VERA WATI MUH. DEEBA L ONDO CHANDRA GINTING PRASETYO ALDY AFRIZA LAODE AHMAD DAHLAN RAYAN RAMADHAN LAODE MUH. RAHMATULLAH BAIDO IBNU ROKHIM
KELAS :
XI MIA4
SMAN NEGERI 1 LAWA
TAHUN AJARAN 2019/2020
DINAMIKA PENERAPAN DEMOKRASI PANCASILA
A. Prinsip-Prinsip Demokrasi Di Indonesia
Prinsip-prinsip yang dingunakan dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Sistem politik demokrasi di Indonesia dan pelasksanaan demokrasi Pancasila didasarkan pada sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Indonesia mengakui enam agama yaitu Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu. Hal ini berarti pelaksaan demokrasi di Indonesia harus mewakili enam agama yang telah diakui. 2. Dilakukan Dengan Kecerdasan Kecerdasan atau intelegensi dipandang sebagai kemampuan yang dimiliki oleh manusia dalam memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber pendukung secara efektif dalam menjalani hidup dan saat diperhadapkan pada tantangan. Sebagai insan manusia yang memiliki kecerdasan, kita harus dapat melaksanakan demokrasi dengan cerdas. Demokrasi Pancasila dilakukan dengan kecerdasan mempunyai arti bahwa segala proses penentuan kebijakan harus dilakukan secara cerdas. 3. Berkedaulatan Rakyat Demokrasi Pancasila dilakukan dengan berkedaulatan kepada rakyat. Pertanyaan ini berarti bahwa kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Segala sesuatu kebijakan harus mendapatkan persetujuan rakyat karena kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah dari rakyat dan untuk rakyat. Pemerintah setidak-tidaknya dapat menerima aspirasi dari rakyat karena negara terbentuk karena adanya rakyat. Secara prinsip, rakyat yang memiliki wewenang dalam keberlangsungan negara. Namun dalam batasan-batan tertentu, kedaulatan rakyat dipercayakan kepada wakil-wakil raykat yang ada di Majelis Perwakilan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Wakil-wakil rakyat ini setidak-tidaknya dapat mewakili suara masyarakat Indonesia di tingkat atas guna merancangkan dan menetapkan suatu kebijakan yang memihak masyarakat luas, bukan memihak pada golongan tertentu. 4. Berdasarkan Rule of Law Demokrasi Pancasila dilakukan berdasarkan Rule of Law. Pernyataan ini mempunyai makna yang penting dalam pelaksaan demokrasi Pancasila. Makna penting Rule of Law dalam pelaksanaan demokrasi Pancasila di Indonesia mencakup: Keberanan hukum (Legal Truth) mempunyai makna bahwa kekuasaan yang terdapat pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) setidak-tidaknya harus dapat mengandung, melindungi, dan mengembangkan kebenaran hukum, sebagai berikut: Pelaksanaan demokrasi tidak dilaksanakan secara tidak serius seperti demokrasi yang terkesan ugal-ugalan, demokrasi yang terkesan bercanda, demokrasi yang terkesan manipulatif. Segala pelaksanaan dan hasil dari produk demokrasi harus dapat dibuktikan kebenarannya di mata hukum. Menurut UUD 1945, kecerdasan dalam melaksanakan demokrasi tidak dilakukan dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa. Pelaksanaan demokrasi Pancasila harus dilakukan dengan tugas dan fungsi DPRD memanfaatkan ketiga kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. 5. Pemisahan Kekuasan Negara Pelaksaan demokrasi Indonesia menurut UUD 1945 tidak hanya mengakui kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tidak terbatas secara hukum, tetapi juga pelaksaan demokrasi diperkuat dengan adanya pemisahan kekuasaan negara. Pemisahan kekuasaan negara diserahka kepada badan-badan negara yang ditunjuk untuk bertanggung jawab sesuai bagiannya. Demokrasi Pancasila yang dilaksanakan sesuai dengan UUD 1945 mengenal pembagian dan pemisahan kekuasaan dan dilakukan melalui sistem pengawasan dan pertimbangan (check and balances). Berikut arti pemisahan dalam prinsip-prinsip tersebut: Pemisahan kekuasaan negara dilakukan dalam sistem pemerintahan Indonesia bukan tanpa tujuan tertentu. Pemisahan kekuasan negara dilakukan guna membagi kewenangan pada sistem pemerintahan agar tidak terjadi tumpang tindih dan double job yang terjadi di pemerintahan. Pemisahaan kekuasaan negara juga dilakukan agar pelaksaaan kekuasaan negara Indonesia dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. 6. Dilandaskan Pada Hak Asasi Manusia Hubungan demokrasi dan HAM di Indonesia dan Pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandaskan pada hak asasi manusia. Pernyataan ini berarti bahwa pelaksaaan demokrasi di Indonesia mengakui adanya hak asasi manusia yang tujuannya tidak hanya menghormati hak-hak tersebut, tetapi juga untuk meningkatkan harkat, martabat, dan derajat masyarakat di Indonesia. 7. Didasarkan Pada Pengadilan Yang Merdeka Demokrasi Pancasila didasarkan pada pengadilan yang merdeka. Pernyataan ini mempunyai makna bahwa NKRI menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan yang memberikan peluang secara luas kepada sistem peradilan di Indonesia dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam mencari dan/ atau menemukan hukum seadil-adilnya. 8. Pemanfaatan Otonomi Daerah Demokrasi dilaksanakan dengan memanfaatkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini berarti terdapat pembatasan terhadap kekuasaan negara khususnya pada aspek legislatif dan eksekutif pada tingkat pusat. Lebih khususnya lagi, pemanfaatan otonomi daerah dalam pelaksanaan demokrasi membatasi kekuasaan presiden.
9. Dilandaskan Pada Kemakmuran Rakyat
Demokrasi Pancasila didasarkan pada kemakmuran rakyat atau dengan kata lain pelaksanaan demokrasi dengan kemakmuran. Pernyataan ini berarti bahwa pelaksanaan demokrasi tidak hanya berupa kebebasan dalam melaksanakan hak, kewajiban, dan keadulatan rakyat melainkan demokrasi dilaksanakan demi kemakmuran rakyat semata. 10. Berkeadilan Social Demokrasi Pancasila menganut demokrasi yang berkeadilan sosial. Pernyataan ini berarti bahwa demokrasi di Indonesia mengedepankan keadilan untuk seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali dan tidak tidak memihak pada kelompok atau golongan tertentu. Pelaksanaan demokrasi yang berkeadilan sosial didasarkan pada sila keempat Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 11. Didasarkan Pada Persamaan Selain itu, persamaan juga berarti bahwa setiap individu masyarakat sama dan sederajat, tidak ada diskriminasi diantara elemen masyarakat, tidak membedakan suku, ras, agama, dan golongan. Semua perbedaan dalam masyarakat akan menjadi sebuah persamaan ketika demokrasi berjalan dengan baik. 12. Adanya Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban Demokrasi Pancasila menuntut adanya keseimbangan diantara hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat. Pernyataan ini berarti bahwa terdapat keserasian dan keharmonisan antara hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang. Sistem demokrasi yang baik tentunya memberikan kesimbangan hak dan kewajiban agar tidak terjadi kecemburuan dan ketimpangan sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi persatuan bangsa dan negara. 13. Kebebasan Yang Bertanggung Jawab Pelaksanaan demokrasi Pancasila memberikan kebebasan kepada setiap masyarakat untuk berkata dan bertindak sesuai dengan keinginannya. Kebebasan yang diberikan dalam demokrasi Pancasila memungkinkan masyarakat untuk lebih mudah dalam menyampaikan aspirasinya di depan umum tanpa adanya rasa takut. 14. Adanya Kebebasan Mengeluarkan Pikiran Dan Pendapat Demokrasi Pancasila membarikan kebebasan kepada masykarat untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat mereka. Kebebasan dalam mengeluarkan pikiran dan pendapat dilingdungi oleh undang-undang, khususnya UUD 1945 Pasal 28, sebagai berikut: Hal ini berarti bahwa setiap warga negara Indonesia bebas melaksanakan bentuk-bentuk peneluaran pendapat yang disampaikan dalam rapat, forum, organisasi, dan sebagainya. Kebebasan mengeluarkan pikiran dan pendapat tentunya disertai dengan tanggung jawab dan kesadaran diri terhadap undang-udang dan peraturan yang berlaku di negara Indonesia. 15. Didasarkan Pada Kemusyawaratan Demokrasi Pancasila didasarkan apda kemusyawaratan. Pernyataan ini memiliki arti bahwa dalam proses demokrasi mengedepankan musyawarah sebagai proses pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil melalui proses musyawarah adalah keputusan bersama yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan. Oleh karena itu, setiap orang yang berpartisipasi dalam proses musyawarah harus menghormati keputusan yang dihasikan. B. Periodisasi Perkembangan Demokrasi Pancasila Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan Demokrasi yang pernah ada di Indonesiai ini. Pelaksanaan demokrasi di indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara lain : 1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ). Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan : Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga legislatif. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer 2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama a. Masa Demokrasi Liberal 1950 -1959 Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan : Dominannya partai politik Landasan sosial ekonomi yang masih lemah Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950 Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 : Bubarkan konstituante Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950 Pembentukan MPRS dan DPAS b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966 Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri: Dominasi Presiden Terbatasnya peran partai politik Berkembangnya pengaruh PKI Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain: Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden membentuk DPRGR Jaminan HAM lemah Terjadi sentralisasi kekuasaan Terbatasnya peranan pers Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur) Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama. 3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998 Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab: Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada Rekrutmen politik yang tertutup Pemilu yang jauh dari semangat demokratis Pengakuan HAM yang terbatas Tumbuhnya KKN yang merajalela Sebab jatuhnya Orde Baru: Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi ) Terjadinya krisis politik TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi Presiden. 4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi {1998 � Sekarang). Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain: Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.