You are on page 1of 16

MODEL PEMBELAJARAN IPS SD

Makalah ini kami susun dan kumpulkan guna memenuhi tugas


matakuliah Pembelajaran IPS SD yang diampu oleh Ibu Dosen Yusinta
Dwi Ariyani, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:
1. Aenu Aliyatun (201300232)
2. Bintang Oktaviani (201300185)
3. Chanddrikhaa Wisnu (201300180)
4. Dewi Hesti A. (201300220)
5. Febriana Rosnaeni (201300205)
6. Ifrani Yunani (201300181)
7. Jasmine Enggar K. (201300226)
8. Siti Arifah Umuri (201300210)
9. Susitiana (201300230)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA 2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Model Pembelajaran IPS SD” ini tepat pada waktunya. Terima
kasih kami ucapkan kepada IbuYusinta Dwi Ariyani, S.Pd.,M.Pd.selaku dosen
lebih tepatnya pengampu dari mata kuliah Pembelajaran IPS SD terkait materi
makalah kami, yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk
mengembangkan potensi yang kami miliki melalui tugas yang kami terima.
Terima kasih juga kepada teman-teman sekelompok yang telah membantu baik
secara materi maupun moral, sehingga bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca
serta dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca terkait
dengan makalah kami yang sederhana ini.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi bahasa, penyusunan, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar bisa memahami kesalahan kami dalam
menyusun makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Yogyakarta, 7 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MODEL PEMBELAJARAN IPS SD ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A.Latar Belakang ...............................................................................................................1
B.Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................................3
A. PengertianModel Pembelajaran IPS .......................................................................3
B. Model-Model Pembelajaran IPS ................................................................................3
1) Model Reasoning and Problem Solving .............................................................3
2.) Model Inquiri Training .........................................................................................5
4.) Model Pembelajaran Perubahan Koseptual ...........................................................6
5.) Model Group Investigation ...................................................................................7
6.) Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) .................................8
7.) Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M) ...............................................8
8.) Model Portofolio ...................................................................................................9
9.) Pembelajaran Kontekstual .....................................................................................9
10.) Model Inkuiri Sosial .........................................................................................10
11.) Model Pembelajaran Pengambilan Keputusan ..................................................10
BAB III ............................................................................................................................12
PENUTUP .......................................................................................................................12
A. Kesimpulan .............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pada kurikulum sekolah dasar 1994, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata
pelajaran yang mengkaji kehdupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian
pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial
mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan. Bahan
kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau
hingga masa kini (Depdikbud, 1994:120).
Perkembangan kurikulum atau bahan pengajaran, penentuan pilihan KBM
dan pola penilaian merupakan tiga serangkai tugas guru yang berkaitan satu sama
lain. Oleh karena itu penghayatan pentingnya serta kemampuan teknis guru dalam
melaksanakan ketiga kegiatan pokok ini khususnya dalam pembelajaran IPS
sangat diharapkan. Peran guru dalam pembelajaran IPS adalah motivator dan
fasilitator, dimana guru melaksanakan pembelajaran IPS ini harus
mampumembimbing dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan sumber belajar
yang tersedia disekitarnya. Guru sebagai pemberi bekal pengetahuan tentang
manusia dan seluk beluk kehidupannya hendaknya mengarahkan siswa untuk
tampil memecahkan masalah sosial disekitarnya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan model
pembelajaranyang kondusif dan menggairahkan peserta didik agar bersemangat
dalam mengikuti proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Salah
satu kemampuan dasar yang harus dikuasai guru adalah keterampilan
mengembangkan model pembelajaran, yaitu keterampilan yang berhubungan
dengan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran di kelas yang dapat
memotivasi dan menggairahkan belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS sangat menjemukan karena
penyajiannyabersifat menonton dan ekspositoris sehingga peserta didik kurang
antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib
berusaha secara optimum merebut minat peserta didik karena minat merupakan
modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Model pembelajaran IPS yang
implementasikan saat ini masih bersifat konvensional sehingga peserta didik sulit
memperoleh pelayanan secara optimal. Bahkan, banyak yang mementingkan
aspek akademis dibandingkan dengan aspek-aspek non-akademis lainnya, seperti
moral, atika, iman, dan taqwa.
Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan melakukan model
pembelajaran. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu
PengetahuanSosial, menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan model
pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran.

1
B.Rumusan Masalah

1.Apa pengertian model pembelajaran IPS?


2.Apa saja model-model dalam pembelajaran IPS?

C. Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran IPS


2.Mendeskripsikan model-model pembelajaran IPS

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianModel Pembelajaran IPS


Secara khusus, model diartikan sebagai karangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
suatu kegiatan.Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai
tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistemsosial, prinsip
reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells).Setiap model
pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan
dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model pembelajaran
yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk
semua materi. Sebagai seorang guru harus mampu memilih
model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu
dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan di kelas
harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tujuan
pembelajaran, sifat materi pembelajaran yang akan diajarkan,
ketersediaan fasilitas dan media, sumber-sumber belajar,
kondisi peserta didik atau tingkat kemampuan peserta didik, dan
alokasi waktu yang tersedia agar penggunaan model
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang
keberhasilan peserta didik dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa
belajar akan lebih antusias dan mampu mengubah persepsi
siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan
lebih menyenangkan.
B. Model-Model Pembelajaran IPS
Berikut diberikan beberapa contoh model pembelajaran yang
memiliki kecenderungan berlandaskan paradigm konstruktivistik yaitu:

1) Model Reasoning and Problem Solving


Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas
level memanggil (retensi), yang meliputi basic thinking, critical
thinking, dan kreative thinking. Selanjutnya, Johnson (1992)
merangkum beberapa definisi critical thinking dari beberpa ahli,
seperti Ennis (1987,1989), Lipman (1988), Siegel (1988), Paul
(1989), dan McPeck (1981), yang disebut juga “the Group of
Five”. Ia menyimpulan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari
kemampuan berpikir kritik. Pertama, berpikir kritis memerlukan

3
sejumlah kemampuan kognitif; kedua, berpikir kritis memerlukan
sejumlah informasi dan pengetahuan; dan ketiga, berpikir kritis
mencangkup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan
menekankan secara berbeda-beda. Tujuan berpikir kritis adalah
untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan
mengevaluasi pelaksaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai
tersebut.Dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok
untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi, kemampuan
pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui
kemampuan reasoning.Model reasoning and problem
solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran,
yaitu:
 Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah,
memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
 Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi,
melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau
gambar).
 Penyeleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau
eksperimen, reduksi atau ekspansi, dedukasi logis, menulis
persamaan).
 Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan
komputasi, aljabar, dan geometri).
 Refleksi atau perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan
alternative pemecahan, memperluas konsep dan generalisasi,
mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah
variatif yang orsinil).
Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai
konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir
tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
sebuah metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih
peserta didik menghadapi berbagai masalah baik pribadi atau
perorangan maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama-
sama. Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut Savage
dan Amstrong sebagai berikut:
 Mengenal adanya masalah;
 Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;
 Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut; dan
 Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun keunggulan metode problem solving, sebagai berikut:
1. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

4
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan khususnya.

 Kelemahan metode problem solving, adalah sebagai


berikut:
1) Beberapa pokok pembahasan sangat sulit untuk
menerapkan metode ini.
2) Memerlukan advokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

2.) Model Inquiri Training


Secara umum, istilah “inquiri” berkaitan dengan masalah dan
penelitian untuk menjawab suatu masalah. Rogers (1969), misalnya
menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk mengajukan
pertayaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.Sebagai sebuah metode mengajar yang
berorientasi pada latihan meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar
dengan metode pemecahan masalah, berpikir reflektif dan atau ‘discovery’
(Hagen, 1969). Namun, Beyer (1971) mengatakan bahwa inkuiri lebih dari
sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna atau
arti tertentu yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan
intelektual agar ide atau pemikirannya dapat dipahami.
Pengunaan pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk
mengembangkan kemampuan berpikir maupun pengetahuan. Sikap dan
nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau
tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri merupakan upaya yang
dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di
kelas. Pendekatan ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat
kepada siswa (student-centred instruction) daripada kepada guru (teacher-
centred instruction).Model inquiry training memiliki lima langkah
pembelajaran, yaitu:
1. Menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian,
menyajikan situasi yang saling bertentangan.
2. Menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang
dihadapi, memeriksa tampilnya masalah).
3. Mengkaji data dan mengeksprimentasi (mengisolasi variabel yang
sesuai, merumuskan hipotesis).
4. Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan.
5. Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang
lebih efektif.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi
konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual, strategi
penelitian, dan masalah yang menantang peserta didik untuk
melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini
adalah strategi penelitian dan semangat kreatif. Langkah-
langkahinquiry adalah sebagai berikut:

5
1. Langkah pertama adalah orientasi, peserta didik mengidentifikasi
masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan
dengan situasi kehidupan sehari-hari.
2. Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang
dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi
dari penjelasan yang telah diajukan.
3. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang
telah diajukan.
4. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas
kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang
dikembangkan dari hipotesis tersebut.
5. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk
mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesis tersebut.
6. Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah
sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah.
3.) Model Problem-Based Intruction
Problem-Based Intruction adalah model pembelajaran yang
berandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan
peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah
otentik.Model Problem-Based Intruction memiliki lima langkah
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah atau isu
yang berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih,
bisa untuk pertemuan satu, dua atau tiga pertemuan, bisa berawal
dari seleksi guru atau eksplorasi peserta didik.
2. Guru membantu peserta didik mengklarifikasi masalah dan
menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi
melibatkan sumber-sumber belajar, informasi, dan data yang
variatif, melakukan survei dan pengukuran).
3. Guru membantu peserta didik menciptakan makna terkait dengan
hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana
mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya).
4. Pengorganisasian laporan (makalah,laporan lisan, model, program,
computer, dll.).
5. Presentasi (dalam kelas melibatkan semua peserta didik, guru, bila
perlu melibatkan administrator dan anggota masyarakat.

4.) Model Pembelajaran Perubahan Koseptual


Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih
tinggi untuk memasukkan prinsip-prinsip dan generalisasi-
generalisasi. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah, seorang peserta
didik harus mematuhi aturan-aturan antara yang selaras dan aturan-aturan
ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Perubahan
konseptual terjadi ketika peserta didik memutuskan pada pilihan yang
ketiga. Agar terjadi proses perubahan konseptual, belajar melibatkan
pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh
pesera didik sebelum pembelajaran.Model pembelajaran perubahan
konseptual memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

6
1. Sajian masalah konseptual dan kontekstual.
2. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut.
3. Konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi,
analogi, atau contoh-contoh tandingan.
4. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara alamiah.
5. Konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual.
6. Konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman
dan penerapan pengetahuan secara bermakna.Sarana pendukung
model pembelajaran ini adalah lembaran kerja peserta didik, bahan
ajar, panduan bahan ajar untuk peserta didik, dan untuk guru,
peralatan demonstransi yang sesuai, model analogi, meja dan kursi
yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang mudah ditata
untuk itu. Dampak pembelajaran model ini adalah sikap positif
terhadap belajar, pemahaman secara mendalam, keterampilan
penerapan pengetahuan yang variatif.

5.) Model Group Investigation


Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan yang utama,
adalah: peserta didik hendaknya aktif (learning by doing), belajar
hendaknya didasari motivasi intrinsic, pengetahuan berkembang tidak
bersifat tetap, kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan
minat peserta didik, pendidikan harus mencangkup kegiatan belajar
dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain
artinya prosedur demokratis sangat penting, kegiatan belajar hendaknya
berhubungan dengan dunia nyata. Gagasan Dewey akhirnya diwujudkan
dalam model group investigation.Model group investigation memiliki
enam langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan
sumber, memilih topic, merumuskan permasalahan.
2. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana
mempelajarinya, siapa melakukan apa, apa tujuannya).
3. Investigation(saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi,
mengumpulkan informasi, menganalisis datam membuat referensi).
4. Organizing(anggota kelompok menulis laporan, merencanakan
presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulen).
5. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain
mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan
pertanyaan atau tanggapan).
6. Evaluating(masing-masing peserta didik melakukan koreksi
terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas,
peserta didik dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan
pada pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru.
Sarana pendudkung model pembelajaran ini adalah lembaran kerja
siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk peserta didik dan
guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah
dimobilisasi atau ruangan kelas yang mudah ditata untuk itu.

7
Sebagai dampak pembelajaran adalah pandangan konstruktivistik
tentang pengetahuan, penelituan yang berdisiplin, proses
pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam.

6.) Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)


Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) atau
sering disebut VCT merupakan teknik pembelajaran untuk membantu
peserta didik dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap
baik dalam mengahadapi persoalan melalui proses menganalisis nilai yang
sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.Tujuan menggunakan
VCT yaitu:
1. Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran peserta didik tentang
suatu nilai, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak
menentukan target nilai yang akan dicapai.
2. Menanamkan kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai yang
dimiliki baik tingkat maupun sifat yang positif maupun yang
negative untuk selanjutnya ditanamkan kearah peningkatan dan
pencapaian target nilai.
3. Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada pesera didik melalui cara
yang rasional (logis) dan diterima peserta didik, sehingga pada
akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik peserta didik sebagai
proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.
4. Melatih peserta didik dalam menerima-menilai nilai dirinya dan
posisi nilai orang lain, menerima serta mengambil keputusan
terhadap suatu persolan yang berhubungan dengan pergaulannya
dan kehidupan sehari-hari.

7.) Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M)


Pendekatan S-T-S dikembangkan sebagai sebuah pendekatan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan
lingkungan nyata dengan cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam
mencari informasi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam
kehidupan sehariannya. Perkembangan sains dan teknologi sering kali
menimbulkan dampak dalam proses perubahan masyarakat.Dengan
digunakannya S-T-S dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu
dimensi baru dalam pembaharuan pendidikan IPS terutama dapat
menekankan segi pragmatis yaitu mengungkapkan hal-hal yang berguna
dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan peserta
didik.Program-program S-T-S pada umumnya memiliki karakteristik atau
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan
dan dampak.
2. Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
3. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap peserta didik.
4. Identifikasi bagaimana sains teknologi berdampak di masa depan.
5. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar dll.

8
8.) Model Portofolio
Teori belajar yang mendasari pembelajaran portofolio adalah teori
belajar konstruktivisme, yang ada prinsipnya menggambarkan bahwa
peserta didik membentuk atau membangun pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungannya. Portofolio sebagai model pembelajaran
merupakan usaha guru agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun
kelompok. Pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan peserta didik
untuk :
1. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan
guru atau dari buku/bacaan dengan penerapannnya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar
kelas baik informasi yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan
(objek langsung, TV/radio/internet) maupun orang/pakar/tokoh.
3. Membuat alternatif untuk mengatasi topic/objek yang dibahas.
4. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan
dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan
mempertimbangkan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
5. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan
topik yang dibahas.

9.) Pembelajaran Kontekstual


Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas melibatkan tujuh
utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).Tahap-tahap dalam
pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada tingkat sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Mengkaji materi yang akan diajarkan pada peserta didik dengan
memilih yang kontekstual dan dapat dikaitkan dengan hal-hal yang
aktual.
2. Mengkaji konteks kehidupan peserta didik sehari-hari dengan
cermat sebagai upaya untuk memahami konteks kehidupan peserta
didik.
3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan konteks
kehidupan peserta didik.
4. Menyusun persiapan kegiatan pembelajaran yang telah
memasukkan konteks kehidupan di dalam materi yang akan
diajarkan.
5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran kontekstual dengan
mendorong peserta didik untuk mengaitkan materi yang dipelajari
dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya.
6. Melakukan pemilaian sebenarnya terhadap hasil belajar peserta
didik, di mana hasil penilaian tersebut digunakan untuk bahan

9
perbaikan atau penyempurnaan persiapan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran selanjutnya.

10.) Model Inkuiri Sosial


Model menghubungkan istilah inkuiri dengan pengembangan
kemampuan peserta didik untuk menemukan dan merefleksikan sifat
kehidupan sosial, terutama sebagai latihan hidup sendiri dan langsung
dalam masyarakat. Guru berperan sebagai reflector dan pembimbing yaitu
memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menjelaskan kedudukan
mereka dalam proses belajarnya. Terdapat tiga cirri pokok dalam model
pembelajaran iinkuiri sosial, yaitu:
1. Adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan
tercipatanya suatu diskusi kelas.
2. Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan
masalah.
3. Mempergunakan fakta sebagai pengujian hipotesis.

11.) Model Pembelajaran Pengambilan Keputusan


Pada uraian berikut ini, akan dibahas model desain pembelajaran
pengambilan keputusan (decision making) yang dikhususkan untuk
pembelajaran IPS.Apa dan mengapa model pembelajaran pengambilan
keputusan?Makna konsep pengambilan keputusan (decision making)
berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang alternatif pilihan yang
tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan
tentang nilai pribadi dan masyarakat. Apabila seseorang dihadapkan pada
pilihan-pilihan tersebut maka kemungkinan jawaban yang muncul adalah
pilihan yang tepat atau tidak tepat.
Banks mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam pengambilan
keputusan tidaklah muncul dengan sendirinya. Pengambilan keputusan
adalah suatu keterampilan yang harus dibina dan dilatihkan. Bertitik tolak
dari asumsi bahwa keterampilan pengambilan keputusan (decision-
making-skills) dapat dibina dan dilatihkan pada siswa maka model
pembelajaran ini merupaka alternatif bagi para guru dan calon guru untuk
membina profresionalisme dalam proses belajar-mengajar. Savage dan
Armstrong (1996) mengemukakan langkah-langkah proses pengambilan
keputusan sebagai alternatif model pembelajaran dalam IPS sebagai
berikut:
 Mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah;
 Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif;
 Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif;
 Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap
alternatif;
 Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif;
 Membuat pilihan dari berbagai alternatif;
 Menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam
membuat pilihan.
Selain Savage dan Armstrong, Banks (1990) mengemukakan pula urutan
langkah atau prosedur dalam pengembangan keterampilan pengambilan keputusan
dengan komponen esensial sebagai syaratnya. Menurut Banks, sedikitnya ada dua

10
syarat untuk melaksanakan model pembelajaran pengambilan keputusan: (1)
pengetahuan sosial; dan (2) metode atau cara mencapai pengetahuan.
Demikian sejumlah model pembelajaran IPS yang dapat diterapkan oleh para guru
di kelas. Namun untuk melaksanakannya, guru dapat memodifikasi model-model
tersebut setelah ada penyesuaian konteks lingkungan dan kondisi serta kebutuhan
peserta didik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
untuk para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan atau
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran IPS adalah model pembelajaran yang berlandaskan
pendekatan paradigma konstruktivisme yaitu pembelajaran yang berdasarkan pada
partisipasi aktif peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis.
Model-model pembelajaran IPS berlandaskan paradigm konstruktivisme
diantaranya yaitu: Model Reasoning and Problem Solving, ModelInquiry
Training, Model Problem-Based Instruction, Model Pembelajaran Perubahan
Konseptual, Model Group Investigation, Model Pembelajaran VCT, Pendekatan
S-T-M atau S-T-S, Model Portofolio, Pembelajaran Kontekstual, Model Inkuiri
Sosial.

B. Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan
dibuat bingung mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai
peserta didik. Maka dari itu tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan
dalam memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. sehingga proses
belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa belajar akan lebih antusias, tidak
merasa bosan dan mampu mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS
akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan karena minat merupakan modal
utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Huriah Rachmah, M.Pd. (2014). Pengembangan Profesi Pendidikan


IPS. Bandung: Alfabeta.Dr. Sapriya, M.Ed. (2009). Pendidikan IPS. Bandung:
Remaja Rosdakarya.Dr. Rudy Gunawan, M.Pd. (2011). Pendidikan IPS filosofi,
Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Alfabeta.
Depdiknas, 2006, hal. 35.
Fajar, 2009, hal. 108.
Budimansyah, Suparlan, & Meirawan, 2010, hal. 6.
Hermawan, 2006, hal. 3.
Sumiati & Asra, 2007, hal. 92.
Sudjana, 2000, hal. 85-86.
Rosalin, 2008a, hal. 78.
Hermawan, 2006, hal. 27.
Menurut Sanjaya dalam (Taniredja, Faridli, & Harmianto, 2011, hal. 87)
Taniredja, Faridli, & Harmianto, 2011, hal. 88.
Fajar, 2009, hal. 34.
Fajar, 2009, hal. 45.
Sumiati & Asra, 2007, hal. 14.

13

You might also like