You are on page 1of 23

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI
“ Kepemimpinan Organisasi”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Perilaku Organisasi
Dosen Pengampu : Zainur Rahman, S.E., M.Sc.

Disusun oleh :
Kelompok 6 / MNJ2020B
1. Muhammad Rois Khanafi ( 20080574033 )
2. Maya Anugerah Putri A. ( 20080574054 )
3. Pitaloka Andini ( 20080574099 )
4. Zahara Ayu Chairani ( 20080574130 )
5. Elza Oktavia Marsyanda ( 20080574143 )

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah “Kepemimpinan
Organisasi” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari
Mata Kuliah Perilaku Organisasi.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zainur Rahman, S.E.,
M.Sc.. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan
bantuan dan pengarahan yang jelas sehingga mempermudah penulis menyelesaikan tugas
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
Penulis sangat terbuka oleh kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa
lebih baik lagi. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya
dalam bidang Perilaku Organisasi. Terima kasih.

Surabaya, 19 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II : ISI ........................................................................................................ 3

2.1 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen ................................................. 3

2.2 Teori Kepemimpinan .................................................................................. 5

2.2.1 The Great Man Theory ......................................................................... 5

2.2.2 Trait Theory ......................................................................................... 5

2.2.3 Contingency Theory ............................................................................. 5

2.2.4 Teori Gaya dan Perilaku ....................................................................... 6

2.2.5 Behavioral Theories ............................................................................. 6

2.2.6 Servant Theory ..................................................................................... 6

2.2.7 Teori Transaksional .............................................................................. 7

2.2.8 Teori Transformasional ........................................................................ 7

2.3 Dimensi Trust ............................................................................................. 8

2.3.1 Integritas .............................................................................................. 8

2.3.2 Kompetensi .......................................................................................... 8

2.3.3 Konsistensi........................................................................................... 8

2.3.4 Kesetiaan ............................................................................................. 9

2.3.5 Keterbukaan (Openness) ...................................................................... 9

2.4 Komponen EQ ............................................................................................ 9

ii
2.5 Peran Mentor ............................................................................................ 10

2.6 Tantangan Membangun Kepemimpinan .................................................... 11

2.7 Cara Menciptakan Pemimpin yang Efektif ................................................ 12

2.8 Gaya Kepemimpinan yang sesuai Perkembangan Organisasi .................... 14

BAB III : PENUTUP ......................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 17

3.2 Saran ........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya seorang pemimpin dalam sebuah organisasi, maka ada kegiatan yang
disebut memimpin. Kegiatan memimpin merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pimpinan dalam menjalankan kegiatan organisasi secara keseluruhan. Kegiatan
memimpin tersebut dikenal dengan sebutan kepemimpinan. Kepemimpinan
dimaksudkan untuk melakukan koordinasi dari berbagai macam bagian dan sumber
daya organisasi yang ada. Koordinasi tersebut dilakukan untuk memberdayakan
semua sumber daya sesuai dengan kapasitas masing-masing sehingga semua sumber
daya yang ada saling terkait sebagai suatu sistem untuk mencapai satu tujuan, yaitu
tujuan organisasi.
Kepemimpinan diperlukan oleh manusia karena adanya keterbatasan pada
manusia, juga adanya kelebihan tertentu pada manusia. Menurut Rivai (2007: 1)
disebutkan bahwa “Pemimpin diperlukan, sedikitnya terdapat empat macam alasan,
yaitu: (a) karena banyak orang memerlukan figur pemimpin, (b) dalam beberapa
situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, (c) sebagai tempat
pengambil alihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan (d) sebagai
tempat untuk meletakkan kekuasaan”. Keempat alasan tersebut sangat jelas
menunjukkan bahwa tanpa ada pemimpin, maka suatu kelompok akan terpecah,
saling sikut, saling berebut dan tentunya akan dapat mengancam eksistensi kelompok
itu sendiri.
Kegiatan kepemimpinan merupakan kegiatan sehari-hari yang berlangsung secara
terus menerus tanpa ada hentinya. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan
untuk dapat terlaksananya kegiatan organisasi lainnya. Kepemimpinan dilakukan
untuk memberikan perintah maupun pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
oleh pegawai. Pemberian perintah dan pengawasan dimaksudkan agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga
pelaksanaan pekerjaan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah pemimpin dan manajer sering
mengalami tumpang tindih. Dalam praktiknya, seseorang yang seharusnya
menjalankan fungsi kepemimpinan, namun lebih tampil sebagai seorang manajer.

1
Demikian pula sebaliknya, seseorang yang memiliki kedudukan sebagai manajer,
namun dalam kegiatannya sehari-hari menunjukkan kemampuannya sebagai seorang
pemimpin. Hal ini tentunya menjadikan permasalahan tersendiri, yaitu apakah
pemimpin itu tidak sama dengan manajer atau keduanya sama. Jika dipandang
sepintas memang keduanya terlihat sama. Namun tentunya adanya perbedaan istilah
tersebut menunjukkan bahwa kedua istilah tersebut juga berbeda.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa perbedaan kepemimpinan dan manajemen?
2. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
3. Apa yang dimaksud dengan dimensi trust?
4. Apa saja yang termasuk dalam komponen EQ? Dan apa peranannya terhadap
efektivitas kepemimpinan?
5. Apa saja peran dari mentor?
6. Apa saja tantangan dalam membangun kepemimpinan?
7. Bagaimana mencari dan menciptakan pemimpin yang efektif?
8. Bagaimana gaya kepemimpinan yang sesuai dengan perkembangan organisasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui perbedaan kepemimpinan dan manajemen.
2. Mengetahui teori-teori kepemimpinan.
3. Mengetahui definisi dimensi trust.
4. Mengetahui komponen EQ dan peranannya terhadap efektivitas kepemimpinan.
5. Mengetahui peran mentor.
6. Mengetahui tantangan dalam membangun kepemimpinan.
7. Mengetahui cara mencari dan menciptakan pemimpin yang efektif.
8. Mengetahui gaya kepemimpinan yang sesuai dengan perkembangan organisasi.

2
BAB II
ISI
2.1 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen
Kepemimpinan (Leadership) dan Manajemen (Management) pada dasarnya
merupakan dua konsep yang berbeda, namun kedua istilah tersebut sering digunakan
seolah-olah mereka memiliki arti yang sama. Menurut Gareth Jones and Jennifer
George (2003:440), yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses dimana
seorang individu mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan mengilhami,
memberi semangat, memotivasi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan mereka guna
membantu tercapai tujuan kelompok atau organisasai.
Sedangkan definisi manajemen menurut R.W. Griffin (1997:5-6) adalah
serangkaian kegiatan (termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan,
pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya
organisasi (tenaga kerja, keuangan, fisik dan informasi) yang bertujuan untuk
mencapai sasaran organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa inti perbedaan antara
kepemimpinan dan manajemen adalah bagaimana mereka memotivasi orang lain
ataupun tim dalam mencapai sasarannya.
Seorang pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinan harus menetapkan
tujuan dan arah baru, kemudian memotivasi dan mempengaruhi anggota timnya
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan tersebut. Seorang pemimpin juga harus
meninjau perkembangan timnya dan memastikan bahwa semua anggota tim berada
di jalur yang diinginkannya hingga mencapai tujuan yang ditetapkan. Presiden
merupakan salah satu contoh yang baik dalam memerankan kepemimpinan.
Sedangkan seorang manager yang menjalankan fungsi manajemen bertugas untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengatur bagaimana timnya
mencapai tujuan yang ditetapkan. Mereka akan bertugas untuk mengatasi setiap
permasalahan yang timbul dalam tim dan memutuskan solusi terbaik untuknya.
Contohnya seperti seorang manajer sepak bola yang mengatur bagaimana timnya
dapat mencapai tujuan yaitu meraih kemenangan pada setiap permainan sepak bola.
Seorang manager sepak bola bukanlah pemimpin karena mereka tidak menetapkan

3
tujuan karena yang menetapkan tujuan adalah Pemilik atau Direksi Klub sepakbola
yang bersangkutan.
Berikut merupakan perbedaan kepemimpinan dan manajemen berdasarkan
karakteristiknya :
Kepemimpinan Manajememn
Definisi Seorang pemimpin bertanggung Manajemen adalah seni
jawab untuk memimpin, menyelesaikan sesuatu melalui
menginspirasi, membimbing, orang lain dengan mengarahkan
dan memengaruhi sekelompok upaya mereka ke arah pencapaian
orang untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan
tugas tertentu
Cara kerja Strategik, menetapkan arah dan Taktikan merencanakan dan
tujuan mengoordinasikan kegiatan
Orientasi Berorientasi pada orang Berorientasi pada organisasi.
Cakupan Para pemimpin membuat aturan Keputusan dalam kerangka yang
dan pedoman mereka sendiri. ditentukan oleh administrasi.
Tingkat Tingkat terbaik. Aktivitas tingkat menengah.
Otoritas
Status Para pemimpin menggunakan Kelompok personel manajerial
kekuatan mereka untuk yang menggunakan pengetahuan
membawa perubahan besar atau khusus mereka untuk memenuhi
sesuatu yang baru dan inovatif. tujuan suatu perusahaan.
Penempatan Populer dengan organisasi Digunakan di perusahaan bisnis.
kerja pemerintah, militer, pendidikan,
dan keagamaan.
Fungsi Memimpin dan menginspirasi Memotivasi dan mengendalikan
Utama orang untuk mengikuti mereka.
Kemampuan Harus berwibawa, berpengaruh, Menangani karyawan.
memerintah, dan efektif.
Masa kerja Perspektif jangka panjang Merinci jangka pendek

4
2.2 Teori Kepemimpinan
Ada beberapa teori yang menyatakan bahwa jiwa kepemimpinan merupakan
bawaan alamiah atau sudah ada sejak individu tersebut lahir. Namun ada juga teori
yang menyatakan bahwa bahwa model kepemimpinan seseorang dapat dipengaruhi
atau dibentuk oleh pengalaman, lingkungan, serta pendidikan dalam situasi dan
kondisi tertentu. Berikut merupakan teori – teori dari kepemimpinan :
2.2.1 The Great Man Theory
The Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat
asumsi, bahwa sifat kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa
seseorang semenjak orang tersebut dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad
ke-19.
Meski tidak dapat diidentifikasi dengan suatu kajian ilmiah mengenai
karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat dikatakan sebagai
pemimpin hebat, tetapi banyak orang mengakui bahwa hanya satu orang
diantara banyaknya individu, pasti memiliki ciri khas sebagai pemimpin yang
hebat.
2.2.2 Trait Theory
Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini
meyakini bahwa orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian
tertentu, akan menjadikan mereka unggul dalam peran kepemimpinan.
Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti
keberanian, kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi,
fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat
membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.
Teori kepemimpinan ini fokus terhadap analisis karakteristik mental, fisik
dan sosial guna mendapatkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan
tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum di antara para
pemimpin.
2.2.3 Contingency Theory
Teori kontingensi atau teori kepemimpinan situasional ini menganggap
bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan,

5
bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi
tertentu.
Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil
dan memimpin dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat
tertentu, namun kinerja kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada, apabila pemimpin tersebut dipindahkan ke situasi dan
kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah pula.
2.2.4 Teori Gaya dan Perilaku
Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai
kebalikan dari The Great Man Theory. Teori berdasar gaya dan perilaku
menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan
ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau
sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut.
Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk
menjadi pemimpin melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik.
Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif merupakan hasil
dari tiga keterampilan utama yang dimiliki oleh individu yaitu keterampilan
yang berupa keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.
2.2.5 Behavioral Theories
Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau
Behavioral Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai
kepemimpinan. Teori ini memberikan perhatian kepada perilaku para
pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik mental, fisik, dan sosial pemimpin
tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan
dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini
menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada perilaku yang dapat dipelajari.
2.2.6 Servant Theory
Teori kepemimpinan servant atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai
pelayan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini
meyakini, bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bertugas

6
untuk melayani, menjaga, dan memelihara kesejahteraan fisik serta mental
pengikut atau anggotanya. Gaya kepemimpinan ini cenderung fokus untuk
memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi untuk lebih
mandiri dan berwawasan lebih luas.
Pada teori ini, pemimpin yang baik juga diharuskan bisa bersimpati dan
dapat meredakan kecemasan yang berlebih dari para pengikutnya. Maka itu,
fungsi kepemimpinan diberikan pada seseorang yang pada dasarnya memiliki
jiwa pelayan atau melayani. Teori ini menunjukkan bahwa tugas seorang
pemimpin adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain sebagai
bentuk pertanggungjawaban sosial.
2.2.7 Teori Transaksional
Berasal dari kata dasar transaksi, teori ini menggambarkan suatu gaya
kepemimpinan yang berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat
seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, tentunya yang menjadi pelaksana
adalah pemimpin dan staf atau pengikutnya Perjanjian ini dibuat dengan tujuan
mendapat pertukaran (transaksi) yang sepadan atau saling menguntungkan
antara pemimpin dengan staf.
Seorang staf yang dapat melaksanakan tugas dari seorang pemimpin dengan
baik, merupakan nilai lebih bagi staf dan juga bagi pimpinan yang memberikan
tugas. Ketika tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik, seorang pemimpin
akan memberi apresiasi berupa tunjangan, bonus, kenaikan gaji, kenaikan
posisi, dan lain sebagainya. Pemberian apresiasi berupa uang atau tanda mata
yang lain, merupakan bentuk penghargaan atas kinerja seseorang, yang
membuat seseorang tersebut merasa kerja kerasnya dihargai. Penghargaan ini
pula merupakan suatu bentuk hal yang telah disepakati bersama sebelumnya.
2.2.8 Teori Transformasional
Mengacu pada kata transformasi, yang memiliki arti umum perubahan.
Teori kepemimpinan transformasional merupakan sebuah teori yang mengarah
pada istilah memanusiakan manusia. Teori ini mengedepankan pendekatan
personal pemimpin terhadap staf atau bawahan, dapat juga organisasi, dalam
rangka membangun semangat, mengubah kesadaran, serta memberi inspirasi,
demi mencapai tujuan bersama tanpa merasa ditekan maupun tertekan, bahkan

7
mampu memotivasi setiap anggotanya. Gaya pemimpin transformasional
selalu ingin mengelola lembaga atau organisasi yang dipercayakan kepadanya
dengan lebih efektif dan efisien.

2.3 Dimensi Trust


Trust merupakan fondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau
lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai. Kepercayaan (trust)
ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain/mitra bisnis, melainkan harus
dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Beberapa literatur telah
mendefinisikan trust dengan berbagai pendekatan (Mukherjee dan Nath, 2003). Pada
awalnya trust banyak dikaji dari disiplin psikologi, karena hal ini berkaitan dengan
sikap seseorang. Pada perkembangannya, trust menjadi kajian berbagai disiplin ilmu
(Riegelsberger et al., 2003; Murphy dan Blessinger, 2003).
2.3.1 Integritas
Integritas merujuk pada kejujuran dan kebenaran. Dari 5 (lima) faktor yang
mendasari kepercayaan, dimensi integritas adalah yang paling penting saat
seseorang menilai apakah orang lain bisa dipercaya atau tidak. Contoh, Ketika
kamu bertanggung jawab untuk membuat konten promosi suatu produk. Akan
tetapi editing bukanlah hal yang kamu kuasai, selama prosesnya kamu
mengalami kesulitan. Kamu bisa tetap lanjut mengerjakan dengan resiko
mengecewakan perusahaan dan klien atau memberi tahu atasanmu bahwa
kamu memerlukan bantuan yang dapat memperlancar keseluruhan proses.
2.3.2 Kompetensi
Kompetensi meliputi pengetahuan serta keahlian teknis dan anta rpersonal
individu. Seseorang cenderung tidak mendengar atau menggantungkan diri
pada seseorang yang kemampuannya tidak bisa dipercayai. Seseorang perlu
percaya bahwa orang tersebut memiliki keahlian dan kemampuan untuk
melakukan apa yang mereka katakan.
2.3.3 Konsistensi
Konsistensi berkaitan dengan keandalan, prediktabilitas dan penilaian yang
baik pada diri seseorang dalam menangani situasi. Inkonsistensi antara kata
dan perbuatan akan menurunkan tingkat kepercayaan. Konsistensi terutama

8
relevan bagi manajer. Tidak ada hal yang paling cepat menarik perhatian
melebihi ketimpangan antara kata-kata yang dikorbankan eksekutif dan apa
yang mereka harapkan dilakukan oleh para rekan mereka.
2.3.4 Kesetiaan
Kesetiaan adalah kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan muka
orang lain. Kepercayaan masyarakat bahwa seseorang mampu untuk
bergantung pada seseorang yang diyakini tidak akan berlaku secara
oportunistik.
2.3.5 Keterbukaan (Openness)
Dengan keterbukaan, seorang pemimpin akan dapat bekerja secara tenang
tanpa terganggu praduga-praduga yang negatif dari staffnya ataupun dari
koleganya yang lain. Dalam batas-batas tertentu keterbukan ini memang
menjadi positif dalam meneguhkan kepemimpinannya, namun ada juga hal-hal
yang terkait keterbukaan ini yang mestinya dikembangkan dan dijalankan
secara proporsional sesuai levelnya

2.4 Komponen EQ
Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan
seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan
orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap
informasiakan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada
kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan
emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan
intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional
dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi
terhadap kesuksesan seseorang.
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan
emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri,
memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi
dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat
untuk memotivasi diri.

9
Menurut psikolog lulusan Harvard University dan jurnalis sains The New York
Times, Daniel Goleman, ada 4 aspek penting dari EQ, yaitu :
1) Self-awareness : kecerdasan untuk mengenal, memahami, dan menilai diri sendiri.
2) Self-management : kecerdasan dalam mengendalikan diri, beradaptasi, serta
membangun kepercayaan diri dan optimisme.
3) Social awareness : kecerdasan dalam memahami orang lain, bertoleransi,
berempati, dan melayani.
4) Social management : kecerdasan dalam mengelola dan memengaruhi orang lain,
menangani konflik, memotivasi, dan menginspirasi.
Kualitas pemimpin juga dapat diukur dari empat aspek di atas, yaitu seberapa
efektif mereka memahami emosi diri, mengelola emosi diri, memahami emosi orang
lain, dan mengelola emosi orang lain. Dengan kecerdasan tersebut, pemimpin akan
membangun lingkungan kerja yang lebih baik bagi semua orang dengan berbagai
karakter.
Pemimpin yang punya kecerdasan emosional yang tinggi akan cenderung
menerapkan kepemimpinan transformatif. Dalam model kepemimpinan ini, mereka
dapat membangun kepercayaan, membuka ruang dialog dan komunikasi dua arah,
memahami pengikutnya, melatih kepedulian dan empati, serta mendorong
kolaborasi.
Kecerdasan emosional juga membantu pemimpin untuk membangun organisasi
yang inklusif yang berbasis pada kualitas personal. Seorang pemimpin berlatih untuk
memahami orang-orang dengan berbagai latar, termasuk mereka yang berkebutuhan
khusus, dan membantunya untuk berpartisipasi mencapai tujuan organisasi dan
tujuan pribadi mereka secara bersamaan.

2.5 Peran Mentor


Mentor adalah seorang yang bijak, yang bisa berperan sebagai konselor atau guru
yang dapat dipercaya untuk melakukan pendampingan kepada mentee.
Mentor biasanya seseorang yang lebih senior, dipercaya, dan memiliki
pengalaman yang lebih dalam bidang pengembangan karakter, serta mampu
membimbing junior dalam penguasaan bakat tertentu.

10
Selain berperan sebagai seorang pemimpin, mentor juga diharapkan bisa menjadi
guru yang memberikan tugas tertentu kepada mentee, pendukung, konselor,
pendorong dan sahabat untuk para mentee dalam pelaksanaan mentoring.
Seorang mentor yang memiliki banyak peran penting dalam karir bisnis.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Memberi navigator penting bagi entrepreneur pemula dalam memahami rute yang
tepat untuk mencapai tujuan dalam perjalanan karir bisnis.
2) Memberikan pandangan baru tanpa memihak dan sangat berbeda dengan coach.
3) Menetapkan tujuan dan memberikan evaluasi bisnis.
4) Membantu mengenai persoalan investasi dengan mengambil tindakan positif dan
memahami potensi ide bisnis.
5) Membantu untuk menjadi seorang entrepreneur yang bekerja secara cerdas,
memberi saran dan mengkombinasikannya dengan pengalaman lama serta proses
pemikiran baru.

2.6 Tantangan Membangun Kepemimpinan


Dalam membangun sebuah kepemimpinan tentu saja ada tantangan yang harus
dilalui. Berikut adalah tantangan dalam membangun kepemimpinan, diantaranya :
2.6.1 Kepemimpinan sebagai Atribusi
Teori atribusi kepemimpinan mengatakan kepemimpinan hanyalah atribusi
yang dibuat orang tentang individu lain. Teori ini dikaitkan dengan kecerdasan
pemimpin, kepribadian yang ramah, keterampilan verbal yang kuat agresivitas,
pengertian, dan ketekunan. Di level organisasi, kita lebih cenderung melihat
pemimpin, benar atau salah, bertanggung jawab atas kinerja yang sangat
negatif atau sangat positif.
Teori atribusi ini menyatakan bahwa memproyeksikan penampilan menjadi
seorang pemimpin daripadi berfokus pada prestasi yang sebenarnya. Calon
pemimpin yang dapat membentuk persepsi bahwa mereka cerdas, menarik,
mahir berbicara, agresif, pekerja keras, dan konsisten dalam gaya mereka,
maka dapat meningkatkan kemungkinan bahwa bos, kolega, dan karyawan
mereka akan memandang mereka sebagai pemimpin yang efektif.
2.6.2 Subtitusi dan Penetralisasi Kepemimpinan

11
Perilaku subtitusi kepemimpinan dapat memperjelas harapan, memotivasi
anggota organisasi, atau memuaskan anggota, sehingga pemimpin tidak perlu
untuk mencoba melakukannya. Subtitusi ini melengkapi perilaku seorang
pemimpin, terkadang karakteristik anggota kelompok yang membuat
kepemimpinan kurang diperlukan, seperti ketika pekerja yang sangat terampil
melakukan pekerjaan dengan standar tinggi tanpa perlu disuruh. Terkadang
juga karakteristik organisasi membuat kepemimpinan kurang diperlukan,
seperti ketika aturan kerja sangat jelas dan spesifik sehingga pekerja tahu persis
apa yang harus mereka lakukan tanpa bantuan dari pemimpin.
Penetralisasi kepemimpinan merupakan atribut yang menjadikan perilaku
pemimpin tidak mungkin dalam membuat beberapa perbedaan terhadap hasil
dari pengikut. Penetralisasi kepemimpinan, pada sisi lain tidak membantu,
mereka mencegah pemimpin bertindak seperti yang mereka inginkan.
Contohnya kontrak serikat pekerja yang menetapkan bahwa pekerja dibayar
sesuai dengan senioritas, mencegah seorang pemimpin mengeluarkan gaji
berbasis prestasi. Namun, penetralisiasi bisa bermanfaat, contohnya kontrak
serikat pekerja, mengklarifikasi proses disiplin dan mengidentifikasi tanggung
jawab manajemen dan tenaga kerja. Pemimpin harus menyadari keberadaan
penetralisir dan efeknya sehingga mereka dapat menghilangkan penetralisir
yang memberikan dampak negatif.
2.6.3 Kepemimpinan Online
Kepercayaan berbasis indentifikasi merupakan kepercayaan berdasarkan
saling pengertian tentang niat satu sama lain, serta menghargai keinginan dan
kehendak orang lain, terutama yang sulit untuk dicapai tanpa adanya interaksi
tatap muka langsung. Negosiasi online dapat terhambat karena para pihak
menampilkan tingkat kepercayaan yang rendah.

2.7 Cara Menciptakan Pemimpin yang Efektif


Untuk mencari pemimpin yang efektif tentu sangat susah di era sekarang ini.
Maka dari itu, lebih baik kita menciptakan pemimpin yang efektif dimulai dari diri
sendiri. Berikut merupakan cara – cara agar kita bisa menciptakan pemimpin yang
efektif, diantaranya :

12
2.7.1 Pimpin dengan memberi contoh
Untuk menjadi pemimpin yang efektif, motivasi tim untuk bertindak dan
tampil dengan cara tertentu. Ketika kita berpegang pada standar tertentu dan
berperilaku sesuai dengan itu, beri tim sesuatu yang sama untuk ditiru.
Memimpin dengan memberi contoh juga memungkinkan kita menetapkan
pedoman tentang cara menangani tantangan tertentu dan cara merangkul
perubahan.
2.7.2 Merangkul kegagalan
Sebagai pemimpin baru, mungkin kita menghadapi situasi yang tidak
berjalan seperti yang kita harapkan. Sangat penting untuk bertanggung jawab
atas tindakan dan keputusan kita—bahkan jika itu mengakibatkan kegagalan.
Pastikan untuk melihat kegagalan sebagai peluang pertumbuhan dan
kesempatan untuk menunjukkan kepada tim bahwa kita dapat mengatasinya.
2.7.3 Jujur
Promosikan komunikasi yang terbuka dan jujur untuk membantu tim merasa
lebih cenderung untuk datang kepada kita dengan masalah atau masalah yang
mungkin muncul. Ketika kita jujur tentang apa yang kita lakukan atau pikirkan,
itu membantu mereka merasa terhubung dengan kita dan membuat mereka tahu
bahwa kita menghargai mereka sebagai rekan kerja atau karyawan.
2.7.4 Pertahankan tim di garis depan
Karena tujuan utama dari kepemimpinan yang efektif adalah untuk
membimbing sekelompok orang, maka penting untuk mendahulukan mereka.
Ini melibatkan mengetahui dan memahami kebutuhan, tujuan, kepribadian, dan
gaya kerja mereka. Semakin baik kita mengenal angota tim, semakin efektif
kita mempersiapkan diri untuk memimpin mereka.
2.7.5 Menetapkan tujuan yang jelas
Seperti halnya tujuan perusahaan, tujuan tim perlu spesifik dan terukur.
Pastikan semua orang di tim memahami apa yang diharapkan dari mereka
untuk mencapai tujuan tertentu. Ketika Anda membuat tujuan ini dapat diukur,
itu membuatnya lebih mudah untuk melacak kemajuan tim kita dan
menawarkan saran untuk perbaikan sesuai kebutuhan.
2.7.6 Buat solusi yang efektif

13
Ketika menghadapi masalah-masalah tertentu, penting untuk memikirkan
dampak jangka panjang dan menciptakan solusi yang dipikirkan dengan baik.
Bahkan jika merasa cenderung membuat resolusi cepat dan mudah, solusi yang
baik dan terukur dapat membantu kita menghindari masalah serupa di masa
depan. Ini juga dapat membantu Anda menghindari masalah ini dari menjadi
masalah yang lebih besar.
2.7.7 Mendorong pertumbuhan
Sebagai seorang pemimpin, kita perlu memberi anggota tim kesempatan
bagi untuk mereka bisa maju di bidangnya. Apakah itu melalui pelatihan atau
bimbingan sehari-hari, tetap berikan dukungan saat mencapai tujuan mereka.
Berinvestasi dalam kesuksesan mereka dengan membantu mereka
mengembangkan keterampilan mereka atau menumbuhkan yang baru.

2.8 Gaya Kepemimpinan yang sesuai Perkembangan Organisasi


Ada empat jenis kepemimpinan yang sesuai dengan perkembangan organisasi dan
yang paling sering diterapkan, yaitu kepemimpinan yang demokratis, kepemimpinan
yang otokratis, kepemimpinan yang bersifat afiliatif, dan kepemimpinan yang
visioner.
2.8.1 Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah suatu jenis kepemimpinan dimana
seorang pemimpin mendelegasikan otoritasnya dan mengajak para
pengikutnya untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Seorang pemimpin yang demokratis merupakan seorang pendengar yang baik
bagi para pengikutnya dan seorang pekerja tim yang baik, serta mampu
memengaruhi dan berkolaborasi dengan tim yang dipimpinnya. Dengan adanya
gaya kepemimpinan seperti ini, tiap masukan dari anggota tim dihargai dan
komitmen dalam kerja tim dapat dirasakan melalui adanya partisipasi yang
aktif dari tiap anggota. Dalam hal ini, seorang pemimpin bisnis dapat
menerapkan gaya kepemimpinan ini untuk mendapatkan saran yang berguna
dari para pekerjanya.
2.8.2 Kepemimpinan otokratis

14
Kepemimpinan otokratis yaitu suatu gaya kepemimpinan dimana seorang
pemimpin memiliki kekuasaan absolut dan tanggung jawab penuh dalam
memimpin timnya. Seorang pemimpin yang autokratis memimpin dengan
memberikan perintah kepada anggotanya, memberikan ancaman kepada para
bawahannya, dan memiliki kontrol yang ketat terhadap organisasi yang
dipimpin. Selain itu, pemimpin yang otokratis selalu memonitor berjalannya
aktivitas kerja secara terus-menerus. Dengan gaya kepemimpinan yang
otokratis, seorang pemimpin bisnis dapat mengontrol perusahaannya dengan
ketat. Gaya kepemimpinan ini layak digunakan ketika perusahaan sedang
menghadapi krisis.
2.8.3 Kepemimpinan Afiliatif
Kepemimpinan afiliatif yaitu jenis kepemimpinan dimana seorang
pemimpin memberikan saran-saran yang efektif dan mendorong anggota
timnya untuk lebih aktif dalam memberikan ide dan pendapat. Pemimpin
seperti ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu mementingkan harmoni antar
para anggota timnya, berempati terhadap sesama, meningkatkan semangat para
anggotanya, dan membantu dalam menyelesaikan konflik antar anggota tim.
Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan seperti ini menciptakan harmoni
dalam tim dengan membantu membangun hubungan anta para anggotanya.
Seorang pemimpin perusahaan dapat menerapkan gaya kepemimpinan seperti
ini untuk memotivasi tim saat berada di saat sulit maupun untuk mempererat
hubungan antar anggotanya.
2.8.4 Kepemimpinan Visioner
Jenis kepemimpinan yang terakhir adalah kepemimpinan visioner, yaitu
jenis kepemimpinan dimana pemimpin menginspirasi dan memotivasi para
anggota timnya, berpegang teguh pada visi yang ditetapkan, dan mendorong
para anggotanya untuk menjalankan tugas-tugasnya sejalan dengan tujuan
besar yang ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin yang visioner
menginspirasi sesamanya dan percaya terhadap visi yang ingin dicapainya dan
memiliki empati terhadap anggota tim. Seorang pemimpin yang visioner
mengomunikasikan secara jelas mengenai bagaimana untuk mencapai visi
tersebut dan mengapa semua usaha dalam tim (baik perusahaan maupun

15
organisasi lainnya) diperlukan dalam mencapai visi tersebut. Gaya
kepemimpinan ini diperlukan ketika bisnis atau perusahaan membutuhkan
suatu visi yang baru atau perubahan drastis yang memberikan pengaruh besar
terhadap perusahaan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen adalah bagaimana mereka
memotivasi orang lain ataupun tim dalam mencapai sasarannya.
2. Ada beberapa teori yang menyatakan bahwa jiwa kepemimpinan merupakan
bawaan alamiah atau sudah ada sejak individu tersebut lahir. Namun ada juga teori
yang menyatakan bahwa bahwa model kepemimpinan seseorang dapat
dipengaruhi atau dibentuk oleh pengalaman, lingkungan, serta pendidikan dalam
situasi dan kondisi tertentu. Teori kepemimpinan diantaranya adalah The Great
Man Theory, Trait Theory, Contingency Theory, Teori Gaya dan Perilaku,
Behavioral Theories, Servant Theory, Teori Transaksional, dan Teori
Transformasional.
3. Dimensi Kepercayaan (trust) ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak
lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan.
Dimensi trust ada 5, yaitu integritas, kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan
keterbukaan (openness).
4. Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,
mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Menurut
Daniel Goleman, ada empat aspek penting dari EQ yaitu self-awareness, self-
management, social awareness, social management.
5. Pemimpin yang punya kecerdasan emosional yang tinggi akan cenderung
menerapkan kepemimpinan transformatif. Kecerdasan emosional juga membantu
pemimpin untuk membangun organisasi yang inklusif yang berbasis pada kualitas
personal.
6. Mentor biasanya seseorang yang lebih senior, dipercaya, dan memiliki
pengalaman yang lebih dalam bidang pengembangan karakter, serta mampu
membimbing junior dalam penguasaan bakat tertentu.
7. Dalam membangun sebuah kepemimpinan tentu saja ada tantangan yang harus
dilalui, yaitu : Kepemimpinan sebagai Atribusi, Subtitusi dan Penetralisasi
Kepemimpinan, dan Kepemimpinan secara Online.

17
8. Untuk mencari pemimpin yang efektif tentu sangat susah di era sekarang ini.
Maka dari itu, lebih baik kita menciptakan pemimpin yang efektif dimulai dari
diri sendiri.
9. Terdapat empat gaya kepemimpinan yang sesuai dengan perkembangan
organisasi dan yang paling sering diterapkan, yaitu kepemimpinan yang
demokratis, kepemimpinan yang otokratis, kepemimpinan yang bersifat afiliatif,
dan kepemimpinan yang visioner.

3.2 Saran
Kepemimpinan tentu bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang harus
dipersiapkan dan diperhatikan untuk menjadi pemimpin yang efektif bagi
anggotanya. Maka dari itu, sangat disarankan untuk benar – benar memperhatikan
dan memikirkan dengan matang untuk memilih seorang pemimpin. Selain itu, kita
juga harus melatih jiwa kepemimpinan kita sejak dini agar dimasa yang akan datang,
kita bisa menjadi pemimpin yang efektif.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. (n.d.). Pengertian dan Macam-macam Teori Kepemimpinan. Retrieved from
Gramedia.com: https://www.gramedia.com/literasi/teori-kepemimpinan/
Apa Itu Mentoring? (2021, 12 13). Retrieved from Strategic Partner Solutions (SPS):
http://www.myspsolution.com/news-events/apa-itu-
mentoring/#:~:text=Mentor%20adalah%20seorang%20yang%20bijak,untuk%20
melakukan%20pendampingan%20kepada%20mentee.
Kecerdasan Emosional. (2010). Retrieved from kk.sttbandung.ac.id:
http://kk.sttbandung.ac.id/id3/2-3060-2940/Emosional_141411_ensiklopedia-
bebas-q-sttbandung.html
Nahusuly, D. J. (2018, 06 26). 4 Gaya Kepemimpinan yang Efektif Dalam Perusahaan.
Retrieved from bbs.binus.ac.id: https://bbs.binus.ac.id/management/2018/06/4-
gaya-kepemimpinan-yang-efektif-dalam-perusahaan/
Perbedaan antara Kepemimpinan dan Manajemen. (2019, 02). Retrieved from ID Spot
The Difference: https://id.spot-the-difference.info/difference-between-leadership
Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen. (n.d.). Retrieved from https://ipqi.org/:
https://ipqi.org/perbedaan-kepemimpinan-dan-manajemen/
Supriyono. (2010, September). KEPERCAYAAN DAN MINAT BELI DI SUB FORUM
JUAL BELI. Retrieved from media.neliti.com:
https://media.neliti.com/media/publications/127704-ID-kepercayaan-dan-minat-
beli-di-sub-forum.pdf
Tantangan Membangun Kepemimpinan. (n.d.). Retrieved from Course Hero:
https://www.coursehero.com/file/p69hl92c/Tantangan-bagi-membangun-
kepemimpinan-Kepemimpinan-sebagai-sebuah-atribut/

19

You might also like