You are on page 1of 24

AKAD ISTISHNA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syari’ah
Dosen Pengampu : Melia Wida Rahmayani S.E., M.AK.

Disusun Oleh :
Naufaldi Purnama 1906.1.0018
Riffani Mutiara R 19.06.1.0021
Hani Alawiyah 19.06.1.0030
Lia Amalia Kartika 19.06.1.0039

Kelas : Akuntansi A (VI)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Syari’ah pada Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Majalengka.
Penyusun menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, baik dalam segi materi maupun tata bahasa yang penyusun pergunakan.
Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif
untuk penyusunan makalah pada masa yang akan datang.
Semoga makalah yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
pada umumnya, dan bagi penyusun pada khususnya. Aamiin.

Talaga, 18 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Pengertian Istishna.............................................................................................3
2.2 Dasar Hukum Jual Beli Istishna’........................................................................4
2.3 Rukun dan Syarat Akad Istishna.........................................................................7
2.4 Transaksi Dalam Akad Istishna..........................................................................8
2.4.1 Jenis Transaksi...........................................................................................8
2.4.2 Harga Kesepakatan.....................................................................................9
2.4.3 Potongan, Penambahan, dan Denda............................................................9
2.4.4 Metode Pembayaran Transaksi.................................................................10
2.4.5 Spesifikasi Barang: Perjanjian Dan Pelaksanaan......................................10
2.4.6 Berakhirnya Akad Istishna.......................................................................11
2.5 Ketentuan Umum Akuntansi istishna...............................................................11
2.6 Ilustrasi Akuntansi Transaksi Akad Istishna.....................................................12
2.6.1 Jurnal Standar Istishna Biasa-Akuntansi Penjual.............................................12
2.6.2 Jurnal Standar Akuntansi Pembeli...................................................................14
2.6.3 Ilustrasi Akuntansi Transaksi Istishna.............................................................15
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan......................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akad istisna’ merupakan produk lembaga keuangan syariah, sehingga jual beli
ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah. Semua lembaga keuangan syariah
memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah, selain memberikan
keuntungan kepada produsen juga memberikan keuntungan pada konsumen atau
pemesan yang memesan barang. Sehingga lembaga keuangan syariah menjadi pihak
intermediasi dalam hal ini.
Dalam perkembangannya, ternyata akad istisna’ lebih mungkin banyak
digunakan di lembaga keuangan syariah dari pada salam. Hal ini di sebabkan karena
barang yang di pesan oleh nasabah atau konsumen lebih banyak barang yang belum
jadi dan perlu di buatkan terlebih dahulu dibandingkan dengan barang yang sudah
jadi. Secara sosiologis, barang yang sudah jadi telah banyak tersedia dipasaran,
sehingga tidak perlu di pesan terlebih dahulu pada saat hendak membelinya. Oleh
karena itu pembiayaan yang mengimplementasikan istisna’ menjadi salah satu
solusi untuk mengantisipasi masalah pengadaan barang yang belum tersedia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akad istishna?
2. Apa dasar hukum dalam jual beli menggunakan akad istishna?
3. Apa rukun dan syarat akad istishna?
4. Bagaimana transaksi menggunakan akad istishna?
5. Bagaimana ketentuan umum akuntansi akad istishna?
6. Bagaimana ilustrasi transaksi yang menggunakan akad istishna?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akad istishna.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dalam jual beli menggunakan akad istishna.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat akad istishna.
4. Untuk mengetahui ketentuan transaksi menggunakan akad istishna.
5. Untuk mengetahui ketentuan umum akuntansi akad istishna.
6. Untuk mengetahui ilustrasi transaksi yang menggunakan akad istishna.

2
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istishna


Lafal Istishna’ berasal dari kata shana’ah ( ‫ )صنع‬yang artinya membuat sesuatu.
Kemudian ditambah alif, sin dan ta’ menjadi Istishna’ ( ‫ )استصنع‬. Secara etimologi
Istishna’ artinya minta dibuatkan. Istishna adalah akad jual beli pemesanan
(mustashni) barang dengan spesifikasi tertentu sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
Dalam akad istishna pembeli memesan suatu produk industri atau produk
kerajinan tangan, dan penjual menyediakan barang atau produk yang sesuai dengan
spesifikasi pembeli. Pembayaran bisa dilakukan di muka atau menggunakan akan
kredit atau ditanggungkan sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
Menurut ulama fiqh istishna’ sama dengan salam dari segi objek pesanannya
yaitu sama-sama dipesan terlebih dahulu dengan ciri- ciri dan kriteria khusus,
sedangkan perbedaannya adalah jika salam pembayarannya dilakukan diawal
sekaligus sedangkan Istishna’ bisa dibayar di awal, angsuran dan bisa juga di akhir.
Terdapat dua hal yang harus menjadi pertimbangan pelaksanaan akad istishna.
Pertama, barang yang dijadikan objek akad belum tersedia. Kedua, istishna adalah
akad yang tidak mengikat kepada kedua belah pihak, setiap pihak memiliki hak pilih.
Artinya akad istishna tidak bersifat mengikat sebelum barang yang menjadi
kesepakatan dapat dilihat hasilnya oleh pembeli.
"Istishna adalah akad jual beli antara Al mustashni (pembeli) dan As shani
(produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Berdasarkan akad tersebut, pembeli
menugasi produsen untuk menyediakan Al mashnu (barang pesanan) sesuai
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati."
(DSAK, 2007)
Berdasarkan definisi tersebut maka terdapat 3 karakteristik utama transaksi istishna,
yaitu:
1. Merupakan transaksi jual beli barang; pihak yang terlibat adalah antara pembeli
dan penjual dalam artian yang sesungguhnya.
2. Berdasarkan pesanan;terdapat tenggang waktu antara akad jual beli dan
pengiriman barang pesanan.
3. Barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus yang menuntut penjual
memproduksi barang sesuai pesanan.
Akad Istishna’adalah akad yang menyerupai akad as-salam, karena bentuknya
menjual barang yang belum ada (ma’dum) dan sesuatu yang akan dibuat itu pada
akad ditetapkan dalam tanggungan pembuat sebagai penjual. Sebagai bentuk jual beli,
Istishna’ mirip dengan as-salam. Namun, ada beberapa perbedaan diantaranya adalah:
1. Objek as-salam selalu barang yang harus diproduksi, sedangkan objek
Istishna’bisa untuk barang apa saja, baik harus diproduksi lebih dahulu maupun
tidak diproduksi lebih dahulu.
2. Harga dalam akad as-salamharus dibayar penuh dimuka, sedangkan harga dalam
Istishna’tidak harus dibayar penuh dimuka melainkan dapat juga dicicil atau
dibayar dibelakang.
3. Akad as-salam tidak dapat diputuskan secara sepihak, sementara dalam Istishna’
akad dapat diputuskan sebelum perusahaan mulai memproduksi.
4. Waktu penyerahan tertentu merupakan bagian penting dari akad as-salam, namun
dalam akad Istishna’ tidak merupakan keharusan.
2.2 Dasar Hukum Jual Beli Istishna’
Secara umum landasan syariah yang berlaku pada jual beli salam juga berlaku
pada jual beli Istishna’, para ulama membahas lebih lanjut keabsahan jual beli
Istishna’ dengan penjelasan sebagai berikut.
Dalil yang memperbolehkan Istishna’ adalah sebagai berikut:
1. Landasan al-Quran
Dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan persoalan ibadah, Al-
Quran mengatur dan memberikan secara rinci. Sementara dalam masalah-
masalah muamalah, Al-Quran memberikan gambaran secara global (umum),

4
termasuk juga dalam masalah jual beli dengan Istishna’. Allah Swt berfirman
dalam surat al-Baqarah ayat 282 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. (Q.S. Al-Baqarah : 282). Dari ayat diatas telah
jelas dikemukakan dalam Islam pelaksanaan jual beli Istishna’ bahwa pembeli
membayar pada masa penangguhan yang terlebih dahulu disepakati kapan
pembayaran dilakukan. Maka diharuskan menuliskannya dan adanya kesaksian
dari kesepakatan yang dilakukan kedua belah pihak, maka jika memungkinkan
harus disaksikan oleh dua orang saksi. Hali ini dikarenakan jika kedua belah
pihak dapat dipercaya atau terkadang salah satunya meninggal dunia, sehingga
tidak dapat diketahui lagi pihak penjual atas pembeli dan sebaliknya.
Kemudian dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa dalam jual beli harus bebas
memilih jika ada unsur pemaksaan tanpa hakim jual beli tidak sah berdasarkan
firman Allah Swt surat an-Nisa ayat 29 yang artinya : Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah maha penyayang kepadamu.(Q.S. An-Nisa: 29). Ayat ini dengan tegas
melarang orang memakan harta orang lain atau hartanya sendiri dengan jalan
bathil. Memakan harta sendiri dengan jalan bathil adalah membelanjakan
hartanya pada jalan maksiat. Memakan harta orang lain dengan cara bathil ada
berbagai caranya, seperti memakannya dengan jalan riba, judi, menipu,
menganiaya. Termasuk juga dalam jalan yang batal ini segala jual beli yang
dilarang syara’.
2. Landasan As-Sunnah
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya : Telah menceritakan kepada
kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata, telah menceritakan kepada kami Bisyr
bin Tsabit Al Bazzar berkata, telah menceritakan kepada kami Nashr bin Al
Qasim dari 'Abdurrahman bin Dawud dari Shalih bin Shuhaib dari Bapaknya ia

5
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga hal yang di
dalamnya terdapat barakah; jual beli yang memberi tempo, peminjaman, dan
campuran gandum dengan jelai untuk di konsumsi orang-orang rumah bukan
untuk dijual. (H.R. Ibnu Majah)
3. Landasan Ijma’
Menurut mazhab Hanafi, jual beli Istishna’ termasuk akad yang dilarang
karena secara qiyasi (prosedur analogi) bertentangan dengan semangat jual beli
dan juga termasuk jual beli ma’dum (jual beli yang masih belum ada). Dalam
jual beli kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual. Sementara dalam
Istishna’ pokok kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki penjual. Meskipun
demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak Istishna’ atas dasar Istihsan
(menganggapnya baik) karena alasan sebagai berikut:
1. Masyarakat telah mempraktekan jual beli Istishna’ secara luas dan terus
menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan
Istishna’sebagai kasus Ijma’ atau consensus umum.
2. Jual beli Istishna’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan
kontrak selama tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.
3. Keberadaan jual beli Istishna’ berdasarkan kebutuhan masyarakat. Banyak
yang sering terjadi barang yang tidak tersedia dipasar sehingga mereka
cendrung melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk
mereka.
Didalam syariah dimungkinkan adanya penyimpanan terhadap qiyas
berdasarkan ijma’ulama. Dalam buku fiqh muamalah oleh Ahmad Wardi
Muslich, dijelaskan bahwa menurut Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah, akad
Istishna’dibolehkan atas dasar akad as-salam dan kebiasaan manusia. Syarat-
syarat yang berlaku pada salam juga berlaku untuk Istishna’. Diantara syarat
tersebut adalah penyerahan seluruh harga (alat pembayaran) didalam majlis akad,
seperti halnya akad salam, menurut Syafi’iyah Istishna’ itu hukumnya sah, baik
masa penyerahan barang dibuat (dipesan) ditentukan atau tidak, termasuk apabila

6
diserahkan secara tunai. Sebagian fuqaha kontemporer berpendapat bahwa jual
beli Istishna’ adalah sah atas dasar qiyas dan aturan umum syariah karena itu
memang jual beli biasa dan si penjual akan mampu mengadakan barang tersebut
pada saat penyerahan.
2.3 Rukun dan Syarat Akad Istishna
1) Rukun akad istishna:
1. Pemesan/pembeli (mushtashni) yaitu merupakan pihak yang
membutuhkan dan memesan barang.
2. Penjual/pembuat (shan'i) yaitu merupakan pihak yang memproduksi
barang pesanan.
3. Barang/objek (mashnu') yaitu berupa barang (mashnu’) dengan
spesifikasinya dan harganya. meliputi barang dan harga barang Istishna’
Hukum objek akad transaksi jual beli Istishna’ meliputi barang yang
diperjual belikan dan harga barang tersebut.
4. Sighat (ijab qabul) merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual dan penerima yang
dinyatakan oleh pembeli. Pelapasan perjanjian dapat dilakukan dengan
lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa bicara), tindakan maupun tulisan.
Tergantung pada praktek yang lazim di masyarakat dan menunjukan
keridhaan satu pihak untuk penjual barang Istishna’ dan pihak pembeli
barang Istishna’.
2) Syarat Jual Beli Istishna’
Syarat jual beli Istishna’ menurut pasal 104 s/d pasal 108 kompilasi hukum
ekonomi syariah adalah sebagai berikut:
a. Jual beli Istishna’ mengikat setelah masing-masing pihak sepakat atas
barang yang dipesan.
b. Jual beli Istishna’ dapat dilakukan pada barang yang bisa dipesan.
c. Dalam jual beli Istishna’ identifikasi dan deskripsi barang yang dijual harus
sesuai permintaan pemesan.

7
d. Pembayaran dalam jual beli Istishna’ dilakukan pada waktu dan tempat
yang disepakati.
e. Setelah akad jual beli pesanan mengikat, tidak boleh satupun tawar
menawar kembali terhadap isi akad yang sudah disepakati.
f. Jika objek dari barang pesanan tidak sesuai dengan spesifikasi, maka
pesanan dapat menggunakan hak pilihan (khiyar) untuk melanjutkan atau
membatalkan pesanan.
Adapun syarat yang diajukan ulama untuk memperbolehkannya transaksi jual
beli sistem pesanan adalah:
1. Adanya kejelasan jenis, ukuran, macam dan sifat barang karena ia
merupakan objek transaksi yang harus diketahui spesifikasinya.
2. Merupakan barang yang biasa ditransaksikan atau berlaku dalam hubungan
antar manusia. Dalam arti, barang tersebut bukanlah barang aneh yang
tidak dikenal dalam kehidupan manusia.
3. Tidak boleh adanya penentuan jangka waktu, jika jangka waktu penyerahan
barang ditetapkan, maka kontrak ini akan berubah menjadi akad as-salam,
menurut pandangan Abu Hanifah.
2.4 Transaksi Dalam Akad Istishna
2.4.1 Jenis Transaksi
1. Istishna tunggal, pembeli bertransaksi langsung dengan penjual dan
sekaligus sebagai pembuat atau pemegang kendali utama atas
ketersediaan barang yang dipesan.
2. Istishna paralel; pembeli bertransaksi dengan penjual yang mana
selanjutnya penjual tersebut melakukan transaksi istishna dengan
pihak lain sebagai pemasok, produsen, pembuat atau pemegang
kendali utama atas ketersediaan barang yang dipesan. Dengan
demikian, dalam jenis istishna paralel terdapat minimal dua akad
transaksi istishna; akad istishna yang pertama adalah antara pembeli
dan pedagang sebagai penjual, dan akad istishna yang kedua adalah

8
antara penjual sebagai pembeli dan pemasok atau produsen. Kedua
alat tersebut harus terpisah dan tidak saling bergantung. Dengan kata
lain, transaksi istishna parallel dapat dilakukan sepanjang transaksi
tersebut dilakukan oleh penjual yang secara substansi berkompeten
dalam menjalankan transaksi istishna tersebut, bukan sebatas sebagai
perantara.
2.4.2 Harga Kesepakatan
Harga kesepakatan di transaksi istishna adalah sebesar nilai wajar, yaitu
"suatu jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu asset antara pihak-
pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu
transaksi dengan wajar." (PSAK No.104 par 05 DSAK, 2007). Dalam
transaksi istishna, penjual tidak disyaratkan untuk memberitahukan harga
perolehan barang yang dipesan maupun margin keuntungan.

2.4.3 Potongan, Penambahan, dan Denda


Kemudian, dalam pemberian potongan Istishna harus merupakan inisiatif
sukarela dari penjual, bukan merupakan kesepakatan yang dibuat sebelumnya.
Potongan istishna diperlukan sebagai pengurangan harga kesepakatan baik
oleh penjual maupun pembeli.
Pembeli juga mungkin memberi tambahan pembayaran diatas harga
kesepakatan kepada penjual, misalnya karena kualitas barang yang diterima
melebihi yang dipersyaratkan atau pembeli menyadari bahwa harga perolehan
barang yang diterima ternyata memerlukan biaya yang melebihi harga
kesepakatan.
Di sisi lain, pembeli (penjual) juga dapat mengenakan denda jika penjual
(pembeli) melakukan kesalahan sehingga tidak dapat menyelesaikan
kewajibannya dalam transaksi istishna siswa yang diperjanjikan. Pembeli
dapat dikenai denda jika melakukan kelalaian terutama terkait dengan
pembayaran sedangkan penjual dapat dikenai denda jika melakukan kelalaian

9
terutama terkait dengan penyelesaian produk sesuai spesifikasi yang telah
disetujui. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta'zir yaitu untuk
membuat penjual atau pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya.
Diperlakukan sebagai dana kebajikan, bukan menjadi hak pembeli atau
penjual.
2.4.4 Metode Pembayaran Transaksi
Dalam akad istishna, ada beberapa metode pembayaran yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut.
1) Pembayaran tunai.
2) Pembayaran ditangguhkan tanpa agunan dengan pelunasan sekaligus.
3) Pembayaran ditangguhkan tanpa agunan dengan pelunasan angsuran.
4) Pembayaran yang ditangguhkan disertai agunan dengan pelunasan
sekaligus.
5) Pembayaran ditangguhkan disertai agunan dengan pelunasan angsuran.
6) Pembayaran uang muka.
Secara Syariah, metode pembayaran tidak boleh digunakan sebagai faktor
untuk menentukan besarnya harga kesepakatan karena transaksi Syariah
melarang penggunaan prinsip nilai waktu uang yang beresiko terjadinya
praktik riba.
2.4.5 Spesifikasi Barang: Perjanjian Dan Pelaksanaan
Karakteristik utama transaksi istishna adalah bahwa barang yang
diperjualbelikan memiliki spesifikasi khusus yang memerlukan waktu untuk
pembuatannya. Dalam transaksi istishna terdapat tenggang waktu antara dan
pengiriman barang pesanan. Situasi ini dapat memunculkan perbedaan
persepsi antara pembeli dan penjual terkait dengan barang yang
diperjualbelikan, untuk meminimalkan kesalahpahaman mereka lazimnya
akad istishna menyebut dengan jelas spesifikasi barang yang dipesan. DSAK
(2007:PSAK No. 103 par. 08) menyatakan "barang pesanan harus diketahui
karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas,

10
dan kuantitasnya. barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah
disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirim kan
salah atau cacat, maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
Terkait dengan barang Istishna’ DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa
ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Ketentuan tersebut adalah:
1. Harus jelas spesifikasinya.
2. Penyerahannya dilakukan kemudian.
3. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditentukan berdasarkan
kesepakatan.
4. Pembeli (mustashni') tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
5. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang yang sejenis sesuai
kesepakatan.
6. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
7. Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan
barang massal.
2.4.6 Berakhirnya Akad Istishna
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati
dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih
untuk menolak atau membatalkan akad.
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akan tetapi pembeli
menerimanya.
5. Barang diterima.
2.5 Ketentuan Umum Akuntansi istishna
1) Pengakuan pendapatan dan biaya berbasis akrual (accrual basis).
2) Penggunaan akun margin keuntungan (margin pendapatan), oleh karenanya,
penggunaan akun margin keuntungan (atau margin pendapatan) dipertahankan
dalam akuntansi transaksi istishna.

11
3) Pencatatan berbasis pesanan (job order costing); akuntansi transaksi istishna
dapat dimiripkan dengan akuntansi biaya pencatatan akuntansi biaya yang
digunakan di sini meliputi pengeluaran biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (BOP).

2.6 Ilustrasi Akuntansi Transaksi Akad Istishna


2.6.1 Jurnal Standar Istishna Biasa-Akuntansi Penjual
 Saat pengeluaran biaya sebelum akad
(Dr) Beban Istishna yang ditangguhkan xxx
(Cr) Kas xxx
 Jika akad tidak ditandatangani
(Dr) Beban pra-akad xxx
(Cr) Beban Istishna yang ditangguhkan xxx
 Saat pengeluaran biaya istishna setelah akad ditandatangani
(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
(Dr) Beban Istishna yang ditangguhkan xxx
( Cr) Kas xxx
 Pada saat penagihan kepada pembeli
( Dr) Piutang Istishna xxx
(Cr) Termin Istishna xxx
 Pada saat penerimaan pembayaran dari pembeli
Dr) Kas xxx
(Cr) Piutang Istishna xxx
 Pengakuan keuntungan pada akhir periode dengan menggunakan metode
persentase
(Dr) Beban pendapatan Istishna xxx
(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
(Cr) Pendapatan Istishna xxx

12
 Pengakuan kerugian pada akhir periode dengan menggunakan metode
persentase
(Dr) Beban pendapatan Istishna xxx
(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
(Cr) Pendapatan Istishna xxx
 Pengakuan keuntungan/kerugian pada akhir periode dengan
menggunakan metode akad selesai.
Maka,tidak ada jurnal, karena metode ini mengakui pendapatan istishna
hanya pada akhir masa kontrak.
 Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan
metode persentase.
(Dr) Beban pendapatan Istishna xxx
(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
(Cr) Pendapatan Istishna xxx
 Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan
metode persentase.
(Dr) Kerugian Istishna xxx
(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
 Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan
metode akad selesai.
(Dr) Beban pendapatan Istishna xxx
(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
(Cr) Pendapatan Istishna xxx
 Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan
metode akad selesai.
(Dr) Kerugian Istishna xxx
(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
 Pada saat barang pesanan selesai diproduksi.

13
(Dr) Persediaan Istishna xxx
(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian xxx
 Pada saat penjual menyerahkan barang pesanan kepada pembeli
(Dr) Termin Istishna xxx
(Cr) Persediaan Istishna xxx
 Pemberian potongan kepada pembeli
a) Potongan secara langsung
(Dr) Pendapatan Istishna xxx
(Cr) Piutang Istishna xxx
b) Potongan tidak langsung (reimbursed)
(Dr) Beban potongan (muqasah) xxx
(Cr) Kas xxx
2.6.2 Jurnal Standar Akuntansi Pembeli
 Saat pembeli menerima garansi penyelesaian proyek
Kas xxx
Titipan uang garansi xxx
 Pembeli menerima tagihan dari penjual
Aktiva istishna dalam penyelesaian xxx
Hutang istishna xxx
 Pembeli membayar tagihan dari kontraktor
Hutang istishna xxx
Kas xxx
 Pembeli menerima aktiva istishna
Persediaan xxx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xxx
 Pembeli menolak aktiva istishna dari sub-kontraktor akibat salah
spesifikasi
Piutang kontraktor xxx

14
(sebesar uang yang belum kembali)
Kas xxx
(sebesar uang yang telah kembali)
Aktiva istishna dalam penyelesaian xxx
 Pembeli menerima aktiva istishna meski salah spesifikasi
Persediaan xxx
(sebesar nilai istishna yang salah spesifikasi)
Kerugian aktiva istishna xxx
(sebesar penurunan nilai karena salah spesifikasi)
Aktiva istishna dalam penyelesaian xxx
 Bila kontraktor terlambat mengirim barang pesanan sehingga pembeli
merugi
1) Uang garansi < kerugian
Titipan uang garansi xxx
Piutang kepada kontraktor xxx
Pendapatan ganti rugi istishna xxx
2) Uang garansi > kerugian
Titipan uang garansi xxx
Hutang kepada kontraktor xxx
Pendapatan ganti rugi istishna xxx
2.6.3 Ilustrasi Akuntansi Transaksi Istishna
PT Amanah membutuhkan rumah tipe 120/216 dengan spesifikasi khusus
untuk kantor. Harga rumah Rp.200 juta, dana yang dibayarkan PT Amanah untuk
uang muka Rp.50 juta. Perusahaan mengajukan pembiayaan kepada bank syariah.
Setelah akad ditandatangani antara PT Amanah dan Bank Syariah dengan nilai akad
Rp. 200 juta, bank syariah memesan kepada pengembang, dan pengembang akan
menyelesaikan pemesanannya selama 9 bulan. Bank membayar biaya pra akad
sebesar Rp.1 juta, dan akad ditandatangani antara bank dan PT Amanah pada 1 juli
2011. PT Amanah menyerahkan uang muka sbs Rp.50 juta. Di samping itu bank juga

15
menandatangani akad pembelian/pesanan kepada pengembang pada 1 juli 2011,
dengan harga beli Rp.170 juta. Berikut ini data dan tagihan yang dilakukan oleh
pengembang sampai dengan selesai per 1 Maret 2011:
2 Juli 2011 Bank menerima uang muka dari pembeli
1 Agt 2011 Pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna Rp.30 juta
1 Nov 2011 Pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishn Rp.50 juta
1 Feb 2011 Pengembang menagih untuk pembangunan aktiva istishna Rp.90 juta
1 Mar 2011 Pengembang menyerahkan aktiva istishna yg telah selesai kepada Bank
Syariah
1 Mar 2011 Pengembang menyerahkan aktiva istishna yg telah selesai kepada PT
Amanah. PT Amanah mengangsur pembayaran rumah selama 2 tahun. Bank Syariah
mengenakan keuntungan istishna 10% dari pembiayaan.
Perhitungan:
Pemesan akan melunasi rumah pesanannya pada saat rumah selesai dibangun dan
diserahkan bank syariah kepada PT Amanah, dengan harga kontrak 200.000.000.
Harga pokok rumah=Rp.170.000.000.
Laba bank syariah=Rp200.000.000 – Rp.171.000.000 = Rp.29.000000.
Harga jual bila diangsur 2 tahun = Rp.200.000.000 + 10% (Rp.200.000.000) =
Rp.220.000.000.
Angsuran/bulan= Rp.220.000.000/24 = Rp.9.166.667;
margin/bulan = Rp. 20.000.000/24 = Rp.833.333;-
Jurnal yang dibuat oleh bank syariah:
Pada saat bank syariah menerima uang muka dari PT Amanah:
1 Juli 2011
Dr. Kas Rp.50.000.000
Cr. Uang Muka Istishna Rp.50.000.000
Pada saat bank syariah mencatat biaya pra akad Rp.1.000.000
Dr. Beban pra-akad yg tangguhan Rp.1.000.000
Cr. Kas Rp.1.000.000

16
Pada saat ada kepastian akad istishna dengan nasabah PT Amanah
Dr. Aset istishna dalam penyelesaian Rp.1.000.000
Cr. Beban pra akad tangguhan Rp.1.000.000
Pada saat bank menerima tagihan dari pengembang dan membayarnya tanggal 1
Agustus 2011 sebesar Rp. 30.000.000
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.30.000.000
Cr. Hutang Istishna Rp.30.000.000
Pada saat bank syariah membayar hutang istishna
Dr. Hutang Istishna Rp.30.000.000
Cr. Kas Rp.30.000.000
Tanggal 1 Nov 2011 sebesar Rp.50.000.000
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.50.000.000
Cr. Hutang Istishna Rp.50.000.000
Pada saat bank syariah membayar hutang istishna
Dr. Hutang Istishna Rp.50.000.000
Cr.Kas Rp.50.000.000
Tanggal 1 Feb 2012 sebesar Rp.90.000.000
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.90.000.000
Cr. Hutang Istishna Rp.90.000.000
Pada saat bank syariah membayar hutang istishna
Dr. Hutang Istishna Rp.90.000.000
Cr.Kas Rp.90.000.000
Pada saat bank menerima barang pesanan dari pengembang yang sudah selesai 100%,
bank akan membuat jurnal sebagai berikut.
Dr. Aset Istishna Rp.171.000.000
Cr. Aset Istishna dalam penyelesaian Rp171.000.000
Pada saat bank menyerahkan rumah kpd nasabah PT Amanah
Dr. Piutang Istishna Rp.220.000.000
Cr. Persediaan barang istishna Rp171.000.000

17
Cr. Pendapatan margin istishna Rp 29.000.000
Cr. Margin istishna tangguhan Rp 20.000.000

Dr. Uang muka istishna Rp.50.000.000


Cr. Piutang Istishna Rp 50.000.000
Pada saat bank syariah menerima angsuran per bulan PT Amanah
Dr. Ka/Rek PT Amanah Rp.9.166.667
Cr. Piutang Istishna Rp 9.166.667
Mengakui pendapatan margin istishna
Dr. Margin istishna tangguhan Rp. 833.333
Cr. Pendapatan Margin Istishna Rp 833.333

Pada tanggal 5 April 2010, Bank Aman Syariah (BAS) menegeluarkan biaya pra akad
yang berhubungan dengan survey dan pembuatan desain bangunan rumah yang akan
dijadikan acuan spesifikasi barang. BAS telah mengeluarkan uang tunai sebesar Rp.
5.000.000; Jurnal untuk mengakui transaksi tersebut adalah:
Pada tanggal 5 April 2010, Bank Aman Syariah (BAS) menegeluarkan biaya pra akad
yang berhubungan dengan survey dan pembuatan desain bangunan rumah yang akan
dijadikan acuan spesifikasi barang. BAS telah mengeluarkan uang tunai sebesar Rp.
5.000.000; Jurnal untuk mengakui transaksi tsb adalah:
05 April 2010
Dr.Biaya Pra akad ditangguhkan Rp.5.000.000;-
Cr. Kas Rp.5.000.0000;-
Apabila terjadi kesepakatan antara BAS dengan Tuan Agung pada tanggal 10 April
2010, maka jurnal pengakuan beban pra akad menjadi biaya istishna adalah sebagai
berikut:
05 April 2010
Dr.Biaya Istishna Rp.5.000.000;-
Cr. Biaya Pra akad ditangguhkan Rp.5.000.0000;-

18
Pada tanggal 1 juni 2010, PT Konstruksi menyelesaikan 20% pembangunan dan
menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp.25.000.000;- kepada BAS. Jurnal
pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut:
01 Juni 2010
Dr.aset istishna dalam penyelesaian Rp.25.000.000
Cr. Utang Istishna Rp.25.000.0000
BAS melakukan penagihan kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin dalam
jumlah yang sama yakni Rp. 30 juta, setiap tanggal 10 mulai bulan juli. Maka jurnal
untuk mengakui setiap kali penagihan piutang istishna kepada pembeli dan
penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut:
10 Juli 2010
Dr.Piutang Istishna Rp.30.000.000
Cr. Termin Istishna Rp.30.000.0000
Pada saat pembeli melakukan pembayaran atas tagihan dia terima, maka jurnal yang
harus dibuat oleh BAS:
10 Juli 2010
Dr. Kas Rp.30.000.000
Cr. Piutang Istishna Rp.30.000.000

Dr. Termin Istishna Rp.30.000.000


Cr. Aset Istishna dlm penyelesaian Rp.30.000.000

19
20

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Istishna adalah akad jual beli antara Al mustashni (pembeli) dan As shani
(produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Berdasarkan akad tersebut,
pembeli menugasi produsen untuk menyediakan Al mashnu (barang pesanan)
sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang
disepakati.
 Terdapat 3 karakteristik utama transaksi istishna, yaitu:
- Merupakan transaksi jual beli barang.
- Berdasarkan pesanan;terdapat tenggang waktu antara akad jual beli
dan pengiriman barang pesanan.
- Barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus yang menuntut
penjual memproduksi barang sesuai pesanan.
 Dasar Hukum Akad Istishna
Akad Istishna’ adalah akad yang halal dan didasarkan secara syar’i diatas
petunjuk Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma
 Rukun akad istishna:
- Pemesan/pembeli (mushtashni).
- Penjual/pembuat (shan'i)
- Barang/objek (mashnu').
- Sighat (ijab qabul)
 Jenis Transaksi
- Istishna tunggal.
- Istishna paralel.
 Metode Pembayaran Transaksi
- Pembayaran tunai.
- Pembayaran ditangguhkan tanpa agunan dengan pelunasan sekaligus.
- Pembayaran ditangguhkan tanpa agunan dengan pelunasan angsuran.
21

- Pembayaran yang ditangguhkan disertai agunan dengan pelunasan


sekaligus.
- Pembayaran ditangguhkan disertai agunan dengan pelunasan
angsuran.
- Pembayaran uang muka.

3.2 Saran
Kami penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak salah dan
jauh dari sempurna baik dari segi penulisan maupun materi. Oleh karena itu,
untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik yang membangun
dari para pembaca.

You might also like