinisikan sebagai pengikisan dibawah tepi
luka, dan tunneling didefinisikan sebagai sebaris dari jalur bidang yang
mengarah ke saluran sinus. Undermining biasanya melibatkan jaringan subkutan
dan mengikuti jalur bidang disamping luka. Tunneling biasanya melibatkan
persentase kecil dari margin luka: sempit dan cukup panjang dan tampaknya
memiliki tujuan.
g. Karakteristik jaringan nekrotik
Nekrosis didefinisikan sebagai jaringan devisa yang mati. Dapat berwarna
hitam, coklat, abu-abu, atau kuning. Tekstur bisa kering dan kasar, lembut,
lembab, atau berserabut. Karakteristik jaringan nekrotik meliputi tampilan,
warna, konsistensi. Bau bisa ada atau tidak ada. Banyak tenaga kesehatan yang
salah menilai jaringan nekrotik. Terkadang merreka menilai jaringan kuning dan
putih sebagai jaringan nekrotik padahal tidak selamanya seperti itu. Jaringan
kuning bisa berupa lemak kuning yang sehat, membran reticular dermis, atau
tendon. Jaringan putih bisa berupa jaringan ikat, fasia, atau ligamen.
h. Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terdapat pada luka. Untuk menilai jumlah
eksudat di luka, amati dua area yakni luka itu sendiri dan balutan yang
digunakan pada luka. Amati luka untuk menilai kelembaban yang ada. Sebelum
menilai jenis eksudat, bersihkan luka dengan NaCl atau air putih secara normal
dan evaluasi eksudat segar. Pilih jenis eksudat yang dominan di luka, sesuai
warna dan konsistensi.
i. Warna Kulit di Sekitar luka
Warna kulit di sekitar luka dapat mengindikasikan luka lebih lanjut dari tekanan,
gesekan, atau gunting. Karakteristik Kulit di Sekitar luka sering merupakan
indikasi pertama yang menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Yang
paling sering ditemukan dalam pengamatan kulit disekitar luka adalah eritema.
Eritema didefinisikan sebagai kemerahan atau kehitaman pada kulit,
dibandingkan dengan kulit di sekitarnya. Eritema setelah trauma disebabkan
oleh pecahnya venula dan kapiler kecil atau mungkin disebabkan oleh aliran
darah masuk untuk memulai proses peradangan.
j. Edema
Edema merupakan pembengkakakan yang terjadi pada luka dan sekitarnya. Kaji
jaringan dalam 4 cm tepi luka. Kenali edema dengan menekan jari ke dalam
jaringan dan tunggu selama 5 detik. Saat melepaskan tekanan, jaringan gagal
untuk kembali ke posisi normal, dan lekukan muncul. Ukur seberapa jauh edema
melampaui tepi luka.
k. Indurasi
Indurasi adalah ketegasan jaringan yang abnormal dengan margin. Indurasi
dapat menjadi tanda kerusakan yang akan terjadi pada jaringan. Seiring dengan
perubahan warna kulit, indurasi merupakan pertanda trauma jaringan akibat
tekanan lebih lanjut. Raba dimana indurasi dimulai dan dimana ia berakhir. Raba
dari jaringan sehat, bergerak menuju tepi luka. Biasanya terasa sedikit ketegasan
pada tepi luka itu. Jaringan normal terasa lembut dan kenyal sedangan indurasi
terasa keras dan tegas saat disentuh.
l. Karakteristik lain
Karakteristik lain yang dapat dievaluasi pada jaringan disekitarnya termasuk
maserasi dan perdarahan. Maserasi didefinisikan sebagai pelunakan pada
jaringan ikat. Jaringan maserasi kehilangan pigmentasi dan bahkan pigmen kulit
yang gelap terlihat pucat. Jaringan yang melemah ini sangat rentan terhadap
trauma, menyebabkan kerusakan dari jaringan maserasi dan pembesaran luka.
m. Jaringan granulasi
Jaringan granulasi adalah penanda dari kesehatan luka. Itu adalah tanda fase
proliferatif dari penyembuhan luka dan biasanya akhir dari penutupan luka.
Jaringan granulasi berkembang dari pembuluh darah kecil dan jaringan ikat ke
rongga luka. Jaringan granulasi itu sehat jika cerah, berdaging merah, mengkilap
dan granular dengan penampilan seperti beludru.
n. Epithelization
Epithelization adalah proses pelepasan epidermal dan muncul sebagai kulit
merah muda atau merah. Epithelization mungkin pertama diperhatikan selama
fase peradangan atau fase proliferasi dari penyembuhan sebagai jaringan merah
muda yang berpigmen ringan, bahkan pada individu dengan kulit berwarna
gelap. Banyak orang membingungkan jaringan parut pink terang atau kulit baru
sebagai eritema. Pada luka dengan ketebalan parsial, sel epitel dapat berpindah
dari tempat di permukaan luka atau dari tepi luka, atau keduanya. Pada luka
dengan ketebalan penuh, pelepasan epidermal terjadi dari tepi saja, biasanya
setelah luka hampir sepenuhnya terisi dengan jaringan granulas

5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


1)Faktor Sistemik
a. Usia
Pada usia lanjut, proses penyembuhan luka lebih lama dibandingkan dengan
usia muda, faktor ini karena kemungkinan adanya proses degenerasi, tidak
adekuatnya pemasukan makanan, menurunnya kekebalan, dan menurunnya
sirkulasi.
b. Nutrisi
Faktor nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan luka, pada pasien
yang mengalami penurunan tingkat diantaranya serum albumin, total
limfosit dan transferin adalah merupakan risiko terhambatnya proses
penyembuhan luka. Selain protein, Vitamin A, E, dan C juga mempengaruhi
dalam proses penyembuhan luka. Kekurangan Vitamin A menyebabkan
berkurangnya produksi makrofag yang konsekuensinya rentan terhadap
infeksi, reterdasi epitelisasi, dan sintesis kolagen. Vitamin E mempengaruhi
pada produksi kolagen, sedangkan Vitamin C menyebabkan kegagalan
fibroblast untuk memproduksi kolagen.
c. Insufisiensi Vaskular
Insufisiensi vascular juga merupakan faktor penghambat penyembuhan
luka, sering kali luka pada ekstremitas bawah, seperti luka diabetik dan
pembuluh arteri dan atau vena, kemudian decubitus karena faktor tekanan
yang semuanya akan berdampak pada penurunan atau gangguan sirkulasi
darah.
d. Obat – obatan
Terutama pada pasien yang menggunakan terapi steroid, kemoterapi dan
imunosupresi.
e. Merokok
Kebiasaan merokok akan menghambat proses penyembuhan luka dan
meningkatkan risiko gagal sembuh pada luka.
f. Berat badan berlebih
Pada orang yang gemuk, jaringan lemak di bawah kulit akan menghambat
aliran darah ke luka. Hal ini menyebabkan luka kekurangan oksigen dan
penyembuhannya lebih lama
2)Faktor Lokal
a. Suplai darah
Saat sirkulasi darah tidak lancar, maka suplai oksigen pun tidak lancar,
maka proses penyembuhan luka pun terganggu. Beberapa kondisi yang
menyebabkan aliran darah tidak lancar diantaranya pasien yang menderita
diabetes atau penyakit arteri perifer.
b. Infeksi
Infeksi sistemik atau lokal dapat menghambat proses penyembuhan luka.
c. Nekrosis atau Adanya benda asing pada luka
Luka dengan jaringan yang mengalami nekrosis dan eskar akan dapat
menjadi faktor penghambat proses penyembuhan luka.
KONSEP TINDAKAN

1. Definisi Post Operasi


Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembendahan, dimulai dari
pasien diterima di ruang pemulihan / pasca anastesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya. Perawatan post operasi adalah tahap lanjutan dari perawatan pre dan
intra operasi.

2. Tujuan Dilakukan Prawatan Postoperasi


membantu klien untuk kembali ke asuhan keperawatan yang aman,
berpengetahuan luas, individual, kepada klien & orang lain yang penting dalam
fase pasca anestesi segera.

3. Jenis – Jenis Operasi


Menurut Tujuannya :
a. Diagnostik. Jenis operasi ini dilakukan untuk menentukan penyebab penyakit
dan / atau memastikan diagnosis. Contohnya meliputi: biopsi, laparotomi
eksplorasi (explorelap)
b. Ablatif / Kuratif. Operasi semacam ini dilakukan untuk mengangkat bagian
atau organ yang sakit. Contohnya meliputi: gastrektomi (pengangkatan
sebagian atau seluruh perut), tiroidektomi, dan usus buntu.
c. Paliatif. Untuk meredakan gejala tanpa menyembuhkan penyakit. Ini
termasuk: kolostomi, debridemen jaringan nekrotik
d. Transplantasi. Untuk mengganti organ atau struktur yang sakit atau tidak
berfungsi.
e. Konstruktif. Untuk mengembalikan fungsi pada kelainan bawaan. Perbaikan
celah langit-langit (palatoplasti), penutupan defek atrium-septum.
f. Re-konstruktif. Ini termasuk cangkok kulit, operasi plastik, revisi bekas luka.
Hal ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi jaringan yang mengalami
trauma atau malfungsi dan untuk meningkatkan konsep diri.
g. Penyelidikan. Untuk memperkirakan perluasan penyakit atau konfirmasi
diagnosis. Contoh: Laparotomi eksplorasi, laparotomi panggul.
h. Estetis. Untuk meningkatkan fitur fisik yang berada dalam kisaran normal.
Contoh: pembesaran payudara.

Menurut Urgency :

a. Elective
Ini adalah jenis operasi yang telah direncanakan sebelumnya. Penundaan
operasi tidak memiliki efek buruk. Ini dapat dijadwalkan sebelumnya
berdasarkan pilihan klien. Contoh: tonsilektomi, perbaikan hernia, ekstraksi
katarak, mammoplasty, face lift, dan operasi caesar.
b. Urgent
Pembedahan yang diperlukan untuk kesehatan klien, biasanya dilakukan
dalam waktu 24 hingga 48 jam. Contoh: Pengangkatan kantung empedu,
amputasi, reseksi usus besar, bypass arteri koroner, operasi pengangkatan
tumor
c. Emergent
Pembedahan yang harus segera dilakukan untuk mempertahankan hidup
klien, fungsi tubuh bagian tubuh. Contoh: Kontrol perdarahan, tukak
berlubang, obstruksi usus, perbaikan trauma, trakeostomi

Menurut Tingkat Risiko:

a. Mayor
Melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada bagian tubuh,
memberikan dampak risiko yang tinggi pada kesehatan. Contoh :Bypass arteri
koroner, reseksi kolon, reseksi lobus paru.
b. Minor
Melibatkan perubahan kecil pada bagian tubuh, sering dilakukan untuk
memperbaiki deformitas, dan dengan risiko yang lebih kecil daripada bedah
mayor. Contoh : Ekstraksi katarak, graft kulit, operasi plastic.

4. Fase Post Operasi


a. Fase pertama
Periode segera pasca anestesi & pasca operasi, adalah beberapa jam pertama
setelah operasi ketika klien pulih dari efek anestesi.
b. Fase kedua, atau kemudian fase pasca operasi, adalah waktu untuk
penyembuhan & pencegahan komplikasi (Berlangsung selama berminggu-
minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah operasi).
c. Masuk ke PACU (Unit Perawatan Pasca Anestesi)
Periksa fungsi & suplai : Mesin TD, pulse oximeter, stetoskop, monitor
jantung & elektroda, infus, pompa IV, suction, saline & sarung tangan steril,
alat intubasi, penekan lidah, alat O2, mesin anestesi, obat-obatan (narkotika,
antagonis narkotik , hipnotik, antihipertensi, agen penghambat
neuromuscular)

5. Komplikasi Post Operasi


a. Komplikasi anestesi spinal (Hipotensi, syok).
b. Komplikasi pernapasan (obstruksi jalan napas, distres/depresi pernapasan,
mengi, aspirasi).
c. Komplikasi kardiovaskular (aritmia, hipertensi)
d. Komplikasi yang melibatkan fungsi ginjal, keseimbangan cairan & elektrolit.
e. Perubahan suhu, nyeri.
f. Komplikasi lain dari klien dengan masalah endokrin.

6. Tahap Perawatan Luka


1) Cleansing
Dalam pembersihan luka perlu dilakukan irigasi dengan tekanan yang tidak
terlalu kuat dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa jaringan nekrotik
atau eksudat. Prinsip dalam membersihkan luka adalah dari pusat luka ke
arah luar luka dan secara hati-hati. Atau dapat juga dari bagian luar luka ke
arah luka dengan kasa yang berbeda.
2) Debridement
Debridement adalah tindakan mengangkat jaringan yang sudah mengalami
nekrosis dan untuk menyokong pertumbuhan atau memulihkan luka,
mengurangi perluasan pada luka, kontrol dan pencegahan infeksi, dan
visualisasi dasar luka.
Tipe –tipe debridement :
a. Secara mekanik, dengan kompres basah kering, hidroterapi dan irigasi
luka
b. Secara bedah, yaitu dengan bedah insisi
c. Autolitik debridement, yaitu menggunakan dressing sintesis dengan
menutup luka, ini hanya digunakan pada klien yang tidak terinfeksi
seperti hydroclloid, hydrogels, dan calsium alginates
3) Dressing
Dressing adalah suatu usaha untuk mempertahankan integritas fisiologi pada
luka, sebelum melakukan dressing atau balutan dan pengobatan luka
diperlukan pengkajian pada kondisi luka hal ini adalah untuk menentukan
tipe dressing atau balutan yang dibutuhkan
Tipe dressing :
a. Dressing dry to dry
b. Dressing wet to dry

Alat & Bahan Tindakan Simple Wound Dressing

Troli berisi :

1. Wound dressing set


2. Perlak pengalas
3. Bengkok
4. Bak spuit/bak instrument kecil berisi pinset 2 buah
5. Cleansing fluid (NaCl 0,9%)
6. Plester/micropore
7. Apron
8. Handscoen steril dan nonsteril
9. Rubbish bag

Prosedure Simple Wound Dressing

1. Cek order medis


2. Kontak dengan pasien
3. Mencuci tangan dan mempersiapkan alat
4. Dekatkan pada pasien, perhatikan privacy
5. Cuci tangan dan memakai handscoen bersih
6. Mengatur posisi pasien
7. Memasang pengalas dan bengkok
8. Kaji apakah pasien memiliki riwayat alergi tertentu pada kulitnya
9. Kaji balutan apakah bersih/kotor, berapa centi balutannya agar perawat bisa
mempersiapkan kassanya berapa banyak
10. Kaji berapa panjang lukanya, lihat ada berapa benang jahitnya/simpulnya
11. Membuka kassa yang paling luar, menyisakan lapisan terakhir
12. Membuka handscoen, dan mencuci tangan menggunakan handrub
13. Menyiapkan set steril
14. Menuangkan NaCl
15. Memakai handscoen steril
16. Menyiapkan kassa basah yang dicelupkan NaCl lalu diperas hingga lembab
17. Membuka kassa terakhir
18. Kaji pada luka apakah ada risiko infeksi/peradangan (KORTEL = Kalor,
Dolor, Rubor, Tumor, Fungsio Laesa)
19. Kaji kulit sekitar luka
20. Kaji apakah lukanya kering/basah
21. Kaji apakah ada bau pada luka
22. Kaji apakah ada darah/pus/perembesan di luka/sekitar luka
23. Membersihkan luka dengan teknik sekali usap, menjaga sterilitas
24. Bersihkan sampai dengan sekitar luka
25. Memasang dressing baru menggunakan metode dry to dry
26. Merapikan pasien
27. Mengkaji respon pasien
28. Mengkomunikasikan hasil tindakan
29. Merapikan alat
30. Mencuci tangan
31. Mendokumentasikan dengan benar
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN PERAWATAN LUKA

1. Fase Orientasi
(Perawat datang ke ruang pasien)
Perawat : Selamat pagi, Bu. Perkenalkan nama saya....bisa
dipanggil...., saya perawat yang bertugas pada pagi ini dari
jam 08.00 sampai jam 14.00. Kalau boleh saya tahu nama
Ibu siapa? Dan senangnya dipanggil apa Bu?
Pasien : Pagi sus, nama saya.....
Perawat : Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
Pasien : Baik
Perawat : Baik bu, disini saya akan membantu ibu untuk mengganti
balutan pada luka ibu, tujuannya agar luka ibu terhindar
dari infeksi dan agar luka ibu cepat sembuh. Waktunya
kurang lebih 10 menit, tempatnya disini saja. Apakah ibu
bersedia?
Pasien : Bersedia sus
Perawat : Baik kita mulai ya bu, sebelumnya saya izin untuk
mencuci tangan dan menyiapkan alatnya terlebih dahulu.
Pasien : Baik sus

(Perawat mencuci tangan dan menyiapkan alat yang akan digunakan untuk
tindakan mengganti balutan luka)
2. Fase Kerja
Perawat : Ibu saya sudah kembali dengan membawa alatnya,
sebelum saya memulai tindakan ini apakah ada yang ingin
Ibu tanyakan lagi mengenai perawatan luka Ibu?
Pasien : Tidak ada sus
Perawat : Baik, kalau tidak ada kita mulai ya bu.
Pasien : Baik sus

(Perawat menjaga privacy klien dengan menutup tirai pasien dan


mendekatkan alat ke pasien lalu perawat mencuci tangan kembali
menggunakan handscrub, dan memakai handsoon bersih)

Perawat : Baik, posisi tidurnya terlentang saja ya bu. Jika Ibu


merasa sakit di luka pada saat mengganti balutan, Ibu bisa
mengalihkan rasa sakitnya dengan tarik napas panjang lalu
hembuskan.
Pasien : Baik sus
Perawat : Ibu, sebelumnya saya ingin memasang alas di bawah perut
ibu, Ibu akan saya bantu untuk miring ke sebelah kiri ya bu.
Pasien : Baik sus
Perawat : Kaki sebelah kanan Ibu di tekuk kemudian kaki sebelah
kiri di luruskan saja, saya bantu untuk miringnya ya bu.
Pasien : Baik sus

(Perawat memasang alas di bawah pasien, kemudian mengatur posisi


pasien untuk kembali terlentang)

Perawat : Ibu, maaf bajunya saya angkat sedikit ya.


Pasien : Iya sus
Perawat : Ibu saya buka balutannya ya, jika merasa sakit tarik napas
panjang lalu hembuskan ya bu.
Pasien : Baik sus

(Perawat kemudian mengkaji balutan pada luka tersebut, kaji balutan


bersih / kotor, berapa panjang cm luka tersebut, kemudian kaji luka)

(Kemudian perawat membuka handscoon dan mencuci tangan dengan


handscrub. Lalu menyiapkan set steril yang akan digunakan, dengan
mencubit kain di luar lalu di tarik jangan sampai terkena bagian tubuh
perawat. Lalu tuang NaCl seperlunya. Perawat menyiapkan kassa yang
kering dan di celupkan ke cairan NaCl sebanyak 4 kassa dan 2 kassa
kering)

(Kemudian perawat mulai membersihkan luka pasien dengan


menggunakan kassa yang sudah dicelupkan ke dalam NaCl, bersihkan luka
dengan gerakan 1 arah sebanyak 3x dengan kassa yang berbeda. Kemudian
tutup luka dengan kassa kering)

Perawat : Ibu saya tutup ya lukanya

Pasien : Baik sus

(Perawat menutup luka pasien kemudian merapihkan pasien dan


membereskan alat)

3. Tahap Terminasi
Perawat : Ibu saya sudah selesai mengganti balutan pada luka Ibu,
bagaimana perasaan Ibu?
Pasien : Terimakasih sus, saya merasa lebih nyaman
Perawat : Baik, kalau begitu saya izin pamit dulu ya bu. Nanti saya
akan kembali lagi untuk memberikan obat pada Ibu. Saya
permisi.
Pasien : Baik, terimakasih sus.
Referensi

Purnama, Handi; Sriwidodo; Ratnawulan, Soraya. 2017. Review


Sistematik :Proses Penyembuhan dan Perawatan Luka. Fakultas
Farmasi. Universitas Padjajaran. Diunduh pada Senin, 05 Juli 2021.
Dapat diakses pada link di bawah ini :
https://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/13366/pdf

Gifari, Moh. 2018. GAMBARAN KARAKTERISTIK LUKA DAN


PERAWATANNYA DI KLINIK PERAWATAN LUKA GRIYA AFIAT
MAKASSAR. Fakultas Keperawatan Universitas Hasanudin. Makassar.

Lembar Panduan Simple Wound Dressing yang diberikan oleh Bu Tri

Power Point Pak Aan mengenai Peroperative Nursing

https://www.scribd.com/document/429541180/Strategi-Pelaksanaan-i-Pasien-
perawatan-Luka-2019

You might also like