You are on page 1of 46

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro PLTM

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-hidro (PLTMH), maupun Mini-hidro,

adalah suatu pembangkit listrik skala kecil dan skala besar yang menggunakan

tenaga air sebagai penggeraknya, misalnya saluran irigasi, sungai atau air terjun

alam, dengan cara memanfaatkan tinggi terjunnya (head, dalam meter) dan jumlah

debit airnya (m3/detik). Gambar 2.1. menunjukkan contoh keseluruhan sistem kerja

PLTMH.

Gambar 2.1 Bagan Sebuah PLTMH


(sumber : sabri sangjaya, 2013)
Komponen utama pada PLTM dari gambar 2.1 diatas adalah:

1. Mercu Bendung (Weir)

Bangunan yang berada melintang sungai yang berfungsi untuk membelokkan

arah aliran air

2. Bangunan Pengambilan(Intake)

Bangunan yang berfungsi mengarahkan air dari sungai masuk ke dalam

Saluran Pembawa (Headrace). Bak Penangkap Pasir (Sand Trap) dapat

menjadi satu (terintegrasi) dengan bangunan ini.

3. Saluran Pembawa (Headrace)

Bangunan yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari Intake ke Forebay.

Headrace dapat juga terbuat dari pipa.

4. Bak Penampungan (Forebay)

Bangunan yang mempunyai potongan melintang (luas penampang basah)

lebih besar dari Headrace yang berfungsi untuk memperlampat aliran air.

5. Saringan (Trash Rack)

Terbuat dari plat besi yang berfungsi menyaring sampah-sampah atau puing-

puing agar tidak masuk ke dalam bangunan selanjutnya. Trash Rack

diletakkan pada posisi melintang di bangunan Intake atau Forebay dengan

kemiringan 65 - 75º.

6. Saluran Pembuangan(Spillway)

Bangunan yang memungkinkan agar kelebihan air di dalam Headrace untuk

melimpah kembali ke dalam sungai.

7. Pipa Pesat (Penstock)

Pipa bertekanan yang membawa air dari Forebay ke dalam Power House.
8. Rumah Pembangkit (Power House)

Bangunan yang di dalamnya terdapat turbin, generator dan peralatan control.

9. Tailrace

Saluran yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari turbin kembali ke

sungai.

10. Jaringan Transmisi

Terdiri dari tiang, kabel dan aksesoris lainnya (termasuk trafo; jika

diperlukan) yang berfungsi mengalirkan energi listrik dari Power House ke

konsumen (rumah-rumah dan pabrik).

Pembangkit listrik tenaga air merupakan suatu bentuk perubahan tenaga dari

tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan

menggunakan turbin air dan generator.

Bentuk pembangkit tenaga mikro hidro adalah bervariasi, tetapi prinsip

kerjanya adalah sama, yaitu:

"Perubahan tenaga potensial air menjadi tenaga elektrik (listrik)". Perubahan

memang tidak langsung, tetapi berturut-turut melalui perubahan sebagai berikut :

 Tenaga potensial menjadi Tenaga kinetik

 Tenaga kinetik menjadi Tenaga mekanik

 Tenaga mekanik menjadi Tenaga listrik

Tenaga potensial adalah tenaga air karena berada pada ketinggian. Tenaga

kinetik adalah tenaga air karena mempunyai kecepatan. Tenaga mekanik adalah

tenaga kecepatan air yang terus memutar kincir / turbin. Tenaga elektrik adalah hasil

dari generator yang berputar akibat berputarnya kincir / turbin.


Prinsip kerja PLTMH yang paling utama adalah memanfaatkan semaksimal

mungkin energi air yang dapat ditangkap oleh peralatan utamanya yang disebut

turbin/kincir air. Efisiensi kincir air yang dipilih untuk menangkap energi air tersebut

menentukan besarnya energi mekanik atau energi poros guna memutar generator

listrik.

Umumnya PLTMH yang dibangun jenis run off river dimana head diperoleh

tidak dengan membangun bendungan besar, melainkan dengan mengalihkan aliran

air sungai ke satu sisi dari sungai dan menjatuhkannya lagi ke sungai pada suatu

tempat dimana beda tinggi yang diperlukan sudah diperoleh. Dengan menggunakan

pipa, air dialirkan kerumah pembangkit (power house) yang biasanya dibangun di

pinggir sungai. Kemudian air akan menyemprot keluar memutar roda turbin

(runner), kemudian air tersebut dikembalikan ke sungai asalnya. Energi mekanik

putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator.

Pembangkit listrik tenaga air ukuran 100 KW digolongkan sebagai mikro hidro dan

apabila lebih dari 100 KW disebut mini hidro (Khairul Amri, 2008). Dalam

perencanaan pembangunan sebuah. PLTMH, diperlukan pengetahuan tentang:

 Hidrologi

 Kelistrikan

 Bangunan sipil

 Permesinan

 Ekonomi untuk studi kelayakan.

2.1.1 Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM)


Pembangunan PLTMH mempunyai beberapa keuntungan yang tidak dapat

dipisahkan, seperti berikut ini:


1. Lokasi sumber daya air untuk PLTM dan PLTMH pada umunya berada di

wilayah pedesaan dan desa terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik.

2. Tenaga utama pengerak turbin adalah air, yang merupakan sumber energi

yang abadi tidak seperti bahan bakar untuk PLTU atau PLTN yang

menggunakan bahan bakar fosil atau nuklir.

3. Biaya pengoperasian dan pemeliharan PLTMH sangat rendah jika

dibandingkan dengan PLTU atau PLTN.

4. Melayani kebutuhan aktual daya listrik di wilayah pedesaan terpencil yang

urnumnya rendah dengan daya beli masyarakat yang juga rendah,

5. PLTMH merupakan energy terbaurkan yang ramah lingkungan dan cukup

sederhana untuk dimengerti dan cukup mudah untuk dioperasikan.

6. Pengembangan PLTM dengan memanfaatkan arus sungai dapat menimbulkan

efek positif bagi masyarakat di pedesaan untuk menjaga dan juga

melestarikan sungai di sekitar mereka.

7. Biaya investasi yang sanngat ekonomis.

8. Merupakan energy terbarukan yang berbahan bakar air.

2.1.2 Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM)


Adapun kelemahan dari pembangunan PLTMH di antaranya:

1. Kapasitas listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada debit air dan

ketinggian air,sehingga saat tidak musim penghujan debit air akan menurun

dan otomatis daya hasil listrik juga akan menurun.

2. Tidak mampu menghasilkan tenaga yang besar boleh dikatakan daya yang

dihasilkan sangat terbatas.

3. Layanan pada masyarakat tidak boleh terlalu jauh dari PLTM apabila terlalu
jauh ,maka akan banyak kehilangan daya.

2.2 Tenaga Listrik dan Air

Menurut (patty 1995) Sebuah skema hidro memerukan dua hal yaitu debit air

dan ketinggian jatuh (head) untuk menghasilkan tenaga yang bermanfaat. Ini adalah

sebuah sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari bentuk ketinggian dan aliran,

dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya listrik atau daya mekanik. Tidak ada

sistem konversi daya yang dapat mengirim sebanyak yang diserap dikurangi

sebagian daya hilang oleh sistem itu sendiri dalam bentuk gesekan, panas, dan suara.

Persamaan konversinya adalah:

Daya yang masuk = Daya yang keluar + kehilangan daya (losess)

atau

Daya yang keluar = Daya yang masuk x Efisiensi konversi

Persamaan di atas biasanya digunakan untuk menggambarkan perbedaan

yang kecil. Daya yang masuk, atau total daya yang diserap oleh skema hidro adalah

daya kotor pffms. Daya yang bermanfaat dikirim adalah daya bersih Pnet. Semua

efisiensi dari skema gambar di atas disebut E0.

Pnet = Pgross x E0 2. 1

Daya kotor adalah head kotor (Hgross) yang dikalikan dengan debit air (Q) dan juga

dikaitkan dengan sebuah faktor gravitasi bumi (g = 9,8m/s2), sehingga persamaan

dasar dari pembangkit listrik adalah:

Pnet = g x Hgross x Q x Eo(kW) 2. 2

di mana head dalam meter, dan debit air dalam m3/s, dan total E0 sebagai berikut:

E0 = Ekonstruksi sipil x Epenstock x Eturbin x Egenerator x Esistem control x Ejaringan x Etrafo 2. 3

Biasaya:
Ekonstruksi sipi = 1,0 – (panjang saluran x 0,002 – 0,005) / Hgross

Epenstock = 0,90 – 0,95 (tergantung pada panjangnya)

Eturbin = 0,70 – 0,85 (tergantung pada tipe turbin)

Egenerator = 0,80 – 0,95 (tergantung pada kapasitas generator)

Esistem control = 0,97

Ejaringan = 0,90 – 0,98 (tergantung pada panjang jaringan)

Etrafo = 0,98

Ekonstruksi sipil dan Epenstock adalah yang biasa diperhitungkan sebagai “Head

Loss (Hloass) / kehilangan ketinggian. Dalam kasus ini, persamaan di atas dirubah ke

persamaan berikut.

Pnet = g x (Hgross – Hloss) x Q x (E0 – Ekonstruksi – Epenstock) (kW) 2. 4

Persamaan sederhana ini harus diingat. Ini adalah inti dari semua perencanaan

pekerjaan pembangkit listrik. Ini penting untuk menggunakan unit-unit yang benar.

Gambar 2. 2 Efisiensi sistem yang spesifik untuk sebuah skema yang berjalan
pada perencanaan aliran listrik. (sumber : asy’ari, 2008)

2.3 Perencanaan Pembangunan PLTMH

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) maupun Mini Hidro pada

dasamya memanfaatkan energi potensial air. Semakin tinggi jatuh air (head) maka
semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di

samping faktor geografis yang memungkinkan, tinggi jatuh air (head) dapat pula

diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi.

Secara umum lay out sistem PLTMH merupakan pembangkit jenis run off

river, memanfaatkan aliran air permukaan (sungai). Komponen sistem PLTMH

tersebut terdiri dari bangunan intake (penyadap) – bendungan, saluran pembawa, bak

pengendap dan penenang, saluran pelimpah, pipa pesat, rumah pembangkit, dan

saluran pembuangan. Basic lay-out pada perencanaan pembangunan PLTMH dimulai

dari:

2.3.1 Dam/Bendung Pengalih Intake ( diversion weir and intake )

Bendung berfungsi untuk menaikkan/mengontrol tinggi air dalam sungai

secara signifikan sehingga memiliki jumlah air yang cukup untuk dialihkan ke dalam

intake pembangkit mikro hidro di bagian sisi sungai ke dalam sebuah bak pengendap

(Settling Basin). Sebuah bendung dilengkapi dengan pintu air untuk membuang

kotoran/lumpur yang mengendap. Perlengkapan lainnya adalah penjebak/saringan

sampah. PLTMH umumnya merupakan pembangklit tipe run off river sehingga

bangunan bendung dan intake dibangun berdekatan. Dengan pertimbangan dasar

stabilitas sungai dan aman terhadap banjir, dapat dipilih lokasi untuk bendung (Weir)

dan intake.

Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari sungai atau kolam untuk

dialirkan ke dalam saluran, penstock atau bak penampungan. Tantangan utama dari

bangunan intake adalah ketersediaan debit air yang penuh dari kondisi debit rendah

sampai banjir. Juga sering kali adanya lumpur, pasir dan kerikil atau puing-puing

dedaunan pohon sekitar sungai yang terbawa aliran sungai.


Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi Bendung (Weir) dan

Intake, antara lain : (Ramli Kadir, 2010)

a. Jalur daerah aliran sungai.

Lokasi bendung (Weir) dan intake dipilih pada daerah aliran sungai dimana

terjamin ketersediaan airnya, alirannya stabil, terhindar banjir dan pengikisan

air sungai.

b. Stabilitas lereng yang curam.

Oleh karena pemilihan lokasi PLTMH sangat mempertimbangkan head,

sudah tentu pada lokasi lereng atau bukit yang curam. Dalam

mempertimbangkan lokasi bangunan Bendung (Weir) dan Intake hendaknya

mempertimbangkan stabilitas sedimen atau struktur tanahnya yang stabil.

c. Memanfaatkan fasilitas saluran irigasi yang ada di pedesaan.

Pemanfaatan ini dapat dipertimbangkan untuk efisiensi biaya konstruksi,

karena sudah banyak sungai di pedesaan telah dibangun konstruksi sipil

untuk saluran irigasi.

d. Memanfaatkan topografi alami seperti kolam dan lain-lain.

Penggunaan kealamian kolam untuk intake air dapat memberikan keefektifan

yang cukup tinggi untuk mengurangi biaya, disamping itu juga membantu

menjaga kelestarian alam, tata ruang sungai dan ekosistem sungai yang perlu

diperhatikan adalah keberlanjutan kolam dan pergerakan sedimen.

e. Level volume yang diambil (Tinggi Dam) dan level banjir.

Karena pembangunan bendung/dam inatek pada bagian yang sempit dekat

sungai, maka level banjir pada daerah itu lebih tinggi sehingga diperlukan

daerah bagian melintang dam yang diperbesar untuk kestabilan.


f. Perletakan Intake selalu pada posisi terluar dari lengkungan sungai.

Pertimbangan ini dilakukan untuk memperkecil sedimen didalam saluran

pembawa. Dan sering kali dibuat pintu air intake untuk melakukan

pembilasan sedimen yang terendap dari intake.

Contoh intake dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Contoh bendung,


intake (sumber : sakidiansyah,
2012)
2.3.2 Penentuan bentuk aliran sungai

Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada instalasi PLTMH adalah

kerusakan pada bangunan intake yang disebabkan oleh banjir. Hal tersebut sering

terjadi pada intake yang ditempatkan pada sisi luar sungai. Pada bagian sisi luar

sungai mudah erosi serta rawan terhadap banjir. Batu-batuan, batang pohon, serta

berbagai material yang terbawa banjir akan mengarah pada bagian tersebut.

Sementara itu bagian sisi dalam sungai merupakan tempat terjadinya pengendapan

lumpur dan sedimentasi, sehingga tidak cocok untuk lokasi intake. Lokasi intake

yang baik terletak sepanjang bagian sungai yang relatif lurus, di mana aliran akan

terdorong memasuki intake secara alami dengan membawa beban yang kecil.

2.3.3 Penentuan lokasi rumah pembangkit (power house)


Pada dasamya setiap pembangunan mikro hidro berusaha untuk mendapatkan

head yang maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah pembangkit (power house)

berada pada tempat yang serendah mungkin. Karena alasan keamanan dan

konstruksi, lantai rumah pembangkit harus seialu lebih tinggi dibandingkan

permukaan air sungai. Data dan informasi ketinggian permukaan sungai pada waktu

banjir sangat diperlukan dalam menentukan lokasi rumah pembangkit.

Selain lokasi rumah pembangkit berada pada ketinggian yang aman, saluran

pembuangan air (tail race) harus terlindung oleh kondisi alam, seperti batu-batuan

besar. Disarankan ujung saluran tail race tidak terletak pada bagian sisi luar sungai

karena akan mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta memungkinkan

masuknya aliran air menuju ke rumah pembangkit.

2.4 Perencanaan Sipil

Perencanaan sipil terdiri dari:

2.4.1 Pengerjaan saluran penghantar (head race)


Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari

air yang disalurkan. Ada berbagai macam saluran pembawa, antara lain terowongan,

saluran terbuka dan saluran tertutup.Konstruksi saluran pembawa dapat berupa

pasangan batu kali atau hanya berupa tanah yang digali.Pada saluran yang

panjang,perlu dilengkapi dengan saluran pelimpah pada jarak tertentu. Ini untuk

menjaga jika terjadi banjir maka kelebihan air akan terbuang melalui saluran

tersebut.

Saluran penghantar berfungsi untuk mengalirkan air dari intake sampai ke bak

penenang. Perencanaan saluran penghantar berdasarkan pada kriteria:

 Nilai ekonomis yang tinggi


 Efisiensi fungsi

 Aman terhadap tinjauan teknis

 Mudah pengerjaannya

 Mudah pemeliharaannya

 Struktur bangunan yang memadai

 Kehilangan tinggi tekan (head losses) yang kecil. Contoh bangunan

headrace dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Contoh saluran pembawa (headrace)

Karena secara umum jumlah air yang terangkut kecil, saluran pembawa untuk

sebuah pembangkit listrik tenaga air secara mendasar mengadopsi struktur terbuka,

seperti sebuah saluran terbuka atau sebuah saluran tertutup. pada lampiran 1.1 dapat

dijadikan referensi untuk menentukan tipe saluran pembawa untuk PLTA skala

kecil.
37

2.4.1.1 Menentukan potongan melintang dan kemiringan (slope) longitudinal

Ukuran potongan melintang dan kemiringan harus ditentukan supaya debit

yang Dibutuhkan turbin dapat diarahkan secara ekonomis ke bak penenang pada

umumnya Ukuran potongan melintang berhubungan erat dengan kemiringan.

kemiringan saluran Pembawa harus dibuat sehalus mungkin untuk mengurangi

kehilangan ketinggian (perbedaan antara level air pada intake dan bak penenang)

tetapi hal ini akan menyebabkan kecepatan yang lebih rendah dan potongan

melintang yang lebih besar.selain itu kemiringan yang curam, akan menyebabkan

kecepatan aliran yang tinggi dan bagian yang lebih kecil tetapi juga kehilangan

ketinggian yang lebih besar.

pertama-tama kita harus mengetahui panjang saluran yang akan dibuat serta

material yang digunakan pada saluran apakah saluran akan dilining atau tidak dan

apakah menggunakan saluran talang.

Bagian penampang melintang dari saluran pembawa ditentukan

berdasarkan metode dibawah ini.

Qd= A × R 2/3 × SL 1/2 /n 2.5

Qd : disain debit untuk saluran pembawa (m3/s)

A : luas dari potongan melintang (m2)

R : R=A/P (m)

P : panjang sisi-sisi basah (m)

SL : Slope mendatar saluran pembawa (contoh SL= 1/100=0.01)

n : koefisien kekasaran

Selain dengan menggunakan rumus manning diatas, dimensi saluran juga

dapat dihitung dengan cara berikut :


38

a. tentukan harga kecepatan aliran pada saluran pembawa,dimana kecepatan tidak

boleh melebihi kecepatan maksimum dan kurang dari kecepatan minimum yang

diberikan oleh tabel 2.1

Tabel 2.1 kecepatan maksimum pada saluran

Material Kecepatan
maksimum(m/detik)
Lempung berpasir 0,5
Lempung 0,6
Lanau berlempung 0.7
Lanau 1,8
Pasangan batu 2,0
beton 2,0
(Sumber : micro hydro desidn manual adam Harvey 1993)

Sementara untuk kecepatan minimum, diambil sebesat 0,3 m/detik untuk

menghindari terjadinya sedimentasi.

b. Dari tabel 2.2. tentukan nilai kemiringan sisi saluran (N) bila saluran berbentuk

trapesium dan untuk saluran persegi nilai N = 0. Kemudian tentukan nilai

koefisien kekasaran (n).

Tabel 2.2 kemiringan sisi saluran


Material Kemiringan sisi saluran
Lempung berpasir 2
Lempung 1,5
Lanau berlempung 1
Lanau 0,58
Pasangan batu 0,58
beton 0,58
(Sumber : micro hydro desidn manual adam Harvey 1993)

c. Hitung luas penampang saluran (A) dengan menggunakan persamaan

𝑄𝑄.𝐹
A= 𝑉 2.6
39

Q = debit rencana saluran

F = freeboard yang biasanya bernilai 1,3

d. Hitung ketinggian saluran (H),lebar saluran bawah (B) dan lebar saluran atas (T)

Gunakan suatu variable x sebagai bantuan untuk saluran trapezium yang

berhubungan dengan harga N.

X= 2√1 + 𝑁2 − 2𝑥𝑁 2.7

𝐴
H� 𝑥+𝑁
2.8

B=HxX 2.9

T = B + (2 x H x N) 2.10

Untuk saluran persegi dengan nilai N = 0, maka X = 2 sehingga

H=�
𝐴

2.11
( )
2

T = B = 2.H 2.12

e. Hitung jari-jari hidrolik (R) dan kemiringan dasar saluran (S) dengan

menggunakan Persamaan manning.


𝐴
R= 2.13
𝑃

𝑛𝑥𝑣 2
S=( 0,667
) 2.14
𝑅

2.4.2 perencanaan pipa pesat (penstock)

Penstock (lihat gambar 2.5) dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih

rendah ke sebuah turbin air. Kondisi topografi dan pemilihan skema PLTMH

mempengaruhi tipe pipa pesat (penstock). Umumnya sebagai saluran ini harus

didesain/dirancang secara benar sesuai kemiringan (head) sistem PLTMH. Pipa

penstock merupakan salah satu komponen yang mahal dalam pekerjaan PLTMH,
40

oleh karena itu desainnya perlu dipertimbangkan terhadap keseimbangan antara

kehilangan energi dan biaya yang diperlukan. Parameter yang penting dalam desain

pipa penstock terdiri dari material yang digunakan, diameter dan ketebalan pipa serta

jenis sambungan yang digunakan.(Ramli kadir, 2010)

Gambar 2. 5 Contoh pipa pesat (penstock)


(sumber : asy’ari, 2008)

Saat ini, bahan utama pipa pesat adalah pipa-pipa baja, pipa-pipa ductile dan

pipa FRPM (fibre reinforced plastic multi-unit). Sedangkan pembangkit tenaga air

skala kecil menggunakan pipa-pipa hard vinyl chloride, pipa-pipa howell atau pipa-

pipa spiral welded dapat dipertimbangkan karena diameternya kecil dan tekanan

internalnya relatif rendah. Material yang digunakan.

Faktor-faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan material yang

digunakan:

1. Besarnya tekanan air yang harus dipikul

2. Topografi dari lokasi penempatannya

3. Volume air yang harus ditampung

4. Metode penyambungan

5. Diameter pipa dan gaya gesek


41

6. Berat dan tingkat kesulitan dalam pemasangangannya

7. Umur rencana

8. Kondisi iklim dan cuaca

9. Harga dan biaya perawatan

10. Transportasi menuju lokasi

Material yang baik untuk digunakan untuk pipa pesat pada mikro hidro di antaranya:

1. Besi ringan (Mild steel)

2. Unplasticized polyvinyl choloride (UPVC)

3. High-density polyethylene (HDPE)

4. Medium-density polyethylene (MDPE).

Karakteristik pipa-pipa ini diperlihatkan pada lampiran 1.2 (Bahan pipa penstock

untuk pembangkit listrik tenaga air skala kecil).

Untuk mendesain pipa pesat mula-mula tentukan jenis bahan pipa pesat yang

direncanakan dan hitung jarak antara saluran penampung menuju turbin dan beda

tinggi (Huss) dari saluran penampung ke turbin.

Panjang pipa pesat, didapat dengan menggunakan rumus trigonometri

Lpipa = LHorizontal 2  H gross 2 2.15

Kecepatan optimum dapat dicari dengan menggunakan rumus United State

Bureau of Reclamation (USBR) sebagai hubungan anatara kecepatan dengan head

untuk pipa.

V = 0,125 2gH 2.16

2.4.2.1 Diameter Pipa pesat


Pada umumnya diameter pipa pesat ditentukan berdasarkan pembandingan

dengan biaya pipa pesat dan biaya kehilangan head pipa pesat. Karena pipa pesat
42

mengeluarkan biaya yang besar pada pemasangannya, sehhingga dalam menentukan

diameter pipa pesat harus berdasarkan perbandingan dengan biaya pipa pesat dan

biaya kehilangan head pipa pesat.

Untuk memilih diameter terbaik dan tipe pipa pesat harus memperhitungkan faktor-

faktor berikut:

1. Biaya pembelian pipa dan biaya tambahan seperti pemasangan, disain,

sambungan dan transportasi.

2. Biaya perawatan pipa seperti pembersihan dan pengecatan ulang.

3. Daya yang dapat dihantarkan pipa setelah mengalami kehilangan akibat

gesekan.

4. Jumlah aliran yang dapat menyuplai turbin untuk menghasilkan listrik

terutama pada saat musim kemarau

5. Daya (power) optimum

Secara sederhana, diameter pipa dapat dicari dengan menggunakan persamaan dasar:
Q
A= 2.17
V
1
 .d 2 
Q
2.18
4 V

Ketebalan pipa:

D  80 2.19
t 40

di mana, t = ketebalan minimum pipa,D = diameter pipa

2.4.2.2 Kehilangan Akibat Gesekan Pada Pipa Pesat


Setelah mendapatkan diameter pipa pesat, kita akan menghitung nialai

kehilangan head pada pipa pesat dengan mencari harga faktor gesekan (fl).Untuk
43

mencari fl digunakan grafik pada gambar 2.6 dengan cara menghubungkan garis

lengkung antara harga k/d terhadap nilai (1,2.Q/d). Dari table 2.3 didapat koefisien

untuk beberapa material pipa dengan umur kondisinya.

Melalui grafik kehilangan akibat gesekan didapat faktor gesekan (fL).

Hkehilangan pada dinding  fL.L pipa .0,08.Q


2
2. 20
5
d

Tabel 2. 3 koefisien kekasaran pipa dalam mm


Umur kondisi
Material
< 5 tahun 5 - 15 tahun > 15 tahun
Pipa lunak
PVC, HDPE, MDPE 0,003 0,01 0,05
Fiberglas
Beton 0,06 0,15 1,5
Baja ringan :
Baja tak berlapis 0,01 0,1 0,5
Baja galvanis 0,06 0,15 0,3
Besi
Baru 0,15 0,3 0,6
Lama - karat rendah 0,6 1,5 3,0
- karat sedang 1,5 3,0 6,0
- karat tinggi 6,0 10,0 20,0
(Sumber : micro hydro desidn manual adam Harvey 1993)
44

Gambar 2. 6 Grafik faktor gesekan pada pipa.


(Sumber : micro hydro desidn manual adam Harvey 1993)

Dari tabel 2.4 didapat faktor kehilangan akibat gerakan turbulen aliran pada pipa,

diasumsikan pipa pesat tidak membengkok, namun terdapat putaran pada ketajaman

sudut masuk (Kentrance) dan bukaan klep (KValve).

Tabel 2. 4 koefisien ketajaman sudut masuk


No. Bentuk ketajaman sudut masuk K Valve

1 1,0

2 0,8
45

3 0,5

4 0,2

( Sumber : micro hydro desidn manual adam Harvey 1993)

Tabel 2. 5 Koefisien bukaan klep


Tipe Klep Bola Pintu Kupu-kupu
K Klep 0 0,1 0,3
( Sumber : micro hydro desidn manual adam Harvey 1993)

Hkehilangan pada turbin =


V 2 (Kvalve + Kentrance)
2.g

Kehilangan akibat gesekan (Hkehilangan akibat gesekan)

Hkehilangan akibat gesekan = hkehilangan pada dinding + hkehilangan pada turbin

H loss
% Kehilangan x 100%
= H
gross

(H gross  H loss
Efisiensi penstock
= )
H gross
46

2.5 Perencanaan Elektromekanikal


Perencanaan elektromekanikal terdiri dari:

2.5.1 Pemilihan turbin


Menurut (Patty 1995) Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi

potensial, tekanan, dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran

poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik.

Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua kelompok:

1. Turbin impuls (cross-flow, pelton, dan turgo)

Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh

energi air (yang teridiri dari energi potensial-tekanan-kecepatan) yang tersedia

menjadi energi kinetik untuk memutar turbin, sehingga menghasilkan energi

mekanik dalam bentuk putaran poros. Atau dengan kata lain, energi potensial air

diubah menjadi energi kinetik. Contoh turbin impuls adalah turbin Pelton dan turbin

Cross Flow. (Luknanto, Joko, 2007). Adapun jenis–jenis turbin impuls adalah

sebagai berikut :

 Turbin Pelton

Turbin Pelton merupakan salah satu jenis turbin impuls. Lester Pelton (1829-

19080 sebagai penemu turbin Pelton adalah seorang ahli teknik pertambangan

Amerika yang hidup pada masa eksploitasi emas di California. Efisiensi yang

diperoleh oleh turbin Pelton akan lebih tinggi jika turbin dioperasikan pada head

yang lebih tinggi yang akan diubah menjadi suatu kecepatan relative yang tinggi

pada sisi keluar nosel. (Munson, Bruce. 2005.). Energi potensial aliran air dari

penampungan saat melalui pipa penstock diubah menjadi energi kinetic dalam

pancaran air dengan sudu penggerak impuls, baik tunggal maupun ganda. Pancaran
47

air mengenai sudut gerak dengan arah tangensial sehingga membentuk jejak

melingkar sepanjang diameter sudu dan tekanan atmosfer. Turbin pelton merupakan

turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh

pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nosel. Turbin

Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien. Contoh Turbin

pelton Pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Pelton turbin

(Sumber : G. Cussins Ltd, Manchester, UK)

 Turbin Turgo

Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton turbin

turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle

membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin

Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator

sehingga menaikkan efisiensi total.

2. Turbin reaksi (Francis, Kaplan, dan propeller)

Turbin reaksi adalah turbin air yang cara bekerjanya dengan merubah seluruh

energi air yang tersedia menjadi energi puntir dalam bentuk putaran. Sudu pada

turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan


48

tekanan air selama melalui sudu. Turbin ini terdiri dari sudu pengarah dan sudu jalan

dan kedua sudu tersebut semuanya terendam di dalam air. Air dialirkan ke dalam

sebuah terusan atau dilewatkan ke dalam sebuah cincin yang berbentuk spiral

(rumah keong). Perubahan energi seluruhnya terjadi di dalam sudu gerak. Contoh

turbin reaksi adalah turbin Francis dan turbin Propeler (Kaplan). (Luknanto, Joko,

2007). Dilihat dari konstruksinya, turbin reaksi ada dua jenis:

 Turbin Francis.

Turbin francis (gambar 2.8) merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin

Francis merupakan slah satu turbin reaksi. Turbin ini dipasang diantara sumber air

tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin

Francis mempunyai sudu pengarah air masuk secara tangensial. Sudu pengarah ini

dapat berupa sudut pengarah yang tetap maupun yang dapat diatur sudutnya.

(Sihombing, Edis. 2009).

Gambar 2.8 Francis turbin


(Sumber:http://hydropowerplantsttpln.blogspot.com/2012/02/pelatihan
dibandung.html/)

 Turbin Kaplan.

Tidak berbeda dengan turbin francis, turbin kaplan (lihat gambar 2.9 ) cara

kerjanya menggunakan prinsip reaksi. Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip

dengan baling-baling pesawat terbang. Bila baling-baling pesawat terbang berfungsi


49

untuk menghasilkan gaya dorong, roda jalan pada kaplan berfungsi untuk

mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat menghasilkan torsi pada poros

turbin. Berbeda dengan roda jalan pada francis, sudu-sudu pada roda jalan kaplan

dapat diputar posisinya untuk menyesuaikan kondisi beban turbin. Turbin kaplan

banyak dipakai pada instalasi pembangkit listrk tenaga air sungai, karena turbin ini

mempunyai kelebihan dapat menyesuaikan head yang berubah -ubah sepanjang

tahun. Turbin Kaplan dapat beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda

turbin lebih kecil dan dapat dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi pada

beban tidak penuh turbin kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal ini

dikarenakan sudut-sudut turbin.

Gambar 2.9 Kaplan turbin


(Sumber:http://hydropowerplantsttpln.blogspot.com/2012/02/pelatihan
dibandung.html/)
50

Gambar 2.10 Diagram klasifikasi turbin air.

Perbandingan Karakteristik Turbin Perbandingan karakteristik turbin dapat kita lihat

pada grafik head (m) vs flow (m3/s) di bawah ini.

Gambar 2.11 Perbandingan karakteristik Turbin

Dapat dilihat pada gambar 2.11 turbin kaplan adalah turbin yang beroperasi

pada head yang rendah dengan kapasitas aliran yang tinggi atau bahkan beroperasi

pada kapasitas yang sangat rendah. Hal ini karena sudu–sudu turbin kaplan dapat

diatur secara manual atau otomatis untuk merspon perubahan kapasitas.

Berkebalikan dengan turbin kaplan, turbin pelton adalah turbin yang

beroperasi pada head tinggi dengan kapasitas yang rendah. Untuk turbin francis

mempunyai karakteristik yang berbeda dengan yang lainnya yaitu turbin francis

dapat beroperasi pada head yang rendah atau beroperasi pada head yang tinggi.
51

Pemilihan turbin kebanyakan didasarkan pada head air yang didapatkan dan kurang

lebih pada rata-rata alirannya. Umumnya, turbin impuls digunakan untuk tempat

dengan head tinggi, dan turbin reaksi digunakan untuk tempat dengan head rendah.

Tabel 2. 6 Daerah Operasi Turbin


Jenis Turbin Variasi Head (m)
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1000
Crossflow 6< H <100
Turgo 50 < H < 250
Sumber : www.hydrogeneration.co.uk

2.5.2 Pemilihan generator


Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi mengubah energi mekanik

menjadi energi listrik.

Efisiensi generator secara umum adalah:

1. Aplikasi < 10 KVA efisiensi 0,70 - 0,80

2. Aplikasi 10 – 20 KVA efisiensi 0,80 - 0,85

3. Aplikasi 20 – 50 KVA efisiensi 0,85

4. Aplikasi 50 – 100 KVA efisiensi 0,85 - 0,90

5. Aplikasi > 100 KVA efisiensi 0,90 - 0,95

2.5.3 Rumah pembangkit


Sesuai posisinya, rumah pembangkit ini dapat diklasifikasikan ke dalam tipe di

atas tanah, semi di bawah tanah, di bawah tanah. Sebagian besara rumah pembangkit

PLTMH adalah di atas tanah. Untuk pertimbangan desain rumah pembangkit, perlu

dipertimbangkan :

a. Lantai rumah pembangkit di mana peralatan PLTMH ditempatkan, perlu

memperhatikan kenyamanan selama operasi, mengelola, melakukan


52

perawatan di mana terjadi pekerjaan pembongkaran dan pemasangan

peralatan.

b. Memiliki cukup cahaya masuk untuk penerangan di siang hari dan adanya

ventilasi udara.

c. Kenyamanan jika operator berada di dalamnya seperti untuk melakukan

pengendalian ataupun pencatatan secara manual pada jenis dan tipe turbin

yang digunakan, dan sirkulasi air yang dikeluarkan setelah menggerakkan

turbin. Karena itu ada beberapa pertimbangan tipe desain rumah pembangkit

sesuai jenis turbin yang digunakan, sebagai berikut.

 Rumah pembangkit menggunakan turbin jenis Turbin Impuls

Desain konstruksi rumah pembangkit ini perlu mempertimbangkan

jarak bebas antara dasar rumah pembangkit dengan permukaan air

buangan turbin (afterbay). Pada kasus turbin implus (turbin pelton, turgo

dan crossflow), air yang dilepas oleh runner turbin secara langsung

dikeluarkan ke dalam udara di tailrace. Permukaan air di bawah turbin

akan bergelombang. Oleh karena itu jarak bebas antara rumah

pembangkit dengan permukaan air afterbay harus dijaga paling tidak 30-

50 cm. ke dalaman air di afterbay harus dihitung berdasarkan suatu

formulasi antara desain debit dan lebar saluran di tailrace. Kemudian air

di afterbay harus ditentukan lebih tinggi dari pada estimasi air banjir. Juga

head antarapusat turbin dan level air pada outlet harus menjadi headloss

(Ramli kadir, 2010).

 Rumah turbin menggunakan turbin jenis Turbin Reaction


53

Hal yang sama dalam desain konstruksi rumah turbin menggunakan

jenis reaction (Francais, Propeller), adalah perilaku air afterbay. Pada

kasus menggunakan turbin tipe reaction, air dikeluarkan ke dalam

afterbay melalui turbin. Head antara turbin dan level air dapat digunakan

untuk membangkitkan tenaga. Dengan demikan desain konstruksinya

memperbolehkan posisi tempat pemasangan turbin berada di bawah level

air banjir, dan pada desain konstruksinya perlu disediakan tempat untuk

menempatkan peralatan seperti pintu tailrace, dan pompa (Ramli kadir

2010).

Rumah pembangkit adalah rumah untuk system pembangkitan aliran listrik. Pada

rumah pembangkit ini akan ditempatkan peralatan elektrikal – mekanikal yang terdiri

dari:

1. Turbin dan sistem mekanik

2. Generator

3. Panel control

4. Ballast load

5. Tempat peralatan/tools.

Rumah pembangkit dilengkapi dengan pengamanan terhadap petir dan arus

berlebih (lightning arrester). Rumah pembangkit berupa pasangan bata dengan

bangunan coran bertulang pada pondasi turbin dan penampungan air di bawah turbin

sebelum keluar ke tail race.

Hal utama yang menjadi perhatian dalam pembangunan rumah pembangkit adalah

aksesibilitas dan sirkulasi udara untuk melepas panas pada ballast load. Sirkulasi
54

udara yang baik akan menjaga temperatur kerja sekitar rumah pembangkit tidak

berlebih, sehingga temperatur kerja mesin dapat dijaga dengan baik.

2.6 Perhitungan Debit Andalan

Debit andalan adalah debit yang selalu tersedia sepanjang tahun. Dalam

penelitian ini debit andalan merupakan debit yang memiliki probabilitas 70%. Debit

dengan probabilitas 70% adalah debit yang memiliki kemungkinan terjadi di

bendung sebesar 70% dari 100% kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud adalah

jumlah data yang digunakan untuk menganalisis probabilitas tersebut. Jumlah data

minimum yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya

untuk memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10

tahun data.

Guna mendapatkam kapasitas PLTM, tidak terlepas dari perhitungan berapa

banyak air yang dapat diandalakan untuk membangkitkan PLTM. Debit andalan

adalah debit minimum (terkecil) yang masih dimungkinkan untuk keamanan

operasional suatu bangunan air, dalam hal ini adalah PLTM.

Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit hujan sungai. Dalam studi

potensi Listrik Tenaga Mini hidro ini, dikarenakan minimalnya data maka metode

perhitungan debit andalan menggunakan metode simulasi perimbangan air dari Dr.

F.J.Mock (KP.01, 1986). Dengan data masukan dari curah hujan di Daerah Aliran

Sungai, evapotranspirasi, vegetasi dan karakteristik geologi daerah aliran.

Metode ini menganggap bahwa air hujan yang jatuh pada daerah aliran

(DAS) sebagian akan menjadi limpasan langsung dan sebagian akan masuk tanah

sebagai air infiltrasi, kemudian jika kapasitas menampung lengas tanah sudah

terlampaui, maka air akan mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi.


55

2.6.1 Debit Andalan Metode Meteorological Water Balance Dr. F.J. Mock
Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock pada tahun 1973 di mana metode

ini didasarkan atas fenomena alam di beberapa tempat di Indonesia. Dengan metode

ini, besarnya aliran dari data curah hujan, karakteristik hidrologi daerah pengaliran

dan evapotranspirasi dapat dihitung. Pada dasarnya metode ini adalah hujan yang

jatuh pada catchment area sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian

akan langsung menjadi aliran permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan

masuk ke dalam tanah (infiltrasi), di mana infiltrasi pertama-tama akan menjenuhkan

top soil, kemudian menjadi perkolasi membentuk air bawah tanah (ground water)

yang nantinya akan keluar ke sungai sebagai aliran dasar (base flow). Adapun

ketentuan dari metode ini adalah sebagai berikut :

1. Data meteorologi

Data meterologi yang digunakan mencakup:

a. Data presipitasi dalam hal ini adalah curah hujan bulanan dan data curah

hujan harian.

b. Data klimatologi berupa data kecepatan angin, kelembapan udara, tempratur

udara dan penyinaran matahari untuk menentukan evapotranspirasi potensial

(Eto) yang dihitung berdasarkan metode Penman Modifikasi.

2. Evapotranspirasi Aktual (Ea)

Penentuan harga evapotranspirasi aktual ditentuakan berdasarkan persamaan:

E = Eto x d/20 x m 2. 21

E = Eto x (m / 20) x (18-n) 2. 22

Ea = Eto – E 2. 23

di mana: Ea = Evapotranspirasi aktual (mm), Eto = Evapotranspirasi potensial

(mm), D= 27 – (3/2) x n, N = jumlah hari hujan dalam sebulan, m =


56

Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak tertutup dengan tumbuh-

tumbuhan penahan hujan koefisien yang tergantung jenis areal dan

musiman dalam % , m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat, M =Untuk

lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim dan bertambah 10 %

setiap bulan berikutnya. m = 10 – 40% untuk lahan yang erosi, m = 20 –

50% untuk lahan pertanian yang diolah (sawah).

3. Keseimbangan air di permukaan tanah (ΔS)

a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai

berikut:

ΔS = R – Ea 2. 24

di mana: ΔS= Keseimbangan air di permukaan tanah, R = Hujan Bulanan , Ea

= Evapotranspirasi Aktual.

Bila harga positif (R > Ea) maka air akan masuk ke dalam tanah bila

kapasitas kelembapan tanah belum terpenuhi. Sebaliknya bila kondisi kelembapan

tanah sudah tercapai maka akan terjadi limpasan permukaan (surface runoff).

Bila harga tanah ΔS negatif (R > Ea), air hujan tidak dapat masuk ke dalam

tanah (infltrasi) tetapi air tanah akan keluar dan tanah akan kekurangan air (defisit).

b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga ΔS.

Bila ΔS negatif maka kapasitas kelembapan tanah akan kekurangan dan

bila harga ΔS positif akan menambah kekurangan kapasitas kelembapan

tanah bulan sebelumnya.

c. Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity). Di dalam

memperkirakan kapasitas kelembaban tanah awal diperlukan pada saat

dimulainya perhitungan dan besarnya tergantung dari kondisi porositas


57

lapisan tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250

mm, yaitu kapasitas kandungan air di dalam tanah per m3. Semakin besar

porositas tanah maka kelembapan tanah akan besar pula.

d. Kelebihan Air (water surplus)

e. Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sbb:

WS = ΔS - Tampungan tanah 2. 25

di mana: WS = water surplus, S = R-Ea, Tampungan Tanah = Perbedaan

Kelembaban tanah.

4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan Ground Water storage).

a. Infiltrasi (i)

Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan

daerah pengaliran. Daya infiltrasi ditentukan oleh permukaan lapisan atas dari

tanah. Misalnya kerikil mempuyai daya infiltrasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tanah liat yang kedap air. Untuk lahan yang terjal di

mana air sangat cepat menikis di atas permukaan tanah sehingga air tidak

dapat sempat berinfltrasi yang menyebabkan daya infiltrasi lebih kecil.

Formula dari infiltrasi ini adalah sebagai berikut:

i = Koefisien Infiltrasi x WS 2. 26

di mana : i = Infiltrasi (Koefisien Infiltrasi (i) = 0 s/d 1,0 ), WS = kelebihan air

b. Penyimpanan air tanah (ground water storage).

Pada permulaan perhitungan yang telah ditentukan penyimpanan air

awal yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu.

Persamaan yang digunakan adalah:

Vn = k. (Vn – 1) + ½ (1 + k ) in 2. 27
58

di mana: Vn = Volume simpanan ait tanah periode n ( m3), Vn – 1 = Volume

simpanan air tanah periode n – 1 (m3), K = qt/qo = Faktor resesi aliran air

tanah (catchment area recession factor). Faktor resesi aliran tanah (k)

berkisar antara 0 s/d 1 , qt = Aliran tanah pada waktu t (bulan ke t) , qo =

Aliran tanah pada awal (bulan ke 0), in = Infiltrasi bulan ke n (mm).

Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air dalam tanah mengikuti persamaan:

Vn = Vn - Vn – 1 2. 28

c. Limpasan (Run off )

Air hujan atau presipitasi akan menempuh tiga jalur menuju kesungai.

Satu bagian akan mengalir sebagai limpasan permukaan dan masuk ke dalam

tanah lalu mengalir ke kiri dan kananya membentuk aliran antara. Bagian

ketiga akan berperkolasi jauh ke dalam tanah hingga mencapai lapisan air

tanah. Aliran permukaan tanah serta aliran antara sering digabungkan sebagai

limpasan langsung (direc run off) Untuk memperoleh limpasan, maka

persamaan yang digunakan adalah:

BF = I - (Δ Vn ) 2. 29

Dro = WS – I 2. 30

Ron = BF +Dro 2. 31

di mana: BF = Aliran dasar (M3/dtk/km), I = Infltrasi (mm), Δ Vn = Perubahan

volume aliran tanah (M3), Dro = Limpasan Langsung (mm), WS = Kelebihan air,

Ron = Limpasan periode n (m3/dtk/km2)

d. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya.

Persamaan yang digunakan adalah:

Qn = Ron x A 2. 32
59

di mana Qn = Banyaknya air yg tersedia dari sumbernya, periode n (m3/dtk), A =

Luas daerah tangkapan (catchment area) km2.

2.6.2 Flow Duration Curve (FDC)


Untuk kepentingan perancangan PLTMH, sangat penting untuk bisa

mendapatkan data debit dari tahun ke tahun sebanyak mungkin sehingga dapat

diketahui berapa banyak air (baik di musim kemarau atau penghujan) yang bisa

dipergunakan untuk menggerakkan turbin. Data ini memberikan masukan paling

mendasar bagi perancang untuk memilih jenis turbin yang paling efisien dan cocok

dengan sumber daya yang ada. Dengan data debit di tangan ditambah dengan data

kebutuhan energi listrik konsumen, maka perancang dapat memilih turbin dan

generator yang cocok bagi sebuah PLTMH yang berdiri sendiri. Dapat dilihat pada

gambar 2.12.

Gambar 2. 12 Contoh Hidrograf dari data sepanjang 16 tahun

(sumber : sakidiansyah, 2012)


Gambar 2.13 menunjukkan debit air sungai harian yang diukur dalam periode enam

belas tahun. Data di atas merupakan data yang ideal. Namun, faktanya lapangan

menunjukkan bahwa data yang ideal jarang ada.


60

Gambar 2.13 Contoh Flow Duration Curve (Kurva Durasi Debit Air)
(sumber : sakidiansyah, 2012)

Flow Duration Curve (FDC) disusun dengan mengelompokkan data debit

berdasarkan besar debitnya lalu memplotkannya pada grafik terhadap 100% waktu

pengukuran. Sebagai contoh, berdasarkan kurva di atas bahwa selama 23% waktu

dalam satu tahun, debit air adalah lebih dari 10 m3 Kurva ini sangat penting sebagai

data bagi perancangan PLTMH. Jika tidak didasarkan pada data yang mantap maka

hasil rancangannya pun akan sangat spekulatif.

Jika tidak ada data yang tersedia, maka diharuskan mengukur dan merekam

debit air setiap hari minimal selama satu tahun untuk mendapatkan seperti pada

gambar 2.14 berikut:

Gambar 2. 14 Contoh low duration curve dalam satu tahun.


(sumber : sakidiansyah, 2012)
Flow Duration Curve (FDC) dihasilkan dari kurva debit aliran sungai dengan

mengelompokkan keseluruhan 365 data yang ada. Berdasarkan Flow Duration

Curve, perancang memperkirakan kapasitas PLTMH yang mungkin. Proses

pendimensian PLTMH tergantung dari debit air dan perkiraan kebutuhan energi

listrik dari konsumen. Idealnya energi listrik PLTMH dapat memenuhi permintaan

listrik sepanjang tahun. Jika permintaan lebih tinggi dari kapasitas yang tersedia,

maka alternatif sumber energi lainnya harus dicari atau usaha-usaha eisiensi energi

perlu dipertimbangkan.
61

Jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan data dalam jangka waktu

tertentu, maka dianjurkan untuk menggunakan jasa keahlian ahli hidrologi yang

berpengalaman untuk melakukan analisis tersebut.

2.7 Daya Energi Listrik

Pada prinsipnya pembangkit tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga

air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik dengan menggunakan

turbin air dan generator. Daya (power) teoritis yang dihasilkan dapat dihitung

berdasarkan persamaan empiris berikut (Arismunandar dan Kuwahara, 1991):

P = 9,8 x Q x Heff (kW) 2. 33

di mana: P = Tenaga yang dihasilkan secara teoritis (kW), Q = Debit pembangkit

(m³/det) Heff= Tinggi jatuh efektif (m), 9,8 = Percepatan gravitasi (m/s2).

Seperti telah dijelaskan bahwa daya yang keluar merupakan hasil perkalian

dari tinggi jatuh dan debit, sehingga berhasilnya suatu usaha pembangkitan

tergantung dari usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang besar secara

efektif dan ekonomis. Selain itu pembangkitan tenaga air juga tergantung pada

kondisi geografis, keadaan curah hujan dan area pengaliran (catchment area)

(Arismunandar dan Kuwahara, 1991).

Penentuan tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi tinggi

jatuh total (dari permukaan air sampai permukaan air saluran bawah) dengan

kehilangan tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh adalah tinggi air yang kerja

efektif saat turbin air berjalan (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).

Adapun debit yang digunakan dalam pembangkit adalah debit andalan yang

terletak tepat setinggi mercu yaitu debit minimum. Karena pembangkit ini
62

direncanakan beroperasi selama 24 jam sehari semalam (Arismunandar dan

Kuwahara, 1991).

Daya yang masuk atau total daya yang diserap oleh suatu mikro hidro

merupakan daya kotor (bruto), Pgross. Daya yang biasanya disampaikan adalah daya

bersih (Pnet). Keseluruhan efesiensi yang mempengaruhi daya ini dimasukkan dalam

e0.

Pgross didapat dari head gross (hgross) dikalikan dengan debit aliran (Q) dan dikalikan

dengan percepatan gravitasi; yang diambil 9,81. Sehingga, didapat persamaan dasar

kekuatan air pada mikro hidro yaitu:

Gambar 2. 15 Efiesiensi pada skema PLTMH


(sumber : asy’ari, 2008)

Energi yang dilepaskan didapat dari berat air yang jatuh dikalikan dengan

tinggi jatuh vertikalnya. Berat jatuh didapat dari massa (m) dikalikan dengan

percepatan gravitasi. Sementara tinggi jatuh vertikal merupakan harga hgross.

Energi yang dilepas = m x g x hgross Joule 2. 34

Karena berat air merupakan perkalian antara berat jenis (p) dengan volume air

(V), sehingga didapat:

Energi yang dilepas =V x p x g x hgross Joule 2. 35

Saat air masuk ke turbin dengan debit tertentu, energi yang dilepas dapat dinyatakan

dalam kondisi daya (power), di mana power merupakan energi yang dilepas
63

persatuan waktu.

Pgross = ρ x Q x g x hgross Joule/detik atau Watt 2. 36

Dengan memasuki harga massa jenis air (ρair) = 1.000 kg/m3, dan percepatan

gravitasi (g) = 9,8 m/detik2. Daya yang dihasilkan pada turbin akan banyak

berkurang dari daya kotornya (Pgross), karena kehilangan akibat gesekan pada pipa

pesat (penstock) dan pada turbin. Daya yang keluar pada generator berkurang lagi

akibat kurang efisiennya sistem kerja dan generator. Selanjutnya, pada transmisi

power hilang, dengan daya akhir yang mampu dihasilkan dan didistribusikan kepada

penggunaan listrik mikro hidro ini hanya mencapai setengah dari kapasitas daya

kotornya (Pgross). Nilai efisiensi keseluruhan (e0) cenderung berkisar antara 0,4

hingga 0,6.

2.8 Analisis Debit Sesaat

Setiap pekerjaan yang berhubungan dengan sumber daya air, analisis

hidrologi mutlak diperlukan untuk memperoleh gambaran kondisi hidrologi suatu

daerah serta mendukung pembuatan keputusan. Salah satu parameter hidrologi yang

penting dalam suatu pekerjaan terkait sumber daya air adalah debit air.

Dalam perhitungan debit, keterbatasan ketersediaan data seringkali membuat kita

mencari alternatif untuk mengetahui besar debit air di sungai. Salah satunya adalah

dengan analisis data hujan. Analisis dengan data hujan pun sering harus didukung

oleh pengamatan debit langsung di lapangan. Untuk itu, perlu dilakukan survei

hidrometri.
64

2.8.1 Peralatan Yang Digunakan.

1. Current Meter

2. Total Station

3. Prisma

4. Rambu ukur

5. Kamera digital

6. GPS Handheld

7. GPS Geodetic

8. Stopwatch

9. Meteran
2.8.2 Mengukur Kecepatan Air Sungai

2.8.2.1 Menentukan Lokasi Pengukuran Debit Sungai


Untuk memperkirakan besaran debit yang lebih akurat, sebaiknya

pengukuran debit sungai harus dilakukan berkali-kali dan dilakukan pada

lokasi yang strategis. Pada penelitian ini, pengukuran debit sesaat dilakukan

sekali pada 2 penampang sungai yang berbeda bertepatan pada saat debit

normal. Pada masing-masing penampang dilakukan pengukuran di beberapa

titik, untuk kemudian dilakukan perhitungan debit sesaat pada penampang

tersebut.

Lokasi pengukuran kecepatan air harus bebas dari olakan air, arus

yang tidak teratur (tidak simetris), erosi pada sisi sungai, interupsi dari inlet

atau outlet anak sungai, atau adanya pengendapan di dasarnya.gambar 2.16

memberikan rambu-rambu lokasi pengukuran debit sungai.

Gambar 2. 16 Rambu-rambu Lokasi Pengukuran Debit Sungai.


(sumber : sakidiansyah, 2012)

50
5

Setelah didapat lokasi pengukuran yang ideal, maka pengukuran debit sungai

dapat dilakukan dengan beberapa metode yang sesuai dengan kondisi yang

memungkinkan di lapangan.

2.8.2.2 Mengukur Kecepatan Air dengan Current Meter


Bentuk alat ini seperti terlihat pada gambar 2.17.

Gambar 2. 17 Alat pengukur kecepatan arus (Current Meter) tipe baling baling.
(sumber : dokumentasi pribadi)

Gambar 2. 18 Contoh format hitungan debit dengan Current Meter sederhana.


(sumber : sakidiansyah, 2012)
5

2.9 Pengukuran tinggi jatuh

Pengukuran tinggi jatuh air antara sumber air dengan lokasi turbin dilakukan

menggunakan alat GPS Geodetic. Prinsip yang digunakan untuk menghitung tinggi

jatuh (head) adalah beda ketinggian (elevasi) antara elevasi di atas air terjun dengan

elevasi di rencana rumah pembangkit (power house). Dengan menggunakan GPS

Geodetic, dapat diperoleh perhitungan elevasi suatu tempat dengan ketelitian hingga

milimeter. Sehingga nilai head untuk perhitungan daya yang dapat dibangkitkan

cukup akurat.

Pengukuran ketinggian juga dilakukan dengan metode pengukuran lainnya

sebagai pembanding, yaitu secara manual menggunakan meteran dengan

menggunakan metode spirit level and string (papan water pass). Metode ini hampir

sama dengan pengukuran beda ketinggian menggunakan selang water pass namun

perbedaanya adalah pada metode spirit level and string menggunakan batang

waterpass. Metode spirit level and string melakukan pengukuran beda ketinggian

antara dua titik dengan menggunakan bantuan tiang, tali, dan batang waterpass untuk

melihat kelurusannya secara horizontal.

2.10 Analisa Hidro Ekonomi

Pengkajian kelayakan suatu usulan proyek bertujuan untuk mempelajari

usulan tersebut dari segala segi profesional agar diterima, dilaksanakan dan betul-

betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Jangan sampai setelah

proyek selesai dibangun dan dioperasikan ternyata hasilnya jauh dari harapan.

Kriteria kelayakan berkaitan erat dengan keberhasilan dan akan berbeda dari satu

serta lain sudut pandang dan kepentingan (Soeharto, 2002).


5

Pengkajian kelayakan atas suatu usulan juga tergantung pada nilai proyek

tersebut. Semakin besar nilai suatu proyek, semakin besar dana yang akan ditanam,

sehingga semakin luas jangkauan dan sifat pengkajiannya. Berikut ini akan

dijelaskan beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kelayakan

usaha/proyek yaitu Net Present Value, Pay Back Periode, Break Event Point, Benefit

Cost Ratio dan Internal Rate of Return (Wijaya dkk, 2012):

1. Net Present Value (NPV) adalah selisih harga sekarang dari aliran kas bersih

(Net Cash Flow) di masa datang dengan harga sekarang dari investasi awal

pada tingkat bunga tertentu. Untuk menghitung NPV dapat digunakan

Persamaan (2.39) berikut ini:

𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛
𝑁𝐵𝑖 𝐵 −𝐶 2.37
= ∑𝑛 �
𝑖=1 (1+𝑖)𝑛 𝑖=1 𝑖 𝑖

dengan: NPV = Net Present Value (Rp)

NB = Net Benefit = Benefit-Cost (Rp)

n = Tahun ke–n (tahun)

𝐵𝑖 = Benefit yang telah didiskon (Rp)

𝐶𝑖 = Cost yang telah didiskon (Rp)

2. Pay Back Periode (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan

terjadinya arus penerimaan (cash in flows) yang secara kumulatif sama

dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Untuk menghitung PBP

digunakan Persamaan (2.40) berikut ini:


5

𝑛 𝐼𝑖
�𝐵��
𝑃𝐵𝑃 = 𝑇𝑝−1 + ∑
𝑖=1
2.38
−∑𝑛 ��𝑐�𝑝��−�
𝑖
�𝐵�𝑝 �1�

dengan: PBP = Pay Back Periode (tahun)

𝑇𝑝−1 = Tahun sebelum terdapat PBP (tahun)

𝐼𝑖 = Jumlah investasi yang telah didiskon (Rp)

𝐵𝑖𝑐𝑝 −1 = Jumlah benefit yang telah didiskon sebelum PBP (Rp)

𝐵𝑝 = Jumlah benefit pada PBP (Rp)

3. Break Event Point (BEP) adalah keadaan atau titik di mana kumulatif

pengeluaran (Total Cost) sama dengan kumulatif pendapatan (Total Revenue)

atau laba sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan Total

Revenue = Total Cost.

4. Benefit Cost Ratio (BCR) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai

positif (benefit/keuntungan) dengan manfaat bersih yang bernilai negatif

(cost/biaya). Suatu proyek dapat dikatakan layak bila diperoleh nilai BCR > 1

dan dikatakan tidak layak bila diperoleh nilai BCR < 1. Untuk menghitung

BCR digunakan Persamaan (2.41) berikut ini:

𝐵𝐶𝑅 = 𝑛
𝑘=0 𝐵𝑘

𝑛 2.39
𝑘=0 𝐶𝑘

dengan: BCR = Benefit Cost Ratio

𝐵𝑘 = Keuntungan (benefit) pada tahun k (Rp)

𝐶𝑘 = Biaya (cost) pada tahun k (Rp)

n = Periode proyek (tahun)


5

k = Tahun ke-n (tahun)

5. Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya tingkat keuntungan yang

digunakan untuk melunasi jumlah uang yang dipinjam agar tercapai

keseimbangan ke arah nol dengan pertimbangan keuntungan. IRR

ditunjukkan dalam bentuk % per periode dan bernilai positif (I > 0). Untuk

menghitung IRR digunakan Persamaan (2.42) berikut ini:

𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + ( ) ∗ (𝑖 − 𝑖1 ) 2.40
𝑁𝑃𝑉1 −𝑁𝑃𝑉2 2

dengan: IRR = Internal Rate of Return (%)

𝑁𝑃𝑉1 = Net Present Value dengan tingkat bunga rendah (Rp)

𝑁𝑃𝑉2 = Net Present Value dengan tingkat bunga tinggi (Rp)

𝑖1 = Tingkat bunga pertama (%)

𝑖2 = Tingkat bunga kedua (%)

You might also like