You are on page 1of 16

1

STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR


DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN
(Survey Di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi
Tengah Dan Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa
Barat)
LIDYA NAMORA, ARMASASTRA BAHAR, PETER ANDREAS

PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK
Di Indonesia, laporan mengenai keparahan karies gigi berdasarkan indeks def-t/DMFT dan
indeks pufa/PUFA masih langka, , padahal penelitian demikian sesungguhnya diperlukan
sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan upaya peningkatan
kesehatan gigi di seluruh daerah Indonesia, termasuk daerah terpencil dan daerah perkotaan..
Tujuan penelitian ini diketahuinya tingkat keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di
daerah tertinggal (Kec.Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) dan daerah perkotaan
(Kec.Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat). Penelitian ini adalah penelitian
survey deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan status keparahan karies gigi di daerah perkotaan
(SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat) menurut indeks def-t
senilai 3,38, indeks DMF-T senilai 0,54, indeks pufa 0,83, indeks PUFA 0,07, rasio pufa 28,6%.
Perilaku murid dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut tergolong kategori
baik. Status keparahan karies gigi di daerah tertinggal (SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) menurut indeks pufa untuk gigi sulung 1,63 dan indeks
PUFA untuk gigi permanen 0,4
Kata Kunci: Daerah Perkotaan; Daerah Tertinggal; Murid Sekolah Dasar; Status keparahan
Karies Gigi

ABSTRACT
In Indonesia, the research about the severity of caries in accordance to dmft index and pufa
index is infrequent, whereas this kind of research is needed as indicator to determine the oral
health status and the achievement of oral health improvement strategy in all area in Indonesia,
including rural and urban area.. The purpose of the research is knowing the level of severity of
caries between rural area (Kec. Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) and
urban area (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Bekasi Timur).This study is using
descriptive survey studies as methode. The result is caries severity status in elementary school
students in urban area (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Bekasi Timur)
according to deft index is 3.38, to DMFT index is 0,54, to pufa index is 0.83. to PUFA index is
0,07, to Pufa Ratio is 28,6%. The students' behavior in maintaining their oral health is in good
category. The caries severity status in elementary school students in rural area (Kec. Sirenja,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) according to pufa index is 1,63 and total
PUFA index is 0,4.
Keywords: Caries Severity Status; Elementary School Students; Rural area; Urban Ar

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


2

PENDAHULUAN

Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga
perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2004, penyakit karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%
penduduk Indonesia. Jika dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan, masyarakat di daerah
pedesaan memiliki prevalensi karies yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi karies aktif pada masyarakat di perkotaan sebesar 42%
dan di pedesaan sebesar 44,3%, sedangkan prevalensi pengalaman karies di perkotaan sebesar
66,5% dan di pedesaan sebesar 67,6%. Dengan demikian karies gigi harus ditangani oleh
berbagai pihak. Kemudian, dari hasil penelitian Susenas tahun 2008 dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk Indonesia yang mengeluhkan sakit gigi dan yang memiliki persentase tidak menyikat
gigi lebih tinggi terjadi di desa tertinggal dibandingkan desa tidak tertinggal.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2007 menunjukan, sebanyak 72,1%
penduduk memiliki pengalaman karies gigi dan sebanyak 46,5% diantaranya merupakan karies
aktif yang belum dirawat. Prevalensi karies gigi aktif pada anak usia sekolah dasar sebesar
66,8%-69,9% (DEPKES RI, 2004).
Di Indonesia, laporan mengenai keparahan karies gigi berdasarkan indeks def-t/DMF-T
dan indeks pufa/PUFA masih langka, padahal penelitian demikian sesungguhnya diperlukan
sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan upaya peningkatan
kesehatan gigi di seluruh daerah Indonesia, termasuk daerah tertinggal dan daerah perkotaan.
Dengan demikian, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keparahan
karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal (Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah) dan daerah perkotaan (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa
Barat).

TINJAUAN TEORITIS

Anak Usia Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar yaitu anak yang berumur 6-12 tahun. Pada anak usia 6-12 tahun
diperlukan perawatan lebih intensif karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


3

tumbuhnya gigi baru. Dengan demikian, penyuluhan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar
sangat penting karena pada usia tersebut merupakan masa kritis, baik bagi pertumbuhan gigi
geliginya juga bagi perkembangan jiwanya sehingga memerlukan berbagai metode dan
pendekatan untuk menghasilkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang sehat khususnya kesehatan
gigi dan mulut.(1) Selain itu, anak usia sekolah dasar pun memiliki motivasi yang kurang dalam
perawatan gigi. Dengan demikian, perawatan kesehatan gigi anak secara dini pun sangat berguna
bagi kesehatan gigi anak yang berada dalam taraf tumbuh kembang.(2)

Daerah tertinggal
Daerah tertinggal merupakan daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk yang relatif tertinggal. Kabupaten Donggala
dengan wilayah seluas 5,275.69 km2 terbagi menjadi 16 kecamatan dimana kecamatan Rio
Pakawa merupakan kecamatan terluas (872,16 km2) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah
terkecil adalah kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64 km.(3)
Pendidikan
Penduduk Kabupaten Donggala tergolong penduduk muda, berarti pada umumnya penduduknya
masih berada pada usia sekolah (sekitar 40 persen). Di kecamatan Sirenja, untuk tingkat Sekolah
Dasar (SD) terdapat 25 unit sekolah yang terdiri dari 25 unit sekolah negeri dan tidak memiliki
sekolah swasta, dengan jumlah murid SD negeri yang tercatat pada Tahun 2010 adalah 3390
orang dengan jumlah guru 293 orang yang memiliki rasio murid terhadap guru yaitu 12 orang.
Kesehatan
Di kecamatan Sirenja, tidak terdapat rumah sakit. Terdapat 1 puskesmas dan 5 puskesmas
pembantu dan tidak memiliki toko obat yang berizin. Untuk tenaga ahli kesehatan hanya
memiliki 2 dokter umum dan tidak memiliki dokter spesialis dan dokter gigi.(4) Kecamatan
Sirenja tidak memiliki program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).

Daerah Perkotaan
Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya
yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk daerah belakangnya. Letak
Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi Kota Bekasi terutama dari segi

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


4

komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di
Kota Bekasi menjadikan Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta.
Pendidikan
Di Kecamatan Bekasi Timur jumlah sarana pendidikan cukup memadai yaitu dari seluruh
tingkatan pendidikan terdapat 80 sekolah negeri dan 135 sekolah swasta. Jumlah sekolah dan
guru bertambah setiap tahunnya, data terakhir tercatat untuk tingkat pendidikan dasar terdapat
773 buah SD/MI dengan jumlah guru sebanyak 6.542 orang dan jumlah murid sudah mencapai
235.517 murid. Berdasarkan Penyusunan Kondisi Sosial Ekonomi Jawa Barat tahun 2009-2010,
Kota Bekasi menduduki peringkat ketiga teratas rata-rata lama sekolah yaitu 10,53 tahun.
Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani.(5)
Kesehatan
Di kota Bekasi terdapat 28 rumah sakit dan 31 puskesmas. Berdasarkan data yang tercatat di
Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Bekasi pada tahun 2009 tercatat 891 tenaga kesehatan : 127
Dokter Umum, 7 dokter spesialis, 75 dokter gigi, 206 perawat kesehatan, 176 bidan dan 186
tenaga medis lainnya. Untuk pelayanan kesehatan di kecamatan Bekasi Timur sendiri, terdapat 7
rumah sakit dan 4 puskesmas.(5)

Status Kesehatan
Pengertian sehat menurut WHO yaitu keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial,
keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan(6). Menurut UU Kesehatan no 36
Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Teori BLUM tentang Derajat Kesehatan Masyarakat


HL.Blum (1980) seorang ahli kesehatan masyarakat menyatakan bahwa status kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama yang dapat menjadi faktor timbulnya masalah
kesehatan. Keempat faktor tersebut, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
herediter.

Karies Gigi

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


5

Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di Negara
berkembang termasuk Indonesia, dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 90% anak mengalami karies gigi. Angka ini diduga lebih parah di
daerah daripada di kota dan pada anak-anak golongan ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ini
tentu saja berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses tumbuh kembang bahkan masa depan
mereka (Depkes RI., 2000).
Indeks Pengukuran Karies Gigi
Indeks merupakan ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok
terhadap suatu penyakit tertentu.(7) Ukuran tersebut dapat digunakan sebagai pengukur derajat
keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat.(7) Indeks karies dapat
digunakan untuk mendapatkan data status karies gigi seseorang.(7) Beberapa indeks karies gigi
yang umum digunakan adalah indeks Klein dan indeks WHO.(7) Selain itu, terdapat pula indeks
Significant Caries (SiC) dan indeks PUFA, tetapi lebih jarang digunakan.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah murid sekolah dasar kelas 1-6 yang
bersekolah di Kecamatan Sirenja dan Kecamatan Bekasi Timur. Sampel di Kecamatan Sirenja
merupakan 190 murid SD kelas 1-6 yang dipilih secara acak (metode random sampling) dari 12
SD. Sedangkan sampel di Kecamatan Bekasi Timur dipilih secara acak dengan diawali pemilihan
satu SD di tiap kelurahan berdasarkan daftar SD yang diperoleh dari UPTD Pembinaan Sekolah
Dasar Kecamatan Bekasi Timur sehingga didapatkan sampel 4 SD. Pada masing-masing SD
dipilih responden secara acak sebanyak 32 murid dan didapatkan total 192 responden.
Variabel Penelitian
1. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
2. Indeks def-t
3. Indeks DMF-T
4. Indeks pufa
5. Indeks PUFA

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


6

6. Rasio PUFA
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder pada murid sekolah dasar di
Kecamatan Sirenja dan data primer murid sekolah dasar di Kecamatan Bekasi Timur.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan pemeriksaan karies gigi.
Kuesioner yang diberikan kepada responden (murid sekolah dasar di kecamata n Bekasi
Timur) berisi mengenai sejumlah pertanyaan -pertanyaan yang harus dijawab oleh
r e s p o n d e n d e n g a n m e m b e r i k a n t a n d a s i l a n g t e r h a d a p j a w a b a n ya n g d i p i l i h .
R e s p o n d e n mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan,
sikap, dan tindakan masing-masing dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kemudian
dilakukan pemeriksaan karies gigi pada semua responden untuk mendapatkan data status
keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di Kec. Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah dan Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

HASIL PENELITIAN
Kelemahan Penelitian
Tidak terdapatnya data sekunder mengenai hasil pengisian kuesioner kesehatan gigi dan mulut
serta pengukuran karies gigi menggunakan indeks def-t/DMF-T pada murid sekolah dasar di
daerah tertinggal (Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) sehingga
tidak dapat dinilai perilaku responden dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut serta status
keparahan karies gigi menggunakan indeks def-t/DMF-T tersebut.
Karakteristik Responden
Hasil penelitian mengenai status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah
tertinggal dan daerah perkotaan dilakukan pada 190 murid SD di Kecamatan Sirenja, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dan 192 murid SD di Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya
Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli dan Oktober 2012.
Objek penelitian ini yaitu murid-murid sekolah dasar kelas 1-6. Di Kecamatan Sirenja,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah jumlah responden laki-laki sebanyak 76 orang
(40%) dan responden wanita sebanyak 114 orang (60%). Sedangkan di Kecamatan Bekasi Timur,
Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat jumlah responden laki-laki sebanyak 77 orang (40,1%)

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


7

dan responden wanita sebanyak 115 orang (59,9%). Data diperoleh berasal dari pemeriksaan
klinis untuk murid SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
sedangkan data yang diperoleh dari murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi,
Provinsi Jawa Barat melalui hasil pengisian kuesioner dan pemeriksaan klinis. Data-data yang
diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Dalam melakukan proses pengisian kuesioner
ataupun pemeriksaan klinis pada kedua daerah tersebut, seluruh objek penelitan dapat
bekerjasama dengan baik. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari bantuan guru-guru SD
Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dan Kecamatan Bekasi
Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Hasil Penelitian
Deskripsi Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan responden murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa
Barat mengenai kesehatan gigi dan mulut dinilai dari jawaban-jawaban yang didapat dari 6 pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner yang telah diberikan.

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut


Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 183 95,4%
Sedang 9 4,6 %
Kurang 0 0%
Total 192 100%

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


8

Deskripsi Sikap
Sikap responden murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat
mengenai kesehatan gigi dan mulut dinilai dari jawaban-jawaban yang didapat dari 6 pertanyaan yang terdapat
dalam kuesioner yang telah diberikan.
Tabel 2. Distribusi Sikap Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Baik 99 51,6%
Sedang 93 48,4 %
Kurang 0 0%
Total 192 100%

Deskripsi Tindakan
Tindakan responden, yaitu murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa
Barat mengenai kesehatan gigi dan mulut dinilai dari jawaban-jawaban yang didapat dari 10 pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner yang telah diberikan.

Tabel 3. Distribusi frekuensi Tindakan Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Baik 128 66,6%
Sedang 57 29,8 %
Kurang 7 3,6%
Total 192 100%

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


9

Deskripsi Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut di SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten


Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4. Data karies gigi berdasarkan indeks pufa pada murid SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah ditinjau berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Gigi
Komponen Jumlah
L P
p 161 149 310
u 0 0 0
f 9 6 15
a 1 0 1
Total 171 155 326

Tabel 5. Data karies gigi berdasarkan indeks PUFA pada murid SD Kecamatan Sirenja,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Gigi
Komponen Jumlah
L P
P 32 40 72
U 0 0 0
F 1 2 3
A 0 1 1
Total 33 43 76

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


10

Deskripsi Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut di SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya
Bekasi, Provinsi Jawa Barat

Tabel 6. Data karies gigi berdasarkan indeks def-t pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur,
Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Gigi
Komponen Jumlah
L P
d 223 309 532
e 37 67 104
f 5 9 14
Total 265 385 650

Tabel 7. Data DMF-T pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi
Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Gigi
Komponen Jumlah
L P
D 31 51 82
M 2 1 3
F 9 10 19
Total 42 62 104

Tabel 8. Data karies gigi berdasarkan indeks pufa pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur,
Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Gigi
Komponen Jumlah
L P
p 76 85 161
u 0 0 0
f 0 0 0
a 0 0 0
Total 76 85 161

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


11

Tabel 9. Data karies gigi berdasarkan indeks PUFA pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur,
Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Gigi
Komponen Jumlah
L P
P 7 8 15
U 0 0 0
F 0 0 0
A 0 0 0
Total 7 8 15

Rasio PUFA pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat
dihitung dengan rumus :
PUFA+pufa x 100 = 15+161 x 100 = 28,6%
D+d 82+532

PEMBAHASAN
Pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga
kesehatannya. Berdasarkan Penyusunan Kondisi Sosial Ekonomi Jawa Barat tahun 2009-2010,
Kota Bekasi menduduki peringkat ketiga teratas rata-rata lama sekolah yaitu selama 10,53 tahun.
Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani.
Secara tidak langsung, pendidikan akan mempengaruhi perilaku masyarakat Kota Bekasi dalam
hal perilaku menjaga kesehatannya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat. Terbukti dari hasil penelitian berupa pengisian kuesioner
kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh murid SD Kecamatan Bekasi
Timur, dapat terlihat sebanyak 95,4% responden memiliki pengetahuan baik, 51,6% memiliki
sikap baik, dan 66,6 % memiliki tindakan baik. Dari rerata nilai pengetahuan, sikap, dan tindakan
tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku responden mengenai kebersihan dan kesehatan gigi
dan mulut termasuk kategori baik. Hal tersebut mungkin berkaitan dengan jumlah sekolah serta
tenaga pendidik yang memadai yang kemudian akan menghasilkan perilaku yang baik.

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


12

Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat merupakan daerah
perkotaan yang memiliki sarana dan tenaga kesehatan yang memadai. Sebanyak 7 rumah sakit
dan 4 puskesmas yang berada di Kecamatan Bekasi Timur akan mempengaruhi status keparahan
karies gigi di daerah tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian ini, yaitu responden
memiliki nilai rerata indeks def-t 3,38 yang termasuk kategori moderate/sedang dan rerata indeks
DMF-T 0,54 tergolong kategori sangat rendah. Hal tersebut mengindikasikan pencegahan
responden terhadap penyakit karies gigi relatif baik terkait dengan perilaku kesehatan gigi
responden yang baik. Nilai def-t dan DMF-T responden menunjukkan pengalaman karies gigi
sulung dan permanen yang tidak tinggi di daerah tersebut. Namun, dari hasil penelitian
didapatkan frekuensi decay pada gigi sulung dan permanen (d/D) lebih banyak daripada gigi
dengan indikasi ekstraksi(e) pada gigi sulung dan gigi permanen yang hilang akibat karies
gigi(missing), serta gigi yang ditambal(f/F). Hal ini menunjukkan masih banyaknya gigi karies
yang belum dilakukan perawatan.
Nilai rata-rata indeks def-t pada murid perempuan SD Kecamatan Bekasi Timur,
Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat berbeda dengan murid laki-laki. Murid laki-laki
memiliki nilai rata-rata def-t sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 3,44 dan murid perempuan
memiliki nilai rata-rata 3,34. Demikian juga dengan penilaian indeks DMF-T pada murid laki-
laki pun berbeda dengan murid perempuan. Murid laki-laki memiliki nilai rata-rata DMF-T
sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,54 dan murid perempuan memiliki nilai rata-rata 0,53. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nuni Prastika Atmanda pada tahun 2011
di Bandung, dengan nilai indeks def-t dan DMF-T pada murid SLB perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki. Ketidaksesuaian tersebut mungkin disebabkan oleh kesadaran murid
perempuan lebih tinggi untuk menambal gigi yang telah mengalami karies daripada murid laki-
laki sesuai dengan frekuensi penambalan gigi yang telah tercantum di tabel 5.14 dan 5.16.
Demikian pula dari hasil status keparahan karies gigi berdasarkan indeks pufa/PUFA
didapatkan nilai rerata indeks pufa 0,83 dan indeks PUFA 0,07. Rerata nilai gigi sulung lebih
tinggi daripada gigi permanen. Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian Monse.B, et al pada
tahun 2010 di Philipina bahwa nilai rerata gigi yang terinfeksi karies (pufa/PUFA) yaitu senilai
3,5 dan 1,2 pada anak berusia 6 dan 12 tahun.
Murid perempuan memiliki rata-rata indeks pufa lebih rendah yaitu senilai 0,4
dibandingkan murid laki-laki yang memiliki nilai rata-rata 0,98. Demikian juga dengan penilaian

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


13

indeks PUFA untuk gigi permanen, murid perempuan memiliki nilai rata-rata indeks PUFA lebih
rendah yaitu senilai 0,04 dibandingkan murid laki-laki yang memiliki nilai rata-rata 0,09. Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Volker dan Russel (1973) yaitu prevalensi
karies gigi pada gigi sulung dan permanen perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Demikian
pula dari tabel 5.19 dan 5.21 dapat terlihat bahwa nilai pufa terbesar terjadi pada murid kelas 1
dan terkecil pada kelas 6. Sedangkan nilai PUFA terbesar terjadi pada murid kelas 3,4,5 dan
terkecil pada kelas 1. Kejadian tersebut pun sesuai penelitian epidemiologis bahwa terjadinya
prevalensi karies akan meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Rasio pufa yang diperoleh responden sebesar 28,6 %. Rasio tersebut mengindikasikan
bahwa sebanyak 28,6% gigi yang mengalami karies, baik pada gigi sulung maupun gigi
permanen (D+d), memiliki peningkatan menjadi karies dengan keterlibatan pulpa (karies
mencapai pulpa). Dari hasil indeks pufa/PUFA tersebut juga dapat terlihat bahwa semua
responden memiliki gigi dengan karies dengan keterlibatan pulpa(p/P). Tidak ada responden yang
memiliki ulserasi(u/U), fistule(f/F), maupun abses(a/A). Nilai rerata indeks pufa/PUFA dan rasio
pufa tersebut menunjukkan gigi karies yang tidak dirawat yang dapat berkaitan dengan sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Pada ke-empat SD tempat penelitian diadakan, terdapat UKGS di
setiap sekolah. Namun programnya belum berjalan dengan baik.
Kec.Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah
tertinggal yang memiliki sarana serta fasilitas kesehatan yang tidak memadai. Kecamatan Sirenja
tidak memiliki rumah sakit, terdapat 1 puskesmas dan 5 puskesmas pembantu dan tidak memiliki
toko obat yang berizin. Untuk tenaga ahli kesehatan hanya memiliki 2 dokter umum. Tidak
memiliki dokter spesialis dan dokter gigi. Dengan asumsi terdapat jalanan rusak dan bahkan
terdapat jalan yang belum tembus akan sulit bagi masyarakat untuk berobat ke puskesmas
apabila sedang sakit. Dengan berbagai kekurangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan
masyarakat Kecamatan Sirenja memprihatinkan. Terbukti nilai rerata indeks pufa gigi sulung
responden 1,63 dan indeks PUFA gigi permanen yaitu 0,4. Rerata nilai gigi sulung lebih tinggi
daripada gigi permanen, hal tersebut pun sesuai dengan hasil penelitian Monse.B, et al pada tahun
2010 di Philipina bahwa nilai rerata gigi yang terinfeksi karies (pufa/PUFA) yaitu senilai 3,5 dan
1,2 pada anak berusia 6 dan 12 tahun..
Dari hasil indeks pufa/PUFA Kec.Sirenja diatas dapat terlihat bahwa hampir semua
responden memiliki gigi dengan karies dengan keterlibatan pulpa(p/P). Tidak ada responden yang

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


14

memiliki ulserasi(u/U). Terdapat sedikit responden yang menngalami fistula(f/F) dan abses(a/A).
Rerata nilai indeks pufa/PUFA tersebut menunjukkan gigi karies yang tidak dirawat yang dapat
berkaitan dengan sarana kesehatan yang tersedia. Kecamatan Sirenja tidak memiliki sarana
pelayanan UKGS untuk setiap sekolah karena tidak terdapat dokter gigi di Puskesmas. Sehingga
apabila responden menderita penyakit gigi, khususnya penyakit karies gigi, tidak dapat segera
diidentifikasi dan dilakukan perawatan langsung oleh dokter gigi. Akibatnya penyakit karies gigi
akan semakin parah, bahkan sampai terdapat responden yang mengalami fistula dan abses.
Nilai rata-rata indeks pufa untuk gigi sulung berbeda antara murid perempuan dan murid
laki-laki. Murid perempuan memiliki nilai rata-rata lebih rendah yaitu senilai 1,3 dan nilai rata-
rata laki-laki senilai 2,1. Demikian juga dengan penilaian indeks PUFA untuk gigi permanen
perempuan yang memiliki nilai lebih rendah yaitu senilai 0.37 dan laki-laki senilai 0,43. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh kesadaran murid perempuan dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi dan mulutnya lebih tinggi daripada murid laki-laki.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar
di daerah tertinggal (Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) dan daerah
perkotaan (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Povinsi Jawa Barat) dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

a) Perilaku murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat
tergolong kategori baik karena aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan yang ketiganya
tergolong kategori baik. Hal tersebut berkaitan dengan jumlah sekolah serta tenaga pendidik
yang memadai yang kemudian akan menghasilkan perilaku yang baik.

Status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah perkotaan (Kec. Bekasi
Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat) yaitu:
Berdasarkan indeks def-t menunjukkan nilai 2,54 yang tergolong rendah
Berdasarkan indeks DMF-T menunjukkan nilai 0,46 yang tergolong sangat rendah
Hal tersebut mengindikasikan pencegahan responden terhadap penyakit karies gigi relatif
baik terkait dengan perilaku kesehatan gigi responden yang baik.

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


15

Berdasarkan indeks pufa menunjukkan nilai 0,83


Berdasarkan indeks PUFA menunjukkan nilai 0,07
Berdasarkan rasio pufa menunjukkan nilai 28,6 % , yang mengindikasikan gigi yang
mengalami karies, baik pada gigi sulung maupun gigi permanen (d/D) memiliki
peningkatan menjadi karies dengan keterlibatan pulpa senilai 28,6%
Nilai rerata indeks pufa/PUFA dan rasio pufa tersebut menunjukkan gigi karies yang tidak
dirawat dan dapat berkaitan dengan sarana pelayanan kesehatan UKGS di SD Kecamatan
Bekasi Timur.

a) Status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal yang (Kec. Sirenja,
Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) yaitu:
Berdasarkan indeks pufa menunjukkan nilai 1,63
Berdasarkan indeks PUFA menunjukkan nilai 0,4
Nilai rerata ini menunjukkan gigi karies yang tidak dirawat dan dapat berkaitan dengan sarana
kesehatan yang tersedia. Kecamatan Sirenja tidak memiliki sarana pelayanan UKGS untuk
setiap sekolah karena tidak terdapat dokter gigi di Puskesmas.

SARAN

a. Perlu diadakan program pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD Kec. Bekasi
Timur, Kotamadya Bekasi, Povinsi Jawa Barat dan SD Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah khususnya program penyuluhan agar status karies gigi murid sekolah dasar
semakin baik.
b. Perlu perhatian pemerintah untuk meningkatkan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan gigi
dan mulut khususnya di daerah tertinggal (Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi
Tengah) agar status kesehatan gigi dan mulut semakin baik.
c. Program UKGS di Kecamatan Bekasi Timur harus lebih ditingkatkan dan UKGS di
Kecamatan Sirenja harus diadakan agar kesehatan gigi murid sekolah dasar daerah tertinggal
dan daerah perkotaan semakin baik.
d. Perlu adanya peran orang tua dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut anak.
e. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel yang berbeda.

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013


16

KEPUSTAKAAN

1. Rahayu EM. Pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan dan
sikap anak kelas V di SD Muhammadiyah Wirobrajan Yogyakarta. Yogyakarta: Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 2005.
2. Anggriana D, Musyifah. Stimulating factor of parent's motivation to take their children's
dental health for treatment in the Faculty of Dentistry Airlangga University. Journal of
Dental Health. 2005;: p. 12-15.
3. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah; 2010.
4. Kabupaten Donggala Dalam Angka 2011: Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala
5. Kota Bekasi Dalam Angka 2010. Bekasi: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi: 2010
6. Notoatmodjo,S. Kesehatan Masyarakat, Ilmu, dan Seni. PT.Rinneka Cipta. Jakarta: 2007
7. USU press. [Online].; 2007 [cited 2012 oktober 10. Available from: HYPERLINK
"http://usupress.usu.ac.id" http://usupress.usu.ac.id .

Status keparahan…, Lidya Namora, FKG UI, 2013

You might also like