Professional Documents
Culture Documents
Transkultural Dalam Keperawatan (Kelompok 4 - S1 Keperawatan C)
Transkultural Dalam Keperawatan (Kelompok 4 - S1 Keperawatan C)
Transkultural Dalam Keperawatan (Kelompok 4 - S1 Keperawatan C)
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.
2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan
2.1.1 Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan
Kesehatan
Menurut J.N Giger dan Davidhizar konsep dan prinsip dalam asuhan
keperawatan ada beberapa, antara lain:
1. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Cultural
Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu dari budaya, gaya
hidup, dan hukum hidup. Contohnya, Didin adalah anak yang dilahirkan dari
pasangan suku sunda dan batak.
3. Diversity
Diversity atau keragaman budaya adalah suatu bentuk yang ideal dari asuhan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya individu,
kepercayaan, dan tindakan.
4. Etnosentris
Prsepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Ras
Perbedaan manusia didasarkan pada asal muasal manusia.
6. Cultural Shock
Suatu keadaan yang dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidak nyamanan, ketidak berdayaan,
dan beberapa mengalami disorientasi.
7. Diskriminasi
Perbedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan ras, jenis kelamin, sosial,
dan lain sebagainya.
8. Assimilation
Suatu proses individu untuk membangun identitas kebudayaannya, sehingga akan
menghilangkan budaya kelompoknya dan memperoleh budaya baru.
9. Sterotyping
Anggapan suatu individu atau kelompok bahwa semua anggota dari kelompok
budaya adalah sama. Seperti, perawat beranggapan bahwa semua orang Indonesia
menyukai nasi.
10. Prejudice
Adalah prasangka buruk atau beranggapan bahwa para pemimpin lebih suka untuk
menghukum terlebih dahulu suatu anggota.
Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan warisan budaya dan
tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dari
latar belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan
mendengarkan dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien.
Pengakajian tentang budaya klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan
komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik
individual, keluarga, komunitas. Tujuan engkajian budaya adalah untuk
mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan budaya ( Leininger dan MC Farland, 2002).
Warisan budaya dan sejarah etnik sering membawa pada nilai-nilai dan norma
yang berlaku pada suatu adat istiadat, ras klien, atau dalam hal ini dapat dikaji
tentang persepsin sehat dan sakit menurut budaya klien, keikutsertaan cara-cara
budaya dalam proses perawatan. Relijius dan kepercayaan ini dalah faktor yang
sangat mempengaruhi karena membawa motivasi tersendiri untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya. Kajian religious dapat meliputi agama yang dianut,
sudut pandang pasien terhadap penyeban penyakit, proses penyembuhannya serta
sisi positif agama pasien yang dapat membantu proses kesembuhanya. Variasi
biologis, perbedaan biologis antara anggota kelompok kultur, seperti struktur dan
bentuk tubuh, warna kulit, variasi enzimatik dan genetik, kerentanan terhadap
penyakit, variasi nutrisi. Pengkajian organisasi sosial mengacu pada unit keluarga
dan kelompok sosial, dimana di lihat tentang keadaan soal keluarga seperti
ekonomi, pergaulan sosial. Sedangkan pada kelompok sosila klien dapat dilihat
sejarah lingkungan dan kondisi lingkungan.
Komunikasi adalah hal terpenting dalam pelangsanaakn proses asuhan
keperawatan, ketidak berhasilan komunikasi dapat menghambat proses diagnosis
dan tindakaan serta dapat membawa pada hasil yang trgis. Dalam hal ini perawat
harus dapat melihat bahasa yang digunakan pasien secra verbal maupun non
verbal. Ruang personal menujukkan sikap klien yang harus ditanggapi oleh
perawat secara sensitive, sehingga tidak menimbulkkan rasa ketidaknyamanan
pasien. Bukan hanya mengenai ruang personal yang harus menjadi pertimbangan
tetapi juga mengenai waktu ,orientasi waktu berbeda-deada dalam setiap ethic ada
yang memprioritaskan pada saat ini ada juga yang saat mendatang. Perbedaan
orientasi waktu ini akan membawa pada perencaan asuhan jangka panjang.
Keyakinan perawtan klien juga menjadi factor kajian, di sini perawat harus
melihat bagai mana keyakinan dan praktik pengobatan tradisional yang dipercai
pasien dalam proses penyembuhannya apakah dapat membantu atau memperparah
penyakitnya. Dan faktor kajian terakhir yang mempengaruhi adalh pengalaman
propesional perawtan itu sendiri dalam menangggapi atau dalam member asuhan
keperawatan itu.
Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara
universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang
berbeda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993).
Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih
dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini,
pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk
menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya
berbeda, serta berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan
keluarga.
Menurut Meutia Fradida Swasono salah satu contoh dari masyarakat yang
sering menitikbaratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa
kehamilan dan kelahiran adalah orang jawa yang di dalam adat adat istiadat
mereka terdapat berbagai upacara adat yang rinci untuk menyambut kelahiran
bayi seperti pada upacara mitoni, procotan, dan brokohan.
Setiap anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik
perkembangan fisik, kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar kesehatan,
yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan berbagai unsur
yang terlibat dalam proses perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan
secara sinergis. Menurut Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 sistem
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu: Pertama, sistem mikro
yang terkait dengan setting individual dimana anak tumbuh dan berkembang yang
meliputi: keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan sekitar tetangga.
Kedua, sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem,misalnya
hubungan pengalaman-pengalam an yang didapatkan di dalam keluarga dengan
pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya. Ketiga,sistem exo
yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting sosial yang berada
di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan
anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa. Keempat,sistem makro yang
merupakan budaya di mana individu hidup seperti:ideologi,budaya,sub-budaya
atau strata sosial masyarakat. Kelima,sistem chrono yang merupakan gambaran
kondisi kritis transisional (kondisi sosio-historik).
1. Fase Laten (Laten Pattern), pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat
jelas. Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan
dapat melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih
dianggap sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan
satu kesatuan yang disebut “two persons system”.
2. Fase Adaptasi (Adaption), pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan
dan memberikan reaksi atas rangsangan-rangsang an dari lingkungannya.
Orangtua berperan besar pada fase adaptasi,karena anak hanya dapat
belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.
3. Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment), pada fase ini dalam
sosialisasinya anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas
rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya,tapi sudah memiliki
maksud dan tujuan. Anak cenderung mengulangi tingkah laku tertentu
untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
4. Fase Integrasi (Integration), pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi
hanya sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan
penghargaan,tapi sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu
dengan dirinya sendiri.
Interaksi anak dengan lingkungannya secara tidak langsung telah
mengenalkan dirinya pada kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya.
Lingkungan dan keluarga turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal
ini pun tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya.
Sebagai perawat, dalam memberikan pengasuhan dan perawatan perlu
mengarahkan anak pada perilaku perkembangan yang normal, membantu dalam
memaksimalkan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk koping
dengan membantu mencapai keseimbangan perkembangan yang penting. Perawat
juga harus sangat melibatkan anak dalam merencanakan proses perkembangan.
Karena preadolesens memiliki keterampilan kognitif dan sosial yang meningkat
sehingga dapat merencnakan aktifitas perkembngan.
BAB 3
PENUTUP