You are on page 1of 29

BAB 9

1.APUS VAGINA

a.pengertian
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel cairan
dari vagina. Hal ini umumnya dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
infeksi jamur, bakteri dan parasit pada vagina Pemeriksaan apus vagina
(vaginal wet mount) berbeda dengan pemeriksaan pap smear namun dapat
dilakukan bersamaan atau pada waktu yang berbeda. Pemeriksaan apus
vagina adalah pemeriksaan dengan sampel cairan vagina yang akan dilihat
dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri atau
jamur yang menyebabkan peradangan di vagina (vaginitis) dan sekitarnya
atau tidak. Keluhan yang biasanya muncul saat terjadi vaginitis adalah
keputihan, gatal pada vagina, nyeri saat berhubungan sexual, dan iritasi.
Sedangkan pemeriksaan papsmear dilakukan untuk melihat apakah sel di
vagina mengalami perubahan ke arah sel ganas (kanker) atau tidak.
Apabila hal ini membuat anda cemas atau informasi kurang jelas anda juga
dapat menanyakan hal ini ke dokter yang menyarankan pemeriksaan apus
vagina. Sebelum melakukan pemeriksaan apus vagina usahakan tidak
melakukan hubungan sex sebelumnya, jangan melakukan pembersihan
vagina berlebihan (douching vagina), dan jangan konsumsi obat anti jamur
3 hari sebelum pemeriksaan.

b. cara pengerjaannya

Teknik pemeriksaan swab vagina dimulai dari persiapan pasien dan peralatan,
pengambilan sampel, hingga prosedur tindakan.

Persiapan Pasien
Persiapan dimulai dengan melakukan anamnesis mengenai riwayat kesehatan
dan seksual dan menjelaskan langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan.
Pasien diberi kesempatan untuk mencerna informasi serta bertanya atau
mengutarakan kekuatirannya jika masih ada yang belum jelas sebelum
memberikan informed consent.[5]
Setelah pasien memberikan informed consent, instruksikan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih, melepaskan pakaian bagian bawah, dan
berbaring. Pastikan bed pasien berada di tempat yang cukup tertutup agar privasi
pasien terjaga. Sebelum kontak dengan pasien, cuci tangan dan kenakan sarung
tangan.[5]
Peralatan
Peralatan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:

 Lampu pemeriksaan

 Swab steril dan slide mikroskop untuk masing-masing pemeriksaan (high vaginal
swab/HVS dan low vaginal swab/LVS)
 Swab transtube (media transpor charcoal) untuk masing-masing pemeriksaan
 Spekulum vagina

 Sarung tangan

 Label identitas pasien[5]

Posisi Pasien
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berada dalam posisi litotomi. Posisikan
lampu agar area pemeriksaan terlihat jelas.[5]

Prosedural
Prosedur meliputi pengambilan sampel dan pemeriksaan hasil swab. Pemeriksaan
yang umum dilakukan menggunakan sampel swab vagina pada kasus suspek
vaginitis adalah saline wet mount, whiff test, kultur, dan nucleic acid amplification
testing (NAAT).
Prosedur Pengambilan Sampel Swab Vagina oleh Klinisi

Prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan swab vagina adalah sebagai


berikut:

 Buka kedua labia minora dengan tangan non-dominan

 Lakukan inspeksi meatus eksterna dan vulva. Perhatikan apakah ada lesi kulit,
sekret atau perdarahan per vaginam, dan bekas luka

 Memasukkan spekulum

 Swab dinding vagina (jarak >2 cm dari introitus untuk HVS, dan jarak 1-2 cm dari
untuk LVS) menggunakan swab steril.

 Apusan swab sebanyak 2-3 kali gulungan pada slide mikroskop tanpa terputus.


Tunggu hingga apusan mengering di udara terbuka, lalu tutup slide carrier. Buang
swab
 Jika diperlukan pemeriksaan untuk kultur, gunakan swab transtube untuk
mengambil sampel sekret vagina.
 Masukkan slide dan transtube dalam kantung spesimen, serta beri label identitas
pasien[5]
Prosedur Pengambilan Sampel Low Vaginal Swab secara Mandiri
Pada pengambilan sampel sekret vagina yang dilakukan oleh pasien sendiri,
peralatan yang digunakan adalah swab transtube. Pasien melakukan prosedur
dalam posisi berdiri dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Bilas dan keringkan

 Jaga keseimbangan selama prosedur pengambilan sampel

 Putar tutup transtube untuk membuka segel. Tarik tutup yang tersambung dengan


swab keluar dari tabung. Jangan meletakkan swab atau menyentuhkan ujung swab
dengan benda apa pun. Jika terjadi hal tersebut, buang swab dan minta swab baru
 Pegang swab di bagian tutup dengan satu tangan, dan arahkan ujung swab ke
vagina

 Dengan tangan yang bebas, buka kulit di luar vagina. Masukkan ujung swab ke
introitus. Arahkan ujung swab ke punggung bagian bawah. Relaksasikan otot-otot
vagina

 Masukkan swab perlahan ke dalam vagina, tidak lebih dari dua inci. Jika swab
sulit masuk, putar swab sambil dorong perlahan. Jika masih sulit, hentikan
prosedur

 Pastikan swab menyentuh dinding-dinding vagina sehingga sekret terserap oleh


swab

 Putar swab selama 10-15 detik

 Keluarkan swab tanpa menyentuh kulit. Masukkan swab ke dalam tabung dan
tutup dengan rapat. Ulangi langkah-langkah tersebut jika masih diperlukan sampel
kedua

 Setelah prosedur selesai, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Bilas dan
keringkan[11]

Sampel harus disimpan pada suhu  2-30°C dan dikirimkan ke laboratorium dalam
waktu 14 hari sejak pengambilan. Sampel juga dapat dibekukan dan dikirim ke
laboratorium pada suhu (-20°C) dalam 180 hari sejak pengambilan.[11]

c. manfaat melakukan apus vagina

mengetahui apakah ada infeksi bakteri atau jamur yang menyebabkan peradangan
vagina (vaginitis) dan sekitarnya atau tidak
2. OBSERVASI PAP SMEAR

a. pengertian pap smear adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk deteksi dini


kanker serviks atau kanker leher rahim. Karena itu, perempuan menjadi objek
utama pemeriksaan ini dibanding laki-laki, tes ini adalah untuk menguji
keberadaan sel pra kanker atau kanker pada serviks .selama prosedur rutin , sel
sel dari serviks dikikis dengan lembut . kemudia diperiksa untuk mengetahui
apakah ada pertumbuhan yang tidak normal (abnormal).

b. observasi

Hasil tes pap smear bisa positif atau negatif. Jika negatif, berarti tidak didapati
sel yang abnormal. Dengan demikian, pasien bisa disimpulkan tidak menderita
kanker serviks. Adapun bila hasilnya positif berarti ditemukan sel abnormal.

Meski demikian, hasil positif tidak selalu menandakan adanya kanker serviks.
Berikut ini beberapa sel abnormal yang mungkin terdeteksi dari hasil pap smear
positif:

 Sel skuamosa atipikal (ASCUS): Terdapat sel yang abnormal, tapi


kerusakannya tidak begitu parah untuk bisa disebut sebagai sel pra-kanker.
Dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan keberadaan human
papillomavirus.
 Lesi intraepitel skuamosa: Sel yang abnormal menunjukkan kerusakan
sedang hingga parah. Ada potensi perubahan sel itu menjadi sel kanker.
 Sel glandular atipikal: Terdapat sel abnormal yang memproduksi lendir
atau mukus. Namun belum pasti sel ini adalah sel pra-kanker.
 Sel skuamosa dan adenokarsinoma: Sel abnormal yang diduga kuat adalah
sel kanker.

c. cara pelaksanaan

berikut tahap-tahap dalam pemeriksaan pap smear yang mungkin perlu kamu


ketahui:

1. Ganti Baju

Tahap pertama dalam pemeriksaan pap smear tak jauh berbeda dengan tahap awal
aktivitas medis lainnya, yaitu mengganti pakaian dengan baju khusus dari rumah
sakit. Biasanya, kamu akan diminta untuk menanggalkan semua pakaian, terutama
pakaian bagian bawah. Jangan panik dan risih, karena hal ini berguna untuk
mempermudah proses pap smear.

2. Berbaring dengan Kaki Terbuka Lebar

Setelah mengganti baju, petugas medis biasanya akan menginstruksikan kamu


untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi kaki yang terbuka lebar. Pada
tahap inilah kamu harus benar-benar merasa relaks, agar otot-otot Miss V tidak
tegang dan menyulitkan pemeriksaan.

3. Pemeriksaan Bagian Luar Miss V

Pada tahap ini, petugas akan melakukan pemeriksaan pada bagian luar miss V,
yang mencakup bagian luar vulva dan labia. Pengecekan bagian labia dilakukan
untuk pemeriksaan tahap selanjutnya.

4. Memasukkan Speculum untuk Membuka Dinding Miss V

Setelah pengecekan bagian luar, tahap selanjutnya adalah memasukkan alat


bernama speculum, yang berfungsi untuk membuka dinding Miss V. Sehingga,
petugas medis dapat dengan mudah melihat bagian dalam Miss V. Tidak perlu
khawatir, proses pemasukkan speculum ini biasanya dilakukan dengan sangat
hati-hati dan tidak akan membuat Miss V kamu terluka.

5. Pengambilan Sampel Jaringan

Setelah speculum telah terpasang dengan benar, langkah selanjutnya yang


dilakukan petugas medis adalah mengambil sampel jaringan. Dimulai dari mulut
rahim bagian luar (ektoserviks). Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan alat sejenis spatula khusus.

Lalu pengambilan sampel dilanjutkan ke bagian yang lebih dalam, yaitu bagian
saluran mulut rahim dan bagian dalam rahim. Untuk proses ini, digunakan alat
yang bernama Cytobrush, alat yang berbentuk seperti sikat yang menyerupai sapu
kecil.

6. Pelepasan Speculum

Ketika petugas telah selesai mengambil sampel, maka telah selesai pula tahapan
utama dalam pap smear. Speculum yang terpasang pun akan dilepas dengan hati-
hati. Saat pencopotan, petugas medis biasanya juga akan melakukan pemeriksaan
pada bagian uterus dan ovarium, dengan menggunakan tangan.

7. Pemeriksaan Sampel Jaringan

Seluruh proses pap smear selesai, hal yang perlu kamu lakukan adalah menunggu
sampel selesai diperiksa di laboratorium patologi. Sementara itu, petugas medis
akan bertugas untuk melakukan pemeriksaan mendetail, yaitu apakah sel-sel
dalam sampel merupakan sel yang normal atau tidak.

8. prosedur pemeriksaan pap smear

Menurut soepordiman (2002), manuaba (2005), dan rasjidi (2008) prosedur


pemeriksaaan pap smear adalah

a. Persiapan alat alat yang akan digunakan, meliputi spekulum biwalve (cocor
bebek), spatula ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan
alkohol 95%
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi
c. Pasang spekulum sehingga tampak lebih jelas bagian atas,formik
posterior,serviks
d. Periksa serviks pemekrisaan apakah normal atau tidak
e. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan dengan kedalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 c searah jarum jam
f. Kemudian sediaan yang telah didapat, dioleskan diatas kaca objek pada sisi
yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 c satu kali usapan
g. Celupkan kaca objek kedalam larutan alkohol 95% selama 10 menit
h. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transport dan dikirim ke ahli
patologi.

c.manfaat melakukan pap smear


1. keyakinan bahwa tak ada dugaan masalah pada leher rahim
2. mencegah atau mengobati kanker serviks sejak dini
3. mendeteksi kelainan sel yang bisa memicu kanker serviks bahkan sebelum
Sebelum ada gejala

d. waktu yang tepat untuk melakukan pap smear


1.setelah menstruasi
The american cancer society menyebutkan waktu terbaik untuk
melakukan ts ini yaitu hingga 2 minggu setelah periode menstruasi selesai
atau lima hari sebelum periode haid dimulai.

3.PEMERIKSAAN KOLPOSKOPI

a.pengertian
Kolposkopi merupakan alat untuk memeriksa vagina dan servik dengan
menggunakan mikroskop binokuler, jenis tes untuk mengetahui
perkembangan kanker serviks serta kerap digunakan untuk menemukan sel
sel abnormal diserviks.

b. Indikasi pemeriksaan kolposkopi secara umum adalah:

1) Evaluasi wanita dengan abnormalitas pada pemeriksaan pap smear, tanpa


lesi yang tampak pada vagina atau serviks.
2) Adanya sel radang yang persisten walaupun dengan pengobatan yang
adekuat. 3) Adanya sel yang mengalami keratinisasi pada epitel serviks.
4) Wanita dengan perdarahan pasca coitus, metrorhagia dan perdarahan
pasca menopause.
5) Pemeriksaan dengan tanpa alat menunjukkan servik dan vagina yang tidak
sehat, dicurigai adanya keganasan, khususnya setelah hasil pengolesan asam
asetat yang positif.
6) Evaluasi pada wanita dengan squamous intraepithelial lesion (SIL).
7) Wanita dengan lesi pada serviks, vulva dan vagina berupa kondilomata
akuminata, polip, dan ulkus.
8) Evaluasi pre operatif wanita yang didiagnosa kanker serviks stadium I A
atau B. 9) Evaluasi wanita yang terpapar diethylstilbestrol (DES).2,4

C. cara pelaksanaannya
Tahapan Pap Smear
Pap smear bisa dilakukan saat sedang tidak dalam masa haid. Selain itu, jangan
memakai douche untuk membersihkan vagina sekurang-kurangnya tiga hari
sebelum tindakan. Persiapan lainnya adalah tidak berhubungan seksual dan tidak
memakai tampon setidaknya dua hari sebelumnya serta tidak menggunakan alat
kontrasepsi.

Berbaring di meja periksa Memakai baju khusus

Usahakan serileks mungkin ketika berbaring di meja periksa. Taruh kedua kaki di
tempat yang telah disediakan atau dalam posisi lebar.

Anda juga harus membersihkan kantong kemih sebelum memulai tahapan


pemeriksaan pap smear.

Posisi pasien dalam pemeriksaan pap smear mirip dengan proses persalinan
normal. Maka baju khusus mungkin diperlukan agar prosesnya berjalan lebih
mudah.

Pemeriksaan vagina

Dokter akan memeriksa vagina bagian luar terlebih dahulu sebelum memulai
tahapan pap smear di dalam vagina.

Pembukaan vagina

Dokter membuka vagina dan memasukkan alat seperti cocor bebek bernama
spekulum. Proses ini dilakukan dengan perlahan dan hati-hati.

Pengambilan sampel sel

Dokter mengambil sampel sel dari dalam vagina menggunakan alat seperti sikat
halus atau kapas atau semacam spatula. Sampel lalu dimasukkan ke alat periksa
seperti tabung atau gelas kaca untuk dibawa ke laboratorium.

Pelepasan spekulum dan pemeriksaan sampel

Seusai pengambilan sampel sel, spekulum dilepas. Tahap pap smear telah selesai.
Pasien tinggal menunggu hasil pemeriksaan sampel di laboratorium.
d.gambar melakukan pemeriksaan pap smear

ada dibawah :

4.OBSERVASI HASIL USG

a.pengertian ultrasonografi
Ultrasonografi medis adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal
dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini
berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika
masa kehamilan, Ultrasonografi atau yang biasa dikenal sebagai USG,
merupakan teknik menampilkan gambar atau citra dari kondisi bagian dalam
tubuh. Alat medis ini memanfaatkan gelombang suara dengan frekuensi
tinggi untuk mengambil gambar tubuh bagian dalam. Misalnya, organ tubuh
atau jaringan lunak.
b. jenis pemeriksaan ultrasonografi

1. USG Standar

USG standar adalah jenis paling umum yang dilakukan selama melakukan tes
kehamilan. Dokter atau suster memegang tongkat yang berbentuk transduser dan
kemudian digosokkan di atas perut untuk menghasilkan gambar dua dimensi dari
bayi.

2. Transvaginal scans

Transvaginal scans biasanya dilakukan pada awal kehamilan Mama. Cara ini


memang lebih baik dibandingkan dengan USG abdominal atau melalui perut. Hal
itu disebabkan, Mama yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas
sekalipun dapat mengetahui dengan jelas bagaimana detak jantung bayi di dalam
rahim dan mengatami setiap perubahan pada leher rahim yang dapat
menyebabkan komplikasi, seperti keguguran atau persalinan prematur. Namun,
USG transvaginal sifatnya hanya sebagai pelengkap bukan sebagai pengganti
USG abdominal.

3. Doppler imaging

USG jenis ini bertujuan untuk mengukur seberapa baik darah yang mengalir di
dalam tubuh bayi Mama. Selain itu, USG ini juga dilakukan bagi Mama yang
memiliki tekanan darah tinggi atau pertumbuhan bayi dalam janin menjadi lebih
lambat dari biasanya.

4. Echocardiography janin

USG Echocardiography janin ini bertujuan untuk memberikan secara detail


bagaimana detak jantung bayi Mama. Namun, USG ini biasanya dilakukan kepada
bayi Mama yang memiliki cacat jantung.

5. USG 3D

USG 3D atau 3 dimensi akan menghasilkan gambar yang baik dan jelas karena
terlihat utuh dalam format 3 dimensi. Oleh sebab itu, Mama akan mudah
memahami dan melihat bagaimana bayi Mama berkembang. Alat yang digunakan
untuk melakukan USG ini terbilang cukup mahal, karena itulah biaya yang Mama
keluarkan juga cukup besar.

6. USG 4D

USG 4D atau real time merupakan teknologi canggih dimana gambar yang
ditampilkan berupa 3 dimensi dan bergerak, sehingga Mama dapat melihat dengan
jelas gerakan serta ekspresi muka janin.
Prosedur Ultrasonografi
 Jika perut diperiksa, orang mungkin diminta untuk tidak makan dan minum
selama
beberapa jam sebelum tes. Biasanya, pemeriksa mengoleskan gel tebal pada kulit
di atas
area yang akan diperiksa untuk memastikan transmisi suara yang baik.
 Transduser genggam ditempelkan pada kulit dan dipindahkan ke area
yang akan
dievaluasi.Untuk mengevaluasi beberapa bagian tubuh, pemeriksa
memasukkan
transduser ke dalam tubuh misalnya, ke dalam vagina untuk memvisualisasikan
rahim

Jantung
Misalnya untuk mendeteksi kelainan pada cara jantung berdetak, kelainan
struktural seperti katup jantung yang rusak, dan pembengkakan pada bilik atau
dinding
jantung (ultrasonografi jantung disebut ekokardiografi).

Kantung empedu dan saluran empedu


Pemeriksaan ultrasonografi untuk mendeteksi batu empedu dan penyumbatan di
saluran empedu.
.
Pembuluh darah
Pemeriksaan USG selanjutnya untuk mendeteksi pembuluh darah yang melebar
dan menyempit.

Hati, limpa, dan pankreas


Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk mendeteksi tumor dan
gangguan
lainnya di dalam tubuh
ovarium dengan lebih baik atau ke dalam anus untuk menggambarkan
kelenjar
prosta

Organ reproduksi wanita

USG adalah alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi tumor dan peradangan
pada indung telur, saluran tuba, atau rahim.
Saluran kemih
Misalnya, untuk membedakan kista jinak dari massa padat (yang
mungkin
kanker) di ginjal atau untuk mendeteksi penyumbatan seperti batu atau
kelainan
struktural lainnya pada ginjal, ureter, atau kandung kemih (lihat Ultrasonografi)
Kehamilan
Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan janin dan untuk mendeteksi
kelainan plasenta (seperti plasenta yang salah tempat, disebut plasenta previa).
Ultrasonografi juga dapat digunakan untuk memandu dokter ketika
mereka
mengambil sampel jaringan untuk biopsi. Ultrasonografi adalah alay yang
dapat
menunjukkan posisi instrumen biopsi, serta area yang akan dibiopsi
(seperti massa).
Dengan demikian, dokter dapat melihat di sebelah mana memasukkan
instrumen dan
dapat menuntun langsung ke sasaranny

Metode

 USG transabdomen/TAS (trans abdominal sonography)


 USG transvaginal/TVS (trans vaginal sonography)
 Doppler
 USG 3D 4D
 Ekokardiografi janin

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


 Lokasi kehamilan
 Viabilitas kehamilan
 Dating scan ( pemeriksaan USG untuk memastikan kehamilan)
 Translusensi nuchae (NT) pada kehamilan 11-14 minggu
 Anomali structural (kehamilan 20 minggu atau lebih)
 Pemeriksaan Doppler arteri uterina
 Letak/presentasi janin
 Ekokardiagrafi janin (pada usia kehamilan sekitar 22 minggu

Pemeriksaan khusus

 Varian fisiologi
 Penanda lunak aneuploidy
 Infeksi virus (CMV, Toksoplasmosis, Herpes)
 Kistik fibrosis
 Ileus mekonium
 Pembengkakan akibat sejumlah kecil darah

Hasil Pemeriksaan USG


 GA (Gestational Age)
Yaitu menunjukkan perkiraan usia kehamilan Anda berdasarkan pemeriksaan
dokter
terhadap panjang tungkai lengan dan kaki maupun diameter kepala janin.
 GS (Gestational Sac)
Yaitu ukuran kantung kehamilan Anda, biasanya berupa bulatan hitam
 EDD (estimated due date)
Yaitu perkiraan tanggal Anda akan melahirkan secara spontan, biasanya didapat
berdasarkan hitungan usia kehamilan maksimal 280 hari (40 minggu) setelah hari
pertama menstruasi terakhir.
 LMP (Last Menstrual Period)
Yaitu hitungan hari pertama haid terakhir. Umumnya ini digunakan sebagai acuan
umur
janin dalam kandungan.
FW (Fetal Weight)

Merupakan keterangan mengenai berat janin dalam kandungan


 FHR (Fetal Heart Rate)
Sementara untuk FHR atau Fetal Heart Rate menunjukkan frekuensi detak
jantung janin

5. INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan untuk mendapatkan informasi yang


berguna dalam pengambilan keputusan klinik mulai dari pemilihan obat,
penggunaan obat hingga pemantauan efektivitas dan keamanan, apoteker
memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan tersebut
dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam penggunaan obat, penentuan dosis,
hingga pemantauan keamanan obat. Oleh karena itu, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam interpretasi data
laboratorium, khususnya yang terkait penggunaan obat, yaitu pemahaman nilai
normal dan implikasi perubahannya.

Untuk mendukung peran apoteker dan meningkatkan pengetahuan ketrampilan


apoteker dalam interpretasi data laboratorium, Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian menyusun Pedoman Interpretasi Data Klinik. Pedoman ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi apoteker dalam melakukan pemantauan
terapi maupun setiap keputusan klinik yang akan diambil.

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk


membedakan diagnosis, mengkonfi rmasi diagnosis, menilai status klinik pasien,
mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan.
Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan untuk:
Menilai kesesuaian terapi (contoh: indikasi obat, ketepatan pemilihan obat,
kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat, risiko interaksi obat), Menilai
efektivitas terapi (contoh: efektivitas pemberian kalium diketahui melalui kadar
kalium dalam darah, efektivitas warfarin diketahui melalui pemeriksaan INR,
Efektifi tas allopurinol di ketahui dari menurunnya kadar asam urat, Mendeteksi
dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (contoh: penurunan dosis
siprofl oksasin hingga 50% pada kondisi klirens kreatinin <30mL/menit), Menilai
kepatuhan penggunaan obat (contoh: kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
antidiabetik oral diketahui dari nilai HbA1c, kepatuhan penggunaan statin
diketahui dari kadar kolesterol darah), dan Mencegah interpretasi yang salah
terhadap hasil pemeriksaan. Dalam melakukan uji laboratorium diperlukan bahan
(spesimen) yang didapatkan melalui tindakan invasif (menggunakan alat yang
dimasukkan ke dalam tubuh) atau non invasif. Contoh spesimen antara lain: darah
lengkap (darah vena, darah arteri), plasma, serum, urin, feses, sputum, keringat,
saliva, sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan serebrospinal dan jaringan.
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif,
kualitatif atau semikuantitatif. Hasil kuantitatif berupa angka pasti atau rentang
nilai, sebagai contoh nilai hemoglobin pada wanita adalah g/dl. Hasil kualitatif
dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa menyebutkan derajat positif
atau negatifnya. Hasil semikuantitatif adalah hasil kualitatif yang menyebutkan
derajat positif atau negatif tanpa menyebutkan angka pasti (contoh: 1+, 2+, 3+).
Nilai kritis suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan kelainan/
gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan perhatian atau tindakan. Nilai
abnormal suatu hasil pemeriksaan tidak selalu bermakna secara klinik.
Sebaliknya, nilai dalam rentang normal dapat dianggap tidak normal pada kondisi
klinik tertentu. Sebagai contoh hasil pemeriksaan serum kreatinin pada pasien usia
lanjut (lansia) tidak menunjukkan fungsi ginjal yang sebenarnya. Oleh karena itu
perlu diperhatikan nilai rujukan sesuai kondisi khusus pasien. Pedoman
Interpretasi Data Klinik 7

Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan dalam berbagai satuan. Pada


tahun 1960 diupayakan adanya standar pengukuran kuantitatif yang berlaku di
seluruh dunia tetapi sampai sekarang banyak klinisi tetap menggunakan satuan
konvensional, contoh: rentang nilai normal kolesterol adalah <200mg/dL (satuan
konvensional) atau <5,17 mmol/l (Satuan Internasional). Hasil pemeriksaan
laboratorium dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terdiri atas faktor terkait
pasien atau laboratorium. Faktor yang terkait pasien antara lain: umur, jenis
kelamin, ras, genetik, tinggi badan, berat badan, kondisi klinik, status nutrisi dan
penggunaan obat. Sedangkan yang terkait laboratorium antara lain: cara
pengambilan spesimen, penanganan spesimen, waktu pengambilan, metode
analisis, kualitas spesimen, jenis alat dan teknik pengukuran. Kesalahan terkait
hasil laboratorium patut dicurigai jika ditemukan tingkat kesalahan pembacaan
yang sangat besar dari hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan gejala dan tanda
klinik pasien. Nilai klinik pemeriksaan laboratorium tergantung pada sensitifi tas,
spesifi sitas dan akurasi. Sensitifi tas menggambarkan kepekaan tes, spesifi sitas
menggambarkan kemampuan membedakan penyakit/gangguan fungsi organ,
sedangkan akurasi adalah ukuran ketepatan pemeriksaan. Pemeriksaan
laboratorium dapat dikelompokkan sebagai pemeriksaan penapisan (screening)
dan pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan penapisan dimaksudkan untuk
mendeteksi adanya suatu penyakit sedini mungkin agar intervensi dapat dilakukan
lebih efektif. Umumnya pemeriksaan penapisan relatif sederhana dan mempunyai
kepekaan tinggi. Pemeriksaan diagnostik dilakukan pada pasien yang memiliki
gejala, tanda klinik, riwayat penyakit atau nilai pemeriksaan penapisan yang
abnormal. Pemeriksaan diagnostik ini cenderung lebih rumit dan spesifi k untuk
pasien secara individual. Beberapa pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi
satu paket yang disebut profi l atau panel, contohnya: pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan fungsi hati. Tata nama, singkatan dan
rentang nilai normal hasil pemeriksaan yang biasa digunakan dapat berbeda antara
satu laboratorium dengan laboratorium lainnya, sehingga perlu diperhatikan
dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan. 3.1 Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah
lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari
neutrofi l (segmented dan bands), basofi l, eosinofi l, limfosit dan monosit. 8
Pedoman Interpretasi Data Klinik

entang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja,
umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian.
Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur
di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan
memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera
vaskuler atau trauma. a) Hematokrit (Hct) Nilai normal: Pria : 40% - 50 % SI
unit : 0,4-0,5 Deskripsi: Wanita : 35% - 45% SI unit : ,45 Hematokrit menunjukan
persentase sel darah merah tehadap volume darah total. Implikasi klinik:
Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan
Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-
paru kronik, polisitemia dan syok. Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah
sel darah merah pada ukuran eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia
makrositik atau mikrositik. Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran
sel darah merah lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel
mikrositik terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah
merah terlihat normal. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.
Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%. Faktor pengganggu Individu
yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian juga Hb
dan sel darah merahnya. Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia fi
siologis pada kehamilan Pedoman Interpretasi Data Klinik 9

 Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai normal untuk bayi
lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct pada
wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki. Juga terdapat
kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok umur lebih dari 60
tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah pada kelompok
umur ini. Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct. Hal
yang harus diwaspadai Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal jantung dan
kematian; Hct >60% terkait dengan pembekuan darah spontan b) Hemoglobin
(Hb) Nilai normal : Pria : g/dl SI unit : 8,1-11,2 mmol/l Deskripsi: Wanita: g/dl SI
unit : 7,4 9,9 mmol/l Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat
transportasi oksigen (O 2 ) dan karbon dioksida (CO 2 ). Hb tersusun dari globin
(empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme
(mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi
hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen
darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang
kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin
mengangkut 1,34 ml oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb
bukan jumlah sel darah merah. Penurunan protein Hb normal tipe A1, A2, F
(fetal) dan S berhubungan dengan anemia sel sabit. Hb juga berfungsi sebagai
dapar melalui perpindahan klorida kedalam dan keluar sel darah merah
berdasarkan kadar O 2 dalam plasma (untuk tiap klorida yang masuk kedalam sel
darah merah, dikeluarkan satu anion HCO 3 ). Penetapan anemia didasarkan pada
nilai hemoglobin yang berbeda secara individual karena berbagai adaptasi tubuh
(misalnya ketinggian, penyakit paru-paru, olahraga). Secara umum, jumlah
hemoglobin kurang dari 12 gm/dl menunjukkan anemia. Pada penentuan status
anemia, jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah eritrosit. 10
Pedoman Interpretasi Data Klinik

25 Implikasi klinik : Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama


anemia karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan,
peningkatan asupan cairan dan kehamilan. Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada
hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal
jantung kongestif dan pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi. Konsentrasi
Hb berfl uktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar.
Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons
terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
anemia. Faktor pengganggu Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami
peningkatan nilai Hb demikian juga Hct dan sel darah merah. Asupan cairan yang
berlebihan menyebabkan penurunan Hb Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi
(sebelum eritropoesis mulai aktif) Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan
sebagai akibat peningkatan volume plasma Ada banyak obat yang dapat
menyebabkan penurunan Hb. Obat yang dapat meningkatkan Hb termasuk
gentamisin dan metildopa Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb Hal
yang harus diwaspadai 1. Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb,
Hct dan sel darah merah. Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan
penurunan nilai ketiganya. 2. Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat
memicu gagal jantung dan kematian. Nilai >20g/dL memicu kapiler clogging
sebagai akibat hemokonsenstrasi Tatalaksana Manajemen anemia bertujuan untuk
mengatasi penyebab rendahnya nilai hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan
darah yang akut, transfusi Pedoman Interpretasi Data Klinik 11

merupakan terapi pilihan. Dalam situasi terjadi kekurangan atau penurunan


nutrisi maka diperlukan penggantian besi, vitamin B12 atau asam folat. Pada
penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia biasanya terjadi
karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga terapi yang tepat adalah
pemberian eritropoetin, namun apabila ada kendala biaya yang mahal, dapat
diganti dengan tranfusi darah. Jika anemia terjadi akibat menurunnya produksi
eritropoetin maka terapi penggantian eritropoetin dapat mengurangi kebutuhan
tranfusi. c) Eritrosit (sel darah merah) Nilai normal: Pria: 4,4-5,6 x 10 6 sel/mm3
Wanita: 3,8-5,0 x 10 6 sel/mm3 SI unit: 4,4-5,6 x sel/l SI unit: 3,5-5,0 x sel/l
Deskripsi: Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan tubuh dan mengangkut CO 2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh
Hb. Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang
luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk
bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati
kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan
menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama
yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum
dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya, eritrosit
yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum
tulang (sistem retikuloendotelial). Proses eritropoiesis pada sumsum tulang
melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Hemocytoblast (prekursor dari seluruh sel
darah); 2. Prorubrisit (sintesis Hb); 3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb
meningkat); 4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat; 5. Retikulosit
(inti diabsorbsi); 6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti). Implikasi klinik : Secara
umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta respon
terhadap terapi anemia Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia
leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus 12
Pedoman Interpretasi Data Klinik

6.PERSIAPAN OPERASI

1. Definisi Menurut Himpunan Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)


mendefinisikan tindakan operasi sebagai prosedur medis yang bersifat invasif
untuk diagnosis, pengobatan penyakit, trauma dan deformitas (HIPKABI, 2014).
Definisi lain menyatakan bahwa operasi merupakan tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh (Smeltzer, dkk., 2008). Konsep pre operasi adalah bagian dari
keperawatan perioperatif dan merupakan persiapan awal sebelum melakukan
tindakan operasi.Dalam kosep pre operasi membahas tentang pengertian pre
operasi, persiapan pre operasi, indikasi dan klasifikasi Pembedahan, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi. Pre operasi adalah
tahap yang dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan
diakhiri ketika klien dikirim ke meja operasi. Keperawatan pre operatif
merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Tahap ini merupakan
awalan yang menjadi kesuksesan tahap-tahap berikutnya. Kesalahan yang
dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya (HIPKABI,
2014)

2. Persiapan Pre Operasi Keperawatan pre operasi merupakan tahapan awal dari
keperawatan perioperatif. Perawatan pre operasi merupakan tahap pertama dari
perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan pembedahan (Mirianti, 2011)

a. Persiapan fisik Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain:

1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum Sebelum dilakukan pembedahan,


penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin,
fungsi imunologi, dan lain- lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup
karena dengan istirahat yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh
lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil dan pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.

2) Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit.

3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam


kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi metabolik obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik.

4) Pencukuran Daerah Operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk


menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidakdicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/ menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun
demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan
pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati- hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah
yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi.

5) Personal Hygiene Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan


operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang di operasi. Pada pasien yang kondisi
fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi
dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

6) Pengosongan Kandung Kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan


melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.

7) Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum
operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan- latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi, antara
lain :
a) Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas
tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara
efektif dan benar maka pasien dapat segera

b) Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien yang mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien
akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.Latihan batuk
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir
atau sekret tersebut.

c) Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi
pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani
menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya
lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai
operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus
(peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/ flatus. Keuntungan lain
adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal. b. Persiapan Penunjang Persiapan penunjang merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya
hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan
tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang
dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun
pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil
keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai
pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa
menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan
untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan

untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu
dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium
terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan hasil
pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

d. Pemeriksaan Status Anestesi Pemeriksaan status fisik untuk pembiusan perlu


dilakukan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi
demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan
ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu
fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.

e. Inform Consent Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang


terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun
keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi). Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala
macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani.
Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/ keluarganya
berhak untuk menanyakan kembali sampai betul- betul paham. Hal ini sangat
penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh
pasien/ keluargasetelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai
dengan gambaran keluarga.

f. Persiapan Mental/ Psikis Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap
atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang
dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis.

Contoh: perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan


misalkan pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum
operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan
meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Ketakutan dan kecemasan yang
mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik
seperti: meningkatnya frekuensi denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah,
gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab,
gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering
berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh
pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal
yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah
ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat
perkembangan pasien, faktor pendukung/support system. 3. Respon Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang,respon kecemasan)
antara lain:
a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan Secara fisiologis respon tubuh terhadap
kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun
parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan
sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh. Reaksi tubuh
terhadap kecemasan adalah “fight” atau “flight”. Flight merupakan reaksi isotonik
tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam
sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk
menyerang yang akanmenyebabkan sekresi noradrenalin, renninangiotensin
sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Bila korteks
otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal
yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga efeknya antara lain napas
menjadi lebih dalam, nadi meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung,
susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah
akan meningkat.

b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan Kecemasan dapat mempengaruhi


aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi
koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu
hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri
dan menurunkan keterlibatan dengan orang lainc. Respon Kognitif Kecemasan
dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi pikir,
diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah
lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung.

C. Respon Afektif Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk


kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Pasien Pre Operasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien preoperasi antaralain

a. Nyeri dan Ketidaknyamanan (Pain And Discomfort) Suatu yang umum dan
biasa terjadi pada klien preoperasi akibat pembedahan. Perawat bertugas
memberikan informasi dan meyakinkan kepada klien bahwa pembedahan tidak
akan dilakukan tanpa diberikan anastesi terlebih dahulu. Pada pembedahan akan
timbul reaksi nyeri pada daerah luka dan pasien merasa takut untuk melakukan
gerakan tubuh atau latihan ringan akibat nyeri pada daerah perlukaan. Faktor
tersebut akan menimbulkan cemas pada pasien pre operasi.

b. Ketidaktahuan (Unknow) Cemas padahal-hal yang belum diketahui


sebelumnya adalah suatu hal yang umum terjadi. Ini disebabkan karena kurangnya
informasi tentang pembedahan.

c. Kerusakan atau Kecacatan (Mutilation) Cemas akan terjadi kerusakan atau


perubahan bentuk tubuh merupakan salah satu faktor bukan hanya ketika
dilakukan amputasi tetapi juga pada operasi- operasi kecil. Hal ini sangat
dirasakan oleh pasien sebagai suatu yang sangat mengganggu body image.
d. Kematian (Death) Cemas akan kematian disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
ketika pasien mengetahui bahwa operasi yang akan dilakukan akan mempunyai
resiko yang cukup besar pada tubuh sehingga akan menyebabkan kematian

. e. Anestesi (Anesthesia) Pasien akan mempersepsikan bahwa setelah dibius klien


tidak akan sadar, tidur terlalu lama dan tidak akan bangun kembali. Klien
mengkhawatirkan efek

B. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan di


dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah keseluruh tubuh.
Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir di dinding pembuluh darah yang
keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan kembali kejantung pembuluh balik
(Smeltzer, dkk., 2008). 2. Sistem Sirkulasi Tekanan Darah Darah mengambil
oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki
jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh
darah yang disebut arteri. Pembuluh darahyang lebih besar bercabang-cabang
menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran mikroskopik,
yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluhpembuluh darah
sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh
dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi
kelangsungan hidup. Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen kembali ke
jantung melalui pembuluh darah vena, dan di pompa kembali ke paruparu untuk
mengambil oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal
sebagai tekanan sistolik. Kemudia notot jantung rileks sebelum kontraksi
berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik.
Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika anda memeriksakan tekanan darah
3. Jenis Tekanan Darah Tekanan darah dapat dibedahkan atas 2 yaitu
: a. Tekanan Sistolik Adalah tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar
ketika jantung berkontraksi. Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan yang
dicapai selama jantung m
enguncup.Tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk
mendorong darah keluar melalui arteri. Dimana tekanan ini berkisar antara 95 -
140 mmHg.
b. Tekanan Diastolik Adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara
tiap denyutan. Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah selama jantung
mengembang. Dimana tekanan ini berkisar antara 60 - 95 mmHg.
4. Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi
3 kelompok yaitu
: a. Tekanan darah rendah (hipotensi)
b. Tekanan darah normal (normotensi)
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) Tekanan darah dapat lebih tinggi (hipertensi)
atau lebih rendah (hipotensi) dari normal. Hipotensi berat berkepanjangan yang
menyebabkan penyaluran darah ke seluruh jaringan tidak adekuat dikenal sebagai
syok sirkulasi. Mengukur Tekanan Darah Naik dan turunnya gelembung tekanan
darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh
arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini dinamakan
"Systole", dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak
memompa (relaxes) ini disebut "Diastole".

DAFTAR PUSTAKA

1.nurjannah,intansari.2018.nursing intervensi classification(nic)

2.S.SST.,M.KES,marmi.2015.kesehatan reproduksi

3. https://xdocs.pl/doc/makalah-hasil-observasi-ultrasonografi-4ol251jxlynm

4. https://www.alodokter.com/komunitas/topic/apus-vagina

5. https://id.wikihow.com/Melakukan-Apus-Vagina?
amp=1#aoh=16465759671078&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s

6. https://primayahospital.com/onkologi/tahapan-pemeriksaan-pap-smear/
#:~:text=Pap%20smear%20adalah%20pemeriksaan%20yang,kaitan%20dengan
%20risiko%20kanker%20serviks

7. https://hellosehat.com/wanita/tes-kesehatan-wanita/pap-smear/

8. https://www.sehatq.com/tindakan-medis/pap-smear-siapa-saja-yang-
membutuhkannya

9. https://www.halodoc.com/kesehatan/kolposkopi#:~:text=Apa%20Itu
%20Kolposkopi&text=Kolposkopi%20adalah%20jenis%20tes%20untuk,sel
%2Dsel%20abnormal%20di%20serviks

10. https://www.halodoc.com/artikel/begini-prosedur-melakukan-pemeriksaan-
kolposkopi
11. https://www.alodokter.com/memahami-kolposkopi-dan-cara-mempersiapkan-
diri-sebelum-pemeriksaan

12. https://www.alomedika.com/tindakan-medis/obstetrik-dan-ginekologi/
kolposkopi/indikasi

13. https://www.docdoc.com/id/info/procedure/kolposkopi

14. https://xdocs.pl/doc/makalah-hasil-observasi-ultrasonografi-4ol251jxlynm

15. https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/cara-membaca-hasil-usg/

16. https://hellosehat.com/sehat/tes-kesehatan/pemeriksaan-usg-diagnosis-
penyakit/

17. http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/70068

18. https://penelitianilmiah.com/interpretasi-data/

19. https://brainly.co.id/tugas/10673905

20. https://mc200.ilearning.me/2020/04/07/interprestasi-hasil-penelitian/

21. https://gamastatistika.com/2020/03/09/gama-statistika-jasa-olah-data-berupa-
interpretasi/

22. https://www.studocu.com/id/document/universitas-diponegoro/mata-kuliah-
dasar-epidemiologi/interpretasi-data/3290424

23. http://web-suplemen.ut.ac.id/mapu5103/materi4_4.htm

24. https://id.scribd.com/doc/98370304/Interpretasi-Data-Dan-Penarikan-
Kesimpulan-Penelitian

25.http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/83540https://docplayer.info/81

26-Pedoman-interpretasi-data-klinik.html

27.https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6869/131402110.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

28. https://farmalkes.kemkes.go.id/2014/12/pedoman-interpretasi-data-klinik/

29. http://repository.unimus.ac.id/1708/4/12.%20BAB%20II.pdf

30. https://www.emc.id/id/care-plus/hal-hal-yang-perlu-diperhatikan-sebelum-
dan-sesudah-pembiusan

31. https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=150204

32. https://hellosehat.com/sehat/operasi/persiapan-sebelum-operasi-medis/
5
Novianty Racma. 2019.
http://www.popmama.com/pregnance/second-trimester/rachma-novianty/cara-
membaca-
hasil-usg-full/

You might also like