Professional Documents
Culture Documents
Dekulturasi Bentuk Seni Pertunjukan
Dekulturasi Bentuk Seni Pertunjukan
Jurusan Pendidikan Sendratasik, FBS ISSN 2301-6744
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Email: usmanwafa@mail.unnes.ac.id
67
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)
68
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)
kelompok individu yang memiliki kebudayaan kunci yang masih aktif dalam kesenian yang diteliti,
berbeda saling berhubungan secara langsung dengan dan mampu memaparkan perkembangan seni
intensif, sehingga kemudian menimbulkan pertunjukan Orkes Gambus. Dalam hal ini adalah
perubahan-perubahan besar pada pola kebudayaan bapak Hidayat. (2) Informan kunci yang masih aktif
dari salah satu atau kedua kebudayaan yang berkesenian musik gambus, dalam hal ini adalah ibu
bersangkutan (Haviland, 1993: 263). Lina Marni. (3) informan selajutnya Bapak Edi Patri,
Proses akulturasi ini dapat diuraikan dalam beliau merupakan anak dari Bapak Mansur, pendiri
beberapa istilah, di antaranya adalah dekulturasi. Orkes gambus Al-Falah. Dari keterangan beliau,
Dekulturasi Haviland, adalah dimana bagian dari peneliti mendapatkan sumber data lisan yang
substansial dari kebudayaan mungkin hilang— mengungkap latar belakang berdirinya Orkes
hilangnya bagian penting sebuah kebudayaan Gambus Al-Falah.
(Haviland, 1993: 263). Kodiran juga menjelaskan Penelitian kualitatif mencakup penggunaan
bahwa dekulturasi (deculturation) adalah tumbuhnya subjek yang dikaji dari kumpulan berbagai data
unsure-unsur kebudayaan yang baru untuk empiris , pengalaman pribadi, introspeksi, perjalanan
memenuhi berbagai kebutuhan baru yang timbul hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan,
karena perubahan situasi—dan hasil dari dekulturasi historis, interaksional, dan visual yang
ini menimbulkan perubahan kebudayaan (Humaniora menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan
No.8, Juni-Agustus, 1998). problematika dalam kehidupan seseorang. Hal ini
Inti dari proses dekulturasi seperti yang berarti bahwa pengkaji dalam kualitatif harus
dijelaskan oleh para pakar antropologi di atas, mempelajari objek yang diteliti dengan konteks
memperlihatkan bahwa dekulturasi menyebabkan alaminya/naturalistik, dan berupaya untuk
perubahan kebudayaan, dan perubahan tersebut dapat memahami, menafsirkan fenomena dari sisi makna
menghilangkan bagian penting dalam salah satu atau yang dilekatkan masyarakat kepadanya.
kedua kebudayaan. Proses dekulturasi ini akan digali
pada seni pertunjukan Orkes Gambus di Kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Terutama untuk Jenis-jenis musik bercirikan Islami ini diperkirakan
menjawab permasalahan bagaimana bentuk kehadirannya di Nusantara bersamaan dengan
dekulturasi seni pertunjukan Orkes Gambus di Kota kehadiran Islam di Pulau Sumatera yang dibawa oleh
Pariaman, dan mengapa dekulturasi terjadi pada orang-orang Arab pada abad ke-20 (Musmal, 2010:
Orkes Gambus yang ada pada saat sekarang ini. 2). Bentuk-bentuk seni pertunjukan musik gambus
METODE ini masih bersifat ansambel musik akustik, kemudian
Penelitian ini secara umum mengkaji tentang berkembang dalam kurun waktu yang lama
salah satu perkembangan musik yang ada di Kota cenderung untuk membentuk bentuk style
Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Pengkajian yang pertunjukan yang lebih kompleks dan mengalami
di khususkan pada bentuk seni pertunjukan Orkes proses akulturasi antar sesamanya. Akulturasi yang
Gambus di Kota Pariaman sebagai bentuk bersifat lokal dan berpengaruh dari kebudayaan
dekulturasi.Memakai pendekatan dari berbagai Arab, serta proses yang panjang, maka diperkirakan
disiplin ilmu pengetahuan.Dapat dikatakan pula terbentuknya Orkes Gambus klasik, menjadi Orkes
bahwa penelitian ini merupakan penelitian berbentuk Gambus modren disebabkan oleh dua hal pokok
kualitatif. Ditulis oleh viktor Ganap dalam yaitu Karena mempunyai elemen-elemen musikal
disertasinya, bahwa penelitian kualitatif dengan yang sama, terutama adanya instrumen Ud atau Oud,
sendirinya menggunakan berbagai sumber data yang (Bagus Susetyo, 2005: 2).
dapat diperoleh melalui sumber tertulis berupa buku, Menurut Kodiron (1988: 90) dekulturasi adalah
artikel, dan partitur. Nursyirwan menguatkan bahwa tumbuhnya unsur kebudayaan yang baru untuk
pencarian terhadap sumber tertulis lebih memenuhi kebutuhan baru, yang timbul karena
dimaksudkan agar tidak terjadi penduplikasian pada perubahan situasi. Seni pertunjukan Orkes Gambus
objek yang sama. Sumber lainnya adalah secara yang berirama Padang Pasir adalah jenis seni
lisan, seperti hasil wawancara dengan narasumber. pertunjukan yang berirama Padang Pasir berasal dari
Sumber lisan ini membantu mengungkapkan bukti- tradisi budaya Timur Tengah seperti Mesir, Yaman.
bukti sacara alami sesuai dengan keadaan yang karena berakulturasi secara lokal dan budaya Timur
sebenarnya. Merujuk metode sebelumnya, maka Tengah. Kemudian dalam kurun waktu yang panjang
tahapan selanjutnya yang mesti dilakukan adalah Orkes Gambus mengalami proses dekulturasi yaitu
teknis dari penelitian. Langkah pertama yang mesti mengalami perubahan pada elemen-elemen
dilakukan adalah observasi lapangan. Observasi awal musikalnya untuk memenuhi kebutuhan penyajian
mencari beberapa orang informan kunci. Nursyirwan yang baru karena situasi yang baru, maka
menggolongkan ada tiga kategori kunci (1) Informan terbentuklah Orkes-orkes Gambus yang ada di Kota
69
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)
Pariaman Pada saat sekarang ini. Teori-teori Perubahan yang terjadi diakibatkan faktor-faktor
antropologi diatas memang sesuai apa yang terjadi internal yang tumbuh dalam masyarakat pendukung
pada Orkes-orkes Gambus yang ada di Kota itu sendiri atau akibat pengaruh yang datang dari luar
Pariaman untuk itu. masyarakat (Sjafri Sairin, 2002: 6-7). Sebagian dari
Khusus di Kota Pariaman, musik irama Padang Pasir faktor perubahan seni pertunjukan Orkes Gambus itu
sudah banyak yang ditemukan menggunakan karena ada gagasan baru atau juga karena pengaruh
keyboard, sebagai pengganti alat musik yang pengembangan pola pikir serta perilaku masyarakat
dominan. Fungsi tamborin, tiva, marakas, dan bass pendukungnya yang selalu tidak puas dengan apa
betot/bass tongkang sudah digantikan secara yang telah ada (Mimy Astuty Pulukadang, 2009: 93)
permanen oleh alat musik keyboard. Walaupun Dalam perkembangan Orkes Gambus di Pariaman
dalam pertujukan musik gambus masih adanya suatu perubahan style pertunjukan Orkes
menggunakan alat musik biola, U‟d atau oud, dan Gambus dalam mengembangkan musik gambus di
seruling. namun peran alat musik tersebut dalam hal Pariaman yang bersumber dari luar masyarakat
ini hanya sebagai tambahan saja, dan tidak antara lain.
mempengaruhi pola musik yang sudah terprogram a. Teknologi
melalui keyboard. Dengan kenyataan ini, jelaslah Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi,
bahwa musik gambus telah mengalami apa yang hal ini memberi dampak terhadap musik gambus
disebut dengan perubahan pada bentuk penyajiannya, yang ada di Kota Pariaman. Penambahan peralatan,
karena sudah menjadikan keyboard yang bisa jelas menjadi titik sentral pembentukan musik
difungsikan untuk menggantikan peran semua alat gambus, penambahan yang merupakan akulturasi
musik. dengan musik Barat, yaitu berupa alat seperti:
Dekulturasi yang terjadi dalam pertunjukan Orkes- keyboard, yang nantinya akan mengalami dekulturasi
orkes Gambus yang ada di Kota Pariaman, dapat seni pertunjukan pada elemen musikalnya. tapi perlu
disejajarkan dengan perubahan sosial, karena Orkes- ada yang dicatat bahwa dengan peralatan tersebut,
orkes Gambus ini hidup dan berkembang dalam jenis alat-alat bercirikan Islam ini tidak lantas
konteks sosial budaya masyarakat pendukungnya. dihilangkan, jadi ada semacam ciri yang
Artinya, terjadinya dekulturasi pada Orkes-orkes dipertahankan. Beberapa peralatan yang tetap
Gambus di Kota Pariaman merupakan bagian yang dipertahankan atau sebagai ciri musik gambus yang
tidak terpisahkan dari perubahan sosial, ekonomi, utama adalah U‟d atau oud, suling (bambu) dan
dan budaya masyarakat pendukungnya. biola, sebagian alat-alat inipun merupakan akulturasi
Proses sosial pada dasarnya adalah pengaruh timbal- atau alat yang datangnya dari pengaruh bangsa Arab.
balik antara berbagai bidang dalam kehidupan Faktor lainnya dimana dalam penggunaan keyboard
bersama di tengah masyarakat. Kehidupan bersama sendiri lebih mempermudah mengatur tempo, beat,
dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang genre musik, bunyi alat-alat musik yang diinginkan,
saling membutuhkan dan ketergantungan antara satu dalam hal ini sesuai dengan keinginan pemain
sama lainnya. Salah satu dari aspek kehidupan yang keyboard sendiri maupun penyanyi ataupun yang
dimaksud adalah kebudayaan. kebudayaan ingin berpartisipasi dalam pertunjukan tersebut
merupakan tatanan dari kehidupan yang berisikan seperti penonton yang ingin menyanyi.
aturan, nilai, dan norma-norma untuk mengatur pola b. Ruang, Waktu, dan Kebudayaan
kehidupan masyarakat pendukungnya (Suerjono Secara teoritis dapat ditetapkan bahwa perbedaan
Soekanto, 1986: 35). Dari beberapa kebudayaan yang ruang dan waktu dapat menyebabkan perubahan-
berkembang di tengah masyarakat Kota Pariaman, perubahan yang dinamis terhadap kebudayaan yang
salah satunya yaitu Orkes Gambus. ada di masyarakat, walaupun masyarakat yang hidup
Dari beberapa kebudayaan yang berkembang di dalam waktu dan tempat yang berbeda-beda tersebut
tengah masyarakat Kota Pariaman, salah satunya masih berada dalam ruang lingkup kebudayaan yang
yaitu Orkes Gambus yang berada di Kecamatan sama (Kusen, 1985: 82). Artinya lingkungan budaya
Kampuang Pondok. Dalam mengikuti perkembangan tempat tinggal seniman mempengaruhi cara pandang
teknologi intrumen musik yang lebih mendukung seniman dalam menyikapi sebuah kesenian atau
untuk kebutuhan yang bisa mempermudah dalam pertunjukan seni, seperti dalam seni pertunjukan
menyajikan lagu-lagu yang berirama Padang Pasir. Orkes Gambus di Kota Pariaman sebelumnya. Yang
Sehingga musik gambus ini tetap bisa dinikmati dimana, dengan hidup dan populernya musik gambus
dalam bentuk pertunjukan yang baru. yang terdahulu di tengah masyarakat Pariaman
dengan banyaknya penikmat musik gambus ini
1. Faktor yang mempengaruhi perubahan Orkes sehingga adanya suatu tindakan dari pelaku seni
Gambus di Kota Pariaman. tersebut untuk dapat melestarikan musik gambus ini
sampai sekarang, dengan proses yang panjang dan
70
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)
71
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)
yang ditampilkan bukanlah suatu yang biasa dan musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau
bersifat keseharian, tetapi bersifat luar biasa atau struktur dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
telah mengalami perestorasian atau perbaikan
perilaku keseharian. Struktur pertunjukan Orkes SIMPULAN
Gambus Al-Hidayah dibagi menjadi tiga tahap. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Orkes
Pertama persiapan, kedua pertunjukan, dan ketiga Gambus di Kota Pariaman tidak hadir begitu saja di
aftermath (Schechner dalam Asril 2016: 155). masyarakat, tetapi mengalami proses akulturasi yang
Persiapan meliputi pemusik mempersiapkan diri panjang yang diperkirakan berasal dari musik-musik
untuk latihan, sedangkan penonton mempersiapkan bercirikan Islam yang ada sebelumnya musik gambus
diri untuk menonton pertunjukan Orkes Gambus Al- di Indonesia dimulai sejak abad ke-19 bersama
Hidayah. Pertunjukan merupakan peristiwa pemusik dengan kedatangan para imigran Arab dari
Orkes Gambus Al-Hidayah melakukan pementasan Hadramaut, Yaman Selatan ke Nusantara. Kendati
dan penonton menyaksikan pertunjukan Orkes awalnya gambus merupakan sarana dakwah kaum
Gambus Al-Hidayah. Aftermath meliputi istirahat imigran, seiring sejalannya musik gambus
pemusik Orkes Gambus Al-Hidayah setelah usai berkembang menjadi sarana hiburan. Tidak heran
bermain musik, serta membereskan peralatan dan pada 1940-an sampai 1960-an sebelum muncul
instrument musik grup Orkes Gambus Al-Hidayah. musik Melayu atau yang lebih dikenal musik
dangdut, gambus merupakan sajian yang hampir
a. Persiapan tidak pernah ketinggalan dalam pesta-pesta
Persiapan pertunjukan Orkes Gambus Al-Hidayah perkawinan dan khitanan. Karena mempunyai
meliputi mempersiapkan instrument mereka masing- elemen-elemen musikal yang sama, seperti bass
masing beserta pengeras suara yang telah disediakan. betot, biola, seruling, maracas yang di gunakan oleh
Setelah semua instrumen musik keyboard, biola, U‟d grup musik gambus di Kota Pariaman dahulunya
atau oud, seruling, dipersiapkan oleh para pemain sekitar tahun 1960-an. Orkes Gambus itu sendiri
musik tersebut sesuai kebutuhan pertunjukan Orkes mengalami proses dekulturasi, yaitu mengambil
Gambus Al-Hidayah. Dalam mempersiapkan unsur-unsur baru dari kebudayann yang baru yang
penampilan menjelang pertunjukan biasanya para timbul karena perubahan situasi yang baru, seperti
pemain, terlebih dahulu menguasai materi-materi halnya grup-grup Orekse Gambus yang populer pada
lagu yang akan disajikan dalam pertunjukan era 2000-an. Pada proses dekulturasi musik gambus
nantinya. mengalami perubahanpada kebudayaan musik dan
Dalam setiap pertunjukan para pemain-pemain musik perubahan elemen-elemen musikalnya, baik
ini tidak banyak mengalami kendala dalam pada komposisi musiknya maupun pada bentuk
mengiringi musik gambus, dikarnakan pengalaman penyajiannya.
pemusik ini sudah terlatih dalam berkesenian musik
gambus, Sebelum pementasan, latihan merupakan DAFTAR PUSTAKA
hal yang wajib dilakukan oleh para kelompok musik Asril. 2016. “Tabuik: Pertunjukan Budaya Hibrid
Orkes Gambus Al-Hidayah di Kota Pariaman, karena Masyarakat Kota Pariaman Sumatera Barat”.
mereka harus benar-benar menguasai materi dari Disertasi. Yogyakarta: ISI.
musik yang akan dibawakannya (Lina Marni,
wawancara tanggal 03 November 2018, di Arifin, Zainal. 2012. “Fungsi Gambus dalam Musik
Pariaman). Melayu Deli di Sumatera Utara”, Grenek
Menurut Hidayat yang merupakan pemain keyboard Musik Journal, Vol. 1. Universitas Medan.
dalam Orkes Gambus Al-Hidayah ini menyatakan
bahwa fsik dan mental dari pemain musik Orkes Arzul. 2001. “Gambus Melayu Riau di Kota
Gambus Al-Hidayah juga harus mereka persiapkan Pekanbaru dari Atas Perahu ke Pentas Seni
agar saat di panggung atau saat pentas mereka dapat Pertunjukan”. Tesis. Program Pascasarjana
berekspresi secara sempurna. Meskipun demikian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
terdapat hambatan-hambatan dalam mereka
berekspresi saat mereka mementaskan musik mereka, Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta:
baik dari dalam ataupun dari luar diri mereka sendiri. Kanisius.
Seperti yang dikemukakan oleh Jamalus (Jamalus,
1988: 1), bahwa musik adalah suatu hasil karya Hajizar,1995. “Seni Pertunjukan Rabab
seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi Minangkabau”, Rabab Pariaman, Rabab
komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan Darek, Rabab Pasisia, dan Rabab Badoi”.
perasaan penciptanya melalui unsur-unsur Surakarta: Masyarakat Seni Perttunjukan
Indonesia.
72
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)
Kasmizal, 2010. Berbagai Versi Sejarah Tentang, Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat
Tabuik Piaman: Majalah Tabuik. Indonesia, Perspektif Antropologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keesing, Roger M. 1999. Antropologi Budaya, Suatu
Perspektif Kontemporer. Jilid 1. Alih Bahasa Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi.
Samuel Gunawan. Jakarta: Erlangga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Eknomi
UI.
Kodiran. 1998. “Akulturasi sebagai Mekanisme
Perubahan Kebudayaan”, dalam Jurnal Susetyo, Bagus. 2005. “Perubahan Musik Rebana
Humaniora, Vol. 8. Fakultas Sastra menjadi Kasidah Modern di Semarang
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. sebagai suatu Proses Dekulturasi dalam
Musik Indonesia”, Harmonia, Jurnal
Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, Vol. 6.
II. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Universitas Negeri Semarang.
Kumbara, Hendra. 2013. “Bentuk Ekspresi Musikal Sriwulan, Wilma. 1999. “Salawaik Dulang Seni
Kesenian Musik Gambus El-Mata di Bernafaskan Islam salah satu Ekspresi
Pekalongan”. Skripsi. Universitas Semarang. Budaya Masyarakat Minangkabau (Perubahan
dan Kontiunitas)”. Universitas Gadjah Mada
Maleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Yogyakarta
Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosda Karya. Website:
(http://didit-pekiringan.blogspot.com/2013/10/musik-
Mukarram, Alfathul. 2017. “Identitas Budaya Musik timur tengah-apresiasi-musik-asia.html// Diakses
Gambus Di Palembang”, dalam Imaji, Jurnal pada tanggal 19 September 2018, pukul 20.18).
Seni dan Pendidikan Seni, Vol. 15.
Universitas Negeri Semarang. (https://id.wikipedia.org/wiki/ Struktur_lagu, di
download 16 November 2018, 13.56).
Musmal. 2010. Gambus Citra Budaya Melayu.
Bandung: Remaja Rosdakarya. https://www.google.com/search?q=sejarah+&ie=utf-
8&oe=utf 8&client =firefox-b, di download 16
Nursyirwan, 2011. „‟ Varian Teknik Penalaan November 2018, 13.56).
Talempong di Minangkabau‟‟. Disertasi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. (http://didit-pekiringan.blogspot.com/2013/10/musik-
timur tengah-apresiasi-musik-asia.html//, diakses 19
Pulukadang, Mimy Astuty. 2009. “Perubahan Musik September 2018, pukul 20.18 WIB).
Gorontalo: Gambus dan Polopalo Menjadi
Tipotumba”, Dewa Ruci, Jurnal pengkajian
dan penciptaan seni, Vol. 6, No. 1. ISI
Surakarta.
73