You are on page 1of 7

JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)

JURNAL SENI MUSIK


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsm

DEKULTURASI BENTUK SENI PERTUNJUKAN


ORKES GAMBUS DI KOTA PARIAMAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
Imran Abdoel Gani, Wilma Sriwulan, Asril
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Info Artikel Abstrak


________________ Penelitian ini difokuskan pada perkembangan yang terjadi dalam music gambus di daerah Pariaman
Sejarah Artikel: sejak tahun 1960 hingga 2018. Banyak perubahan menarik lainnya yang terjadi pada perkembangan
Diterima Februari 2019 musik gambus di daerah ini. Kendati awalnya gambus merupakan sarana dakwah kaum imigran, seiring
Disetujui Maret 2019 sejalan gambus berkembang menjadi sarana hiburan. Pada tahun 1970, Orkes Gambus Nur El-Surayya
Dipublikasikan Juni 2019 mengadakan konser dalam rangka pekan budaya di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Pertunjukan Orkes Gambus Nur El-Surayya saat itu sangat mendapat sambutan bagi masyarakat Padang
________________
Pariaman. Beberapa tahun sebelum kedatangan Orkes Gambus Nur El-Surayya ke Kabupaten Padang
Kata Kunci
Pariaman, di daerah ini telah berdiri beberapa kelompok musik gambus yang cukup dikenal hingga saat
Musik Gambus,
ini, yaitu: Orkes Gambus Al Falah (1960-1980), Al Ihsan (1965-an), Nurul Hidayah (1974-an), dan Al
Perkembangan Musik
Hidayah (1995-sekarang). Alat music yang dipergunakan Orkes Gambus Al Falah pada saat ini adalah
Gambus, Dekulturasi.
alat music akustik seperti: biola, gambus (Ud), tamburin, bass tongkang/bass betot, dan maracas.
Keyword
Penelitian ini secara khusus mengkaji tentang “Dekulturasi Bentuk Seni Pertunjukan Orkes Gambus Di
Gambus Music,
Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat Kajian Musikologis” menggunakan metode penelitian
Development of Gambus
kualitatif. pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, observasi, wawancara,
Music, Deculturation
dokumentasi dan analisis data. Metode ini sebagai rancangan dalam mengungkap fenomena Orkes
._____________________
Gambus yang ada di Kota Pariaman.
Abstract
This study focused on developments that occurred in gambus music in the Pariaman area from 1960 to
2018. Many other interesting changes that occurred in the development of stringed music in this area.
Although initially gambus was a means of preaching immigrants, along with the gambus, it developed
into a means of entertainment. In 1970, Nur El-Surayya Gambus Orchestra held a concert in the context
of a cultural weekend in Padang Pariaman District, West Sumatra. Nur El-Surayya Gambus Orchestra
performances at that time were very welcome for the people of Padang Pariaman. Several years before
the arrival of the Nur El-Surayya Gambus Orchestra to Padang Pariaman Regency, in this area several
gambus music groups were established which are well known today, namely: Al Falah Gambus
Orchestra (1960-1980), Al Ihsan (1965) , Nurul Hidayah (1974), and Al Hidayah (1995-present). The
musical instrument used by the Al Falah Gambus Orchestra is currently an acoustic music instrument
such as: violin, gambus (Ud), tamburin, bass barge / betot bass, and maracas. This study specifically
examines the "Deculturation of the Forms of Performing Gambus Orchestra in the City of Pariaman,
Province of West Sumatra, Musicological Study" using qualitative research methods. data collection
used in this study are, observation, interviews, documentation and data analysis. This method is
designed to reveal the phenomenon of the Gambus Orchestra in Pariaman..

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Jurusan Pendidikan Sendratasik, FBS ISSN 2301-6744
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Email: usmanwafa@mail.unnes.ac.id

67
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)

PENDAHULUAN oud, biola, akordion, bass akustik, gitar akustik,


Musik gambus adalah satuan musik yang marawis, dan seruling. Orkes gambus tersebut dalam
menghadirkan alat musik gambus, khususnya penggarapan musiknya juga mendapat pengaruh dari
memainkan lagu-lagu Arab dan qasidah. Gambus budaya Arab, sebagaimana perkembangan orkes
Lute sebagai alat musik tradisional Arab banyak gambus lainnya di Indonesia. Kepopuleran Orkes
dikenal di Indonesia. Pasangan perlengkapannya Gambus Nur El-Surayya saat itu berdampak kepada
adalah harmonium, biola, gendang, dan suling (Pono musisi-musisi di daerah lain, seperti musisi-musisi
Banoe, 2003: 158). Musik gambus ini merupakan yang ada di Sumatera Barat (Lina Marni, wawancara
musik yang terikat oleh ajaran-ajaran agama, dimana tanggal 03 November 2018, di Pariaman).
isi dari syair atau lirik tiap bait lagunya mengandung Semenjak kedatangan Orkes Gambus Nur El-
perintah-perintah ajaran dari Tuhan dan membawa Surayya ke Kabupaten Padang Pariaman, maka
ajaran kebaikan. Syairnya menceritakan keagungan Orkes Gambus Al Falah juga terpengaruh dengan
Allah SWT, kebesaran Rasulnya, ajakan untuk lagu-lagu yang dinyanyikan Orkes Gambus Nur El-
beramal dan berjihad di jalan Allah SWT, serta Surayya. Beberapa repertoar Orkes Gambus Nur El-
anjuran untuk menjalankan perintah Allah SWT dan Surayya juga menjadi bagian dalam pertunjukan
menjauhi larangannya. Oleh sebab itu jenis musik ini mereka, antara lain: Selimut Putih, Madah terakhir
dapat menimbulkan nuansa damai dan tenang bagi (Suara azan) (Lina Marni, wawancara tanggal 03
orang yang mendengarkannya. Andre Indrawan November 2018, di Pariaman).
dalam tulisannya menyebutkan bahwa ciri-ciri musik Beberapa tahun sebelum kedatangan Orkes
gambus adalah menyampaikan nasihat tertentu, Gambus Nur El-Surayya ke Kabupaten Padang
terutama nasehat-nasehat di bidang keagamaan Pariaman, di daerah ini telah berdiri beberapa
(Andre Indrawan 2012: 1). kelompok musik gambus yang cukup dikenal hingga
Musik gambus biasanya kental dengan unsur saat ini, yaitu: Orkes Gambus Al Falah (1960-1980),
“irama” Padang Pasir, adalah musik bernafaskan Al Ihsan (1965-an), Nurul Hidayah (1974-an), dan
Islam yang alur nada dan melodinya berakar atau Al Hidayah (1995-sekarang) (Lina Marni,
berorientasi pada lagu Timur Tengah. Jenis musik ini wawancara tanggal 03 November 2018, di
berkembang di kawasan Timur Tengah yaitu di Pariaman).
Negara Arab dan sekitarnya, Kuwait, Mesir, Irak Penelitian ini difokuskan pada perkembangan
(http://didit pekiringan.blogspot.com/2013/10/musik- yang terjadi dalam music gambus di daerah
timur tengah-apresiasi-musik-asia.html//, diakses 19 Pariaman sejak tahun 1960 hingga 2018. Banyak
September 2018, pukul 20.18 WIB). perubahan menarik lainnya yang terjadi pada
Perkembangan musik gambus di Indonesia perkembangan music gambus di daerah ini. Asumsi
dimulai sejak abad ke-19 bersama dengan sementara memperlihatkan bahwa telah terjadi
kedatangan para imigran Arab dari Hadramaut, proses dekulturasi budaya pada Orkes-orkes Gambus
Yaman Selatan ke Nusantara. Kendati awalnya di Kota Pariaman Saat sekarang ini, adalah proses
gambus merupakan sarana dakwah kaum imigran, perubahan kebudayaan akibat berbaurnya dua
seiring sejalan gambus berkembang menjadi sarana budaya yang berbeda dan menyebabkan ada bagian
hiburan. Tidak heran pada 1940-an sampai 1960-an substansial dari salah satu kebudayaan yang mungkin
sebelum muncul musik Melayu atau yang lebih hilang (Willam A. Haviland 1985:263).
dikenal musik dangdut, gambus merupakan sajian Dekulturasi adalah perubahan kebudayaan yang
yang hampir tidak pernah ketinggalan dalam pesta- merupakan bagian dari akulturasi (acculturation),
pesta perkawinan dan khitanan. Gambus bisa adalah perubahan budaya yang disebabkan oleh
dibilang sebagai cikal bakal dari musik dangdut yang kontak antar masyarakat; paling sering digunakan
sekarang telah menjadi konsumsi pencinta musik, untuk menunjuk adaptasi masyarakat-masyarakat
tidak hanya di level menengah dan bawah, tapi sudah tribal yang berada di bawah dominasi masyarakat
merasuki kalangan level atas (dwicahya dalam Barat (Keesing, 1999: 245). Istilah akulturasi juga
https://www.dictio.id/t/bagaimana-perkembangan- dijelaskan oleh Koentjaraningrat, bahwa akulturasi
musik-gambus- di-indonesia/27360, diakses tanggal (acculturation; culture contact), merupakan istilah
17 Desember 2018, pukul 14.29). yang dalam antropologi mempunyai beberapa
Musik bernuansa Islami ini kemudian makna. Semua ini menyangkut dengan konsep
berkembang di berbagai wilayah di Indonesia dengan proses sosial yang timbul apabila sekelompok
munculnya orkes-orkes gambus yang ada di manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
beberapa wilayah seperti di Sumatera dan Jawa. Pada dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan
tahun 1964, di Sumatera Utara berdiri orkes gambus asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun
yang cukup populer, yaitu Orkes Gambus El- diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa
Surayya. Lagu-lagu yang sering disajikan oleh orkes menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
gambus ini bernuansa irama Padang Pasir. Alat-alat Sementara itu, William A Haviland juga
musik yang dipakai pada saat itu adalah u‟d atau menjelaskan bahwa akulturasi terjadi bila kelompok-

68
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)

kelompok individu yang memiliki kebudayaan kunci yang masih aktif dalam kesenian yang diteliti,
berbeda saling berhubungan secara langsung dengan dan mampu memaparkan perkembangan seni
intensif, sehingga kemudian menimbulkan pertunjukan Orkes Gambus. Dalam hal ini adalah
perubahan-perubahan besar pada pola kebudayaan bapak Hidayat. (2) Informan kunci yang masih aktif
dari salah satu atau kedua kebudayaan yang berkesenian musik gambus, dalam hal ini adalah ibu
bersangkutan (Haviland, 1993: 263). Lina Marni. (3) informan selajutnya Bapak Edi Patri,
Proses akulturasi ini dapat diuraikan dalam beliau merupakan anak dari Bapak Mansur, pendiri
beberapa istilah, di antaranya adalah dekulturasi. Orkes gambus Al-Falah. Dari keterangan beliau,
Dekulturasi Haviland, adalah dimana bagian dari peneliti mendapatkan sumber data lisan yang
substansial dari kebudayaan mungkin hilang— mengungkap latar belakang berdirinya Orkes
hilangnya bagian penting sebuah kebudayaan Gambus Al-Falah.
(Haviland, 1993: 263). Kodiran juga menjelaskan Penelitian kualitatif mencakup penggunaan
bahwa dekulturasi (deculturation) adalah tumbuhnya subjek yang dikaji dari kumpulan berbagai data
unsure-unsur kebudayaan yang baru untuk empiris , pengalaman pribadi, introspeksi, perjalanan
memenuhi berbagai kebutuhan baru yang timbul hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan,
karena perubahan situasi—dan hasil dari dekulturasi historis, interaksional, dan visual yang
ini menimbulkan perubahan kebudayaan (Humaniora menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan
No.8, Juni-Agustus, 1998). problematika dalam kehidupan seseorang. Hal ini
Inti dari proses dekulturasi seperti yang berarti bahwa pengkaji dalam kualitatif harus
dijelaskan oleh para pakar antropologi di atas, mempelajari objek yang diteliti dengan konteks
memperlihatkan bahwa dekulturasi menyebabkan alaminya/naturalistik, dan berupaya untuk
perubahan kebudayaan, dan perubahan tersebut dapat memahami, menafsirkan fenomena dari sisi makna
menghilangkan bagian penting dalam salah satu atau yang dilekatkan masyarakat kepadanya.
kedua kebudayaan. Proses dekulturasi ini akan digali
pada seni pertunjukan Orkes Gambus di Kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Terutama untuk Jenis-jenis musik bercirikan Islami ini diperkirakan
menjawab permasalahan bagaimana bentuk kehadirannya di Nusantara bersamaan dengan
dekulturasi seni pertunjukan Orkes Gambus di Kota kehadiran Islam di Pulau Sumatera yang dibawa oleh
Pariaman, dan mengapa dekulturasi terjadi pada orang-orang Arab pada abad ke-20 (Musmal, 2010:
Orkes Gambus yang ada pada saat sekarang ini. 2). Bentuk-bentuk seni pertunjukan musik gambus
METODE ini masih bersifat ansambel musik akustik, kemudian
Penelitian ini secara umum mengkaji tentang berkembang dalam kurun waktu yang lama
salah satu perkembangan musik yang ada di Kota cenderung untuk membentuk bentuk style
Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Pengkajian yang pertunjukan yang lebih kompleks dan mengalami
di khususkan pada bentuk seni pertunjukan Orkes proses akulturasi antar sesamanya. Akulturasi yang
Gambus di Kota Pariaman sebagai bentuk bersifat lokal dan berpengaruh dari kebudayaan
dekulturasi.Memakai pendekatan dari berbagai Arab, serta proses yang panjang, maka diperkirakan
disiplin ilmu pengetahuan.Dapat dikatakan pula terbentuknya Orkes Gambus klasik, menjadi Orkes
bahwa penelitian ini merupakan penelitian berbentuk Gambus modren disebabkan oleh dua hal pokok
kualitatif. Ditulis oleh viktor Ganap dalam yaitu Karena mempunyai elemen-elemen musikal
disertasinya, bahwa penelitian kualitatif dengan yang sama, terutama adanya instrumen Ud atau Oud,
sendirinya menggunakan berbagai sumber data yang (Bagus Susetyo, 2005: 2).
dapat diperoleh melalui sumber tertulis berupa buku, Menurut Kodiron (1988: 90) dekulturasi adalah
artikel, dan partitur. Nursyirwan menguatkan bahwa tumbuhnya unsur kebudayaan yang baru untuk
pencarian terhadap sumber tertulis lebih memenuhi kebutuhan baru, yang timbul karena
dimaksudkan agar tidak terjadi penduplikasian pada perubahan situasi. Seni pertunjukan Orkes Gambus
objek yang sama. Sumber lainnya adalah secara yang berirama Padang Pasir adalah jenis seni
lisan, seperti hasil wawancara dengan narasumber. pertunjukan yang berirama Padang Pasir berasal dari
Sumber lisan ini membantu mengungkapkan bukti- tradisi budaya Timur Tengah seperti Mesir, Yaman.
bukti sacara alami sesuai dengan keadaan yang karena berakulturasi secara lokal dan budaya Timur
sebenarnya. Merujuk metode sebelumnya, maka Tengah. Kemudian dalam kurun waktu yang panjang
tahapan selanjutnya yang mesti dilakukan adalah Orkes Gambus mengalami proses dekulturasi yaitu
teknis dari penelitian. Langkah pertama yang mesti mengalami perubahan pada elemen-elemen
dilakukan adalah observasi lapangan. Observasi awal musikalnya untuk memenuhi kebutuhan penyajian
mencari beberapa orang informan kunci. Nursyirwan yang baru karena situasi yang baru, maka
menggolongkan ada tiga kategori kunci (1) Informan terbentuklah Orkes-orkes Gambus yang ada di Kota

69
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)

Pariaman Pada saat sekarang ini. Teori-teori Perubahan yang terjadi diakibatkan faktor-faktor
antropologi diatas memang sesuai apa yang terjadi internal yang tumbuh dalam masyarakat pendukung
pada Orkes-orkes Gambus yang ada di Kota itu sendiri atau akibat pengaruh yang datang dari luar
Pariaman untuk itu. masyarakat (Sjafri Sairin, 2002: 6-7). Sebagian dari
Khusus di Kota Pariaman, musik irama Padang Pasir faktor perubahan seni pertunjukan Orkes Gambus itu
sudah banyak yang ditemukan menggunakan karena ada gagasan baru atau juga karena pengaruh
keyboard, sebagai pengganti alat musik yang pengembangan pola pikir serta perilaku masyarakat
dominan. Fungsi tamborin, tiva, marakas, dan bass pendukungnya yang selalu tidak puas dengan apa
betot/bass tongkang sudah digantikan secara yang telah ada (Mimy Astuty Pulukadang, 2009: 93)
permanen oleh alat musik keyboard. Walaupun Dalam perkembangan Orkes Gambus di Pariaman
dalam pertujukan musik gambus masih adanya suatu perubahan style pertunjukan Orkes
menggunakan alat musik biola, U‟d atau oud, dan Gambus dalam mengembangkan musik gambus di
seruling. namun peran alat musik tersebut dalam hal Pariaman yang bersumber dari luar masyarakat
ini hanya sebagai tambahan saja, dan tidak antara lain.
mempengaruhi pola musik yang sudah terprogram a. Teknologi
melalui keyboard. Dengan kenyataan ini, jelaslah Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi,
bahwa musik gambus telah mengalami apa yang hal ini memberi dampak terhadap musik gambus
disebut dengan perubahan pada bentuk penyajiannya, yang ada di Kota Pariaman. Penambahan peralatan,
karena sudah menjadikan keyboard yang bisa jelas menjadi titik sentral pembentukan musik
difungsikan untuk menggantikan peran semua alat gambus, penambahan yang merupakan akulturasi
musik. dengan musik Barat, yaitu berupa alat seperti:
Dekulturasi yang terjadi dalam pertunjukan Orkes- keyboard, yang nantinya akan mengalami dekulturasi
orkes Gambus yang ada di Kota Pariaman, dapat seni pertunjukan pada elemen musikalnya. tapi perlu
disejajarkan dengan perubahan sosial, karena Orkes- ada yang dicatat bahwa dengan peralatan tersebut,
orkes Gambus ini hidup dan berkembang dalam jenis alat-alat bercirikan Islam ini tidak lantas
konteks sosial budaya masyarakat pendukungnya. dihilangkan, jadi ada semacam ciri yang
Artinya, terjadinya dekulturasi pada Orkes-orkes dipertahankan. Beberapa peralatan yang tetap
Gambus di Kota Pariaman merupakan bagian yang dipertahankan atau sebagai ciri musik gambus yang
tidak terpisahkan dari perubahan sosial, ekonomi, utama adalah U‟d atau oud, suling (bambu) dan
dan budaya masyarakat pendukungnya. biola, sebagian alat-alat inipun merupakan akulturasi
Proses sosial pada dasarnya adalah pengaruh timbal- atau alat yang datangnya dari pengaruh bangsa Arab.
balik antara berbagai bidang dalam kehidupan Faktor lainnya dimana dalam penggunaan keyboard
bersama di tengah masyarakat. Kehidupan bersama sendiri lebih mempermudah mengatur tempo, beat,
dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang genre musik, bunyi alat-alat musik yang diinginkan,
saling membutuhkan dan ketergantungan antara satu dalam hal ini sesuai dengan keinginan pemain
sama lainnya. Salah satu dari aspek kehidupan yang keyboard sendiri maupun penyanyi ataupun yang
dimaksud adalah kebudayaan. kebudayaan ingin berpartisipasi dalam pertunjukan tersebut
merupakan tatanan dari kehidupan yang berisikan seperti penonton yang ingin menyanyi.
aturan, nilai, dan norma-norma untuk mengatur pola b. Ruang, Waktu, dan Kebudayaan
kehidupan masyarakat pendukungnya (Suerjono Secara teoritis dapat ditetapkan bahwa perbedaan
Soekanto, 1986: 35). Dari beberapa kebudayaan yang ruang dan waktu dapat menyebabkan perubahan-
berkembang di tengah masyarakat Kota Pariaman, perubahan yang dinamis terhadap kebudayaan yang
salah satunya yaitu Orkes Gambus. ada di masyarakat, walaupun masyarakat yang hidup
Dari beberapa kebudayaan yang berkembang di dalam waktu dan tempat yang berbeda-beda tersebut
tengah masyarakat Kota Pariaman, salah satunya masih berada dalam ruang lingkup kebudayaan yang
yaitu Orkes Gambus yang berada di Kecamatan sama (Kusen, 1985: 82). Artinya lingkungan budaya
Kampuang Pondok. Dalam mengikuti perkembangan tempat tinggal seniman mempengaruhi cara pandang
teknologi intrumen musik yang lebih mendukung seniman dalam menyikapi sebuah kesenian atau
untuk kebutuhan yang bisa mempermudah dalam pertunjukan seni, seperti dalam seni pertunjukan
menyajikan lagu-lagu yang berirama Padang Pasir. Orkes Gambus di Kota Pariaman sebelumnya. Yang
Sehingga musik gambus ini tetap bisa dinikmati dimana, dengan hidup dan populernya musik gambus
dalam bentuk pertunjukan yang baru. yang terdahulu di tengah masyarakat Pariaman
dengan banyaknya penikmat musik gambus ini
1. Faktor yang mempengaruhi perubahan Orkes sehingga adanya suatu tindakan dari pelaku seni
Gambus di Kota Pariaman. tersebut untuk dapat melestarikan musik gambus ini
sampai sekarang, dengan proses yang panjang dan

70
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)

dengan perkembangan teknologi, tentunya adanya


suatu kreatifitas pelaku seni tersebut untuk Pertunjukan Orkes Gambus Al-Hidayah
menyesuaikan dengan perkembang zaman, Dalam pertunjukan Orkes Gambus Al-Hidayah
sehingganya di pada saat sekarang ini grup-grup penyanyi menggunakan pakaian yang sopan , artinya
musik gambus dengan sendiri lebih mendominanasi pakaian yang digunakan saat pertunjukan tidak
memakai alat musik modren seperti keyboard. memperlihatkan aurat bagi penyanyi perempuan dan
Ataupun dari segi style, tentunya di sesuai dengan memakai pakaian yang rapi untuk personil yang laki-
perkembangan zaman dan mengikuti selera laki.Dengan kemajuan teknologi saat ini
masyarakat sekarang ini. dimanfaatkan oleh para seniman dari Orkes Gambus
Al-Hidayah, yaitu dengan memakai keyboard dan
Pertunjukan Orkes Gambus Al-Hidayah mengkolaborasikan dengan instrument musik biola,
Dalam pertunjukan Orkes Gambus Al-Hidayah U‟d atau oud, dan seruling kedalam pertunjukan
penyanyi menggunakan pakaian yang sopan , artinya musik Orkes Gambus Al-Hidayah, tentunya nuansa
pakaian yang digunakan saat pertunjukan tidak musik Orkes Gambus Al-Hidayah ini sangat berbeda
memperlihatkan aurat bagi penyanyi perempuan dan dibandingkan pertunjukan Orkes Gambus yang
memakai pakaian yang rapi untuk personil yang laki- original yang ada di Kota Pariaman saat itu.
laki. Lagu-lagu yang dimainkan dalam pertunjukan Orkes
Dengan kemajuan teknologi saat ini dimanfaatkan Gambus Al-Hidayah lagu yang berirama Padang
oleh para seniman dari Orkes Gambus Al-Hidayah, Pasir seperti Selimut Putih, Ramaikan Masjid, dan
yaitu dengan memakai keyboard dan lain-lain. Selain memainkan lagu yang berirama
mengkolaborasikan dengan instrument musik biola, Padang Pasir grup Orkes Gambus Al-Hidayah dalam
U‟d atau oud, dan seruling kedalam pertunjukan pertunjukannya juga memainkan lagu-lagu yaitu pop
musik Orkes Gambus Al-Hidayah, tentunya nuansa minang, dangdut dan lagu lainnya, dimainkan dengan
musik Orkes Gambus Al-Hidayah ini sangat berbeda menggunakan keyboard saja, adapun lagu-lagu yang
dibandingkan pertunjukan Orkes Gambus yang dimainkan di luar dari lagu-lagu yang berirama
original yang ada di Kota Pariaman saat itu. Padang Pasir seperti pop minang, dangdut dan lagu
Lagu-lagu yang dimainkan dalam pertunjukan Orkes lainnya, hanya merupakan selingan saja.
Gambus Al-Hidayah lagu yang berirama Padang Adapun kebutuhan yang digunakan musik Orkes
Pasir seperti Selimut Putih, Ramaikan Masjid, dan Gambus Al-Hidayah saat pertunjukan sebagai
lain-lain. Selain memainkan lagu yang berirama berikut.
Padang Pasir grup Orkes Gambus Al-Hidayah dalam
pertunjukannya juga memainkan lagu-lagu yaitu pop a. Instrumen Musik
minang, dangdut dan lagu lainnya, dimainkan dengan Instrumen musik yang diguunakan terdiri dari:
menggunakan keyboard saja, adapun lagu-lagu yang keyboard, Biola, Seruling, U‟d atau oud.
dimainkan di luar dari lagu-lagu yang berirama
Padang Pasir seperti pop minang, dangdut dan lagu b. Pengeras Suara atau Sound System
lainnya, hanya merupakan selingan saja. Dalam melakukan pertunjukan musik gambus, grup
Adapun kebutuhan yang digunakan musik Orkes Orkes Gambus Al-Hidayah ini menggunakan
Gambus Al-Hidayah saat pertunjukan sebagai pengeras suara yaitu sound system yang terdiri dari:
berikut. Speaker (Subwofer, Middle dan High), Crosover
Aktif, Audio Mixer, dan Microphone.
a. Instrumen Musik
Instrumen musik yang diguunakan terdiri dari: c. Pemusik
keyboard, Biola, Seruling, U‟d atau oud. Pemusik terdiri dari lima orang personil, diantaranya
b. Pengeras Suara atau Sound System sebagai berikut. Pemain musik keyboard yaitu
Dalam melakukan pertunjukan musik gambus, grup Hidayat, Pemain biola Zubir Zein, Pemain musik
Orkes Gambus Al-Hidayah ini menggunakan U‟d atau out M.Juned, Pemain musik seruling Andi
pengeras suara yaitu sound system yang terdiri dari: Tahar, Lina marni sebagai vokal.
Speaker (Subwofer, Middle dan High), Crosover Struktur Pertunjukan Orkes Gambus Al-Hidayah
Aktif, Audio Mixer, dan Microphone. Pertunjukan menurut Schechner merupakan tindakan
yang dikerangkakan, disajikan atau dipertontonkan
c. Pemusik untuk orang lain, dan tindakan-tindakan itu
Pemusik terdiri dari lima orang personil, diantaranya merupakan gagasan yang mendasari dari
sebagai berikut. Pemain musik keyboard yaitu pertunjukan. Tindakan atau wujud perilaku yang
Hidayat, Pemain biola Zubir Zein, Pemain musik disajikan dalam pertunjukan merupakan kualitas
U‟d atau out perilaku yang diperbaiki atau direstorasi. Artinya,

71
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)

yang ditampilkan bukanlah suatu yang biasa dan musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau
bersifat keseharian, tetapi bersifat luar biasa atau struktur dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
telah mengalami perestorasian atau perbaikan
perilaku keseharian. Struktur pertunjukan Orkes SIMPULAN
Gambus Al-Hidayah dibagi menjadi tiga tahap. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Orkes
Pertama persiapan, kedua pertunjukan, dan ketiga Gambus di Kota Pariaman tidak hadir begitu saja di
aftermath (Schechner dalam Asril 2016: 155). masyarakat, tetapi mengalami proses akulturasi yang
Persiapan meliputi pemusik mempersiapkan diri panjang yang diperkirakan berasal dari musik-musik
untuk latihan, sedangkan penonton mempersiapkan bercirikan Islam yang ada sebelumnya musik gambus
diri untuk menonton pertunjukan Orkes Gambus Al- di Indonesia dimulai sejak abad ke-19 bersama
Hidayah. Pertunjukan merupakan peristiwa pemusik dengan kedatangan para imigran Arab dari
Orkes Gambus Al-Hidayah melakukan pementasan Hadramaut, Yaman Selatan ke Nusantara. Kendati
dan penonton menyaksikan pertunjukan Orkes awalnya gambus merupakan sarana dakwah kaum
Gambus Al-Hidayah. Aftermath meliputi istirahat imigran, seiring sejalannya musik gambus
pemusik Orkes Gambus Al-Hidayah setelah usai berkembang menjadi sarana hiburan. Tidak heran
bermain musik, serta membereskan peralatan dan pada 1940-an sampai 1960-an sebelum muncul
instrument musik grup Orkes Gambus Al-Hidayah. musik Melayu atau yang lebih dikenal musik
dangdut, gambus merupakan sajian yang hampir
a. Persiapan tidak pernah ketinggalan dalam pesta-pesta
Persiapan pertunjukan Orkes Gambus Al-Hidayah perkawinan dan khitanan. Karena mempunyai
meliputi mempersiapkan instrument mereka masing- elemen-elemen musikal yang sama, seperti bass
masing beserta pengeras suara yang telah disediakan. betot, biola, seruling, maracas yang di gunakan oleh
Setelah semua instrumen musik keyboard, biola, U‟d grup musik gambus di Kota Pariaman dahulunya
atau oud, seruling, dipersiapkan oleh para pemain sekitar tahun 1960-an. Orkes Gambus itu sendiri
musik tersebut sesuai kebutuhan pertunjukan Orkes mengalami proses dekulturasi, yaitu mengambil
Gambus Al-Hidayah. Dalam mempersiapkan unsur-unsur baru dari kebudayann yang baru yang
penampilan menjelang pertunjukan biasanya para timbul karena perubahan situasi yang baru, seperti
pemain, terlebih dahulu menguasai materi-materi halnya grup-grup Orekse Gambus yang populer pada
lagu yang akan disajikan dalam pertunjukan era 2000-an. Pada proses dekulturasi musik gambus
nantinya. mengalami perubahanpada kebudayaan musik dan
Dalam setiap pertunjukan para pemain-pemain musik perubahan elemen-elemen musikalnya, baik
ini tidak banyak mengalami kendala dalam pada komposisi musiknya maupun pada bentuk
mengiringi musik gambus, dikarnakan pengalaman penyajiannya.
pemusik ini sudah terlatih dalam berkesenian musik
gambus, Sebelum pementasan, latihan merupakan DAFTAR PUSTAKA
hal yang wajib dilakukan oleh para kelompok musik Asril. 2016. “Tabuik: Pertunjukan Budaya Hibrid
Orkes Gambus Al-Hidayah di Kota Pariaman, karena Masyarakat Kota Pariaman Sumatera Barat”.
mereka harus benar-benar menguasai materi dari Disertasi. Yogyakarta: ISI.
musik yang akan dibawakannya (Lina Marni,
wawancara tanggal 03 November 2018, di Arifin, Zainal. 2012. “Fungsi Gambus dalam Musik
Pariaman). Melayu Deli di Sumatera Utara”, Grenek
Menurut Hidayat yang merupakan pemain keyboard Musik Journal, Vol. 1. Universitas Medan.
dalam Orkes Gambus Al-Hidayah ini menyatakan
bahwa fsik dan mental dari pemain musik Orkes Arzul. 2001. “Gambus Melayu Riau di Kota
Gambus Al-Hidayah juga harus mereka persiapkan Pekanbaru dari Atas Perahu ke Pentas Seni
agar saat di panggung atau saat pentas mereka dapat Pertunjukan”. Tesis. Program Pascasarjana
berekspresi secara sempurna. Meskipun demikian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
terdapat hambatan-hambatan dalam mereka
berekspresi saat mereka mementaskan musik mereka, Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta:
baik dari dalam ataupun dari luar diri mereka sendiri. Kanisius.
Seperti yang dikemukakan oleh Jamalus (Jamalus,
1988: 1), bahwa musik adalah suatu hasil karya Hajizar,1995. “Seni Pertunjukan Rabab
seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi Minangkabau”, Rabab Pariaman, Rabab
komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan Darek, Rabab Pasisia, dan Rabab Badoi”.
perasaan penciptanya melalui unsur-unsur Surakarta: Masyarakat Seni Perttunjukan
Indonesia.

72
Gani, Sriwulan, Asril JURNAL SENI MUSIK 8 (1) (2019)

Rupiyanto, Violano. 2017. “Karakteristik Permainan


Haviland, William A. 1993. Antropologi Jilid 2. Gambus Seoldang Dalam Musik Zapin Di
Diterjemahkan oleh R.G. Soekadijo. Jakarta: Kabupaten Siak Provinsi Riau, Kajian
Erlangga. Etnomusikologi”. Tesis. Program
Pascasarjana Institut Seni Indonesia
Indrawan, Andre. 2012. “Musik di Dunia Islam”, Padangpanjang.
dalam Tsaqafa, Jurnal Kajian Seni Budaya
Islam, Vol. 1. Institut Seni Indonesia Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif
Yogyakarta. Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Jamalus, 1988. Musik dan Praktek Perkembangan
Buku Sekolah Pendidikan Guru. Jakarta: CV. Soekanto, Suerjono. 1986. Sosiologi Suatu
Titik Terang. Pengantar, Jakarta: Rajawali Press.

Kasmizal, 2010. Berbagai Versi Sejarah Tentang, Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat
Tabuik Piaman: Majalah Tabuik. Indonesia, Perspektif Antropologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keesing, Roger M. 1999. Antropologi Budaya, Suatu
Perspektif Kontemporer. Jilid 1. Alih Bahasa Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi.
Samuel Gunawan. Jakarta: Erlangga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Eknomi
UI.
Kodiran. 1998. “Akulturasi sebagai Mekanisme
Perubahan Kebudayaan”, dalam Jurnal Susetyo, Bagus. 2005. “Perubahan Musik Rebana
Humaniora, Vol. 8. Fakultas Sastra menjadi Kasidah Modern di Semarang
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. sebagai suatu Proses Dekulturasi dalam
Musik Indonesia”, Harmonia, Jurnal
Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, Vol. 6.
II. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Universitas Negeri Semarang.

Kumbara, Hendra. 2013. “Bentuk Ekspresi Musikal Sriwulan, Wilma. 1999. “Salawaik Dulang Seni
Kesenian Musik Gambus El-Mata di Bernafaskan Islam salah satu Ekspresi
Pekalongan”. Skripsi. Universitas Semarang. Budaya Masyarakat Minangkabau (Perubahan
dan Kontiunitas)”. Universitas Gadjah Mada
Maleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Yogyakarta
Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosda Karya. Website:
(http://didit-pekiringan.blogspot.com/2013/10/musik-
Mukarram, Alfathul. 2017. “Identitas Budaya Musik timur tengah-apresiasi-musik-asia.html// Diakses
Gambus Di Palembang”, dalam Imaji, Jurnal pada tanggal 19 September 2018, pukul 20.18).
Seni dan Pendidikan Seni, Vol. 15.
Universitas Negeri Semarang. (https://id.wikipedia.org/wiki/ Struktur_lagu, di
download 16 November 2018, 13.56).
Musmal. 2010. Gambus Citra Budaya Melayu.
Bandung: Remaja Rosdakarya. https://www.google.com/search?q=sejarah+&ie=utf-
8&oe=utf 8&client =firefox-b, di download 16
Nursyirwan, 2011. „‟ Varian Teknik Penalaan November 2018, 13.56).
Talempong di Minangkabau‟‟. Disertasi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. (http://didit-pekiringan.blogspot.com/2013/10/musik-
timur tengah-apresiasi-musik-asia.html//, diakses 19
Pulukadang, Mimy Astuty. 2009. “Perubahan Musik September 2018, pukul 20.18 WIB).
Gorontalo: Gambus dan Polopalo Menjadi
Tipotumba”, Dewa Ruci, Jurnal pengkajian
dan penciptaan seni, Vol. 6, No. 1. ISI
Surakarta.

73

You might also like