You are on page 1of 8

REVIEW JURNAL

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN DEMOKRASI

(DEMOCRACY EDUCATION)

Oleh:
Lembayung Luh Jingga

21202244063/PBI H

Dosen Pengampu:

Drs. Suyato, M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2022
A. Review Jurnal
a. Identitas Jurnal
Judul Democratic Teacher Preparation and Praxis: Creating Active, Reflective
Educators (CARE)
Jurnal Democracy & Education Journal: Ohio University
DOI http://democracyeducationjournal.org/home/vol29/iss1/1
Volume & Halaman Democracy & Education, Vol 29, No. 1
Tahun May. 2021
Penulis Michael Edward Hess, Charles L. Lowery, Connor J. Fewell, Grace Zaher
Reviewer Lembayung Luh Jingga (21202244063)
Tanggal 02 Maret 2022

b. Isi Jurnal
Abstrak Abstrak dari jurnal yang berjudul “Democratic Teacher Preparation and
Praxis: Creating Active, Reflective Educators (CARE)” berisi tentang
rangkuman dari keseluruhan penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan seorang pendidik (guru) yang telah mempraktikan teori
Deweyan (John Dewey) pada metode pembelajaran sehingga mampu
mengembangkan pendidikan secara demokratis di sekolah. Penelitian ini
ditujukan kepada para pendidik yang merupakan lulusan dari school-
university partnership program, atau yang biasa dikenal dengan program
CARE (Creating Active, Reflective Educators). Data yang telah dikumpulkan
dari penelitian tersebut, berfungsi untuk menjawab sebuah pertanyaan:
“Sejauh mana kompetensi pendidik yang berasal dari lulusan program
CARE, mampu menerapkan pendidikan demokratis di lingkungan
pembelajaran?”. Metode pengambilan data penelitian tersebut dilakukan
dengan cara melakukan interview kepada para pengajar yang merupakan
lulusan dari program CARE. Hasil dari pengambilan data tersebut
didapatkan melalui rekaman audio yang telah ditranskrip. Data tersebut,
kemudian akan diolah kembali menjadi sebuah kesimpulan yang akan
dipergunakan ke dalam unit tematik bagi kurikulum pembelajaran di sekolah.

Latar Belakang Latar belakang dibentuknya jurnal yang berjudul “Democratic Teacher
Preparation and Praxis: Creating Active, Reflective Educators (CARE)”
didasarkan pada perbincangan para pemerhati pendidikan yang sudah sejak
lama berdiskusi tentang metode pendidikan demokrasi sebagai pendidikan
ideal yang dapat diterapkan kepada generasi muda. Namun, pendekatan
definitif terkait pendidikan demokrasi yang telah tersebar luas, belum
sepenuhnya mampu diwujudkan pada setiap sekolah. Penulis berpendapat,
bahwa kebanyakan sekolah lebih mempersiapkan para siswanya agar lebih
terfokus untuk memperdalam tes-tes standar mata pelajaran di kelas.
Dengan demikian, banyak sekolah yang terlalu menyederhanakan kurikulum
mereka sendiri dengan menekankan kemampuan siswa dalam memilih
jawaban yang “benar”, dibandingkan menekankan kemampuan siswa untuk
berpikir secara kritis dan autentik. Sesuai dengan pendapat Horn (2009),
kurikulum yang diterapkan pada kebanyakan sekolah, telah dipengaruhi oleh
kepentingan khusus untuk mengontrol demokrasi Amerika. Dalam hal ini,
idealisme yang terkandung pada demokrasi seperti aspek sosial dan budaya
untuk kepentingan bersama, telah disalahpahami dengan dekontekstualisasi
terhadap makna dari demokrasi itu sendiri.

Meskipun tidak tertulis secara preskriptif, pendidikan demokrasi


membutuhkan pergeseran paradigma dan perubahan mendasar terkait metode
belajar-mengajar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik. Guru
berperan sebagai pemandu yang akan membantu para siswa dalam
perjalanan belajar mereka. Menurut Dewey (1916), pendidikan demokrasi
bergantung pada terwujudnya suatu bentuk kehidupan sosial, di mana
kepentingan-kepentingan tersebut saling terinterpenetrasi dan saling
terhubung satu sama lain. Oleh karena itu, metode belajar secara individual
sangat erat kaitannya dengan pendidikan demokrasi karena dapat
memberikan kesempatan bagi para siswa untuk menerapkan pembelajaran
sesuai dengan cara belajar mereka sendiri.

Agar hal ini dapat direalisasikan, para pengajar pendidikan demokrasi perlu
menciptakan budaya, di mana mereka dapat membangun hubungan yang
kuat dengan para siswanya. Hubungan yang kuat antar guru dan siswa dapat
dibangun melalui ketersediaan waktu belajar yang lebih diperpanjang
daripada sebelumnya. Hal yang terpenting, diharapkan para guru dan siswa
mampu bekerja sama secara aktif dan lebih reflektif tentang praktik dan
pembelajaran yang mereka lakukan. Apabila guru dan murid memiliki
kesempatan yang sama dalam menyuarakan pendapat mereka masing-
masing, maka siswa dapat belajar berkontribusi sebagai agen yang terlibat
untuk mensosialisasikan demokrasi kepada masyarakat. Dengan
berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang inovatif, maka
guru dapat mengembangkan pendidikan demokratis secara profesional.

Tujuan Penelitian Sebagai studi kasus kualitatif, penelitian ini menyelidiki tentang persepsi dan
juga pengalaman sejumlah guru, yaitu berjumlah 10 orang, yang telah
berkontribusi ke dalam program CARE (Creative, Active, and Reflective
Educators). Secara khusus, penulis ingin mengeksplorasi kompetensi para
pengajar dalam menerapkan pendidikan demokrasi pada sekolah umum yang
sedang mereka ampu. Penelitian ini bertujuan untuk memahami persepsi para
pendidik tentang keberlanjutan pendidikan demokrasi, yang secara tidak
langsung berfokus kepada pengajaran dan pembelajaran secara demokratis.
Dengan memberikan kesempatan para guru berlisensi untuk bersuara dan
berpartisipasi dalam menyiapkan suatu bentuk pengajaran yang memiliki ciri
khas tersendiri, penulis percaya, bahwasannya program yang dibentuk akan
berpotensi untuk memajukan praktik demokrasi secara lebih baik sehingga
bermanfaat bagi masa depan generasi muda.

Penulis menyadari, bahwa praktik pendidikan demokrasi dapat dilaksanakan


pada berbagai tahap dan tingkat sekolah. Namun, penelitian yang
dilaksanakan oleh penulis, berfokus pada bagaimana persiapan seorang
pendidik, yang selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam praktik professional
berkelanjutan. Untuk hal ini, penulis akan meneliti tentang bagaimana guru
dapat mempertahankan praktik demokrasi secara teoritis dan pedagogis
dalam persiapan pengajaran, serta penulis akan mengeksplorasi sejauh mana
calon pendidik yang sudah terlatih, mampu mempraktikan pendidikan
demokrasi di lingkungan pengajaran mereka saat ini.

Subjek Penelitian Subjek yang diteliti dalam jurnal ini merupakan sejumlah pengajar yang
merupakan lulusan dari program CARE, yaitu berjumlah 10 orang.

Metode Penelitian a. Partisipan: 10 pengajar lulusan dari program CARE, yang terdiri dari
satu kepala sekolah, satu asisten kepala sekolah, satu media
specialist, dan tujuh guru sekolah umum (sekolah dasar, sekolah
menengah, dan sekolah atas).

b. Karakteristik: Partisipan memiliki pengalaman menjadi pengajar


setidaknya 2 tahun, hingga 17 tahun. Seluruh partisipan diidentifikasi
dengan nama samaran yang dipilih menggunakan purposeful
sampling. Seluruh partisipan merupakan mantan siswa dari program
CARE, yang saat ini telah menjadi pendidik di sekolah umum—guru
kelas atau administrator sekolah. Semua peserta dalam penelitian ini
menyelesaikan pengalaman klinis mereka sebagai calon guru di
Federal Hocking High School.

c. Lokasi: Amerika Serikat (US)

d. Metode Pengambilan Data: Metode pengambilan data penelitian


tersebut dilakukan dengan cara melakukan interview kepada para
partisipan menggunakan pendekatan interaktif dalam dialog tentang
persiapan dan praktik pendidikan demokrasi berdasarkan pemahaman
mereka tentang demokrasi dalam pendidikan.

e. Metode Analisis: Hasil dari pengambilan data tersebut didapatkan


melalui rekaman audio yang telah ditranskrip. Data kualitatif tersebut
kemudian diolah melalui metode First Cycle and Second Cycle
coding yang diciptakan oleh Saldaña (2016).
Porsi data yang telah dikodekan selama proses First Cycle coding
akan dikembangan pada proses Second Cycle coding, sehingga data
yang diolah akan menganalisis kesimpulan menjadi sebuah paragraf
(transkripsi). Selanjutnya, penelitian data kualitatif diperiksa kembali
melalui teknik keabsahan data untuk melihat derajat kepercayaan atau
kebenaran terhadap hasil penelitian tersebut (trustworthiness).

Hasil Penelitian Hasil penelitian dari artikel ini dikategorikan dalam lima unit tematik, yaitu
Democratic Educator Preparation, Student-Centered Democratic
Foundation, Maintaining Democratic Practice, Impact of Leadership on
Democratic Practice, dan The Democratic Struggle.

1. Pada unit Democratic Educator Preparation, partisipan memandang


bahwa para pengajar yang sudah mengenyam studi pada program
CARE lebih memiliki kompetensi dan kesiapan yang baik untuk
mengajar dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang
menlaksanakan studi pada institusi lain. Kematangan kompetensi
pengajar yang telah lulus dari program CARE dipengaruhi oleh
penanaman landasan filosofis terkait pendidikan demokrasi, serta
didukung oleh pengalaman studi berkelanjutan yang dilaksanakan di
Federal Hocking Local School (Fed Hock). Landasan filosofis yang
menjadi pandangan serta acuan kegiatan belajar-mengajar bagi para
pendidik, berupa gagasan Deweyan (John Dewey) yang merujuk
pada pemahaman tentang pendidikan demokrasi agar para pengajar
mampu mempersiapkan lingkungan pengajaran yang demokratis.
Hasil penelitian pada unit tersebut juga menyebutkan bahwa
partisipan merasa kemampuan mengajarnya mengalami peningkatan
sehingga mampu menunjang kualitas mengajarnya untuk jangka
waktu yang panjang. Setelah mengenyam studi pada program CARE,
para partisipan juga mampu menumbuhkan kesadaran tentang betapa
pentingnya melibatkan siswa secara aktif saat proses belajar-
mengajar. Dengan menghargai posisi siswa sebagai seorang individu
yang matang, maka akan dapat tercipta ruang belajar-mengajar yang
kondusif, baik bagi pendidik, maupun bagi peserta didik itu sendiri.

2. Pada unit Student-Centered Democratic Foundation, partisipan


menyatakan bahwa metode pengajaran dalam pendidikan demokrasi,
didasarkan pada metode pengajaran student-centered. Sistem
pengajaran student-centered akan memberikan ruang kepada siswa
untuk menyuarakan pendapatnya dalam pengalaman belajar sehingga
siswa mampu menentukan bagaimana metode belajar yang sesuai
bagi pribadi masing-masing. Selain itu juga, metode pengajaran
student-centered mampu melatih siswa agar berpartisipasi dalam
proyek-proyek pembelajaran yang relevan bagi diri mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pendidik yang telah
mengenyam pendidikan pada program CARE, memiliki perubahan
perspektif terkait metode belajar-mengajar. Sebelum mengenyam
pendidikan pada program CARE, para partisipan masih terikat
dengan standar pendidikan tradisional yang telah ditetapkan sehingga
metode pembelajaran tradisional ini membatasi ruang gerak para
siswa untuk berpartisipasi. Namun, setelah memperdalam
pengetahuan terkait pendidikan demokrasi pada program CARE, para
pengajar mampu mengembangkan paradigma baru terhadap konsep
pembelajaran student-centered, dimana konsep pembelajaran tersebut
menempatkan siswa sebagai subjek utama dalam pembelajaran.
Konsep pembelajaran student-centered dalam pendidikan demokrasi
juga mampu melatih siswa untuk andil dan berkontrbusi kepada
masyarakat.

3. Hasil penelitian menyebutkan, bahwa dalam mempertahankan praktik


demokratis pada pembelajaran di sekolah (Maintaining Democratic
Practice), para partisipan sepakat bila hal tersebut merupakan hal
yang sulit untuk diwujudkan. Kegiatan pengajaran secara demokratis
tidak dapat diterapkan setiap saat karena harus memperhatikan situasi
dan kondisi pembelajaran. Dalam menerapkan pembelajaran
demokratis, siswa juga harus memiliki kesiapan dalam memproses
sistem pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, dalam mewujudkan
pendidikan demokrasi secara praktikal, program CARE memiliki
tujuan untuk membentuk praktisi pembelajaran yang reflektif di
kelas. Refleksi merupakan suatu bentuk sarana untuk mewujudkan
praktik pendidikan demokrasi. Siswa dituntut agar mampu
merefleksikan setiap pembelajaran, serta mampu memberikan kritik
yang membangun bagi kegiatan belajar-mengajar. Praktik
pembelajaran refkeltif tersebut, mampu memonitor siswa agar dapat
terlibat dan berkontribusi bagi kegiatan belajar-mengajar. Kegiatan
refleksi dalam proses belajar-mengajar, mampu menumbuhkan rasa
kritis para siswa terhadap setiap materi yang telah mereka pelajari.
Melalui refleksi, siswa dapat menyuarakan kritik dan saran sehingga
mampu menjadi penggerak agar kegiatan belajar-mengajar berjalan
lebih baik.

4. Pada unit Impact of Leadership on Democratic Practice, seluruh


partisipan berdiskusi secara mendalam terkait pentingnya memiliki
kepemimpinan sekolah yang mendukung lingkungan pembelajaran
secara demokratis. Hasil penelitian menunjukkan, seluruh partisipan
sepakat bahwa peran pemimpin sangatlah penting untuk
menggerakan pendidik dalam mempertahankan praktik demokrasi di
lingkungan belajar-mengajar.
Apabila pemimpin sekolah menciptakan ruang yang nyaman untuk
menerapkan lingkungan pembelajaran secara demokratis, serta
mendukung penuh gagasan pendidikan demokrasi, maka pendidikan
demokrasi akan lebih mudah diwujudkan pada setiap sekolah.

5. Hasil penelitian pada unit The Democratic Struggle, menjelaskan


bahwa dalam menerapkan pendidikan demokrasi, pendidik memiliki
tantangan-tantangan tersendiri yang harus siap dihadapi. Demokrasi
kerap kali dicap sebagai kultur negatif pada stereotipe masyarakat
Amerika. Praktik demokrasi dipandang sebagai sistem yang tidak
konsisten karena mengandung perubahan dalam melawan pemikiran-
pemikiran tradisional. Namun, pada intinya pendidikan demokrasi
bukan hanya berbicara tentang baik buruknya suatu sistem, akan
tetapi pendidikan demokrasi berbicara perihal bagaimana seorang
siswa mampu melakukan hal-hal yang benar dalam mewujudkan
lingkungan belajar-mengajar yang kondusif. Untuk menghapuskan
stigma negatif terkait praktik “demokrasi”, maka diperlukan adanya
pembaharuan terhadap metode pedagogis agar lebih selaras dengan
filosofi pendidikan demokratis. Namun, para partisipan merasa
bahwa program CARE sudah cukup memberdayakan para pengajar
untuk menjadi pribadi yang lebih demokratis, terlepas dari
pemikiran-pemikiran tradisional yang ada di masyarakat sekitar.
Meskipun praktik demokrasi masih memiliki stigma negatif di
masyarakat, akan tetapi hal ini seharusnya tidak memengaruhi praktik
pendidikan demokrasi sebagai metode pengajaran ideal yang ada di
sekolah.

Kelebihan Artikel Penelitian terhadap penerapan pendidikan demokrasi yang dilakukan,


menggunakan sampel penelitian yang beragam sehingga mampu
memunculkan variasi perspektif dari masing-masing partisipan terkait
gagasan yang berkenaan dengan pendidikan demokrasi. Penelitian yang telah
dilakukan, diharapkan mampu mengubah stereotipe masyarakat Amerika
kepada sistem demokrasi yang dianggap penuh dengan stigma negatif.
Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pendidikan, yang semula masih berbentuk pendidikan otoriter, menjadi
pendidikan yang demokratif sehingga relevan di zaman modern seperti saat
ini. Penelitian tentang pendidikan demokrasi menunjukkan bahwa metode
pengajaran yang diterapkan, mampu memunculkan suasana belajar-mengajar
yang kondusif karena pendidik mampu menjadikan siswa sebagai fokus
utama subjek pembelajaran (student-centered). Melalui pendidikan
demokrasi, maka diharapkan mampu meningkatkan critical thinking siswa
sehingga siswa mampu menggerakkan alur belajar-mengajar di kelas, yang
sesuai dengan kebutuhannya. Melalui pendidikan demokrasi pula, siswa
mampu berkontribusi kepada masyarakat dalam mengungkapkan ide-ide
serta pendapat yang dapat membangun bagi lingkungan sosial.
Kekurangan Artikel Sampel penelitian yang digunakan sangat terbatas sehingga belum bisa
mewakili keseluruhan pendidik lulusan program CARE, yang telah
menerapkan pendidikan demokrasi kepada sekolah yang sudah diampunya.
Selain itu, penelitian ini tidak memperhitungkan aspek historis, sosiologis,
dan politik para pendidik sehingga belum dapat diketahui apakah hal tersebut
mampu mempengaruhi kemampuan pendidik dalam menerapkan pendidikan
demokrasi di sekolah. Penelitian yang dilakukan secara wawancara/interview
memungkinkan terjadinya bias dalam hasil penelitiannya.

Kesimpulan Penerapan pendidikan demokrasi di sekolah memiliki potensi untuk


membekali para siswa dalam menentukan kebebasan dan kesempatan sosial,
berdasarkan pada pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu terlibat
dalam pemerintahan demokratis. Hal ini menuntut sekolah dan pimpinan
sekolah untuk mempertimbangkan cara-cara baru yang kreatif dalam
memandang pendidikan demokratis. Oleh karena itu, diperlukan adanya studi
lanjut untuk menilai kapasitas dan kompetensi para pendidik apakah mereka
sudah layak untuk menerapkan pendidikan demokrasi, ataukah para pendidik
masih memerlukan dorongan untuk mempelajari kembali tentang nilai-nilai
demokrasi yang akan diterapkan di lingkungan belajar-mengajar. Apabila
pendidik sudah mampu membimbing siswa untuk menerapkan pendidikan
demokratis, maka diharapkan mampu tercipta suasana belajar yang kondusif
dan efektif.

Saran Penelitian Metode penelitian yang dilakukan seharusnya berupa metode kuantitatif,
dimana data yang dikumpulkan menggunakan kuisioner, sehingga peneliti
mampu menjangkau banyak orang untuk melakukan riset dan penelitian
mendalam. Pada saat memaparkan sebuah informasi terkait latar belakang
subjek penelitian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait tingkat
pemahaman masing-masing partisipan terhadap konsep demokrasi sehingga
pemahaman partisipan mampu menjadi tolok ukur, apakah partisipan dapat
mempraktikan pendidikan demokrasi menjadi lebih baik ataukah tidak.

You might also like