You are on page 1of 12
Penyelesaian: 1). Penentuan nilai dy, dy dan d, du = penutup beton + Psy + D/2 = 40 + 10 + 2972 = 64,5 mm (dipakai 65 mm). dua = Di2 + Su» + D2 = 29/2 + 29 + 29/2 = $8 mm (dipakai 60 mm), (Sw adalah jarak bersih antar tul il langan arah vertikal 2 mm dan 2 D). meee a= du + do/2 = 65 + 60/2 = 95 mm, dan d =h - d, = 550 — 95 = 455 mm. (4, adalah jarak titik berat tulangan tarik ke tepi serat beton tarik). 2). Hitungan tulangan memanjang balok __Ma_ _ 400.108 bd? —0,8.350.455? a=|1-fi-—2%_ ]q =(1- fp -2595 | 455 = 257,624 mm. om 0,85.20 Luas tulangan perlu A,y: Igy = af" ~ (0,85.20,257,624.350)/300 = $109,543 mm? y Jumlah tulangan (n): 5109,543 ipakai _ _ D) = 22> = 7,736 > dipakai 8 bat n= AMl/4.n . D) = oe me = 6,9005 MPa. (8D29). Jumlah tulangan maksimal per baris (m): n= 2s1 1 = 350=2-65 5) = 4,19 maksimal 4 batang. D+Sy, 29+ 40 Jadi tulangan dapat dipasang 2 baris. Balok Persegi Panjang dengan Tulangan Tunggal ef bar berikut: Jadi dipakai tulangan A,=8D29 dengan gam rt Y 60 8D29 550 65 +350 —+ (mm) 3a). Kontrol: M, harus 2 My ; Luas tulangan A, = 8D29 = 8.1/4.n.29° = 5284,159 mm’. Agfy 2 —Oesi'b (5284,159.300)/(0,85.20.350) = 266,428 mm. te My = Ag-fy. (d—a/2 ) = 5284,159.300. ( 455 — 266,428/2) = 510110516,4 Nmm = 510,111 kNm.. Momen rencana M, = ¢.M,=0,8.510,111 = 408,088 kNm > M, = 400 kNm — aman. 3b). Kontrol: ¢,’ harus < 0,003 e, = £/E, = 300/200000 = 0,0015. Karena f,’ = 20 MPa (jadi <30 MPa), maka nilai B, = 0,85. z 266,428 Bd 0,85.455 — 266,428 = 0,00332 temnyata > (e,,’ = 0,003) -0,0015 tidak —> aman. Keterangan: 1). Karena ¢.’ > 0,003 maka beton sudah Tetak dan sangat berbahay> dapat runtuh secara_mendadak tany -t nduiad semakin besar. pa ada tanda-tanda le! 2 ° Balok dan Pelat Beton Bertuio"s Pada kondisi ini beton sudah retak terlebih dahulu (betonnya lemab}, dan baja baru lelch (bajanya kuat}. Jadi dapat dikatakan bahwa baja tulangan terlalu banyak atau kelcbihan tulangan, atau disebut over reinforced. 3), Kerusakan balok lentur dengan tu kerusakan tekan atau keruntuhan getas (brittle failure), yang. akan dibahas lebih rinci pada bab selanjutnya (Bab III-B). 2). langan over reinforced disebut g. Keruntuhan Lentur dan Sistem Perencanaan 1. Jenis keruntuhan lentur Jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok lentur bergantung pada sifat-sifat penampang balok, dan dibedakan menjadi 3 jenis berikut: 1). Keruntuhan tekan (brittle failure). 2). Keruntuhan seimbang (balance). 3). Keruntuhan tarik (ductile failure). Distribusi regangan pada penampang beton untuk ketiga jenis keruntuhan lentur tersebut dilukiskan seperti pada Gambar m3. 4+— b—+ Eq.’ = 0,003 fa fa h a is /| / & by (®. Penampang (b) Distribusi_ (©) Distribusi_ (4) Distribusi balok regangan regangan regangan bertulangan ultimit pada ultimit pada ultimit pada tunggal keruntuhan keruntuhan [aaa tekan seimbang tarik Gambar IIL3 Distribusi Regangan Ultimit pada Keruntuhan Lentur Balok Persegi Panjang dengan Tulangan Tunggal a sailure) ittle, 2. Keruntuhan tekan (brit beton dengan keruntuhan tekan, beto, ampang pan i Pada keadaan ait Telch, Hal ini berarti regangan tekan beto, hancur sebclum baja patas 0,003 telap! regangan tarik ba, sudah melampaui regangan + = Ey’ tetapi & < gy, * apai Ieleh, atau & i > Seer tulangan belum mencaP: Balok yang mengalami keruntuhan sepery terlihat pada Gambar WH.30). fasio tulangan (P ) yang besar, ini terjadi pada penampang densa? a) disebut over-reinforced. Karena beton memiliki sifat yanB kuat menahan beban tekan tetay maka keruntuhan beton seperti ini disebut keruntuhan tekan atay keruntuhan getas (brittle failure). Pada balok yang mengalami keruntuhan getas, pada saat beton mulai hancur baja tulangannya masih kuat (belum leleh), sebingga lendutan pada balok relatif tetap (tidak bertambah), Tetapi, jika di atas balok ditambah beban yang besar, maka baja tulangan akan meleleh dan dapat terjadi keruntuhan secara mendadak, tanpa ada tanda-tanda/peringatan tentang lendutan yang membesar pada balok. Keadaan demikian ini sangat membahayakan bagi kepentingan kelang- sungan hidup manusia, schingga sistem perencanaan beton bertulang yang dapat mengakibatkan over-reinforced ti i = forced tidak diperbolehkan. 3. Keruntuhan seimbang (balance) Pada Penampang beton dengan keruntuhan seimbang, keadaat beton hancur dan baja tulan; gan leleh terjadi : rey tel bers: ini gangan tekan beton mencapai regangan batas 0) 003 da SEs ,003 dan regangan tank ae Saat &; terjadi pada waktu yang sama, yang sama, atau €,” = 4” da &7 sepenuhnya, sehingga penggunaan material beton dan baj menjadi pena Sistem perencanaan beton bertulang yang se rset merupakan sistem Perencanaan yang ideal, tetapi sulit dicapai — dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: ketidaktepatan a a dengan mutu baja rencana, ketidaktepatan mutu beton dalam ——- pembuatan adukan dengan mutu beton rencana, maupun kekurang-telitian pada perencanaan hitungan akibat adanya pembulatan-pembulatan. 4. Keruntuhan tarik (ductile failure) Pada keadaan penampang beton dengan keruntuhan tarik, baja tulangan sudah leleh sebelum beton hancur. Hal ini berarti regangan tarik baja tulangan sudah mencapai titik leleh tetapi regangan tekan beton belum mencapai regangan batas 0,003 atau €, ? ey tetapi &’ < qu’, Seperti terlihat pada Gambar III.3(d). Balok yang mengalami keruntuhan seperti ini terjadi pada penampang dengan rasio tulangan (p) yang kecil, dan disebut under-reinforced. Karena kerusakan terjadi pada baja tulangan yang menahan beban tarik lebih dulu dan baja tulangan bersifat liat, maka keruntuhan beton seperti ini disebut keruntuban tarik atau keruntuhan iat (ductile failure). Pada balok yang mengalami keruntuhan liat, pada saat baja tulangan mulai leleh betonnya masih kuat (belum hancur), sehingga dapat terjadi lendutan pada balok. Jika di atas balok ditambah lagi beban yang besar, maka lendutan balok semakin besar dan akhirnya dapat terjadi keruntub- an. Keadaan demikian ini »menguntungkan” bagi kepentingan kelang- sungan hidup manusia, karena ada peringatan” tentang lendutan mem- ~ besar sebelum runtuh, sehingga sistem perencanaan beton bertulang yang under-reinforced ini lebih aman dan diperbolehkan. 5. Sistem perencanaan yang digunakan Pada Bab IIL.B.1 disebutkan tentang jenis keruntuhan Jentur pada penampang balok beton bertulang yang meliputi 3 keadaan, yaitu: keruntuhan tekan, keruntuhan seimbang, dan keruntuhan tarik. Balok Persegi Panjang dengan Tulangan Tunggal 55 fy)» ay muta bahar (f+ fo Data dimensi Batok (bbs dan beban (Mu) <¢! "(600 +f, -225-B1) atau dari Tabel III.4. dipakai tulangan ré ang 1V), atau dimensi ae (Bab (Gambar IIL.8) * 4. Pada balok ini tidak Sngan tulangan tun, g over-reinfor, balok di ced. Keadaan ; alok dipasan ini dibahas pod tulangan tar dapat diatasi a karena akan terjadi hitungan pemt md dan tekan (ty, “ngan 2 cara, yaitu > a esaran dim NU dimens; ‘angan r, ae Mensibalok can balok a yang akan Pat dilihat see tt pada G. ambar II1.8. Data : dimensi balok (b,h,d,d,), mutu bahan (f°, f) dan beban (M,) SM, ae a M. pinning K= Ma an Kau = 225-6004 25-8) : (600+f, )? dimensi diperbesar, tentukan d : dharus= My _. Gambar IIL8 Skema Hitungan Pembesaran Dimensi Balok o). Menentukan momen rencana_balok. Untuk menghitung momen rencana balok (MD) diperlukan data yang berkaitan dengan dimensi (b, h, d, dan d,), mutu bahan beton bertulang (f’ dan f,), dan mal yang terpasang pada balok (A,). Skema tulangan longitudi hitungan momen rencana balok dapat dilihat pada Gambar m9. id), mutu baban (fs fs [aia dimena balok (bd dan tulangan terpasang As 1 Pan 2 PS Pras Dikontrol nitanp ~ Ag(hd), syaral: Prin Pp ip atau Pain FengAN. Panig = A boleh dari Tabel 1.2 dan 1.3 382,5.P, fo" 0,75.p, = Soe Prats Py (600+ f,)-f, Catatan : ALL Tika P Pmars —> dalok diperbesay Dihitung: M, = A..f,. (d-a/2 ) dan M,= ¢.M, Gambar IIL9 Skema Hitungan Momen Rencana Balok (Penampang Balok dengan Tulangan Tunggal) 6. Contoh hitungan Contoh 1.3: Contoh IIL.3 ini akan meninjau soal pada Contoh TIL1 (lihat Bab IILA.9), yaitu balok 300/500 dengan mutu beton f.” = 20 MPa, jenis tulangan BJTD-30 (f, = 300 MPa), dan mendukung momen perlu M, = 80,8 kNm. . Hasil hitungan pada Contoh TH. tersebut diperoleh K = 1,73898 MPa dan dipakai tulangan A, = 3119 I = 2 2120,575 mm?, ‘uas tulangan = 3.1/4. 7.19 70 Balok dan Petat Beton Bertulang Faktor momen pikul maksimal untuk beton dengan f.’ = 20 MPa dan fy = 300 MPa adalah sebesat Kyyaks = 5,6897 MPa (lihat Tabel IT1.4). Karena K < Kyaxs, Maka pada soal Contoh JIL] jika tanpa dikontrol ferhadap momen rencana M, dan regangan ¢’, pasti sudah_memenuhi persyaratan yaitu M, > My dan €,” < €qy’. Di samping itu, untuk beton dengan f,’ = 20 MPa dan f, = 300 MPa Giperoleh Pyaas = 2:408% (lihat Tabel I11.2) dan Pig = 0.467% (lihat Tabel IIT.3). Rasio tulangan yang dipasang pada balok adalah p = 2120,575/(300.584) = 0.01444 atau 1,414%, berarti memenuhi . persyaratan, yaitt P< Pray dan 3 Pin "600 Contoh III.4: Contoh IIL4 ini akan meninjau soal pada Contoh TIL.2 (lihat Bab 11.A.9), yaitu balok 350/550 dengan mutu beton f,’ = 20 MPa, mutu baja f, = 300 MPa, dan mendukung momen perlu M,“ = 400 kKNm. Hasil hitungan pada Contoh IN1.2 tersebut diperoleh K = 6,9005 MPa, sehingga K > Kmats (5,6897 MPa). ok tidak dapat dihitung dengan tulangan tunggal (tulangar-tarik_sa sebab ukuran balok terlalu kecil. Seandainya hitungan dipaksakan, maka diperoleh tulangan 2 baris dengan A, = 8D29, tetapi regangan tekan beton telah melampaui batas retak ( €.” = 0,00332 melampaui &.’ = 0,003). Contoh ILS: Catatan: Contoh IIL5 ini merupakan perbaikan untuk soal Contoh TIL2 dengan cara memperbesar ukuran penampang balok. Biasanya ukuran (lebar dan tinggi) penampang balok digunakan kelipatan 50 mm atau 5 cm. RASIO TULANGAN MAKSIMAL DAN MINIMAL Tabel L.1.1 Rasio tulangan maksimal (P mas) dalam persen (%) “Mutu beton: £ (MPa) ‘Mutu baja tulangan f, (MPa) 300 1,805 2,408 3,010 2419 3,225 4,032 30 4g3s | 3,616 | 2933 | 2,438 [208 35 3,405 | 4,036 3a71_| 2,724 2,306 40 soz | 4414 | 3585 | 2,980 | 2,522 45 6344 | 4737 | 3,846 | 397 | 2,707 50 6,107 t 5008 | 4067 | 3380 | 2,802 | 2,458 55 7,002 5228 | 4245 | 3529 | 2988 | 2,567 E 7400 | 5525 | 4486 | 3,729 { 3,157 | _2,712 Catatan: Jika mutu beton (f,”) dan atau mutu baja tulangan (f,) tidak sesuai dengan yang tercantum pada tabel di atas, maka rasio tulangan maksimal ditentukan berdasarkan persamaan berikut: +fy).f, Tabel L.1.2 Rasio tulangan minimal (Pyu,) dalam persen (%) Mutu beton Mutu baja tulanga n f (MPa) Cpa) [79 300 350 400 | 450 il 500 S 3136 {| 0583 [0467 [0400 | 035 0311 | 0.280 35 oo16 | 0493 | 0423 | 0370 | 0329 | oa06 40 0659 | 0527 | 0452 0395 | 0,351 0316 45 0699 | 0559 | 479 0419 | 0373 | 0335 50 0,737 | 0,589 sos | 04az [0.393 | 0354 35 0773 | 0618 | 0530 | 0464 | 0412 | o3n 60 0807 | 0645 | 0553 t 0484 | 0430 a Catatan: Jika mutu beton (f.’) dan atau mutu baja tulangan (f,) tidak sesuai dengan Fre nn Pada tabel di atas, maka rasio tulangan minimal ditentukan berdasarkan persamaan berikut: 1). Jika mutu beton f < 31,36MPa, maka p,, 54 f y ey 2). Jika mutu beton f > 31,36 MPa, maka Pain = 4. oo ( FAKTOR MOMEN PIKUL MAKSIMAL Tabel L.2.1 Faktor momen pikul maksimal (Kats) dalam MPa ‘Mutu beton ‘Mutu baja tulangan f, (MPa) © MPa) | 340 300 350 400 450 500 15 44839 | 42673 | 41001 | 39442 | 3,7987 | 3,6627 20 5.9786 | 56897 | 54668 | 5.2569 | 5,0649 | 4.8836 25 7a732_| 71121 | 68335 | 65736 | 63311 | 6.1045 30 gse79 | sas | 8.2002 | 7aee3 | 75973 | 7.3254 35 10,1445 | 9,442 | 9.2595 | s9016 | 85682 | 8,2573 40 11,2283 | 10,6639 | 10,2313 { 98296 | 94563 | 9.1087 45 12,1948 | 11,5704 | 11,0930 | 10,6509 | 10,2407 | 9,8593 50 13,0485 | 12,3683 | 11,8497 | 11,3705 | 10,9266 | 10,5145 35 13,7846 | 13,0535 | 12.4977 | 11,9850 | 115109 | 11,0716 Ey 14,6670 | 13,8816 | 13,2853 | 12,7358 | 12,2283 | 11,7583 Catatan: Jika mutu beton (f,”) dan atau mutu baja tulangan (fy) tidak sesuai dengan yang tercantum pada tabel di atas, maka faktor momen pikul maksimal ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

You might also like