Professional Documents
Culture Documents
Bab 2 Parkinsonisme
Bab 2 Parkinsonisme
PENGERTIAN
Sindrom Parkinson merupakan efek samping ekstrapiramidal lain yang
agak lazim yang dapat dimulai berjam-jam setelah dosis pertama
neuroleptik atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan
bertahun-tahun.
Parkinsonisme terjadi akibat blockade dopamine pada ganglia basalis.
Parkinsonisme adalah sindrom klinis yang ditandai dengan tremor,
bradikinesia, kekakuan otot, dan ketidakstabilan postural.
II. PATOFISIOLOGI
Parkinsonisme akibat neuroleptik melibatkan penghambatan reseptor
D2 dalam kaudatus pada akhir neuron dopamine nigrostriatal, yaitu neuron
yang sama yang berdegenerasi pada penyakit Parkinson idiopatik. Pasien
yang lanjut usia dan wanita berada dalam resiko tertinggi untuk mengalami
parkinsonisme akibat neuroleptik.
III. PENYEBAB
Parkinsonisme merupakan salah satu efek samping ekstrapiramidal
dari penggunaan obat antipsikotik yang disebabkan karena adanya
gangguan keseimbangan antara transmisi asetilkolin dan dopamine pusat.
IV. GEJALA
Gejala parkinson akan timbul lebih sering pada orang dewasa atau
lansia dan dapat muncul secara bertahap. Gejala klinis sindrom Parkinson,
diantaranya :
1. Akinesia
Meliputi wajah topeng, kejedaan dari gerakan spontan,
penurunan ayunan lengan pada saat berjalan, penurunan kedipan, dan
penurunan mengunyah yang dapat menimbulkan pengeluaran air liur.
Pada bentuk yang lebih ringan, akinesia hanya terbukti sebagai suatu
status perilaku dengan jeda bicara, penurunan spontanitas, apati dan
kesukaran untuk memulai aktifitas normal, kesemuanya dapat
dikelirukan dengan gejala negative skizofrenia.
2. Tremor
Khususnya saat istirahat, secara klasik dari tipe penggulung pil.
Tremor dapat mengenai bibir dan otot-otot perioral yang disebut
sebagai “sindrom kelinci”. Keadaan ini dapat dikelirukan dengan
tardive diskinesia, tapi dapat dibedakan melalui karakter lebih ritmik,
kecenderungan untuk mengenai rahang daripada lidah dan responnya
terhadap medikasi antikolinergik.
3. Kekakuan otot / rigiditas
Merupakan gangguan pada tonus otot, yaitu derajat ketegangan
yang ada pada otot. Gangguan tonus otot dapat menyebabkan
hipertonia. Hipertonia yang berhubungan dengan parkinsonisme akibat
neuroleptik adalah tipe pipa besi (lead-pipe type) atau tipe roda gigi
(cogwheel type). Istilah tersebut menggambarkan kesan subjektif dari
anggota gerak atau sendi yang terkena.
V. PENGOBATAN
Gejala parkinson tidak akan muncul jika obat dihentikan, penghentian
obat akan dilakukan secara bertahap terlebih dahulu. Kemunculan gejala
tersebut juga dapat ditekan dengan pemberian obat antikolinergik seperti
triheksifenidil, sulfas atropine, atau dipenhidramin injeksi. Preparat
antikolinergik yang paling sering digunakan dalam praktek sehari-hari
yaitu Triheksifenidil (Artane) dengan dosis oral 3x2 mg / hari. Bila tetap
tidak berhasil mengatasi efek samping tersebut, disarankan untuk
mengganti jenis antipsikotik dengan APG-2 yang lebih sedikit
kemungkinan mengakibatkan efek samping ekstrapiramidal, salah satunya
parkinsonisme.
DAPUS :
Jarut, Y.M., Fartimawali, Wiyono, W.I., 2013, Tinjauan penggunaan Antipsikotik
pada Pengobatan Skizofrenia di RS Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado Periode
Januari –Maret 2013, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat, Vol 2(3): 54-57
Antipsikotik
Penggunaan Antipsikotik sebagai farmakoterapi digunakan untuk mengatasi
gejala psikotik dengan berbaagai etiologi, salah satunya skizofrenia. Antipsikotik
diklasifikasikan menjadi antipsikotik generasi pertama dan antipsikotik generasi
kedua.