You are on page 1of 11

HARMONISASI KETENTUAN PERUNTUKAN BANGUNAN

CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF REGULASI DI


KAWASAN BUDAYA KOTABARU,
KOTA YOGYAKARTA-DIY

Ulfia C. Kleden1, Fahril Fanani 2


Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota STTNAS Yogyakarta1
ulfiakleden@yahoo.com
Dosen Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah & Kota, STTNAS Yogyakarta2
Fahril.fanani@gmail.com

Abstrak
Terkait dengan Kawasan Budaya Kotabaru, saat ini di wilayah DIY telah mempunyai produk Keputusan
Gubernur DIY, Nomor 186 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Cagar Budaya. Bangunan yang berada
di kawasan cagar budaya yang telah ditetapkan tersebut sudah menjadi kewajiban pemerintah dan
masyarakat untuk merawatnya baik dari segi fungsi dan strukturnya. Kegiatan dalam kawasan budaya
Kotabaru memerlukan ketentuan teknis peruntukan ruangnya pada zona budaya agar dapat lebih terarah
dalam pemanfaatannya. Lemahnya pengendalian cagar budaya, kekurang cermatan dalam memahami
permasalahan dan menganalisis kondisi yang ada maka dapat memberikan dampak buruk pada masyarakat
kini dan yang akan datang. Bangunan cagar budaya merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah dan
budaya sehingga dilindungi dan dilestarikan. Beberapa bangunan yang telah ditetapkan sebagai bangunan
cagar budaya berada pada zona-zona di kawasan budidaya. Hal ini ditakutkan bangunan cagar budaya tidak
memiliki pengendalian terhadap perkembangannya dan tidak sesuai dengan ketentuan untuk cagar budaya
karena ketentuan bangunan secara umum tidak dapat disamakan dengan ketentuan pada bangunan cagar
budaya yang berada pada setiap zona dikawasan budidaya. Diperlukan suatu ketentuan yang mengatur
kawasan budaya Kotabaru dengan tetap memperhatikan keberadaan bangunan sebagai bangunan cagar
budaya. Beberapa bangunan cagar budaya masi memiliki fungsi yang sama sejak awal didirikan dan
beberapa tetlah mengalami perubahan fungsi. Ketentuan yang ada ini diharapkan dapat mengatur
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan bangunan cagar budaya yang memiliki fungsi lain agar tetap
terjaga nilai dan prinsip- prinsip pelestarian.

Kata kunci : Kawasan budaya, Kotabaru, Bangunan Cagar Budaya

1. Pendahuluan diketahui oleh substansi yang berwenang (


1.1. Latar Belakang Keputusan DPR RI No. 51/DPD RI/ IV/ 2009-
2010 tentang pandangan pendapat DPR RI
Peninggalan budaya merupakan rekaman terhadap RUU tentang Cagar Budaya).
dasar pemikiran dan aktivitas manusia pada Kawasan Budaya Kotabaru di dalam perda
masanya. Peninggalan budaya di Indonesia sudah 2 tahun 2010 tentang RTRWP DIY merupakan
menjadi kewajiban negara untuk memberikan Kawasan Strategis Provinsi dengan tipologi
perlindungan, pengelolaan dan penafsiran yang Pelestarian Sosial Budaya. Kotabaru merupakan
tepat sangat penting untuk kemanfaatan generasi salah satu satuan ruang lain yang mempunyai
sekarang dan mendatang. Penafsiran dan nilai keistimewaan. Kotabaru adalah salah satu
penataan kembali berbagai prangkat perundang- kawasan di Indonesia yang berkembang secara
undangan dan peraturan perlu dilakukan khas. Wilayah ini direncanakan untuk hunian
sehubungan dengan perkembangan zaman yang masyarakat kolonial. Sejarah pemukiman ini
ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuian dimulai ketika pada tahun 1917 residen
dan tekonologi. Yogyakarta meminta sebuah wilayah di sebelah
Pengaturan cagar budaya di Indonesia timur Sungai Code kepada Sri Sultan
telah berlangsung sejak masa penjajahan dengan Hamengkubuwono VII. Secara administratif
dimunculkannya Monumenten Ordonnantie Stbl. Kotabaru saat ini menjadi nama kelurahan yang
238 tahun 1931 (MO). Dalam MO diatur perihal terletak di Kecamatan Gondokusuman Daerah
pendaftaran, pemilikan, penemuan, Istimewa Yogyakarta.
pemindahtanganan, pemberlian, penelitian, Berdasarkan ketentuan Pasal 19 UU No.
kehilangan dan pidana yang harus dilaporkan atau 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya maka

167
selain Pemerintah, masyarakat juga memiliki terkandung, mengingat bangunan cagar budaya
kewajiban merawat bangunan Cagar Budaya. tersebut juga memiliki fungsi lain. Dalam
Sesuai dengan perubahan zaman, menentukan ketentuan tersebut terdapat peraturan
bangunan-bangunan tua di Kotabaru yang sudah dan kebijakan yang dijadikan dasar yaitu
ditetapkan menjadi bangunan Cagar Budaya turut Peraturan Gubernur DIY Nomor 62 Tahun 2013
berubah juga, baik dari segi fungsinya dan Tentang Pelestarian Cagar Budaya dan UU
strukturnya. Perubahan dari segi fungsi terlihat Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
dari beberapa bangunan yang telah Jadi penelitian ini hanya sebatas membahas
dialihfungsikan menjadi restoran, homestay, mengenai harmonisasi peruntukan bangunan yang
rumah pribadi, dan lain-lain. Dari segi struktur, telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya
terdapat beberapa bangunan- bangunan yang dengan pemanfaatan untuk beberapa kegiatan dan
sudah mulai kehilangan struktur utamanya, dilihat dalam perspektif regulasi di Kawasan
sehingga perlu dukungan dari masyarakat Budaya Kotabaru agar bangunan cagar budaya
maupun pemerintah untuk turut menjaga, tersebut tidak mengalami perubahan nilai-nilai
melestarikan, serta mengembangkan Cagar sejarah dan budaya yang terkandung didalamnya.
Budaya berdasarkan ketentuan Peraturan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2. Metodologi
62 Tahun 2013 tentang Pelestarian Cagar Budaya. 2.1. Pendekatan Penelitian
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Metode yang digunakan dalam kajian
Umum Nomor 41 /PRT/M/2007 tentang Kriteria ilmiah ini melalui pendekatan empiris dan
Teknis Kawasan Budidaya disebutkan bahwa kepustakaan. Pendekatan empiris yaitu dengan
kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan mendekati masalah yang diteliti dengan sifat
perumahan permukiman tidak mengganggu hukum yang nyata sesuai dengan kenyataan yang
fungsi lindung yang ada, sedangkan berdasarkan hidup dalam masyarakat. Dengan pendekatan
data yang didapatkan dari Dinas pariwisata dan empiris penelitian diarahkan kepada identifikasi
kebudayaan terdapat perumahan yang telah keadaan di lapangan maka dapat diketahui peran
ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Tidak dari suatu aturan dalam kenyataan di lapangan,
hanya terdapat pada kawasan perumahan apakah aturan yang ada benar- benar berlaku,
permukiman tapi juga pada kawasan budidaya tidak berlaku, terjadi penyimpangan atau telah
lainnya yang terdapat bangunan yang ditetapkan berubah dan sebagainya.
sebagai bangunan cagar budaya. Kepustakaan dilakukan dengan mengkaji
Ketetapan bangunan cagar budaya yang dan menganalisis bahan- bahan hukum yang
berada pada kawasan budidaya tidak menjadi meliputi bahan hukum primer yaitu semua
suatu permasalahan jika terdapat aturan yang peraturan perundang- undangan yang berkaitan
dapat menjadi acuan pasti dalam peruntukan dengan benda cagar budaya, bahan hukum
bangunan cagar budaya tersebut. sekunder, antara lain buku- buku, surat kabar,
jurnal ilmiah, laporan- laporan, dokumen resmi,
1.2. Rumusan Masalah serta berbagai data statistik yang tersedi yang
Bagaimana penerapan kebijakan daerah diperlukan. Bahanhukum tersier yanag meliputi
terhadap peruntukan bangunan cagar budaya yang kamus, ensiklopedia.
berada pada beberapa zona budidayadalam
perspektif regulasi di kawasan budaya Kotabaru ? 2.1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan
1.3. Tujuan dengan cara pengumpulan data primer dan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sekunder. Beberapa metode pengumpulan data
memberikan dasar ketentuan peruntukan ruang antara lain:
pada zona budaya yang didalm zona tersebut
memiliki bangunan cagar budaya, dan diharapkan a. Pengumpulan Data Sekunder
ketentuan tersebut dapat menjaga kelestarian dan Pengumpulan data sekunder dilakukan
nilai sejarah serta budaya pada bangunan cagar untuk memperkaya data dan informasi. Kegiatan
budaya meskipun dimanfaatkan untuk fungsi lain. pengumpulan data sekunder tersebut dilakukan
dengan Mencari data mengenai kebijakan dan
1.4. Lingkup Penulisan program pengembangan kawasan cagar budaya di
Dalam penelitian ini membahas mengenai kawasan Kotabaru;
bangunan cagar budaya yang berada di Kawasan
Budaya Kotabaru dan memiliki beberapa fungsi b. Pengumpulan Data Primer
yaitu pendidikan, kesehatan, peribadatan, Data primer guna melengkapi data
perdagangan, permukiman, perkantoran dan sekunder dan dapat memberikan gambaran
transportasi. Diperlukan suatu ketentuan untuk mengenai kondisi sebenanrya di lapangan. Data
menjaga nilai- nilai sejarah dan budaya yang primer dikumpulkan dengan cara :

168
1) Observasi/ pengamatan lapangan Sutomo
untuk mnegenal kondisi wilayah
secara keseluruhan. 3.2. Kebijakan Tentang Bangunan Cagar
2) Dokumentasi lapangan. Untuk Budaya
mendapatkan gambaran kondisi Pemerintah Kota Yogyakarta dan
lapangan, dilakukan dengan fotografi Pemerintah DIY telah menetapkan lima kawasan
dalam bentuk digital. program Jogja Heritage City. Lima kawasan itu
meliputi Kotabaru, Kotagede, Keraton,
3. Hasil dan Pembahasan Pakualaman, dan Malioboro. (Tempo Yogyakarta,
3.1. Gambaran Umum Kawasan 2014). Kelima wilayah tersebut perlu melakukan
Lingkup Kawasan meliputi sebagian pengawasan terhadap pengajuan izin pendirian dan
wilayah Kecamatan Gondokusuman dan sebagain renovasi bangunan yang tak sesuai dengan konsep
wilayah Kecamatan Danurejan, dengan rincian program Jogja Heritage City. Kawasan Kotabaru
sebagai berikut : memiliki bangunan bercorak kolonial sehingga
a. Kawasan Inti, yaitu wilayah Kelurahan dilarang untuk diubah menjadi fasad Jawa, atau
Kotabaru, dengan batas sebagai berikut: bentuk lain yang tak mencermikan fasad khas
 Batas Utara :Jl. Jenderal Sudirman indiesch.
 Batas Selatan :Rel Kereta api. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11
 Batas Barat :Sungai Code Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya menyatakan
 Batas Timur :Jl.Wahidin bahwa: Bangunan Cagar Budaya adalah susunan
Sudirohusodo binaan yang terbuat dari benda alam atau benda
buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang
b. Kawasan Penyangga, yaitu wilayah berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
Kelurahan Terban, dan Kelurahan Hal tersebut menjelaskan bahwa bangunan cagar
Bausasran dengan batas sebagai berikut: budaya merupakan cagar budaya yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
 Batas Utara :Jl. Colombo – Jl. Cik Di
penting bagi sejarah.
Tiro
Kotabaru sebagai kawasan cagar budaya
 Batas Selatan :Jl. Stasiun Lempuyangan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini tertuang
– Relkereta api.
dalam Perda DIY No 6 Tahun 2012, Tentang
 Batas Barat :Sungai Code – Jl. C Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya.
Simanjuntak Disebutkan dalam perda tersebut bahwa panduan
 Batas Timur : Sungai Belik - Jl. Dr. arsitektur bangunan baru pada kawasan cagar

Gambar 1.
Peta Wilayah Perencanaan
Sumber: Perda Kota Yogyakarta, Survei & Analisis

169
budaya Kotabaru ditetapkan memakai gaya nasional, peringkat propinsi, atau peringkat
arsitektur Indis dan Kolonial. kabupaten/kota, baik seluruh maupun bagian-
Melalui Perda DIY No 6 Tahun 2012, bagiannya, kecuali dengan izin Menteri, Gubernur,
diharapkan tetap terjaga kelestarian kawasan atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya.”
Kotabaru terutama aspek fisiknya, yang meliputi Dengan adanya berbagai kebijakan dalam
lingkup kawasan dan spasial yang lebih kecil yaitu pengelolaan kawasan cagar budaya maka maka
lingkup bangunan.Dalam UU No. 26 tahun 2007 Kawasan Kotabaru yang memiliki banyak
tentang penataan ruang pasal 5 ayat 2 disebutkan bangunan sebagai benda cagar budaya, khususnya
bahwa yang termasuk dalam kawasan budi daya bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur indis
adalah kawasan peruntukan hutan produksi, diperlukan suatu ketentuan yang dapat memberi
kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
peruntukan pertanian, kawasan peruntukan sehingga dapat menjaga cagar budaya dari ancaman
perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, pembangunan fisik perkotaan.
kawasan peruntukan permukiman, kawasan
peruntukan industri, kawasan peruntukan 3.3. Identifikasi Bangunan Cagar Budaya Di
pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan Kawasan Budaya Kotabaru
pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan. Banyak bangunan di Kotabaru yang
Sedangkan bangunan cagar budaya yang telah di merupakan peninggalan arsitektur colonial yang
tetapkan oleh dinas pariwisata dan kebudayaan masih berdiri sampai sekarang.Bangunan bergaya
Yogyakarta di Kawasan Kotabaru terdapat arsitektur Indis baik yang berpotensi sebagai
bangunan hunian, pendidikan, kesehatan, bangunan warisan budaya maupun bangunan yang
peribadatan dan bangunan umum lainnya yang sudah ditetapkan sebagai BCB. Berdasarkan
termasuk bangunan lindung cagar budaya. fungsinya bangunan-bangunan peninggalan masa
Dalam Peraturan Daerah RTRW Kota kolonial bergaya arsitektur Indis di kotabaru dapat
Yogyakarta Bab4 Pasal 10 Ayat 4 menyebutkan dikelompokan menjadi bangunan umum dan
bahwa Strategi untuk memantapkan fungsi lindung bangunan rumah tinggal.Bangunan umum
melalui pemeliharaan dan pelestarian terhadap berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi :
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan serta
pencegahan dampak negatif kegiatan manusia 1. Bangunan Pendidikan
meliputi : Yang dimaksud bangunan pedidikan ini adalah
a. Mengelola kawasan cagar budaya dan ilmu banguan-bangunan sekolah. Banyak bangunan
pengetahuan dengan memadukan kepentingan sekolah yang dibangun pada masa colonial yang
pelestarian budaya Daerah dan pariwisata budaya; sudah ditetapkan sebagai BCB yaitu:
b. Mengelola kawasan cagar budaya dan ilmu Tabel 1.
pengetahuan dengan mengembangkan pariwisata Bangunan Cagar Budaya Pendidikan di Kotabaru
rekreasi dan pendidikan; dan Sekitarnya
c. Melarang kegiatan budidaya apapun yang tidak Nama BCB/Situs Nomor Penetapan
SD Negeri Ungaran I BCB PM.07/PW.007/MKP 2007
berkaitan dengan fungsinya dan tidak berkaitan
SMP Negeri 5 BWB 798/KEP/2009
dengan nilai-nilai budaya yang terkandung di SMA Negeri 3 BCB PM.07/PW.007/MKP 2007
dalamnya. SMA Bopkri 1 BCB PM.07/PW.007/MKP 2007
Peraturan tersebut menjelaskan bahwa SMP Negeri 8 BCB 210/KEP/2010
dalam kawasan cagar budaya memiliki SMA Negeri6 BCB PM.07/PW.007/MKP2010
keterbatasan terhadap kegiatan masyarakat. SMA Negeri 9 BWB 798/KEP/2009
SMP Negeri 1 BCB PM.07/PW.007/MKP/2010
Keterbatasan ini berkaitan dengan pemanfaatan Museum TNI AD BCB 210/KEP/2010
kawasan cagar budaya yang harus berkaitan Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012
dengan nilai- nilai budaya dan sesuai dengan
fungsinya. Selain itu dalam kawasan cagar budaya
juga di atur mengenai pengendalian pembangunan
seperti dalam RTRW Kota Yogyakarta Bab 5 pasal
42 ayat 2 tentang sistem telekomunikasi
menjelaskan bahwa pembangunan menara bersama
tidak diperbolehkan pada lokasi bangunan benda
cagar budaya.
Bangunan bersejarah dapat dimiliki oleh
setiap orang dengan tetap memperhatikan fungsi
sosialnya dan tidak bertentangan dengan UU No.
11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya namun perlu Gambar 2. SMA Bopkri 1, contoh BCB Pendidikan
diketahui bahwaPasal 17 ayat (1) UU No. 11 Tahun (Survei lapangan, 2015)
2010 menyebutkan bahwa “Setiap orang dilarang
mengalihkan kepemilikan cagar budaya peringkat

170
Bangunan perdagangan umum yang bergaya
2. Bangunan Kesehatan arsitertur Indis dan sudah ditetapkan
Bangunan kesehatan yang dimaksud adalah menjadi BCB adalah:
bangunan-bangunan rumah sakit. Bangunan rumah
sakit yang bergaya arsitektur Indis dan sudah Tabel 4.
ditetapkan sebagai bangunan BCB adalah: Bangunan Cagar Budaya Perdagangan dan Jasa
Di Kotabaru dan Sekitarnya
Tabel 2. Nama BCB/situs Nomor Penetapan
Bangunan Cagar Budaya Kesehatan di Kotabaru Indraloka Homestay BWB 798/KEP/2009
dan Sekitarnya EMX Fortune Int BWB 798/KEP/2009
Nama BCB/Situs Nomor Penetapan Gabah Resto BWB 798/KEP/2009
RS Panti Rapih BCB PM.07/PW.007/MKP2010 Kafe dan Resto Own Cipta Karya BWB 798/KEP/2009
RS Mata dr. YAP BCB PM.07/PW.007/MKP 2007 Pizza Hut BCB 210/KEP/2010
Rs Bethesda BCB 210/KEP/2010 Gedung Asuransi Jiwasraya BWB 798/KEP/2009
Rs DKT BCB 210/KEP/2010 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012

Gambar 5. Cafe, contoh BCB Perdagangan dan Jasa


( survei lapangan,2015)
Gambar 3. Rumah Sakit Panti Rapih. Contoh BCB
Kesehatan. (Survei lapangan, 2015)
5. Bangunan Perumahan
Di kawasan Kotabaru dan sekitarnya juga telah
3. Bangunan Peribadatan
ditetapkan bangunan cagar budaya Perumahan
Bangunan peribadatan yang dimaksud disini
yang kebanyakan terdiri dari rumah tinggal pribadi
adalah bangunan gereja.Bangunan Gereja yang
dan kelompok.
dibangun dengan gaya arsitektur Indis dan sudah
ditetapkan sebagai BCB adalah :
Tabel 5.
Tabel 3. Bangunan Cagar Budaya Perumahan Di Kotabaru
Bangunan Cagar Budaya Peribadatan di Kotabaru dan Sekitarnya
dan Sekitarnya
Nama BCB/situs Nomor Penetapan
Nama BCB/Situs Nomor Penetapan Rumah Tinggal Prof. Dr. Maria BWB 798/KEP/2009
Gereja St Antonius BCM PM.07/PW.007/MKP2010 Sumardjono
Gereja HKBP BCM 210/KEP/2010 Rumah Tinggal Hj. Soebekti BWB 798/KEP/2009
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012 Rumah Tinggal Wicara Dwi Riyanto BWB 798/KEP/2009
Rumah Tinggal Budhi Santoso BWB 798/KEP/2009
Rumah Tinggal Ny. Yashinta Etie BWB 798/KEP/2009
Putrawati
Rumah Tinggal Ny. Sumitro BWB 798/KEP/2009
Kolopakting
Rumah Tinggal Maya BWB 798/KEP/2009
Rumah Tinggal Adi Pranoto, SE BWB 798/KEP/2009
Rumah Indis Ny. Mulyo BWB 798/KEP/2009
Joglo Mangun Suwito / Surono BWB 798/KEP/2009
Susteran Amal Kasih Mulia BCB 185/KEP/2011
Seminari BCB 210/KEP/2010
Kolose St Ignatius BCB 210/KEP/2010
Asrama Mahasiswa Aceh BWB 798/KEP/2009
Asrama Kompi BCB 210/KEP/2010
Gambar 4. Gereja Katolik Santo Antonius, contoh BCB Asrama Mahasiswa Putri BWB 798/KEP/2009
Peribadatan ( survei lapangan,2015) Ratnaningsih
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012
4. Bangunan Perdagangan dan Jasa

171
Gambar 6.
Peta Sebaran Bangunan Cagar Budaya di Kotabaru dan Sekitarnya
Sumber: Perda Kota Yogyakarta, Survei & Analisis

Gambar 7. Contoh BCB Perumahan Gambar 8. RRI, contoh BCB Perkantoran


( survei lapangan,2015) (Survei lapangan, 2015)

6. Bangunan Perkantoran 7. Bangunan Transportasi


Di Kawasan Kotabaru dan sekitarnya Stasiun Lempuyangan yang termasuk dalam
terdapat bangunan perkantoran yang telah kawasan perencanaan merupakan bangunan
ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. cagar budayayang memiliki fungsi sebagai
Berikut adalah bangunan cagar budaya sarana transportasi.
perkantoran di Kotabaru dan sekitarnya : Tabel 7
Tabel 6 Bangunan Cagar Budaya Transportasi di
Bangunan Cagar Budaya Perkantoran Di Kotabaru dan Sekitarnya
Kotabaru dan Sekitarnya Nama BCB/Situs Nomor Penetapan
Nama BCB/situs Nomor Penetapan Stasiun Lempuyangan BCB 210/KEP/2010
RRI BCB 210/KEP/2010 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012
Badan Perpustakaan BCM PM.07/PW.007/MKP2010
Daerah
Dinas Kebudayaan dan BCM PM.07/PW.007/MKP2010
Persebaran Bangunan Cagar Budaya di Kotabaru
Pariwisata Kota dan Sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 9. Peta
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012 Sebaran Bangunan Cagar Budaya di Kotabaru
dan Seitarnya.

172
Gambar 9.
Peta Zonasi Kawasan Budaya Kotabaru dan Sekitarnya
Sumber: Perda Kota Yogyakarta, Survei & Analisis

di Kawasan Budaya Kotabaru seperti pada zona


3.4. Harmonisasi Ketentuan Bangunan permukiman, perdagangan, pendidikan, kesehatan
Cagar Budaya dan Regulasi Tata dan transportasi. Bangunan cagar budaya yang
Ruang di Kawasan Budaya Kotabaru telah diatur dalam zona budidaya tersebut memiliki
dan Sekitarnya ketentuan pemanfaatan yang diberlakukan khusus
Kawasan Budaya Kotabaru diklasifikasikan untuk masing-masing zona. Hal ini yang menjadi
kedalam zona Kawasan Lindung dan Zona kawasan catatan ketika satu zona yang tidak memiliki
budidaya. Dalam kawasan lindung Kotabaru sesuai bangunan cagar budaya harus menyesuaikan
dengan peraturan pemerintah No. 38/2011 meliputi dengan ketentuan atau aturan yang sama seperti
kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai termasuk zona yang memiliki bangunan cagar budaya.
sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang Pengendalian peruntukan bangunan cagar
mempunyai manfaat penting untuk budaya telah ditetapkan Peraturan Gubernur DIY
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Selain Nomor 62 Tahun 2013 tentang pelestarian Cagar
itu terdapat kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Budaya dan UU Nomor 11 tahun 2010 tentang
dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, cagar budaya. Dalam proses pengendaliannya ada
bangunan- bangunan cagar budaya baik yang sudah beberapa aspek pengendalian yang perlu
ditetapkan maupun masih dalam proses, tersebar diperhatikan dalam proses penetapan regulasi tata
dikawasan Kotabaru dan sekitarnya. ruang, yaitu: (1) pemanfaatan dan fungsi bangunan;
Klasifikasi kawasan budidaya di wilayah (2) pengembangan bangunan; dan (3) kepemilikan
perencanaan mengacu pada peraturan Menteri bangunan cagar budaya. Ketiga ketentuan tersebut
Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang jika dicermati memiliki keterkatian dengan muatan
Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi materi wajib Peraturan Zonasi dalam Permen PU
Kabupaten / Kota. Kawasan budi daya di kawasan No. 20 tahun 2011 yang meliputi: (1) ketentuan
Kotabaru dan sekitarnya teridiri dari permukiman, kegiatan dan penggunaan lahan; (2) intensitas
perdangangan dan jasa tunggal, perkantoran, pemanfaatan ruang; (3) tata bangunan; dan (4)
peruntukan prasarana, pertahanan dan keamanan, ketentuan pelaksanaan. Berikut bentuk harmonisasi
industri, dan Ruang Terbuka Hijau. Untuk lebih ketentuan peruntukan bangunan cagar budaya
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9. Peta Zonasi terhadap peraturan zonasi di Kawasan Budaya
Kawasan Budaya Kotabaru dan sekitarnya. Kotabaru:
Berdasarkan peta zonasi yang telah a. Zona Pendidikan
ditetapkan, dapat ditemukan beberapa bangunan
cagar budaya yang termasuk dalam zona budidaya

173
Di Kawasan Budaya Kotabaru terdapat beberapa sejak awal didirikan. Secara umum terdapat
fasilitas pendidikan yang termasuk dalam ketentuan untuk zona pendidikan yaitu memiliki
BangunanCagar Budaya yaitu SD Negeri Ungaran KDB maksimum adalah 60%, KLB maksimum
1, SMP negeri 5, SMA Negeri 3, SMA Bopkri 1, adalah 2,4 dan KDH minimal adalah 2,4.Ketentuan
SMP Negeri 8, SMA Negeri 6, SMA Negeri 9, dan tersebut merupakan ketentuan intesitas
Museum TNI AD. Jika dilihat dari ketentuan pemanfaatan ruang. Ketentuan tata bangunan pada
peruntukan zona pendidikan secara umum maka zona kesehatan yaitu memiliki ketinggian
ketentuan yang ditetapkan pada zona pendidikan bangunan maksimum adalah 20 meter dengan
untuk intesitas pemanfaatan ruang zona pendidikan tampilan pada zona kesehatan ini adalah bebas,
adalah memilikiKDB maksimum adalah 60%, KLB dengan tetap memperhatikan karakteristik
maksimum 1,8 dan KDH minimal adalah 30%. Jika arsitektur lokal dan lingkungan sekitarnya.
dilihat pada ketentuan tata bangunan pendidikan Bangunan cagar budaya yang terdapat di zona
secara umum bangunan pendidikan memiliki kesehatan harus memiliki ketentuan tersendiri
ketinggian maksimum adalah 16 meter dengan yang tidak dapat disamakan dengan ketentuan
ketinggian bangunan yang kurang dari 8 meter umum tersebut. Ketentuan tersendiri ini sebagai
memiliki jarak samping bangunan dan jarak bentuk harmonisasi dari bangunan cagar budaya
belakang bangunan minimal 1,5 meter sedangkan yang berada pada zona kesehatan yaitu mengenai
bangunan yang ketinggiannya lebih dari 10 sampai pemanfaatan dan fungsi bangunan cagar budaya,
dengan 12 meter jarak samping dan belakang pegembangan bangunan cagar budaya, dan
bangunan adalah 2,5 meter. Tampilan bangunan kepemilikan bangunan cagar budaya. Bangunan
pada zona pendidikan ini adalah bebas dengan tetap cagar budaya pada zona ini merupakan bangunan
memperhatikan karakterisitk lokal dan lingkungan yang memiliki fungsi sama atau tidak berubah
sekitarnya. sejak awal didirikan pada masa kolonial.
Ketentuan-ketentuan umum pada sub zona Ketentuan- ketentuan sebagai bentuk
pendidikan tidak dapat di terapkan untuk bangunan harmonisasi bangunan cagar budaya di zona
pendidikan yang telah ditetapkan sebagai bangunan budaya memiliki beberapa ketentuan yang sama
cagar budaya dalam zona pendidikan. Seperti SMA dengan ketentuan bangunan cagar budaya pada
Bopkri 1 yang termasuk dalam sub zona zona lain.
pendidikan memiliki bangunan cagar budaya yang
memiliki ketentuan sendiri atau tidak dapat c. Zona Peribadatan
disamakan dengan ketentuan bangunan pendidikan Pada zona peribadatan di Kawasan Cagar
secara umum karena bangunan SMA Bopkri 1 Budaya Kotabaru bangunan Gereja St. Antonius
merupakan bangunan cagar budaya yang harus dan Gereja HKBP merupakan bangunan yang telah
dilestarikan dan dapat dijaga nilai sejarah serta ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Secara
budaya bangunan tersebut. umum terdapat ketentuan untuk bangunan di zona
Bentuk harmonisasi regulasi bangunan cagar pendidikan yaitu KDB pada bangunan di zona
budaya yang berada pada zona pendidikan yaitu pendidikan adalah 60%, KLB maksimal 1,8 atau
pemanfaatan cagar budaya untuk pendidikan setara dengan 3 lantai, KDH adalah 30% dan
didasarkan pada kriteria: memiliki nilai- nilai yang Tinggi Bangunan 16 meter. Tampilan bangunan
dapat meningkatkan kualitas dan jati diri pada zona peribadatan ini adalah bebas dengan
masyarakat; memiliki nilai- nilai yang dapat tetap memperhatikan karakterisitk lokal dan
meningkatkan intelektualitas masyarakat; lingkungan sekitarnya.
mengandung unsur-unsur yang dapat menginspirasi Melihat status bangunan peribadatan ini
dan menumbuhkan kreativitas masyarakat. merupakan bangunan cagar budaya maka ketentuan
Ketentuan lainnya mengenai pemanfaatan secara umum tersebut tidak dapat disamakan
ruang, pengembangan dan kepemilikan bangunan dengan ketentuan untuk bangunan cagar budaya.
cagar budaya akan memiliki ketentuan yang sama Oleh karena itu bangunan cagar budaya pada zona
dengan bangunan cagar budaya pada zona lainnya. peribadatan ini memiliki beberapa ketentuan.
Bangunan cagar budaya di zona pendidikan ini
b. Zona Kesehatan merupakan bangunan yang telah dimanfaatkan
Pada zona kesehatan di Kawasan Budaya sebagai peribadatan sejak awal didirikan pada masa
Kotabaru terdapat empat bangunan yang telah kolonial oleh karena itu bangunan ini diharapkan
ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yaitu dapa tetap dijaga fungsi aslinya.
RS. Panti Rapih, RS. Mata dr. YAP, RS. Bethesda Beberapa ketentuan untuk bangunan cagar
dan RS. DKT. Bangunan kesehatan ini merupakan budaya pada setiap zona yatiu beruoa ketentuan
bangunan yang tidak mengalami perubahan fungsi pemanfaatan dan fungsi, ketentuan pengembangan

174
dan ketentuan kepemilikian bangunan cagar Dengan adanya ketentuan ini diharapkan
budaya. bentuk harmonisasi dengan ketentuan ini bangunan cagar budaya memiliki pengendalian
adalah sama dengan bangunan cagar budaya pada dalam pemanfaatannya.
zona lain.

d. Perdangan dan jasa


Pada zona perdagangan dan jasa terdapat f. Zona perkantoran
beberapa bangunan yang telah ditetapkan sebagai Terdapat tiga bangunan cagar budaya di zona
bangunan cagar budaya. Seperti bangunan pizza perkantoran ini yaitu RRI, Badan Perpustakaan
hut yang sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar Daerah, Dinas Kebudyaan dan Pariwisata Kota.
budaya. Dalam zona perdagangan dan jasa terdapat Seperti pada zona- zona lainnya, zona perkantoran
beberapa ketentuan umum yang mengatur memiliki ketentuan umum yang mengatur
mengenai bangunan didalam zona tersebut. Yaitu pemanfaatan ruang dan tata bangunan di zona
KDB 80%, KLB 3,2, KDH minimal 20% dan TB perkantoran. Ketentuan KDB pada zona ini yaitu
adalah 20 meter. Tampilan bangunan pada zona 60%, ketentuan KLB maksimal 2,4 atau 4 lantai
perdagangan dan jasa ini adalah bebas dengan tetap dengan KDH minimal 50% dan tinggi bangunan 20
memperhatikan karakterisitk lokal dan lingkungan meter. Tampilan bangunan pada zona perkantoran
sekitarnya. ini adalah bebas dengan tetap memperhatikan
Ketentuan umum ini tidak dapat diterapkan karakterisitk lokal dan lingkungan sekitarnya.
kepada bangunan cagar budaya yang telah Pada bangunan cagar budaya di zona
ditetapkan pada zona perdagangan dan jasa. Perlu perkantoran akan berbeda ketentuannya dengan
ada nya suatu pengendalian sendiri terhadap bangunan yang bukan cagar budaya. Ketantuan
bangunan cagar budaya walaupun memiliki fungsi bangunan cagar budaya pada zona perkantoran
sebagai perdagangan dan jasa karena mengingat yaitu mengenai pemanfaatan dan fungsi,
bangunan cagar budaya yang perlu di jaga nilai pengembangan dan kepemilikian bangunan cagar
sejarah dan budaya nya. budaya. ketentuan ini merupakan ketentuan yang
Seperti pada zona- zona lainnya terdapat tiga sama dengan bangunan cagar budaya pada zona
ketentuan untuk memberikan harmonisasi pada lainnya.
bangunan cagar budaya yang berada pada zona g. Zona transportasi
perdagangan dan jasa yang memiliki ketentuan Bangunan dalam zona transportasi yang telah
umum bagi bangunan di dalam zona perdagangan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya adalah
jasa tapi tidak dapat diterapkan untuk bangunan bangunan Stasiun Lempuyangan. Pada zona
cagar budaya. transportasi terdapat ketentuan umum yang
e. Zona perumahan mengatur pemanfaatan ruang dan tata bangunan
Bangunan perumahan yang telah ditetapkan pada zona ini yaitu KDB maksimal 60%, KLB
sebagai bangunan cagar budaya di Zona perumahan maksimal 1,2, KDH minimal 30% dan tinggi
ini beberapa merupakan milik pribadi. Bangunan bangunan adal 10 meter atau setara dengan 2
ini memiliki beberapa ketentuan secara umum lantai. Tampilan bangunan pada zona pendidikan
mengenai pemanfaatan ruang dan tata bangunan ini adalah bebas dengan tetap memperhatikan
nya. Bangunan pada zona perumahan ini memiliki karakterisitk lokal dan lingkungan sekitarnya.
KDH maksimal 60%, KLB 1,2 KDH minimal 20% Ketentuan umum ini merupakan ketentuan
dan tinggi bangunan 10 meter atau setara dengan untuk bangunan yang tidak termasuk bangunan
dua lantai.Tampilan bangunan pada zona cagar budaya pada zona transportasi. Ketentuan
perumahan ini adalah bebas dengan tetap tersebut tidak dapat di terapkan pada bangunan
memperhatikan karakterisitk lokal dan lingkungan cagar budaya. Stasiun lempuyangan merupakan
sekitarnya. bangunan cagar budaya yang telah dimanfaatkan
Ketentuan secara umum ini tidak dapat sebagai transportasi sejak awal didirikan sehingga
diterapkan untuk bangunan cagar budaya. Dalam diperlukan suatu ketentuan tersendiri untuk
menjaga kelestarian bangunan cagar budaya menjaga kelestarian dan sejarah serta budaya
perumahan ini diperlukan peran masyarakat untuk banguan cagar budaya.
dapat mengerti dan menjaga bangunan cagar Ketentuan untuk bangunan cagar budaya
budaya. Bangunan cagar budaya ini memeiliki tiga sebagai bentuk harmonisasi terdiri dari tiga
ketentuan seperti pada bangunan cagar budaya pada ketentuan yaitu pemanfaatan dan fungsi,
zona lainnya. Ketiga ketentuan ini yaitu ketentuan pengembangan dan kepemilikan bangunan cagar
pemanfaatan dan fungsi, pengembangan dan budaya.
kepemilikan bangunan cagra budaya.

175
h. Ketentuan Pemanfaatan, Fungsi, memiliki dan/atau menguasai bangunan cagar
Pengembangan dan Kepemilikan budaya dengan tetap memperhatikan fungsi
Seperti yang telah diterangkan pada setiap zona sosialnya sepanjang tidak bertentangan dengan
terdapat ketentuan pemanfaatan dan fungsi, ketentuan dalam UU Nomor 11 tahun 2010 tentang
pengembangan dan kepemilikan bangunan cagar cagar budaya.
budaya yang dapat menjadi bentuk pelestarian
bangunan cagar budaya pada setiap zona. 4. Kesimpulan
Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: Beberapa bangunan di Kotabaru merupakan
ketentuan pemanfaatan dan fungsi bangunan cagar peninggalan arsitektur kolonial yang masih berdiri
budaya yaitu Penyesuaian atau perubahan fungsi sampai sekarang. Dalam setiap zona budidaya
dalam upaya revitalisasi dilakukan tanpa mengubah terdapat ketentuan- ketentuan umum berdasarkan
bentuk bangunan/konstruksi aslinya. Revitalisasi peraturan zonasi yang mengatur tentang
dilakuakan oleh badan pengelola sesuai dengan pemanfaatan ruang dan tata bangunan. Bangunan
ketentuan peraturan perundang- undangan; yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar
Bangunan yang memiliki fungsi sama/ tisak budaya dan berada pada zona pendidikan,
berubah sejak awal didirikan hingga sekarang tetap kesehatan, peribadatan, perdagangan, perumahan,
dijaga fungsi aslinya dan ketentuan perkantoran, dan transportasi.
pengembangannya diatur dengan tidak Bangunan cagar budaya memerlukan
menghilangkan nilai sejarah dari bangunan itu ketentuan sebagai bentuk harmonisasi. Ketentuan
sendiri.; Pemanfaatan bangunan cagar budaya pada pada setiap zona tersebut tidak dapat disamakan
zona perdagangan, perumahan dan perkantoran ketentuan nya dengan ketentuan umum pada setiap
dapat diizinkan dengan mendapat izin Pemerintah zona. Hal ini mengingat bangunan cagar budaya
Daerah dan / atau Pemerintah Kabupaten / Kota perlu dilestarikan dan perlu dijaga nilai sejarah dan
untuk. Izin pemanfaatan diterbitkan setelah budayanya. Ketentuan yang diperuntukan bagi
mendapatkan rekomendasi dari Dewan Warisan bangunan cagar budaya di setiap zona tersebut
Budaya. Ketentuan dalam pengembangannya diatur terdiri dari ketentuan pemanfaatan dan fungsi
dengan tidak menghilangkan nilai sejarah dari bangunan cagar budaya, pengembangan bangunan
bangunan itu sendiri. cagar budaya, dan ketentuan kepemilikan bangunan
Ketentuan pengembangan bangunan cagar cagar budaya. Ketentuan tersebut berdasarkan pada
budaya yaitu Pengembangan bangunan cagar Peraturan Gubernur DIY Nomor 62 Tahun 2013
budaya dilakukan dengan adaptasi yaitu dengan Tentang Pelestarian Cagar Budaya dan UU Nomor
menambah fasilitas, sarana, prasarana secara 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
terbatas. Adaptasi dilakukan dengan prinsip- Berdasarkan perspektif regulasi cagar
prinsip pelestarian dan berpedoman pada nilai- nilai budaya di Kawasan Budaya Kotabaru bahwa peran
penting cagar budaya dengan mendapat ijin pemerintah sangat berpengaruh dalam pemberian
adaptasi dari instansi yang berwenang di bidang izin yang akan mempengaruhi perubahan
kebudayaan pemerintah daerah/ pemerintah struktur/konstruksi, fungsi dan menjaga nilai
kabupaten/ kota disertai rekomendasi dari Dewan sejarah dan budaya bangunan itu sendiri, karena itu
Warisan Budaya.; Tanah dan bangunan cagar diharapakan pemerintah dapat sangat bijak dalam
budaya yang sudah terdaftar menjadi bangunan pengambilan keputusan perizinan. Tidak hanya
cagar tidak boleh dipugar / dirubah bentuk pemerintah, masyarakt juga memiliki peran penting
arsitekturnya terkecuali mendapat izin pemugaran dalam menjaga bangunan cagar budaya dengan
diberi oleh pemerintah, pemerintah daerah, menaati peraturan dan ketentuan yang ada serta
pemerintah Kabupaten / Kota sesuai dengan menyadari akan pentingnya menjaga bangunan
kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan
Dewan Warisan Budaya. budaya agar tidak menjadi korban perkembangan
Ketentuan kepemilikan banguan cagar kota modern.
budaya yaitu Setiap orang yang memiliki dan atau
yang menguasai Cagar Budaya dapat Ucapan Terimakasih
memanfaatkan Cagar Budaya setelah mendapatkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha
izin Pemerintah Daerah dan / atau Pemerintah Kuasa karena telah mengaruniakan hikmat dan
Kabupaten / Kota untuk kepentingan agama, sosial, akal budi sehingga tugas ini dapat dikerjakan
dengan baik. Terima kasih buat Dosen yang telah
pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
membimbing dan mengarahkan dalam pengerjaan
kebudayaan; dan/atau, pariwisata. Izin pemanfaatan
makalah ini. Terima kasih juga buat Konsultan di
diterbitkan setelah mendapatkan rekomendasi dari CV. Reka Kusuma Buana yang memberikan
Dewan Warisan Budaya. Setiap orang dapat banyak masukan dalam proses pengerjaan tugas

176
dan terima kasih buat rekan-rekan mahasiswa
yang memberikan motivasi sehingga tugas ini
dapat terselesaikan.

Daftar Pustaka
Harjiyatni Francisca Romana, Sunarya Raharja.
Jurnal Perlindungan Hukum Benda Cagar
Budaya Terhadap Ancaman Kerusakan Di
Yogyakarta. Fakultas Hukum. Universitas
Janabadra. Yogyakarta.
Keputusan DPR RI Nomor 51/DPD RI/ IV/2009-
2010. Pandangan Pendapat DPR RI
Terhadap Rancangan Undang- Undang
Tentang Cagar Budaya.
Laporan Akhir (2015). Penyusunan Peraturan
Zonasi Kawasn Budaya Kotabaru, Kota
Yogyakarta.
Panggabean, Sriayu Aritha. Jurnal. Perubahan
Fungsi dan Struktur Bangunan Cagar Budaya
Kota Semarang Ditinjau Dari Perspektif
Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010.
Fakultas Hukum. Universitas Negeri
Semarang.
Peraturan Gubernur DIY Nomor 62 Tahun 201.
Tentang Pelestarian Cagar Budaya.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Nomor :
20/PRT/M/2011/. Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi Kabupaten /Kota.
Undang- undang RI Nomor 11 Tahun 2010
Tentang Cagar Budaya.
TEMPO.CO. Pemandangan Tugu Pal Putih
Setelah Selesainya Program"Revitalisasi
Cagar Budaya" di Yogyakarta. Tanggal Post :
04 September 2015.

177

You might also like