Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ips Kelompok 5
Makalah Ips Kelompok 5
DISUSUN OLEH:
1. Aenu Aliyatun (201300232)
2. Bintang Oktaviani (201300185)
3. Chanddrikhaa Wisnu (201300180)
4. Dewi Hesti A. (201300220)
5. Febriana Rosnaeni (201300205)
6. Ifrani Yunani (201300181)
7. Jasmine Enggar K. (201300226)
8. Siti Arifah Umuri (201300210)
9. Susitiana (201300230)
i
KATA PENGANTAR
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi bahasa, penyusunan, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar bisa memahami kesalahan kami dalam
menyusun makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada kurikulum sekolah dasar 1994, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata
pelajaran yang mengkaji kehdupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian
pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial
mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan. Bahan
kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau
hingga masa kini (Depdikbud, 1994:120).
Perkembangan kurikulum atau bahan pengajaran, penentuan pilihan KBM
dan pola penilaian merupakan tiga serangkai tugas guru yang berkaitan satu sama
lain. Oleh karena itu penghayatan pentingnya serta kemampuan teknis guru dalam
melaksanakan ketiga kegiatan pokok ini khususnya dalam pembelajaran IPS
sangat diharapkan. Peran guru dalam pembelajaran IPS adalah motivator dan
fasilitator, dimana guru melaksanakan pembelajaran IPS ini harus
mampumembimbing dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan sumber belajar
yang tersedia disekitarnya. Guru sebagai pemberi bekal pengetahuan tentang
manusia dan seluk beluk kehidupannya hendaknya mengarahkan siswa untuk
tampil memecahkan masalah sosial disekitarnya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan model
pembelajaranyang kondusif dan menggairahkan peserta didik agar bersemangat
dalam mengikuti proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Salah
satu kemampuan dasar yang harus dikuasai guru adalah keterampilan
mengembangkan model pembelajaran, yaitu keterampilan yang berhubungan
dengan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran di kelas yang dapat
memotivasi dan menggairahkan belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS sangat menjemukan karena
penyajiannyabersifat menonton dan ekspositoris sehingga peserta didik kurang
antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib
berusaha secara optimum merebut minat peserta didik karena minat merupakan
modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Model pembelajaran IPS yang
implementasikan saat ini masih bersifat konvensional sehingga peserta didik sulit
memperoleh pelayanan secara optimal. Bahkan, banyak yang mementingkan
aspek akademis dibandingkan dengan aspek-aspek non-akademis lainnya, seperti
moral, atika, iman, dan taqwa.
Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan melakukan model
pembelajaran. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu
PengetahuanSosial, menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan model
pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran.
1
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sejumlah kemampuan kognitif; kedua, berpikir kritis memerlukan
sejumlah informasi dan pengetahuan; dan ketiga, berpikir kritis
mencangkup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan
menekankan secara berbeda-beda. Tujuan berpikir kritis adalah
untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan
mengevaluasi pelaksaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai
tersebut.Dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok
untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi, kemampuan
pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui
kemampuan reasoning.Model reasoning and problem
solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran,
yaitu:
Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah,
memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi,
melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau
gambar).
Penyeleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau
eksperimen, reduksi atau ekspansi, dedukasi logis, menulis
persamaan).
Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan
komputasi, aljabar, dan geometri).
Refleksi atau perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan
alternative pemecahan, memperluas konsep dan generalisasi,
mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah
variatif yang orsinil).
Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai
konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir
tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
sebuah metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih
peserta didik menghadapi berbagai masalah baik pribadi atau
perorangan maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama-
sama. Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut Savage
dan Amstrong sebagai berikut:
Mengenal adanya masalah;
Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;
Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut; dan
Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun keunggulan metode problem solving, sebagai berikut:
1. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
4
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan khususnya.
5
1. Langkah pertama adalah orientasi, peserta didik mengidentifikasi
masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan
dengan situasi kehidupan sehari-hari.
2. Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang
dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi
dari penjelasan yang telah diajukan.
3. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang
telah diajukan.
4. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas
kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang
dikembangkan dari hipotesis tersebut.
5. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk
mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesis tersebut.
6. Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah
sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah.
3.) Model Problem-Based Intruction
Problem-Based Intruction adalah model pembelajaran yang
berandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan
peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah
otentik.Model Problem-Based Intruction memiliki lima langkah
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah atau isu
yang berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih,
bisa untuk pertemuan satu, dua atau tiga pertemuan, bisa berawal
dari seleksi guru atau eksplorasi peserta didik.
2. Guru membantu peserta didik mengklarifikasi masalah dan
menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi
melibatkan sumber-sumber belajar, informasi, dan data yang
variatif, melakukan survei dan pengukuran).
3. Guru membantu peserta didik menciptakan makna terkait dengan
hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana
mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya).
4. Pengorganisasian laporan (makalah,laporan lisan, model, program,
computer, dll.).
5. Presentasi (dalam kelas melibatkan semua peserta didik, guru, bila
perlu melibatkan administrator dan anggota masyarakat.
6
1. Sajian masalah konseptual dan kontekstual.
2. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut.
3. Konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi,
analogi, atau contoh-contoh tandingan.
4. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara alamiah.
5. Konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual.
6. Konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman
dan penerapan pengetahuan secara bermakna.Sarana pendukung
model pembelajaran ini adalah lembaran kerja peserta didik, bahan
ajar, panduan bahan ajar untuk peserta didik, dan untuk guru,
peralatan demonstransi yang sesuai, model analogi, meja dan kursi
yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang mudah ditata
untuk itu. Dampak pembelajaran model ini adalah sikap positif
terhadap belajar, pemahaman secara mendalam, keterampilan
penerapan pengetahuan yang variatif.
7
Sebagai dampak pembelajaran adalah pandangan konstruktivistik
tentang pengetahuan, penelituan yang berdisiplin, proses
pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam.
8
8.) Model Portofolio
Teori belajar yang mendasari pembelajaran portofolio adalah teori
belajar konstruktivisme, yang ada prinsipnya menggambarkan bahwa
peserta didik membentuk atau membangun pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungannya. Portofolio sebagai model pembelajaran
merupakan usaha guru agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun
kelompok. Pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan peserta didik
untuk :
1. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan
guru atau dari buku/bacaan dengan penerapannnya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar
kelas baik informasi yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan
(objek langsung, TV/radio/internet) maupun orang/pakar/tokoh.
3. Membuat alternatif untuk mengatasi topic/objek yang dibahas.
4. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan
dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan
mempertimbangkan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
5. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan
topik yang dibahas.
9
perbaikan atau penyempurnaan persiapan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran selanjutnya.
10
syarat untuk melaksanakan model pembelajaran pengambilan keputusan: (1)
pengetahuan sosial; dan (2) metode atau cara mencapai pengetahuan.
Demikian sejumlah model pembelajaran IPS yang dapat diterapkan oleh para guru
di kelas. Namun untuk melaksanakannya, guru dapat memodifikasi model-model
tersebut setelah ada penyesuaian konteks lingkungan dan kondisi serta kebutuhan
peserta didik.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
untuk para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan atau
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran IPS adalah model pembelajaran yang berlandaskan
pendekatan paradigma konstruktivisme yaitu pembelajaran yang berdasarkan pada
partisipasi aktif peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis.
Model-model pembelajaran IPS berlandaskan paradigm konstruktivisme
diantaranya yaitu: Model Reasoning and Problem Solving, ModelInquiry
Training, Model Problem-Based Instruction, Model Pembelajaran Perubahan
Konseptual, Model Group Investigation, Model Pembelajaran VCT, Pendekatan
S-T-M atau S-T-S, Model Portofolio, Pembelajaran Kontekstual, Model Inkuiri
Sosial.
B. Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan
dibuat bingung mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai
peserta didik. Maka dari itu tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan
dalam memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. sehingga proses
belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa belajar akan lebih antusias, tidak
merasa bosan dan mampu mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS
akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan karena minat merupakan modal
utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.
12
DAFTAR PUSTAKA
13