Professional Documents
Culture Documents
212-Article Text-472-1-10-20201104
212-Article Text-472-1-10-20201104
Dwi Suryahartatia
a
Fakultas Hukum, Universitas Jambi, Jl. Jambi - Muara Bulian Km. 15, Mendalo Indah, Jambi 36122
ABSTRACT
Parking management in Indonesia is a promising business. Shall be proven with more people
and companies that provide parking management system by using the service of technology
based. Parking management in Indonesia is called retribution which is a regional income and some
are managed by the private sector. This study aims to analyze the legal aspects of the parking
management agreement in Indonesia. The method used is normative juridical approach method
with analytical descriptive research specification through conceptual approach and legislation.
The data collected from primary law, secondary, and tertiary legal material and was conducted
in literature study to be further processed and analyzed by qualitative juridical. The results show
that proper legal construction of parking management is a custodial agreement of goods. There
is no justification for the parking service manager to transfer his/her responsibility through the
exoneration clause stated in the agreement.
Keywords: consumer protection; deposit counter; parking management .
253 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019
merugikan pemeritah.2 Menurut Tom Rye parkir penitipan barang. Pada kenyataannya, dapat
adalah sumber daya yang berharga bagi kota timbul suatu permasalahan ketika kendaraan
dan transportasi sehingga perlu dikelola secara yang diparkir di lahan parkir mengalami
efisien, manajemen perparkiran yang tepat kerusakan atau kehilangan. Pada praktiknya,
akan mengurangi kebutuhan untuk perjalanan konstruksi hukum perjanjian perparkiran antara
jauh, mengurangi jumlah perjalanan pendek pengelola perparkiran dengan pengguna lahan
dan juga memicu perpindahan moda yang parkir masih belum jelas karena parkir dapat
ramah lingkungan.3 dianggap sebagi jasa penitipan barang atau
Perkembangan paradigma berfikir dan dianggap sewa lahan. Apabila dianggap sebagai
bertindak memanfaatkan peluang ekonomi dari jasa penitipan barang, berarti pengelola parkir
sektor parkir tidak menyebabkan perubahan bertanggung jawab atas keamanan kendaraan
kontruksi hukum dasar mengenai parkir. Pada yang dititipkan. Akan tetapi apabila dianggap
konsepnya memarkirkan kendaraan di suatu sewa lahan, berarti pengelola tidak menjamin
tempat secara hukum adalah menyewa ruang keamanan kendaraan yang dititipkan; pengelola
untuk menyimpan kendaraan. Menurut pasal hanya bertanggung jawab kepada penyedia
1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata lahan.4 Menjadi salah satu indikator penyebab
(selanjutnya disebut KUHPerdata) sewa- terjadinya berbgai macam masalah transportasi
menyewa adalah suatu perjanjian dimana pihak misalnya kemacetan-kemacetan dan kebutuhan
yang satu mengikatkan diri untuk memberikan akan fasilitas parkir bagi kendaraan akan terus
kenikmatan suatu barang kepada pihak lain meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
selama waktu tertentu, dengan pembayaran kendaraan yang ada di masyarakat umum baik
sesuatu harga yang oleh pihak tersebut itu wilayah perkotaan maupun pedesaan yang
belakangan disanggupi pembayarannya. menimbulkan keresahan terhadap ketersediaan
Unsur yang terkandung dalam Pasal tersebut wilayah parkir.5
menjelaskan adanya waktu, adanya pembayaran, Banyak kasus di Indonesia mengenai
adanya barang yang disewa. Konsep jasa parkir sengketa perparkiran seperti yang terjadi
dapat menjelaskan bahwa barang yang disewa antara PT sukabumi Trading Coy dengan Wisma
yaitu tempat atau fasilitas. Adapun menurut Bumi Putera yang melibatkan PT. Asuransi
Pasal 1694 KUHPerdata Penitipan barang Allianz Utama Indonesia dengan gugatan No.
terjadi bila orang menerima barang orang 34/Pdt.G/2001/PN Jakarta Selatan. Kasus
lain dengan janji untuk menyimpannya dan antara Pt Asuransi Takaful Umum melawan
kemudian mengembalikannya dalam keadaan PT. Securindo pactama, berdasarkan Putusan
yang sama. Pengelolaan jasa parkir dapat No. 421/Pdt.G/2003/PN jakarta Pusat.
dikategorikan sebagai suatu perbuatan hukum Kasus kehilangan mobil yang dialami Afifah
2
Abdul jabbar Lubis, Evri Ekadinansyah, “Sistem Perparkiran Prabayar Berbasis Mikrokontroler AT89C25”, Progresif, Vol.6. No. 1
Pebruari 2010, hlm. 623.
3
Tom Rye, “Manajemen Parkir: Sebuah Kontribusi Menuju Kota yang layak Huni”, 2011, Bonn, Germany: Federal Ministry For economic
Coorporation and Development, hlm. 6.
4
Ita Susanti, “Konstruksi Hukum Perparkiran di Indonesia dan bentuk Perlindungannya terhadap Konsumen menurut Undang-undang
No. 8 Tahun 1999”, Jurnal Sigma,-MU Vol.3. No.1- Maret 2011, hlm. 81.
5
Basri, Perlindungan Hukum Terhadap Kosnsumen Parkir”, Jurnal Perspektif, Volume VV, No. 1 Tahun 2015 Edisi januari, hlm 41.
255 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019
Dwi dengan PT carrefour dan PT Jasa Prima dan untuk pelaksanaan perjanjian kredit dan
Suksesindo (Mandiri Sucuruty Service) Tahun lain-lain yang terkait dengan perjanjian kredit
2008. Kasus-kasus mengenai perarkiran tidak ini ….”8. Seperti juga yang terjadi pada klausul
menimbulkan berkurangnya antusias bisnis dalam karcis/tiket parkir yang memuat: .....
mengenia perparkiran di Indonesia. kehilangan barang atau sebagian bukan menjadi
Saat ini Universitas-universitas di tanggung jawab pengelola.
Indonesia telah mulai menerapkan pengelolaan Dari hal-hal yang telah dielaborasi di atas,
parkir yang profesional. Seperti yang terjadi perjanjian adalah suatu konsep dasar dalam
pada Universitas Telkom (Tel-U) misalnya pengelolaan perparkiran, maka penulis tertarik
merupakan kampus berbasis teknologi dan menganalisis mengenai segi-segi hukum dalam
telekomunikasi yang sedang menuju world perjanjian pengelolaan perparkiran.
Class University. Agar parkir teratur, dibutuhkan
petugas parkir untuk menjaga keamanan METODE PENELITIAN
kendaraan bermotor dari modus pencurian. Metode yang digunakan adalah metode
Mempekerjakan petugas parkir membutuhkan pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi
biaya, salah satu solusinya adalah menerapkan penelitian deskriptif analitis melalui pendekatan
parkir berbayar.6 Dari Kota Malang, Dispenda konseptual dan perundang-undangan. Data-
menganggap potensi pendapatan pajak dari data yang dikumpulkan berasal dari bahan
sektor parkir di kampus cukup besar. Ade hukum primer, sekunder, maupun tersier yang
Herwanto, Kepala Dinas Pendapatan Derah dilakukan melalui studi kepustakaan untuk
Kota Malang mengungkapkan pajak parkir di selanjutnya diolah dan dianalisis secara yuridis
Perguruan Tinggi sesuai dengan UU NO. 28 tahu kualitatif
2009 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah.
Dalam undang-undang itu mengatur parkir di PEMBAHASAN
lahan milik Pemkot masuk retribusi, sedangkan Pengelolaan Parkir di Indonesia
parkir di kampus masuk pajak daerah.7 Setidaknya dengan peningkatan
Pengelolaan parkir merupakan perjanjian pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada lima
yang pada umumnya menerapkan klausula tahun belakangan ini berimbas pada mudahnya
eksonerasi seperti juga perjanjian kredit di masyarakat membeli kendaraan bermotor.
perbankan. Dalam perjanjian kredit yang Peningkatan jumlah kendaraan menimbulkan
tidak mencerminkan asas keadilan: “…..Provisi persoalan pada sistem pengelolaan parkir yang
dan biaya2 lain tidak dapat di minta kembali dibutuhkan masyarakat sebagai bagian dari
oleh debitur sekalipun fasilitas kredit dak jadi fasilitas yang dibutuhkan kendaraan bermotor.
dipergunakan….” Dan perjanjian kredit yang Terdapat kebutuhan pada kendaraan yaitu
memuat klausula eksonerasi/eksemsi antara pada saat berhenti atau parkir. Kebutuhan
lain: “….. dan biaya-biaya lain yang mbul karena tersebut didasari pada tujuan untuk menjamin
6
Ariskal Munandar, “Pembangunan Aplikasi Secure Parking di fakultas Ilmu Terapan Telkom University”, e-Proceeding Of Applaied
Science : Vol. 1, No. 1 April 2015, hlm, 487.
7
http://surabaya.tribunnews.com/2014/06/16/dispenda-berencana-terapkan-pajak-parkir-di-kampus-kota-malang.
8
Eti Mulyati, “Asas Keseimbangan Pada Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Nasabah Pelaku Usaha Kecil” , Jurnal Bina Mulia Hukum,
Volume 1, Nomor 1, September 2016, hlm 38.
Dwi Suryahartati 256
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia
Fiona Yosefina, Suradi, dan Herni Windarti, “Tanggung Jawab PT, Securido Packatama Indonesia (secure Parking) Terhadap Kehilangan
9
Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta (Studi kasus : Putusan MA No. 2078 K/Pdt/2009)”, Diponegoro Law Journal, Volume 6, Nomor 2
Tahun 2017, hlm. 2.
257 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019
10
Mourin M. Mosal, “Analisis Efektivitas, Kontribusi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Penerapan Akuntansi Di
Kota Manado”, Jurnal Emba, Vol.1 No.4 Desember 2013, hlm . 376.
11
I Gusti Ayu Purnamawati , “Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah dari
Sektor Retribusi Parkir Kendaraan Roda Dua”, Jurnal Pandecta, Volume 9. Nomor 1. Januari 2014, hlm. 142.
12
Indah Parmitasari, “Hubungan Hukum antara Pemilik Kendaraan Dengan Pengelola Parkir”, Jurnal Yuridis, e-journal, 2017, hlm. 21
Dwi Suryahartati 258
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia
pemerintah daerah masuk ke dalam retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Retribusi daerah menurut Pasal 1 daerah dengan menganut prinsip komersial
Undang- Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang karena pada dasarnya dapat pula disediakan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah oleh sektor swasta.
pungutan di daerah sebagai pembayaran atas Retribusi dipungut dengan menggunakan
jasa atau perizinan tertentu yang disediakan oleh Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
pemerintah daerah untuk kepentingan orang dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah
pribadi atau badan tertentu. Subjek atau Wajib surat ketetapan retribusi yang menentukan
Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang besarnya pokok retribusi. Dokumen lain yang
terlibat atas pembayaran terhadap penggunaan dipersamakan antara lain, berupa karcis masuk,
jasa atau perizinan dari pemerintah daerah kupon dan kartu langganan. Jika wajib retribusi
tersebut, termasuk pemungut atau pemotong tertentu tidak membayar retribusi tepat pada
retribusi daerah. Retribusi daerah nantinya waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan
akan menjadi penerimaan Pendapatan Asli sanksi administrasi berupa bunga sebesar dua
Daerah (PAD) yang termasuk ke dalam Anggaran persen setiap bulan dari retribusi terutang
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Setiap yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih
orang Warga negara Indonesia (WNI) maupu dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi
badan hukum ang akan menjalankan bisnis Daerah (STRD). STRD merupakan surat untuk
perparkiran sebelumnya harus mendapat izin melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi
terlebih dahulu dari kepala daerah setempat. administrasi berupa bunga dan atau denda.
Adapun ciri dari retribusi adalah: 1) Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi
Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah, 2) daerah ditetapkan oleh kepala daerah.13
Dalam pemungutan terdapat paksaan secara Kontruksi pengelolaan parkir yang
ekonomis, 3) Adanya kontraprestasi yang secara demikian dapat dilihat dari sisi sewa menyewa
langsung dapat ditunjuk, 4)Retribusi dikenakan dan dapat dilihat dari sisi penitipan barang.
pada setiap orang/badan yang mengunakan/ Apapun bentuk hubungan yang terjadi, pastilah
mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara. merupakan hubungan hukum. Menurut prof.
Retribusi daerah menurut UU No 18 Tahun Mr. Dr, L.J Van Apeldoorn, hubungan hukum
1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah hubungan-hubungan yang timbul dari
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU pergaulan masyarakat manusia (hubungan
No 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah yang timbul dari perkawinan, keturunan,
Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah kerabat darah, ketetanggaan tempat kediaman,
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: kebangsaan, dari perkara-perkara lainnya),
Retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan dan hal-hal tersebut dilakuknya dengan
retribusi perizinan tertentu. Retribusi tempat menentukan batas kekuasaan-kekuasaan dan
khusus parkir merupakan kelompok reribusi kewajiban-kewajiban tiap-tiap orang terhadap
jasa usaha. Retribusi jasa usaha adalah retribusi mereka dengan siapa ia berhubungan.14
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/03/seputar-pengertian-retribusi-daerah.html.
13
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pradnya Paramitha, Jakrta, 1993 hlm. 41.
14
259 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019
Dari sisi sewa menyewa pengelolaan bahwa pihak yang menyewakan diwajibkan
parkir menggunakan konstruksi bahwa menyerahkan barang yang disewakan dalam
pengelola meminjamkan lahan atau area parkir, keadaan terpelihara segala-galanya. Jika
sedangkan resiko atas kehilangan tidak menjadi dianalogikan bahwa pengelolaan parkir
tangung jawab pemberi sewa. Kontruksi merupakan sewa lahan atau pekarangan atau
pengelolaan parkir dari sisi penitipan barang, tanah, maka seharusnya pihak pengelola
maka pengelola memiliki kewajiban menjaga memberikan keamanan dan kenyamanann bagi
barang yang dititipkan kepadanya. Pasal peruntukkan kendaraan yang akan diparkir di
1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata area yang disewakan. Semisal menyediakan
(selanjutnya disebut KUHPer) menyatakan area parkir yang aman, terlindung dari matahari
sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan dan hujan, serta memiliki fasilitas yang lengkap
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk untuk kebutuhan kendaraan yang diparkir.
memberikan kenikmatan dari suatu barang Berbeda dengan hubungan hukum
kepada pihak yang lainnya, selama suatu yang dikatakan dengan penitipan barang.
waktu tertentu dan dengan pembayaran dari Pasal 1694 KUHPerdata menyatakan bahwa
suatu harga, yang oleh pihak tersebut terakhir Penitipan adalah terjadi, apabila seorang
itu disanggupi pembayaranya. Unsur sewa menerima sesuatu barang dari seorang lain
menyewa dalam Pasal itu adalah: dengan syarat bawha ia akan menyimpannya
1) Ada para pihak yang saling diri dalam hak dan mengembalikannya dalam wujud asal.
dan kewajiban; Penitipan barang menurut Pasal 1695
2) Pihak yang satu berhak untuk KUHPerdata terbagi dua yaitu penitipan
mendapatkan/menerima pembayaran dan sejati dan penitipan sekestrasi. Jika kegiatana
berkewajiban memberikan. kenikmatan pengelolaan parkir dianggap sebagai sutau
atas suatu kebendaan, sedangkan pihak hubungan hukum penitipan barang maka
lainnya berhak mendapatkan/menerima dapat dikategorikan sebagai penitipan sejati.
kenikmatan atas suatu kebendaan Penitipan barang sejajti ini hanya berupa
dan kewajiban menyerahkan suatu barang-barang atau benda bergerak. Seperti
pembayaran; halnya yang terjadi di Mall/supermarket
3) Adanya schuld dan haftung terdapat tempat penitipan barang. Seperti
Sewa menyewa merupakan perjanjian halnya pula terjadi pada suatu penginapan atau
timbal balik, dalam bahasa Belanda disebut hotel, maka barang yang dibawa oleh tamu ke
huureverhuur. Subjek hukum sewa mneyewa dalam kamar juga merupakan satu kesatuan
adalah: pihak yang menyewakan dan pihak yang dianggap sebagai suatu titipan (Pasal
penyewa. Objek sewa menyewa adalah segala 1709 KUHPerdata). Bahkan penerima titipan
jenis benda baik bergerak maupun tidak (manajemen Hotel) bertanggung jawab atas
bergerak dan benda berwujud maupun tidak segala barang tamu dari tindakan pencurian
berwujud. Prinsip-prinsip yang terkandung atau kerusakan yang diakibatkan oleh petugas-
dalam hubungan hukum sewa menyewa ini petugasnya. Berkenaan dengan ketentuan
pada dasarnya merupakan suatu perjanjian mengenai objek benda yang dititipkan, Pasal
yang mengutamakan kenyamanan. Seperti 1706 KUHperdata mennentukan: 1) Si penerima
yang terkandung dalam Pasal 1551 dinyatakan titipan diwajibkan mengenai perawatan barang
Dwi Suryahartati 260
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia
Pejanjian Baku dan Klausula Eksonerasi dalam sangat diperhatikan dalam hubungan hukum,
Perjanjian Perparkiran khususnya dalam hal bisnis. Perjanjian tertulis
Perjanjian pada umunya dapat dilakukan menjadi syarat penting bagi konsumen
baik tertulis maupun tidak tertulis dengan dan penyedia barang dan/atau jasa. Dalam
syarat-syarat yang telah diatur dalam Buku ke perkembangannya terdapat istilah perjanjian
III KUHPerdata tentang perikatan. Perjanjian baku yang sering digunakan dalam kegiatan
merupakan suatu perikatan. Dalam ketentuan usaha, bisnis dan perdagangan serta
umum mengenai perjanjian, terdapat definisi perbankan. Pada perjanjian ini ketentuan-
perjanjian yang dirumuskan dalam Pasal 1313 ketentuan di dalamnya lebih banyak ditentukan
KUH Perdata yaitu suatu perjanjian adalah oleh pihak yang mempunyai posisi tawar lebih
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau kuat dibandingkan pihak lainnya. Perjanjian
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang baku adalah konsep-konsep atau janji-janji
lain atau lebih. Hal-hal yang memnuhi syaratlah tertulis, disusun tanpa membicarakan isinya
yang dapat dinyatakan sebagai suatu perjanjian. dan lazimnya, dituangkan ke dalam sejumlah
Syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 tak terbatas perjanjian yang sifatnya tertentu.15
KUHPerdata adalah: Perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh
2) Kecakapan untuk membuat suatu pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya
perikatan; tidak mempunyai peluang untuk merundingkan
3) Suatu hal tertentu; atau meminta perubahan.16 Menurut Hondius
4) Suatu sebab yang halal. dalam Purwahid Patrik, syarat-syarat baku
Perjanjian yang telah dilaksanakan dalam perjanjian adalah syarat-syarat konsep
dengan syarat menurut Pasal 1320 KUHperdata tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian
menimbulkan akibat berupa: yang masih akan dibuat, bahwa syarat baku
1) Berlaku serbagai undang-undang bagi para syarat-syarat yang jumlahnya tidak tertentu,
pembuatnya tanpa merundingkan lebih dulu isinya.17 Mariam
2) Tidak dapat ditarik kembali selain dengan Darus Badrulzaman merumuskan perjanjian
sepakat kedua belah pihak atau karena baku sebagai berikut: “Perjanjian baku adalah
alasan-alasan yang oleh undang-undang perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan
dinyatakan cukup untuk itu; dalam bentuk formulir.18 Perjanjian baku dikenal
3) Harus dilaksanakan dengan itikad baik. dengan istilah exemption clouse dan exlusion di
Berlakunya perjanjian sebagai undang- Inggris dan exenoratie clause di Belanda atau
undang menjadikan kekuatan perjanjian itu dikenal juga dengan anredelijk bezwarend. Remi
15
Sukarmi, Cyber Law: “Kontrak Elektronik dalam Bayang-Bayang Pelaku Usaha (Cyber Law Indonesia”), Pustaka Sutra, Bandung: 2008,
hlm. 45.
16
Sultan Remi Sjadeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di
Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta: 1993 hlm. 66.
16
Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan(Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Dari Undang-Undang, Cv Mandar Maju,
Bandung: 1994, hlm. 55.
18
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat Dari Perjanjian Baku (Standar), Binacipta, Bandung: 1986 hlm.
58.
Dwi Suryahartati 262
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia
19
Remy Syahdaeni, Op.Cit, , hlm 72-73.
20
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d0894211ad0e/klausula-eksonerasi.
21
Ibid, hlm 308.
263 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019
merupakan upaya untuk mencegah timbulnya perjanjian adalah hal yang boleh. Eksonerasi
berbagai tindakan yang merugikan konsumen terhadap kerugian yang timbul karena
karena faktor ketidaktahuan, kedudukan yang kesengajaan pengusaha adalah bertentangan
tidak seimbang, dan sebaginya yang mungkin dengan kesusilaan. Negara dapat hadir dalam
dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha kebutuhan hukum privat, jika keseimbangan
untuk memperoleh keuntungan dengan jalan dan keadilan sulit untuk diwujudkan oleh pihak-
melanggar hukum.22 pihak karena alasan-alasan pembenar dari salah
Beberapa pakar hukum menolak kehadiran satu pihak yang bertentangan dengan hukum
perjanjian baku ini karena dinilai: atau asas hukum.
1) Kedudukan pengusaha di dalam perjanjian
baku sama seperti bentuk undang-undang Hubungan hukum Pengelola Parkir dengan
swasta (legia particuere wetgever), Konsumen
karenanya perjanjian baku bukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
perjanjian; tentang perlindungan konsumen (selanjutnya
2) Perjanjian baku merupakan perjanjian disebut UUPK) telah mengatur mengenai
paksa (dwangcontract); perjanjian baku yang diperbolehkan bagi
3) Negara-negara common law system hubungan hukum antara konsumen dan
menerapkan doktrin unconscionability. produsen. Pada dasarnya dalam UUPK telah
Doktrin unconscionability memberikan mengatur bahwa konsumen itu berhak atas
wewenang kepada perjanjian demi segala informasi yang benar mnegnai barang
menghindari hal-hal yang dirasakan atau jasa yang dikonsumsinya. Segala sesuatu
sebagai bertentangan dengan hati nurani, yang terjadi pada wilayah perparkiran atau
Perjanjian baku dianggap meniadakan dibawah pengawasan menajemen perparkiran
keadilan.23 merupakan tanggung jawab dari pelaku usaha
Klausula eksonerasi adalah syarat yang jasa perparkiran termasuk petugas-petugas
secara khusus membebaskan pengusaha parkir yang secar alangsung maupun tidak
dari tanggungjawab terhadap akibat yang langsung mengurusi perparkiran di wilayah
merugikan yang timbul dari pelaksanaan parkirnya. Tanggung jawab yang harus
perjanjian. Klausula eksonerasi dapat berasal ditanggung oleh pelaku usaha tidak hanya
dari rumusan pengusaha secara sepihak dapat sebatas pada barang-barang yang rusak atau
juga berasal dari rumusan undang-undang. hilang, namun termasuk segala kerugian yang
Klausula eksonerasi berpeluang menimbulkan dialami konsumen, baik yang bersifat kerugian
penindasan yang satu dengan yang lainnya. materil maupun immmateril atau kerugian atas
Perjanjian yang ada Klausula eksonerasi ketidaknyaman pada pelayanan perparkiran
harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pada yang ditimbulkan oleh pelaku jasa perparkiran.24
dasarnya klausula eksonerasi dalam suatu
22
Ibid, hlm 306.
23
Lina Jamilah,” Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Standar Baku”, FH.Unisba. Vol. Xiii. No. 1 Maret – Agustus 2012, hlm. 239.
24
Dheny Budhiono, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Perparkiran Bagi Konsumen Korban Pencurian Kendaraan Bermotor di
kawasan Perbelanjaan Kota Manado”, Lex Et Societies, Vol. III No. 8/2015, hlm. 30.
Dwi Suryahartati 264
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia