You are on page 1of 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk

pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan

kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat,

murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan

pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat

secara jasmani dan rohani.

Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di

Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik

melalui penyediaan peralatan, pengobatan, tenaga medis yang berkualitas

sampai pada fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan,

kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya. Dengan demikian

masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan

tepat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2006).

WHO meyatakan bahwa “rumah sakit adalah suatu bagian

menyeluruh(integral) dari organisasi social dan medis, yang mempunyai

fungsi memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna (komprehensif)

kepada masyarakat baik kuratif maupun preventif, dimana pelayanan

1
keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan rumahnya, rumah sakit

juga merupakan pusat latihan tenaga kesehatan dan untuk penelitian bio-

psiko-sosial ekonomi-budaya”. UU No.14 tahunn 2009 rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inpa,rawat jalan, dan gawat darurat (Setyawan, F. E. B., & Supriyanto, S.

2020). 

Masalah manajemen atau pelayanan di rumah sakit pada akhir-

akhir ini memang banyak menjadi bahan pembahasan di lingkungan

masyarakat. Sering sekali masyarakat yang menggunakan fasilitas ini

mengalami kesulitan dalam memenuhi berbagai persyaratan agar dapat

memperoleh layanan kesehatan yang diinginkan. Sebenarnya perbaikan

terhadap mutu rumah sakit baik dari layanan administrasi maupun medis

memang benar-benar mutlak dibutuhkan. Bukan saja karena banyaknya

keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan

rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan prosedur administrasi, tarif,

dan juga dengan adanya perkembangan zaman yang sudah mendesak

untuk melakukan perbaikanperbaikan.

Jolly dan Gerbaud (1992) menyebutkan bahwa pasien yang dirawat

di rumah sakit bukan saja mengharapkan pelayanan medis dan

keperawatan yang baik, makanan yang enak serta utamanya adanya

hubungan baik antara staf rumah sakit dengan para pasien.

2
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan Praktik

Managemen Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit menggunakan pola

pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil praktik

managemen pelayanan kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Identifikasi pengkajian

kebutuhan organisasi pelayanan kebidanan di RS

b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Analisa kebutuhan

manajemen pelayanan kebidanan di RS

c. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Perencanaan

manajemen pelayanan di RS

d. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Pengorganisasian

pelayanan kebidanan di RS

e. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Pengelolaan pelayanan

kebidanan di RS

f. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Pengendalian dan

monitoring pelayanan kebidanan di RS

g. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Evaluasi pelayanan

3
kebidanan di RS

h. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Hambatan-hambatan

yang terjadi dalam manajemen pelayanan kebidanan di RS dan

cara mengatasinya

C. MANFAAT

1. Manfaat Praktis Bagi Mahasiswa

Dapat memperoleh gambaran dalam Praktik Managemen

Pelayanan Kebidanan Komprehensif. Serta dapat meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung,

sekaligus menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.Selain

itu, menambah wawasan dalam Praktik Managemen Pelayanan

Kebidanan Komprehensif.

2. Manfaat Bagi RS kota Bengkulu

Dapat mempertahankan Managemen pelayanan kebidanan yang

telah ada dan dapat meningkatkan managemen di RS kota Bengkulu

sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada

pasien.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN RUMAH SAKIT

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit

memiliki berbagai kewajiban, penyelenggaraan rekam medis merupakan

salah satu kewajiban rumah (Menteri Kesehatan RI, 2018).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan

berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau

upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

Menurut undang-undang tentang rumah sakit dijelaskan bahwa

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai

5
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak

dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,

serta mempunyai fungsi sosial. (Depkes, 2009).

Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan

untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit

umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan

pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Rumah sakit

mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik,

pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan

keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,

pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan

(Siregar, 2004).

B. JENIS-JENIS RUMAH SAKIT DI INDONESIA

Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis

pelayanan dan kelasnya.

1. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS

1) RS Pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten)

2) RS BUMN/ABRI

3) RS Swasta yang menggunakan dana investasi dari sumber

dalam negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA).

6
2. Berdasarkan jenis pelayanan

1) RS Umum

2) RS Jiwa

3) RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kangker, dan

sebagainya).

3. Berdasarakan kelasnya

1) RS kelas A

RS kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk

subspesialistik

2) RS kelas B (pendidikan dan nonpendidikan)

RS kelas B mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik

dan subspesialistik terdaftar.

3) RS kelas C

RS kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah,

penyakit dalam, kebidanan, dan anak).

4) RS kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979).

Di RS kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar Pemerintah

sudah meningkatkan status semua RS Kabupaten menjadi kelas C

(Munijaya,2004).

Keputusan menteri kesehatan NO. 134 Menkes/SK/IV/78 th. 1978

tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di

Indonesia antara lain:

7
1. Pasal 1 : Rumah sakit umum adalah organisasi di lingkungan

Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan

bertanggungjawab langsung kepada Dirjen Pelayanan Medik

2. Pasal 2 : Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan

pelayanan kesehatan (caring) dan penyembuhan (curing)

penderita serta pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa

(rehabilitation).

3. Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Rumah

Sakit mempunyai fungsi :

a) Melaksanakan usaha pelayanan medic

b) Melaksanakan usaha rehabilitasi medic

c) Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan

pemulihan kesehatan

d) Melaksanakan usaha perawatan

e) Melakasanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan

paramedic

f) Melaksanakan sistem rujukan

g) Sebagai tempat penelitian

4. Pasal 4 :

a) Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam keputusan ini

adalah RS kelas A, kelas B, kelas C

8
b) Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang

melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan

subspesialistik yang luas.

c) Rumah Sakit Umum kelas B adalah RSU yang

melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik yang

luas.

d) Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang

melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik

paling sedikit 4 spesialis dasar yaitu Penyakit Dalam,

Penyakit Bedah, Penyakit kebidanan / kandungan, dan

kesehatan anak (Munijaya, 2004).

C. STRUKTUR ORGANISASI RS UMUM DI INDONESIA

Dengan memperhatikan uraian di atas jelaslah bahwa ada tiga bahan yang

semestinya sangat penting dengan tugas dan wewenang yang cukup jelas,

yaitu:

1. Pemilik Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board.

2. Direksi Rumah Sakit.

3. Staf Kedokteran (medical staff)

Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi dan wewenangnya, saling

mengisi dan mengontrol, sehingga tercapai keseimbangan untuk

mengarahkan tujuan dan hendak dicapai oleh rumah sakit itu. Tetapi,

khusus di Indonesia, ketiga badan ini pada umumnya masih sering terjadi

semacam conflict of interest dari masing-masing anggota badan tersebut,

9
karena dari segi personalia sering tidak dapat dipisahkan tugas seorang

dokter yang menjadi direksi rumah sakit yang sekaligus merawat pasien

(Sulastomo, 2000).

Tahap sekarang masalah ini memang (dalam batas-batas tertentu)

tidak

dapat dihindari, karena peranan yang besar dari para dokter dalam badan-

badan tersebut. Masalah ini dalam tahap pertama tentunya dapat dikurangi

dengan suatu job discription yang sejelas-jelasnya. Di masa depan, dengan

perkembangan rumah sakit yang semakin kompleks, tentunya dianjurkan

adanya pemisahan yang jelas. Dalam hubungan ini, untuk kemudahan

komunikasi, ketiga badan ini dapat membentuk semacam “Badan

Musyawarah” yang merumuskan dan menampung permasalahan-

permasalahan yang ada, sebelum diputus oleh yayasan/Governing

Board/pemilik rumah sakit (Sulastomo, 2000).Untuk Rumah Sakit Umum

Kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai dengan SK Menkes No.

543/VI/1994 adalah sebagai berikut :

a. Direktur

b. Wakil direktur terdiri dari:

1. Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan

2. Wadir Penunjang Medik dan Instalasi

3. Wadir Umum dan Keuangan

4. Wadir Komite Medik

10
Tiap-tiap wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang mengatur

beberapa bidang/ bagian pelayanan dan keperawatan dan instalasi.

Instalasi RS diberikan tugas untuk menyiapkan fasilitas agar pelayanan

medis dan keperawatan dapat terlakasana dengan baik. Instalasi RS

dipimpin oleh seorang kepala yang diberikan jabatan nonstruktural.

Beberapa jenis instalasi RS yang ada pada RS kelas A adalah instalasi

rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat intensif, bedah sentral,

farmasi, patologi anatomi, patologi klinik, gizi, laboratorium,

perpustakaan, pemeliharaan sarana rumah sakit(PSRS), pemulasaran

jenazah, sterilisasi sentral, pengamanan dan ketertiban lingkungan dan

binatu (Munijaya, 2004).

Komite medik (KM) juga diberikan jabatan nonsturktural yang

fungsinya menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala staf

medic fungsional (SMF). KM diberikan dua tugas utama yaitu

menyusun standar pelayanan medis dan memberikan pertimbangan

kepada direktur dalam hal :

1. Pembinaan, pengawasan dan penilaian mutu pelayanan mutu

pelayanan medis, hak-hak klinis khusus kepada SMF, program

pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat), serta

penelitian dan pengembangan (litbang).

2. Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan etika profesi (Munijaya, 2004).

11
Semua kepala SMF diangkat oleh Dirjen Yan. Medik Depkes

RIberdasarkan usulan dari direktur RS. Dengan mengkaji struktur

orgaisasi dan tugas-tugas pokok RS, dapat dibayangkan bahwa

manajemen sebuah RS hampir mirip dengan manajemen hotel. Yang

berbeda, tujuan mereka yang berkunjung dan jenis pelayanannya.

Masyarakat yang berkunjung ke RS bertujuan untuk memperoleh

pelayanan medis karena kejadian sakit yang dideritanya, sedangkan

mereka yang berkunjung ke hotel adalah untuk bersenang-senang

(Munijaya, 2004).

Pembentukan KM di RS sangat diperlukan untuk membantu tugas-

tugas direktur RS dalam menjaga mutu dan etika pelayanan RS. KM

dibentuk berdasarka SK Dirjen Yan. Medik Depkes RI sesuai dengan

usul Direktur RS. Masa kerja Wadir KM adalah tiga tahun. Dibawah

wadir KM terdapat panitia infeksi nosokomial, panitia rekam medis,

farmasi dan terapi, audit medik, dan etika (Munijaya, 2004).

SMF yang menggantikan UPF (Unit Pelaksanaan Fungsional)

terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter

subspesialis. Mereka mempunyai tugas pokok menegakkan diagnosis,

memberikan pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan dan

pemulihan kesehatan, penyuluhan, pelatihan dan penelitian

pengembangan pelayanan medis. Untuk RS kelas A, jumlah SMF yang

dimiliki minimal 15 buah yaitu

12
(1) Bedah

(2)Kesehatan Anak

(3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan

(4) Penyakit Dalam

(5) Penyakit Saraf

(6) Penyakit Kulit dan kelamin

(7) THT

(8) Gigi dan Mulut

(9) Mata

(10) Radiologi

(11) Patologi Klinik

(12) Patologi Anatomi

(13)Kedoteran Kehakiman

(14) Rehabilitasi Medik (15)Anestesi (Munijaya,2004).

Masing-masing Wadir juga dilengkapi sekertariat khusus dan

bidangbidang yang dibagi lagi menjadi subbagian dan seksi (sesuai dengan

SK Menkes No. 134). Susunan organisasi RSU kelas B hampir sama

dengan kelas A, bedanya hanya terletak pada jumlah dan jenis masing-

13
mamsing SMF. Untuk RSU kelas B tidak ada subspesialisnya (Munijaya,

2004).

Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih sederhana jika

dibandingkan

dengan kelas A dan kelas B. Disini tidak ada wakil direktur, tetapi

dilengkapi

dengan staf khusus yang mengurusi administrasi. Kondisi ini berpengaruh

pada jenis pelayanan medis dan jumlah staf profesional (medis dan

paramedic)yang dipekerjakan pada tiap-tiap RS ini. Secara umum, jenis

kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan juga akan ikut

menentukan peningkatan kelas sebuah RS di suatu wilayah, terutama yang

berlokasi di ibu kota provinsi (Munijaya, 2004).

D. VISI MISI RS

Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan

karakteristik yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pada masa yang akan

datang. Banyak interpretasi yang dapat keluar dari pernyataan keadaan

ideal yang ingin dicapai lembaga tersebut. Visi itu sendiri tidak dapat

dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang

ingin ditujunya oleh kemungkinan kemajuan dan perubahan ilmu serta

situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut.

Pernyataan visi harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan

yang terjadi sehingga visi hendaknya bersifat fleksibel.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu pernyataan

14
visi yaitu: Berorientasi pada masa depan, Tidak dibuat berdasarkan

kondisi atau tren saat ini, Mengekspresikan kreativitas, Berdasar pada

prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat,

Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai organisasi meskipun ada

perubahan terduga, Mempunyai standar yang tinggi dan ideal serta

harapan bagi anggota lembaga, Menggambarkan keunikan lembaga dalam

kompetisi serta citranya, Bersifat ambisius serta menantang segenap

anggota lembaga Visi yang tepat bagi suatu organisasi atau lembaga akan

menjadi accelerator (pemercepat) kegiatan lembaga bersangkutan, meliputi

perencanaan strategik, perencanaan kinerja tahunan, pengelolaan sumber

daya, pengembangan indikator kinerja, pengukuran kinerja dan evaluasi

pengukuran kinerja organisasi tersebut.

Dengan demikian tujuan perumusan dan penetapan visi

organisasi adalah:

a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi

b. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategic

d. Memiliki orientasi masa depan

e. Menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan

organisasi

f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi

Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan, Apa

15
produk atau jenis jasa yang akan diberikan organisasi di masa depan?

Apa yang harus dikerjakan organisasi untuk menyiapkan produk baru

tersebut, Apakah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas

merefleksikan visi organisasi? Bila tidak, pertanyaan mana yang harus

ada dan apa jawabannya? Begitulah gambaran Misi terhadap sebuah

Organisasi yang saat ini berfokus pada rumah sakit.

E. ALUR PELAYANAN DAN PENERIMAAN PASIEN DI RS

Alur pelayanan di RS dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Untuk menghindari penumpukan di unit gawat darurat disediakan

ruang transit rawat inap.

b. Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti

penerimaan, asesmen dan tindakan, transfer pasien, serta

pemulangan) dilaksanakan agar dapat mengurangi penundaan

asuhan kepada pasien.

c. Komponen dari pengelolaan alur pasien meliputi:

1. ketersediaan tempat tidur rawat inap;

2. perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas,

teknologi medis, dan kebutuhan lain untuk mendukung

penempatan sementara pasien;

3. perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di

beberapa lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di

unit darurat;

16
4. alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan

pelayanan (seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar

operasi, radiologi, dan unit pasca-anestesi);

5. efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan

kepada pasien (seperti kerumahtanggaan dan transportasi);

6. pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan

pasien;

7. akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja

sosial, keagamaan atau bantuan spiritual, dan sebagainya).

F. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN

PELAYANAN TERHADAP PASIEN DI INSTALASI

KEBIDANAN RUMAH SAKIT

a. Pengelolaan Pelayanan Pasien di Poli kandungan

Pasien datang dari ruang pendaftaran dilakukan anamnesa dan

pemeriksaan oleh dokter. Kemudian membutuhkan penangan

lanjut berupa mondok atau tidak, jika tidak maka pasien pulang

dan mengurus adminstrasi dan pasien pulang. Jika pasien mondok

maka pasien menuju ke TPPRI atau ke ruang bangsal yang dituju

kemudian bidan melakukan advice dokter sesuai kebutuhan pasien.

b. Pengelolaan Pelayanan Pasien di Bangsal

Peneglolaan tergantung dari mana pasien tersebut dirujuk

secara internal. Jika datangnya dari poliklinik maka asuhan sesuai

17
dengan advice dokter Namun jika dari IGD perlu dilakukan

konsulatsi terlebih dahulu dengan dokter SpOG.

Pengelolaan Pelayanan di Fasilitas Kebidanan Rumah Sakit

meliputi:

1. Pelayanan persalinan.

Pelayanan persalinan meliputi : pemeriksaan pasien baru,

asuhan persalinan kala I, asuhan persalinan kala II

(pertolongan persalinan), dan asuhan bayi baru lahir.

2. Pelayanan nifas.

Pelayanan nifas meliputi : pelayanan nifas normal dan

pelayanan nifas bermasalah (post sectio caesaria, infeksi, pre

eklampsi/ eklampsi).

3. Pelayanan gangguan kesehatan reproduksi/penyakit

kandungan. Pelayanan gangguan kesehatan reproduksi

penyakit kandungan meliputi pelayanan keguguran, penyakit

kandungan dan kelainan kehamilan.

4. Pelayanan tindakan/operasi kebidanan

Pelayanan tindakan/operasi kebidanan adalah untuk

memberikan tindakan, misalnya ekserpasi polip vagina,

operasi sectio caesaria, operasi myoma uteri, dll. Kegiatan ini

dilakukan pada ruang operasi yang berada di Instalasi Bedah

Sentral dan baru dapat dilaksanakan pada Instalasi Kebidanan

18
apabila telah memiliki peralatan operasi yang memadai

(misalnya peralatan anaestesi, meja operasi, monitor pasien

serta lampu operasi).

5. Pelayanan KB (Keluarga Berencana).

Dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak telah

ditetapkan bahwa Sarana Pelayanan Kesehatan

Kabupaten/Kota Bahwa 75% RS di Kab/Kota

menyelenggarakan PONEK (penambahan ruangan untuk

Emergency Ibu & Anak).

G. PENGELOLAAN SDM DI RS

Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat

dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para

pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan

pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap

pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam

kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan

diatas yaitu:

7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk

6 hari kerja dalam 1 minggu; atau

8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk

5 hari kerja dalam 1 minggu.

19
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam

kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila

melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa

dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh

berhak atas upah lembur.

Undang-undang Ketenagakerjaan tidak menyebutkan waktu kerja

karyawan dalam 1 tahun. Namun waktu kerja dalam 1 tahun dapat

dihitung dengan melihat jam kerja per minggu yang telah disebutkan

di dalam Undang-undang. Setiap 1 tahun terdiri dari 52 minggu,

sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut: Jam kerja 1 tahun =

52 minggu x 40 jam = 2.080 jam

Dengan demikian, maka jumlah jam kerja dalam 1 tahun yang sesuai

dengan ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan adalah 2.080 jam.

Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat dicari jumlah jam kerja

dalam 1 bulan. Yaitu dengan menggunakan rumus berikut: Jam kerja

1 bulan = 2.080 jam : 12 bulan = 173 jam. Dari jumlah jam kerja 1

bulan, yaitu 173 jam maka dapat dihitung upah karyawan per jam,

yang selanjutnya juga digunakan untuk menghitung upah lembur,

dengan rumus berikut: Upah per jam = upah 1 bulan : 173 jam.

Kebijakan setiap RS berbeda mengenai pembagian jadwal

tergantung dengan kebutuhan dan ketersediaan SDM. Biasanya

pembagian jadwal setiap ruang dikembalikan kepada Kepala Ruangan,

dengan ketentuan tidak melebih jam kerja yang sudah ditetapkan

20
dalam perundang-undangan.

H. MANAJEMEN PPI DI RS

Manajemen PPI di RS diantaranya, yaitu :

a. Setiap petugas melakukan kebersihan tangan sesuai 6 langkah

dari WHO pada 5 moment cuci tangan

b. Menggunakan APD sesuai indikasi

c. Menerapkan etika batuk/ bersin

d. Pemberian tanggal pada setiap pemasangan alat invasif

untuk memastikan ketepatan waktu penggantian

e. Dan memastikan instrumen set terjaga sterilitas dengan melihat

tipe indikator dan tanggal kadaluarsa

I. CARA PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI RS

Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan

berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa

pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse)

dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan

(treatment).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut

hal-hal berikut:

21
a. Pemisahan Limbah

i. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

ii. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

b. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang

berbeda yang menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut

untuk insinerasi aau dibuang Penyimpanan Limbah.

Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga

sebagai gantinya dapat digunkanan kantung kertas yang tahan

bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh dengan

mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna,

kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan

unit-unit lain.

c. Penanganan Limbah

1. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah

terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat bagian atasnya dan diberik

label yang jelas

2. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya,

sehingga jika dibawa mengayun menjauhi badan, dan

diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan

3. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-

kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan

dikirimkan ketempat yang sesuai

22
4. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap

terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ketempat

pembuangan.

d. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan

menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya

dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator.

Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama

dengan dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk

mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan

dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran

kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

e. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik

dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (Land-fill site),

limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak mungkin harus

ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya

dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

(Bambang Heruhadi, 2000).

Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator

sendiri, insinerator berukuran kecil atau menengah dapat

membakar pada suhu 1300-1500 ºC atau lebih tinggi dan mungkin

dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk

23
kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula

mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi

limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain.

Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa

keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik

maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk

farmasi yang tidak terpakai lagi.

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat

ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah

pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter

2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cm

3. Tambahkan lapisan kapur

4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa

ditanamkan samapai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan

tanah

5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi

(nonbiodegradable), misalnya kantung plastik tidak perlu ikut

ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini

dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.

Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan

24
mungkin ditangani oleh DPU atau kontraktor swasta dan dibuang

ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah umum.

Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat

pembuangan samapah umum.

Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara

memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus

dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan.

Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang

memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan

catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan

dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995)

J. ALUR PENGADUAN KETIDAKPUASAN PASIEN

Rumah sakit sebaiknya mengumpulkan setiap keluhan/komplain

yang masuk bersama dengan respon tertulis yang diberikan, sebagai

bagian dari program penilaian dan peningkatan mutu. Dengan

pengumpulan data tersebut, rumah sakit bisa menemukan tren

keluhan yang sering terjadi dan bisa mengevaluasi keluhan tersebut

dengan menggunakan cara analisis efek atau root-cause analysis

(RCA).

Sebagai contoh, rumah sakit dapat mengumpulkan data keluhan

dan komplain dari pasien/ keluarganya secara elektronik dan

menganalisa tren keluhan/komplain yang sedang terjadi. Dengan

memecah data berdasarkan keluhan/komplain terhadap dokter yang

25
melakukan perawatan, dapat diketahui dokter - dokter mana saja yang

sering menerima keluhan/komplain dari pasien/keluarganya. Ketika

rumah sakit dapat mengidentifikasi dokter- dokter yang banyak

menerima keluhan/ komplain, maka dokter tersebut diberikan peer

counseling untuk menyelesaikan masalah yang ada. Konseling

tersebut dilaksanakan secara privat dan tidak boleh diketahui oleh

staff lainnya. Masalah lain yang sering menjadi komplain adalah

waktu tunggu pasien untuk bertemu dokter. Dengan adanya bukti

keluhan/komplain dari pasien/keluarga mengenai waktu tunggu

tersebut, maka rumah sakit harus segera mencari cara bagaimana

mengurangi waktu tunggu tersebut.

Sebagai kesimpulan, maka langkah-langkah yang dilakukan

dalam hal manajemen komplain yaitu:

a. Mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan

yang baik dan sesuai, prosedur-prosedur yang diperlukan dan

proses untuk mengetahui dan merespon keluhan/komplain pasien.

b. Setiap kebijakan yang dibuat harus disesuaikan dengan regulasi

dan standar yang berlaku mengenai keluhan/complain

c. Lakukan wawancara terhadap pasien dan keluarganya serta staf

untuk mengetahui apakah mereka mengetahui proses penanganan

complain Informasikan kepada pasien mengenai hak mereka pada

waktu admisi termasuk di dalamnya hak mereka untuk

mengajukan komplain. Pasien dan keluarganya juga harus

26
diberitahu bagaimana cara mengajukan keluhan/ komplain dan

siapa yang harus mereka hubungi untuk masalah tersebut.

d. Tentukan batasan waktu yang sesuai untuk menyelesaikan

keluhan/komplain tersebut. Waktu maksimum yang ideal untuk

penyelesaian keluhan/komplain adalah tujuh hari. Apabila waktu

yang diperlukan melebihi dari target, maka rumah sakit harus

memberitahukan secara tertulis kepada pasien/keluarganya bahwa

keluhan atau komplain yang diajukan masih dalam investigasi dan

mereka akan segera mendapatkan respon final secara tertulis

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

e. Pastikan bahwa respon tertulis yang disampaikan menggunakan

bahasa yang jelas dan mudah dimengerti, termasuk didalamnya

informasi mengenai tindakan yang diambil untuk mengatasi

masalah. Perlu diingat untuk menghindari berjanji mengenai

anggota staff yang lain dan beritahu hanya tindakan-tindakan

yang akan dilakukan.

f. Edukasi semua staff, terutama mereka yang berhubungan

langsung dengan pasien, mengenai proses pengajuan

keluhan/komplain, dan tekankan kepada staff untuk

berkomunikasi secara lembut dan menunjukkan empati terhadap

keluhan/komplain mereka.

g. Kumpulkan, telusuri dan lihat tren data mengenai keluhan dan

komplain yang ada sebagai bagian dari program peningkatan

27
mutu.

h. Pertimbangkan untuk mengimplementasikan program

pendampingan pasien bila belum ada di rumah sakit.

K. CARA MEMPERKUAT SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT

Manajemen sistem informasi di setiap Rumah Sakit perlu

diperkuat.

Beberapa cara untuk memperkuat sistem informasi RS sebagai berikut :

a. Mengenal kebutuhan IT untuk operasional secara keseluruhan

Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan analisa

kebutuhan IT untuk operasional pada seluruh divisi. Dimana

teknologi terus berkembang, kebutuhan IT untuk operasional

dapat mencakup pada hal- hal pro-aktif, seperti otomatisasi

beberapa pekerjaan, peningkatan kelancaran akses aplikasi,

penggunaan IoT, isu ancaman keamanan terkini dan sebagainya.

b. Mengenali dimana titik kelemahan IT

Berdasar pemetaan infrastruktur IT, tentu dapat lebih jelas

terlihat dari mana ancaman cyber atau hal-hal yang dapat

menyebabkan lambatnya jaringan bahkan kelumpuhan sistem.

Sehingga, titik kelemahan tersebut dapat di diskusikan bersama

untuk dilakukan antisipasi. Sehingga para team IT dapat lebih

cepat tanggap saat menghadapi insiden.

28
L. CARA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN

PETUGAS KESEHATAN DI RS

a. Menetapkan tujuan yang jelas

Setiap perusahaan harus mempunyai tujuan yang spesifik dan

jelas agar bisa berhasil dalam menetapkan kualitas. Bila visi dan

tujuan organisasi ditetapkan dengan cermat dan didasarkan pada

tuntutan pelanggan, maka organisasi yang bersangkutan dapat

mencapai pertumbuhan dan profitabilitas yang besar.

b. Memprakarsai atau meredefinisi budaya organisasi

Strategi ini tidak diarahkan pada pemecahan masalah, tetapi lebih

pada upaya memperbaiki kondisi dasar di dalam organisasi, agar

semua karyawan yang bekerja secara lebih baik dan lebih

sukses.Budaya ini tercermin dalam karakteristik berikut:

a.Perilaku sesuai dengan slogan

b. Masukan dari pelanggan secara aktif dikumpulkan dan

digunakan untuk meningkatkan kualitas secara terus menerus

c.Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan

d. Pekerjaan dilakukan dalam tim kerja

e.Manajer level eksekutif diikutsertakan dan dilibatkan

f. Manajemen puncak memberikan contoh dan panutan

mengenai perilaku dan aktivitas yang sesuai dengan harapan

29
organisasi

g. Sumber daya yang memadai disediakan dimanapun dan

kapanpun dibutuhkan

h. Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan agar para

karyawan pada semua jenjang memiliki pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

meningkatkan kualitas secara terus-menerus

i. Sistem penghargaan dan promosi didasarkan pada kontribusi

terhadap perbaikan kualitas secara terus-menerus

j. Rekan kerja dalam organisasi diperlakukan sebagai pelanggan

internal

k. Pemasok diperlakukan sebagai mitra kerja

c. Mengembangkan komunikasi yang efektif dan konsisten

Mendengarkan karyawan dan pelanggan merupakan cara

yang efektif untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dan

akurat mengenai sasaran, tujuan, prioritas dan kepuasan mereka.

Komunikasi yang ajeg/ konsisten sangat konsisten sangat

membantu setiap individu untuk memahami bahwa kontribusi

individual mereka dapat memberikan hasil yang signifikan bagi

organisasi secara keseluruhan. Untuk itu dibutuhkan iklim

keterbukaan dalam organisasi, supaya setiap karyawan berani dan

bersedia menyampaikan gagasan, pendapat, saran, komentar,

pertanyaan, kritik dan ketidakpuasan mereka. Selain itu, perlu

30
dikembangkan pula komunikasi yang interaktif dengan para

pelanggan, agar bisa diperoleh informasi yang akurat mengenai

kebutuhan dan keinginan mereka, tuntutan mereka terhadap

produk atau jasa perusahaan, serta umpan balik dari mereka

berkenaan dengan konsumsi produk/jasa yang dibeli.

d. Melembagakan Pendidikan dan Pelatihan

Pelatihan sangat penting bagi setiap orang. Semakin baik seorang

karyawan dilatih, maka akan semakin baik pula kinerjanya.

Semakin terlatih baik seorang pelanggan, maka semakin andal

jasa yang disampaikan. Dalam bidang jasa, sudah merupakan

keharusan bahwa keterampilan dan pendidikan berjalan seiring.

Bila itu terjadi, maka organisasi akan bisa mencapai.

e. Mendorong keunggulan kualitas dan mempertahankan

kesesuaian kualitas tersebut di seluruh jajaran organisasi.

Program perbaikan kualitas terus-menerus menempatkan

pelanggan sebagai pihak terpenting. Program yang kerap kali

disebut pula program customer-based ini sangat menekankan

aspek kesinambungan (terus- menerus), karena unsurunsur yang

terdapat dalam kualitas selalu mengalami perubahan. Apa yang

saat ini dipandang telah berkualitas, dalam waktu tidak terlalu

lama bisa saja sudah tidak lagi memadai.

M. STRATEGI DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN

31
PELANGGAN/ KLIEN TERHADAP PELAYANAN RS

Beberapa tipe strategi untuk memperoleh kepuasan pelanggan dalam

pelayanan. Strategi tersebut adalah :

a. Strategi Pemasaran berupa Relation Ship Marketing (kemitraan

dengan pelanggan secara berkelanjutan).

b. Strategi Superior Customer Service (menawarkan pelayanan yang

lebih baik daripada pesaing).

c. Strategi Unconditional Service Guaranntees atau komitmen untuk

memperbaiki kinerja dengan cara meningkatkan motivasi

karyawan melalui suatu garansi atau jaminan.

d. Strategi penanganan keluhan yang efisien.

e. Strategi peningkatan kinerja perusahaan meliputi berbagai upaya

untuk melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan

pelanggan secara berkesinambungan seperti contoh : memberikan

diklat kepada karyawan.

Menetapkan Quality Function Deployment (QFD) yaitu praktek

untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan atas

kebutuhan pelanggan. QFD berusaha menterjemahkan apa yang

dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi.

N. STANDAR KEWASPADAAN YANG HARUS

DITERAPKAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

TERUTAMA RS

32
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27

Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Ada sebelas kewaspadaan yag

diterapkan di manajemen pelayanan RS yaitu Kebersihan tangan, Alat

Pelindungan Diri (APD), dekontaminasi peralatan perawatan pasien,

pengendalian lingkungan, Air listrik dan sanitaai, ventilasi dan

kualitas udara, pengelolaan alat medik reusable dan disposible,

Pengelolaan makanan.

O. CARA MANAJEMEN REKAM MEDIS RS

Menurut Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatanperorangan secara paripurna yang menyediakanpelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawatdarurat. Berdasarkan hal tersebut

maka rumah sakit dituntut untuk dapat mengelola dan

memberikanpelayanan kesehatan kepada masyarakatsebagai

pelanggannya dengan baik, baik pelayanan yang bersifat

langsungmaupun yang bersifat tidak langsung seperti pelayanan di

bagian rekam medis (Murwani, 2012).

Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang

Rekam Medis, menyebutkan bahwa rekam medis merupakanberkas

yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

33
diberikan kepada pasien. Dengan demikian dokumen rekam medis

harus dikelola dengan baik agar tidak rusak atau hilang sehingga dapat

dipergunakan kembali untuk pengobatan atau pemberian pelayanan

lainnya (Depkes RI, 2006). Salah satu Unit Rekam Medis yang

menunjang dalam pelayanan rekam medis adalah ruang penyimpanan

(filing) dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap

maupun gawat darurat disimpan. Dalam pelaksanaan penyimpanan

dokumen rekam medis berpedoman pada sistem penyimpanannya

(Depkes, 2006).

Sistem penyimpanan dokumen rekam medis merupakan salah

satu faktor yang sangat penting dalam pemberian pelayanan di rumah

sakit.Sistem penyimpanan dokumen rekam medis memberikan

ketersediaan data tentang segala pelayanan yang telah diberikan

kepada pasien.Oleh karena itu penyimpanan dokumen rekam medis

harus dikelola dengan baik untuk dapat memberikan pelayanan yang

optimal kepada pasien.Menurut Permenkes 269 tahun 2008 tentang

rekam medis, ruang penyimpanan dokumen rekam medis dapat

digunakan untuk menampung dokumen rekam medis aktif selama

lima tahun, sedangkan menurut Dirjen Bina Pelayanan Medis tahun

2006 penyimpanan dokumen rekam medis dianjurkan atau disarankan

untuk menggunakan sistem penyimpanan sentralisasi dengan

penjajaran sistem nomor akhir (Depkes, 2006).

34
P. BENTUK PROGRAM DALAM MENJAGA MUTU PELAYANAN

DI RS

Bentuk program menjaga mutu ditinjau dari waktu

pelaksanaannya dapat dibedakan atas tiga macam. Pertama, program

menjaga mutu prospektif, yaitu program menjaga mutu yang

diselenggarakan sebelum pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini,

perhatian utama lebih ditujukan pada unsur masukan serta lingkungan.

Prinsip-prinsip pokok program menjaga mutu prospektif, di antaranya

yang penting adalah standarisasi, perizinan, sertifikasi dan akreditasi.

Kedua, program menjaga mutu konkuren, yaitu program menjaga

mutu yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan.

Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan pada unsur proses,

yakni memantau dan menilai tindakan medis dan non medis yang

dilakukan. Ketiga, program menjaga mutu retrospektif, yaitu program

menjaga mutu yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan,

contohnya tinjauan rekam medik, tinjauan jaringan, survei klien.

Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan pada unsur

keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan

kesehatan. Pengukuran mutu retrospektif antara lain penilaian rekam

medik, wawancara, kuesioner, dan pertemuan. Bentuk program

menjaga mutu ditinjau dari kedudukan organisasi pelaksana program

35
menjaga mutu dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, program

menjaga mutu internal yaitu kegiatan program menjaga mutu yang

diselenggarakan oleh institusi kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan. Penyelenggara tersebut dapat berupa

perseorangan atau bersama-sama dalam suatu organisasi. Kedua,

program menjaga mutu eksternal yaitu kegiatan program menjaga oleh

suatu organisasi khusus yang berada di luar institusi kesehatan.

Kegiatan program menjaga mutu dibedakan menjadi dua tahap, yaitu

kegiatan persiapan dan kegiatan pelaksanaan.

Q. UPAYA DALAM MENINGKATKAN MUTU TENAGA

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

a. Pelatihan

Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk

meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau

dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya,

sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008)

mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah

ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk

mengubah perilaku kerja seorang/ sekelompok pegawai dalam

usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan

keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan

yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang

36
dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan

kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam

pekerjaannya.

Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan

karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang

mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan

merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber

daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru

ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena

adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan

lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.

b. Pengembangan

Menurut Price (2011), pengembangan SDM merupakan

pendekatan strategis untuk melakukan investasi dalam sumber

daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia

menyediakan kerangka kerja untuk pengembangan diri, program

pelatihan dan kemajuan karir yang disesuaikan dengan kebutuhan

keterampilan dalam organisasi di masa yang akan datang.

Pengembangan sumber daya manusia adalah proses untuk

meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam

membantu tercapainya tujuan organisasi (Bangun, 2012).

Menurut Priansa (2014), pengembangan sumber daya

manusia dapat dipahami sebagai penyiapan individu karyawan

37
untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di

dalam organisasi. Pengembangan biasanya berhubungan dengan

peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang

diperlukan untuk menunaikan pekerjaan yang lebih baik.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan sebuah bagian

dari sistem manajemen sumber daya manusia, di dalamnya

termasuk pelatihan dan pengembangan (training and

development), pengembangan karir (career development), dan

program serta proses dari pengembangan organisasi (organization

development) (Werner, 2011).

R. BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIPEROLEH

TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67

Tahun 2019 Pasal 87

a. Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:

1) memperoleh pelindungan hukum; dan

2) memperoleh imbalan.

Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tenaga

Kesehatan yang bertugas di daerah tertinggal perbatasan dan

kepulauan serta daerah bermasalah kesehatan juga berhak atas

kenaikan pangkat istimewa dan perlindungan dalam

melaksanakan tugas.

38
Pasal 88

1. Pelindungan hukum Tenaga Kesehatan diperoleh sepanjang

melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi, standar

pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional.

2. Pelindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditujukan untuk:

a. Memberikan kepastian hukum kepada tenaga kesehatan

dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Menjamin bekerja tanpa paksaan dan ancaman dari pihak lain;

dan

c. Menjamin bekerja sesuai dengan kewenangan dan kompetensi

keprofesiannya.

3. Pelindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. pelindungan hukum preventif; dan

b. pelindungan hukum represif.

4. Pelindungan hukum preventif sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf a untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi Tenaga

Kesehatan dalam menjalankan praktik keprofesiannya dan

memiliki kebebasan dalam menjalankan praktik keprofesiannya.

39
5. Pelindungan hukum represif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf b untuk menjamin Tenaga Kesehatarl yang telah bekerja

sesuai dengan standar mendapatkan kesempatan pembelaan diri

dan proses peradilan yang adil sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

S. SISTEM RUJUKAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI

RUMAH SAKIT

1. Sistem Rujukan Internal Dan Eksternal Di Rumah Sakit

a. Rujukan dilaksanakan atas persetujuan pasien atau keluarga;

b. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

setelah pasien dan/atau keluarganya mendapatkan penjelasan

dari tenaga kesehatan yang berwenang.

c. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-

kurangnya meliputi:

1. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang

diperlukan;

2. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;

3. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;

4. transportasi rujukan; dan

5. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam

perjalanan.

40
d. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum melakukan rujukan

adalah:

1. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan

stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta

sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan

pasien selama pelaksanaan rujukan;

2. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan

memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima

pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan

3. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan

kepada penerima rujukan.

e. Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud pada poin c

diatas, sekurang-kurangnya memuat:

1. Identitas pasien;

2. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;

3. Diagnosis kerja;

4. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;

5. Tujuan rujukan; dan

6. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang

41
memberikan pelayanan.

f. Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi

pasien;

g. Selama proses transportasi rujukan ada staf yang kompeten

sesuai dengan kondisi pasien yang selalu memonitor dan

mencatatnya dalam rekam medis;

h. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima

oleh penerima rujukan.

i. Pasien atau keluarga diberi penjelasan apabila rujukan yang

dibutuhkan tidak dapat dilaksanakan

b. Sistem rujukan kebidanan

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu

pelimpahan tanggung jawab timbal-balik atas kasus atau masalah

kebidanan yang timbul baik secara vertikal,maupun horizontal.

Rujukan vertikal,maksudnya adalah rujukan dan komunikasi

antara satu unit ke unit yang telah lengkap. Misalnya dari rumah

sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C

ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan

personalianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan

komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah sakit,misalnya

antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak

(Syafrudin,2013)

a. Rujukan dan pelayanan kebidanan

42
1. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang

lengkap ke unit yang lebih lengkap

2. Rujukan kasus patologis pada kehamilan,

persalinan, dan nifas

3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia

lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi

yang memerlukan penanganan spesialis

4. Pengiriman bahan laboratorium

5. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium

telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit

semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang

lengkap.

b. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan.

1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk

memberikan pengetahuan dan keterampilan

melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi

kasus dan demonstrasi operasi.

2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah

untuk menambah pengetahuan dan keterampilan

mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau

rumah sakit pendidikan juga dengan mengundan

tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang

diselenggarakan tingkat provinsi atau instituasi

43
pendidikan.

c. Rujukan informasi medis

1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita

yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang

mengirim

2. Menjalin kerjasama dalam sistem pelaporan data-

data parameter pelayanan kebidanan, terutama

mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini

sangat berguna untuk memperoleh angka-angka

secara regional dan nasional.

B. MANAJEMEN AUDIT MEDIS DALAM BANGSAL KEBIDANAN

Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap

mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan

menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.

Audit medis terdiri dari audit internal dan eksternal. Audit medis yang

digunakan di RS adalah audit internal yaitu kegiatan yang sistemik

dan dilakukan oleh peer yang terdiri dari kegiatan review,

suerveilance dan assessment terhadap pelayanan medis. Manajemen

Pelaksanaan Audit Medis:

Direktur RS harus membentuk tim pelaksana audit medis

yang terdiri dari Komite Medis, Sub Komite (Panitia) Peningkatan

Mutu Medis atau Sub Komite (Panitia) Audit Medis. Pelaksana audit

44
medis harus melibatkan bagian rekam medis khususnya dalam hal

pengumpulan berkas rekam medis. Kemudian melakukan pemilihan

topik yang akan dilakukan audit, setelah topik terpilih maka perlu

ditentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, objektif dan rinci

terkait dengan topik tersebu dan ditetapkan jumlah kasus/ sampel yang

akan diaudit untuk dilakukan pembandingan standar/ kriteria dengan

pelaksanaan pelayanan dengan dilanjutkan melakukan analisa kasus

yang tidak sesuai standar dan kriteria. Selanjutnya peer group

melakukan tindakan korektif terhadap kasus tersebut secara kolegial

dan menghindari “blaming culture” dengan membuat rekomendasi

upaya perbaikannya, cara- cara pencegahan dan penanggulangan,

mengadakan program pendidikan dan latihan, penyusunan dan

perbaikan prosedur yang ada dan lain sebagainya. Tidak lupa untuk

melakukan re-audit untuk mengetahui apakah sudah ada upaya

perbaikan.

45
BAB III

PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

DI RUMAH SAKIT DAERAH HARAPAN DAN DOA

KOTA BENGKULU

A. PROFIL RSUD-HD KOTA BENGKULU

Rumah sakit umum daerah kota Bengkulu yang selanjutnya disebut RSUD kota

Bengkulu merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah kota Bengkulu

yang terletak di pusat jantung kota, tepatnya di Jl. Letjen Basuki Rahmat No.01 kota

Bengkulu didirikan di atas tanah seluas 11.651m2 dengan luas bangunan 1.350m2

yang diselenggarakan atas peraturan daerah kota Bengkulu nomor 11 tahun 2013

tentang pendirian dan pembentukan susunan organisasi rumah sakit umum daerah

kota Bengkulu, yang ditetapkan di Bengkulu tanggal 22 Oktober 2013. Pada tanggal

28 Februari 2013 sudah ter-registrasi dari kementrian kesehatan republik Indonesia

dengan kode rumah sakit 1771002s.

Seiring berjalannya waktu RSUD kota Bengkulu mulai menerapkan pola

pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) secara penuh

mulai 1 januari 2017 berdasarkan keputusan walikota Bengkulu nomor : 192 Tahun

2016 tanggal 03 November 2016 tentang penetapan pola pengelolaan keuangan

badan layanan umum daerah rumah sakit umum daerah kota Bengkulu. PPK-BLUD

yaitu sistem yang diterapkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang

mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari

ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya. Fleksibilitas dalam artian keleluasaan

dalam pola pengelolaan bisnis yang sehat untuk meningkatkan layanan kepada

masyarakat tanpa mencari keuntungan dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

46
Terkait standar pelayanan publik,RSUD kota Bengkulu memperoleh piagam

penghargaan sebagai role model penyelenggara pelayanan public kategori’A’ sesuai

dengan keputusan kementrian pendayagunaan aparatur negaa dan reformasi birokrasi

republic Indonesia nomor 191 tahun 2016 tanggal 2 maret 2017.sebelumnya RSUD

kota Bengkulu pada tahun 2016 telah mendapatkan sertifikat dari komisi akreditasi

rumah sakit(KARS) bahwa RSUD kora Bengkulu memenuhi standar akreditasi

rumah sakit dan dinyatakan lulus terakreditasi tingkat PERDANA(bintang satu),yang

tertuang dalam sertifikat nomor KARS-SERT/174/IX/2016 tanggal 13 September

2016. Pada tahun 2018 nama RSUD kota Bengkulu berganti nama menjadi RSUD

Harapan dan Doa (RSUD-HD) kota Bengkulu berdasarkan peraturan walikota

Bengkulu nomor 46 tahun 2018 tentnag penetapan nama rumah sakit umum daerah

kota Bengkulu.

Berdasarkan sertifikat izin opersional dan penetapan klasifikasi rumah sakit

umum dari pemerintah kota Bengkulu melalui dinas penanaman modal dan

pelayanan satu pintu kota Bengkulu nomor 22 februari 2019 bahwa RSUD harapan

dan doa kota Bengkulu memenuhi klasifikasi rumah sakit umum kelas”C” dengan

masa berlaku izin operasional 21 februari 2019 sampai dengan 26 maret 2022. Disisi

lain,dengan mengedepankan mutu pelayanan RSUD-HD kota Bengkulu memperoleh

sertifikat akreditasi rumah sakit dari komisi akreditasi rumah sakit (KARS) dan

dinyatakan lulus tingkat madya (bintang tiga) dengan masa berlaku 30 juli 2019

sampai dengan 29 juli 2022 sesuai dengan sertifikat nomor :

KARS-SERT/912/VIII/2019 tanggal 21 Agustus 2019.

Pada tahun 2020 merupakan tahun keempat RSUD-HD kota Bengkulu dalam

melaksanakan tata kelola keuangan sebagai badan layanan umum daerah.secara

umum kondisi RSUD-HD cukup siap dan kondusif untuk melakukan perubahan-

perubahan. Berdasarkan analisa internal dan eksternal RSUD-HD dalam posisi sehat

dan dalam pertumbuhan,serta sebagai leader dalam pelayanan di kota Bengkulu.

Menggunakan seluruh potensi yang ada serta memanfaatkan peluang yang ada agar
47
mampu meningkatkan pelayanan yang selalu berkembang setiap tahunnya dan

bersaing dengan rumah sakit sekitarnya yang sudah lama beropersional maupun

yang baru beroperasional.

RSUD-HD dituntut mampu memberikan pelayanan prima yang bermutu, sehingga

dibutuhkan sumber daya manusia/tenaga-tenaga professional,sarana dan

prasarana,alat-alat kesehatan,serta sistem yang paling mendukung memberikan

keuatan yang amat besar untuk meningkatkan pelayanan atau memberikan pelayanan

yang terbaik dan memuaskan kepada masyarakat untuk itu perlu dilakukan

pengembangan pelayanan kesehatan yang meliputi :

1. Instalasi gawat darurat

2. Poli klinik umum.

3. Poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan

4. poliklinik penyakit dalam

5. poliklinik geriatric

6. poliklinik anak, poliklinik bedah

7. poliklinik THT

8. poliklinik kulit dan kelamin

9. poliklinik saraf

10. poliklinik konservasi gigi

11. poliklinik prostodonti

12. laboratorium gigi

13. poliklinik konsultasi gizi

14. poliklinik terpadu (VCT dan Dots)

15. pelayanan fisioterapi

16. instalasi radiologi

17. pelayanan hemodialisa

18. IP dan VVIP

19. kelas I-III


48
20. kebidanan

21. perinatology

22. HCU.

B. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam struktur organisasi di rumah sakit kota Bengkulu di kepalai atau di pimpin

oleh direktur kemudian dalam menjalankan tugasnya direktur didampingi oleh

bagian fungsional. Dalam proses kerja di RS kota dibagi dalam berberapa bagian sub

yaitu : seksi pelayanan medis dan keperawatan, seksi penunjang medis, sub bagian

umum dan perlengkapan, sub bagian keuangan dan perencanaan serta sub bagian

kepegawaian.

49
Adapun peraturan walikota Bengkulu nomor 72 tahun 2021 tentang pembentukan

kedudukan susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum harapan dan doa

kota Bengkulu sebagai berikut :

1. RS dikepalai oleh direktur

2. Terbagi menjadi beberapa bagian pembantu pimpinan rumah sakit yaitu :

1) Bagian tata usaha

a. Subbang keuangan

b. Subbag umum dan perencanaan

c. Subbag kepegawaian

2) Bidang pelayanan medis dan keperawatan

a. Seksi pelayanan medis

b. Seksi pelayanan keperawatan dan kebidanan

c. Instalasi dan KJF

3) Bidang penunjang medis dan non medis

a. Seksi penunjang medis dan kefarmasian

b. Seksi penunjang non medis

c. Instalasi dan KJF

4) Bidang diklat, mutu dan akreditasi

a. Seksi pendidikan dan pelatihan

b. Seksi mutu dan akreditasi

C. FALSAFAH,VISI,MISI DAN MOTTO RSUD KOTA BENGKULU

b. Falsafah

RSUD kota Bengkulu sebagai lahan pengabdian kepada masyarakat

c. Visi

50
Memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau dengan mengutamakan

kepuasan pelanggan menuju rumah sakit terbaik se-provinsi Bengkulu

d. Misi

1. Menjadikan RSUD kota Bengkulu sebagai pemberi pelayanan yang

bermutu, berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang professional

3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

4. Menciptakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

e. Motto

Melayani dengan hati, hati-hati, setulus hati dan tidak sesuka hati

D. FASILITAS DAN PELAYANAN DI RS KOTA

a. Jenis pelayanan dan fasilitas

1) Gawat darurat

Merupakan pelayanan medis 24 jam dari berbagai macam penyakit kegawat

daruratan. Pasien akan di periksa dan ditangani oleh tenaga kesehatan dari

berbagai disiplin ilmu kedokteran secara professional dengan fasilitas yang

memadai/lengkap dan canggih. Fasilitas dan pelayanan gawat darurat terdiri

dari :

a. Pelayanan 24 jam yang terdiri dari :

1. 1 Ruang triage

2. 2 ruang tindakan kegawat daruratan

3. 1 ruang HCU

4. 1 ruang observasi

5. Pacu jantung (DC Shock/defibrillator)

6. Nebulizer

7. Pneumatic tube

8. Vasculuminator
51
b. Menerapkan sistem triage (sistem seleksi penderita). Pasien

dikategorikan sesuai tingkat kegawatan dan prioritas penanganannya

dengan pemberian kode warna merah, kuning, hijau, dan hitam.

c. Tim emergency (dokter dan perawat jaga, dokter spesialis on call)

yang professional, terididik dan terlatih.

d. Sarana peralatan medis yang lengkap termasuk laboratorium,radiologi

dan farmasi beroperasi 24 jam

e. Ruang tunggu yang luas dan nyaman

f. Pelayanan mobil ambulan yang siap 24 jam

g. Dukungan ICU dan hight dependency unit serta kamar operasi yang

siap beroperasi 24 jam.

2) Rawat jalan

Rawat jalan adalah pelayanan yang dilakukan tanpa pasien menginap. Dalam

hal ini melayani tindakan obserwasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi

medic serta pelayanan kesehatan lainnya. Adapun syarat berobat di RSUD-

HD adalah sebagai berikut :

a) Pasien BPJS

- Kartu berobat pasien RSUD (pasien lama)

- Asli dan Fotocopy kartu BPJS

- Asli dan Fotocopy kartu KTP

- Asli dan Fotocopy surat rujukan dari RSUD setempat dan SEP

yang sudah dilgalisasi oleh petugas BPJS RSUD setempat

b) Pasien jamkesda

- Kartu identitas KTP

- Kartu berobat pasien RSUD (pasien lama)

- Kartu jamkesda,surat jaminan dari dinkes setempat

c) Pasien umum

- Kartu identitas KTP


52
- Kartu berobat pasien RSUD (pasien lama)

Pelayanan rawat jalan terdiri dari poliklinik umum, poliklinik penyakit

dalam ( geriatric (untuk lansia), DOTS & VCT), poliklinik bedah, poliklinik

anak, poliklinik kandungan dan kebidanan, poliklinik THT, poliklinik saraf,

poliklinik gigi, poliklinik konservasi gigi, laboratorium prostodontia dan

fisioterapi.

3) Rawat inap

a. Ruang perawatan

Fasilitas rawat inap di RSUD kota Bengkulu berkapasitas 119 tempat

tidur yang terdiri dari :

53
b. Layanan pendaftaran rawat inap

Lokasi dimana, jam pelayanan jam berapa, nomor telepon dan ekstensi.

Dokumen yang perlu disiapkan :

1) Kartu berobat rumah sakit (pasien lama)

2) Kartu asuransi kesehatan (BPJS)

3) Tanda pengenal (SIM atau KTP)

4) Farmasi 24 jam

5) Laboratorium

6) Radiologi

7) PONEK

8) Hemodialisa

9) Fasilitas umum

- Fasilitas parker

- Ruang tunggu pengunjung pasien

- Kantin

- Fotocopy

- Mushola

- Tempat bermain anak

54
E. PENDOKUMENTASIAN REKAM MEDIK

Rekam medis adalah berkas berisi catatan maupun dokumen yang memuat

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada

pasien di fasilitas pelayanan kesehatan (Menteri Kesehatan RI, 2013). Proses

penyelenggaraan rekam medis dimulai ketika pasien diterima di rumah sakit,

kemudian kegiatan pencatatan data medis pasien tenaga kesehatan seperti dokter atau

dokter gigi dan tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan secara

langsung kepada pasien (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Rangkaian kegiatan rekam medis antara lain mulai dari penerimaan pasien di

fasilitas pelayanan kesehatan, pencatatan data medis oleh tenaga kesehatan, lalu

pengelolaan data rekam medis, penyimpanan rekam medis, dan pengembalian rekam

medis. Sebagai unit yang memiliki data dan informasi penting terkait catatan

kesehatan pasien maka unit rekam medis harus bisa memberikan informasi terkait

data rekam medis secara cepat, akurat, dan tepat waktu.


55
Ketepatan waktu pengembalian rekam medis merupakan salah satu faktor

yang dapat berpengaruh terhadap kecepatan tersedianya informasi rekam medis

(Sabela Hasibuan, 2020). Beberapa penelitian mencantumkan ketentuan waktu

pengembalian berkas rekam medis berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO)

yang berlaku masing-masing rumah sakit. Menurut penelitian Al Aufa (2018); Robik

(2017); Utami (2018), Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai pengembalian

berkas rekam medis dari ruang rawat inap maksimal 2 x 24 jam setelah pasien

keluar.

F. ALUR PELAYANAN

1. Standar Prosedur Operasional Pendaftaran Pasien


a. Pengertian
Pendaftaran pasien adalah kegiatan yang di lakukan dibagian pendaftaran
rekam medis yang mempunyai fungsi untuk mendaftarkan pasien yang
belum atau sudah pernah berobat.
b. Tujuan
Agar tercapainya keseragaman dalam penyelenggaraan tertib administrasi
pendaftaran pasien di rumah sakit.
c. Kebijakan
1) Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,
2) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 Tentang
Rekam Medis
d. Prosedur Pendaftaran Poliklinik/ Rawat Jalan
1) Pasien datang dan mengambil nomor urut pendaftaran
1) Pasien duduk di ruang tunggu pendaftaran Petugas memanggil
pasien sesuai dengan nomor urut pendaftaran
2) Petugas menanyakan tentang layanan yang akan di tuju
3) Bagi pasien yang pernah berkunjung ke rumah sakit sebelumnya
maka petugas menanyakan nomor rekam medis pasien
sedangkan bagi pasien baru petugas menanyakan identitas
pasien dan membuat nomer rekam mesid untuk pasien baru
4) Jika pasien JKN-KIS, petugas menanyakan kelengkapan pasien
seperti kartu JKN-KIS, Surat Rujukan, dan khusus untuk pasien
JKN PBI maka harus melampirkan fotocopy KTP, KK, Kartu
56
BPJS dan Akte kelahiran untuk pasien anak-anak
5) Bagi pasien asuransi kesehatan, petugas menanyakan kartu
asuransi milik pasien dan surat pengantar dari perusahaan
6) Bagi pasien umum, petugas langsung membuat status rekam
medisnya dan di catat dalam buku kunjungan register
7) Bagi pasien yang pernah berkunjung maka petugas pendaftaran
menyerahkan nomor rekam medisnya kepetugas rekam medis
guna dicarikan kelengkapan rekam medis pasien dan berkas
pasien JKN-KIS diserahkan ke petugas IKS guna diverifikasi
8) Pasien disarankan untuk menunggu di depan ruang poliklinik
yang di tuju
9) Status rekam medis pasien diserahkan ke poliklinik.

Dalam memberikan pelayanan RSUD-HD kota Bengkulu akan

memberikan pelayanan sesuai dengan motto serta visi dan misi di rumah sakit.

Dalam proses penerimaan pasien baik dengan rujukan atau tanpa rujukan pasien

akan di bawa ke ruang IGD terlebih dahulu untuk diperiksa dan mengobservasi

keadaan pasien dengan rekam medis pasien berupa asesmen pasien IGD serta

persyaratan administrasi pasien. Setelah administrasi baik diterangkan sebagai

pasien umun atau BPJS dan menyelesaikan pemeriksaan serta persyaratan

lainnya maka pihak rumah sakit akan mengarahkan pasien akan dirawat inap

atau rawat jalan apabila pasien di perbolehkan rawat jalan maka setelah

pemeriksaan oleh dokter akan diberikan obat selama perawatan rawat jalan.

Obat yang telah diresepkan ditulis di lembar pemberian obat pasien di salah satu

lembar bagian rekam medis. Pengambilan obat akan di arahkan ke apotik IGD

setelah obat rawat jalan telah diberikan pasien dapat pulang.

Pada pasien rawat inap maka pihak rumah sakit bagian informasi akan

mengarahkan pasien akan dirawat di ruangan sesuai dengan indikasi dan

diagnosa pasien dirawat. Dalam penempatan rawat inap pasien juga akan

ditempatkan sesuai kelas yang pasien inginkan. Jika untuk pasien BPJS sesuai

dengan kelas BPJS yang di miliki Pasien. Setelah di tempatkan di ruangan maka

rekam medis (RM) serta pasien akan di antar oleh kurir kemudian diserahkan ke
57
bagian tenaga kesehatan di ruangan kemudian dilakukan perwatan oleh perawat

dan bidan. Observasi pemantauan perkembangan akan di catat dalam lembar

asuhan serta lembar pemberian obat yang tertera dalam RM pasien. Tiap harinya

dokter penanggung jawab akan visit atau memantau perkembangan pasiennya

didampingi oleh perawat serta bidan yang ada di ruang perawatan. Setelah

dinyatakan pasien dapat pulang oleh dokter maka perawat akan mempersiapkan

keterangan bahwa pasien diperbolehkan pulang dengan persetujuan dari dokter

kemudian menyiapkan obat pulang sesuai dengan anjuran dokter. Apabila

administrasi, obat dan buku control ulang telah diberikan maka pasien akan

diperisapkan pulang dan pasien diperbolehkan pulang.

58
b. Alur pelayanan diruang kebidanan RSUD-HD kota Bengkulu

Dalam ruang poli klinik kebidanan terdapat 3 ruangan yaitu ruang

tindakan atau VK (tindakan persalinan), ruang perawatan ( VIP, Isolasi, Kelas I,

II, dan III) serta ruang perawatan Khusus Covid. penempatan rawat inap di

ruang poliklinik kebidanan pasien akan ditempatkan sesuai kelas yang pasien

inginkan. Jika untuk pasien BPJS sesuai dengan kelas BPJS yang di miliki

Pasien. Setelah di tempatkan di ruangan maka rekam medis (RM) serta pasien

akan di antar oleh kurir kemudian diserahkan ke bagian tenaga kesehatan di

ruangan kemudian dilakukan perwatan oleh perawat dan bidan. Observasi

pemantauan perkembangan akan di catat dalam lembar asuhan serta lembar

pemberian obat yang tertera dalam RM pasien. Tiap harinya dokter penanggung

jawab akan visit atau memantau perkembangan pasiennya didampingi oleh

perawat serta bidan yang ada di ruang perawatan. Setelah dinyatakan pasien

dapat pulang oleh dokter maka perawat akan mempersiapkan keterangan bahwa

pasien diperbolehkan pulang dengan persetujuan dari dokter kemudian

menyiapkan obat pulang sesuai dengan anjuran dokter. Apabila administrasi,

obat dan buku control ulang telah diberikan maka pasien akan diperisapkan

pulang dan pasien diperbolehkan pulang.

59
G. SUMBER DAYA MANUSIA

UU Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014, tentang Tenaga Kesehatan. Dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum. Maka setiap unit yang membutuhkan tambahan

tenaga kontrak atau mitra di ajukan ke bagian kepegawaian, keuangan dan

perencanaan setelah disetujui maka akan dilakukan rekrutmen tenaga kontrak di RS

kota Bengkulu. Alur rekrutmen akan dimulai dari yaitu, Pengumuman di media

sosial (instragram dan lain lain), Pemeriksaan berkas kalau berkas lengkap maka

peserta dapat di umumkan melalui media sosial sama dengan pengumuman awal,

Bila memenuhi syarat dari hasil nilai tes diatas maka dilakukan tes selanjutnya.

Pengembangan SDM ditujukan untuk menjaga mutu kualitas SDM RS ini

sendiri. Dimana SDM ini merupakan ujung tombak dari mutu pelayanan yang

diberikan. Apabila SDM memiliki banyak kompetensi, maka pengaduan

ketidakpuasan pasien akan berkurang. Alur pengembangan SDM, Rumah Sakit akan

bersurat ke SDM terkait usulan dikjur, ataupun diklat yang lain, Selain itu Rumah

sakit membuat pelatihan sesuai kebutuhan Rumah Sakit. Pelatihan-pelatihan ini

dilakukan continue atau berkelanjutan setiap tahunnya.

Rotasi personel/ SDM dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan antara

lain:

1. Pertimbangan masa kerja yang bersangkutan

2. Pertimbangan STR habis masa aktif nya

3. Pertimbangan agama dan kepercayaan

4. Pertimbangan keterampilan/ skill personel

SDM rumah sakit terdiri atas petugas medis dan non medis. Tenaga medis secara

khusus telah dposisikan sesuai tugas dan fungsi dengan mempertimbangkan disiplin

ilmu atau latar belakang pendidikan mereka, namun dapt saja tugas dan fungsi
60
administrasi tidak dijabat oleh orang yang tepat sesuai kriteria yang ditentukan.

Meskipun inti jasa pelayanan di RS adalah jasa kesehatan, pengguna jasa pelayanan

tersebut tentunya harus melalui tahap demi tahap proses kegiatan dan akan bertemu

dengan bagian-bagian pelayanan tidak langsung (Seperti bagian informasi,

administrasi, dll).

Bagian pelayanan tidak langsung RS dapat saja mengakibatkan pasien merasa tidak

puas dan tidak nyaman. Kondisi itu terjadi, apabila petugas dibagian pelayanan tidak

langsung bersikap tidak ramah, kurang sopan, judes dan tidak terampil.

SDM di RSUD-HD kota Bengkulu

H. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN PELAYANAN DI RUANG

KEBIDANAN
61
Kebidanan merupakan bagian yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di

rumah sakit serta mempunyai peranan dalam mendukung pelayanan kesehatan bagi

pasien dengan memberikan asuhan Kebidanan secara komprehensif selama 24 jam.

Mutu keperawatan sangat di dukung managemen bidang Kebidanan secara umum

bertanggung jawab terhadap pelayanan Kebidanan. Dalam pengorganisasian di

pelayanan kebidanan terdat kegiatan rapat bulanan untuk meningkatkan mutu dalam

memberi pelayanan yang sesuai dengan SOP yang berlaku sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan

a. Asuhan kebidanan penerapan standar asuhan kebidanan di rawat inap dan

unit khusus (IGD, VK, Poli Kebidanan dan Bangsal Kebidanan)

b. Evaluasi penerapan standar

2. Koordinasi :

a. Rapat keperawatan

b. Program pelatihan pengembangan perawat

c. Studi kasus

d. Supervise keperawatan

e. Rapat karu bersama karyawan

f. Peningkatan alat kerja

g. Pengadaan alkes baru

h. Pergantian alkes dan non alkes yang rusak

i. Peningkatan dan pembangunan RS

j. Pembangunan/ renovasi bangunan RS

k. Pengembangan hemodialisa

l. Persiapan survey verifikasi

62
m. System informasi managemen RS (tersedia Billing System di masing

masing Nurse Stasion)

I. CARA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PETUGAS

KESEHATAN DI RS

Dengan cara dilakukannya pelatihan, workshop dan sosialisasi. Pelatihan

dilakukan dengan waktu tidak menentu dikarenakan dalam satu akan dikumpulkan

terlebih dahulu permintaan daftar-daftar pelatihan dari masing-masing ruangan,

kemudian setelah dikumpul pelatihan akan dilakukan di tahun berikutnya.

J. SISTEM RUJUKAN DI RS KOTA BENGKULU

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan

tanggung jawab timbal-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik

secara vertikal,maupun horizontal. Rujukan vertikal, maksudnya adalah rujukan dan

komunikasi antara satu unit ke unit yang telah lengkap. Rujukan horizontal adalah

konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah sakit, misalnya

antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak (Syafrudin,2013)

1. Rujukan dan pelayanan kebidanan

a. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih

lengkap. Rujukan ini dilakukan ke jenjang RS yang lebih tinggi (RSUD

Dr.M.Yunus)

b. Rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan, dan nifas. Rujukan

patologis yang memerlukan kolaborasi dengan spesialis lain, dilakukan dihari

yang berbeda. Karena masa berlaku rujukan hanya bisa digunakan di satu

unit saja untuk satu hari.

63
c. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya seperti kasus

ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis

d. Pengiriman bahan laboratorium

e. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan

dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang

lengkap.

2. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan.

a. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan

keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan

demonstrasi operasi.

b. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap

atau rumah sakit pendidikan juga dengan mengundan tenaga medis dalam

kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau instituasi

pendidikan.

3. Rujukan informasi medis

a. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis

rehabilitas kepada unit yang mengirim

b. Menjalin kerjasama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan

kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat

berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional.

K. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

1. Pengolaan sampah medis dan Non medis

Pengolahan limbah Medis dan Non Medis Rumah Sakit kota Bengkulu, dilakukan

berbagai tahap yaitu :

a. Pemisahan Limbah

64
Limba dipisahkan dari sumbernya. Semua limbah beresiko tinggi diberi label

jelas. Menggunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang

menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau

dibuang.

Plastik warna kuning untuk sampah medis, sampah yang berbahaya dan

sampah yg sudah bersentuhan sama pasien yaitu darah. Lalu plastk warna

hitam untuk sampah nonmedis atau sampah rumah tangga. Untuk sampah

jarum-jarum suntik akan di pisahkan dan di masukkan ke dalam tempat

sambah yang bernama safety box.

b. Penyimpanan Limbah

Sampah yang sudah dibuang dan dipisah berdasarkan warna pastik di setiap

ruangan akan di ambil oleh CS disetiap pergantian ship yaitu pagi, sore dan

malam. Selain itu jika sampah sudah penuh sebelum waktunya sampah akan

diambil oleh CS terlebih dahulu.

c. Penanganan Limbah

CS akan mengambil sampah pada setiap ruangan dengan cara diiikiat bagian

atasnya. Kantung diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa

mengayun menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk

dikumpulkan. Petugas pengumpul limbah memastikan kantung-kantung

dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang

sesuai dengan warna kantung. Kemudian sampah akan di buang berdasarkan

pengelompokkan yaitu sampah yg rumah tangga atau non medis akan

disimpan/dibuang pada tempat sampah bagian depan rumah sakit, kecuali

untuk limbah rumah tangga (bekas makan) pasien Covid dan HIV akan

dimasukkan dalam golongan limbah medis dikarenakan berbahaya sehingga

limbah non medis dari pasien biasa dan pasien covid tidak enyatu sehingga

menjadi aman bagi semua orang. Sampah non medis akan di buang ke tempat
65
sampah yang ada di bagian belakang rumah sakit, tempat sampah yang kedap

terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut oleh pihak ke tiga.

d. Pengangkutan dan pembuangan limbah

Untuk Limbah Non Medis setelah sampah di simpan dan dibuang limbah

akan di angkut oleh pengangkutan dengan kendaraan khusus yaitu kendaraan

yang mengangkut sampah yang bekérja sama dengan kelurahan dan

penganggutan sampah dilakukan setiap hari. Untuk sampah medis setelah di

simpan dan dibuang di tempat khusus, limbah akan di angkut oleh pihak

ketiga yang sudah kerja sama dengan rumah sakit dan di angkut 2 minggu

sekali atau 2-3 kali dalam seminggu.

2. Cara pengengolaan sampah cair

Limbah cair bekas operasi dan lab akan dibuang melalui saluran yang terhubung

langsung dari ruangan operasi dan lab ke mesin pengelolah cairan yang bernama

ipal. Kemudian cairan langsung di buang ke ipal untuk dioleh menjadi air jernih

kembali. Setelah cairan di kelola oleh ipal dan menjadi jernih kemudian akan di

buang ke pembuangan biasa.

3. SOP Penyimpanan Limbah Padat Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3/Medis)

Penyimpanan sementara limbah padat bahan berbahaya dan beracun (B3/ Medis)

adalah suatu upaya teknis dalam proses penyimpanan seluruh limbah B3/medis

agar disimpan dan dikumpulkan pada lokasi penyimpanan sementara (fasilitas

penyimpanan limbah B3 sampai diangkut ke lokasi pengolahan oleh CV. Tenang

Jaya Sejahtera, Indonesia),

a. Pedoman/acuan

1) Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2) Undang-Undang RI No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

66
3) PP RI No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun.

4) PermenLH No. 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis

Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

5) PermenLH Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Simbol dan Label LB3.

6) PermenLH Nomor 18 Tahun 2009 tentang tata cara perizinan pengelolaan

limbah bahan berbahaya dan beracun.

7) PermenLH Nomor 03 Tahun 2008 tentang tata cara pemberian simbol dan

label bahan berbahaya dan beracun.

8) Kepmenkes RI nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan

lingkungan Rumah Sakit.

9) Kepka Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 tentang tata-cara dan persyaratan

teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3.

b. Prosedur

1) Limbah Padat Infeksius (Medis)

a) Gunakan alat pelindurng diri (APD) sebelum melakukan

penyimpanan limbah B3 (infeksius)

b) Masukkan limbah B3 (infeksius) yang telah dibungkus kantong

khusus limbah infeksius (berwarma kuning) ke ruang penyimpanan

limbah infeksius.

67
c) Simpan dan susun limbah tersebut sehingga tidak terjadi tumpahan

(hindari posisi kemasan terbalik).

2) Limbah B3 lainnya

a) Simpan limbah B3 dari kegiatan Radiologi ke ruang penyimpanan

limbah radiologi dan masukkan ke dalam drum berwarna merah.

b) Simpan limbah B3 toksik (kegiatan farmasi dan laboratorium) ke

ruang penyimpanan limbah B3 campuran dan masukkan ke dalam

drum berwarna coklat.

c) Simpan limbah B3 lainnya (oli bekas, bohlam bekas, dan tinta printer

bekas) ke ruang penyimpanan limbah B3 lainnya dan masukkan ke

dalam drum berwarna biru.

d) Tutup kembali drum dan bersihkan apabila terjadi. tumpahan.

A. ALUR KOMPLAIN PASIEN PADA RS KOTA BENGKULU

Komplain adalah ungkapan keluhan ketidakpuasan terhadap sesuatu. Komplain

yang terjadi di rumah sakit merupakan ketakutan, rasa ketidakpuasan, atau rasa

kecewa yang di rasakan pasien atas keluarganya terhadap pelayanan yang diberikan

oleh petugas rumah sakit.berikut alur penanganan complain di RSUD-HD kota

Bengkulu

68
1) Unit Petugas terkait Menerima complain dari pasien

2) Minta bantuan kepada atasan/karu apabila Pasien tidak Puas dgn jawaban

petugas pada hari itu juga.

3) Minta bantuan dengan handling complan apabila Posien tidak puas dengan

jawaban atasan / karu, untuk dismpaikan kemanajemen Pada hari itu Juga.

4) Pasien akan mengisi Form R.inap / R.Jalan tentang isi complainnya dan

diberikan oleh handling complain untuk di tindak lanjutin pada hari itu juga.

5) Handling complain akan Menyampaikan kepada Menagemen dan Pihak yg

terkait atas komplain tersebut dan meminta jawaban pada hari itu Juga.

6) Komplain yg bersifat medis, akan disampaikan kepada dokter medical

information yang dimana akan dirapatkan di komite medik (Jika perlu)

untuk memberikan jawaban dan penjelasannya berdasarkan standar Rumah

Sakit.

7) Jika jawaban sudah diterima Handling complain, handling complain akan

menyampaikan jawabannya kepada pasien secara langsung (yang bersifat

69
non medis) sebagai jawaban resmi dari managemen. Dalam menyampaikan

jawaban handling complain mengundang pasien/ keluarga secara

kekeluargaan

8) Bila pasien tidak puas handling complain akan melaporkan ke handling

complain manager untuk mengatasi permasalahannya

9) Semua complain yang terjadi akan dilaporkan oleh costumer service

handling complain untuk direkap menjadi laporan bulanan handling

complain kepada pihak mnagemen.

10) Setiap complain yang terjadi akan dijadikan acuan untuk perbaikan baik

dari SDM maupun system.

70
71
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam praktek ini, kami memahami pelaksanaan manajemen pelayanan

secara nyata tentang praktek yang diberikan pada Praktik Managemen

Pelayanan Kebidanan Komprehensif. Praktik yang diberikan pada mahasiswa

berjalan sesuai teori. Selain itu dari pengkajian di Rumah Sakit daerah kota

Bengkulu ini kami dapat, Mengidentifikasi pengkajian kebutuhan organisasi,

Menganalisa kebutuhan manajemen, Mempelajari perencanaan manajemen

pelayanan, Melakukan pengorganisasian pelayanan, Melakukan Pengelolaan

pelayanan, Mempelajari Pengendalian dan monitoring pelayanan,

Mengevaluasi manajemen pelayanan, dan Mengatasi hambatan-hambatan

yang terjadi dalam manajemen pelayanan Rumah Sakit daerah kota

Bengkulu.

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam ilmu dan teori tentang

managemen pelayanan kebidanan di Rumah Sakit daerah kota Bengkulu.

2. Bagi Rumah Sakit daerah kota Bengkulu

Diharapkan dapat mempertahankan Managemen pelayanan kebidanan

yang telah ada dan tetap memberikan pelayanan yang maksimal kepada

pasien.

72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

You might also like