You are on page 1of 15

ACTA DIURNAL

Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan Fakultas Hukum Unpad


ISSN: 2614-3542 EISSN: 2614-3550
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

PERJANJIAN PENITIPAN BARANG DALAM PENGELOLAAN PARKIR


BAGI PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

Dwi Suryahartatia
a
Fakultas Hukum, Universitas Jambi, Jl. Jambi - Muara Bulian Km. 15, Mendalo Indah, Jambi 36122

INFORMASI NASKAH ABSTRAK


Naskah diterima 18/07/2018 Pengelolaan parkir di Indonesia merupakan suatu bisnis
Naskah diterbitkan 30/06/2019
Halaman publikasi http://jurnal.fh.unpad. yang menjanjikan. Dibuktikan dengan semakin banyaknya
ac.id/index.php/jad/issue/archive perusahaan yang menyediakan jasa layanan pengelolaan
parkir berbasis teknologi. Pengelolaan parkir di Indonesia
KORESPONDEN PENULIS ada yang dinamakan retribusi yang merupakan pendapatan
Email: dwisurya.efendi@yahoo.com daerah dan ada yang dikelola swasta. Tujuan penulisan ini
adalah untuk menganalisis segi-segi hukum atas perjanjian
pengelolaan parkir di Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis
normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis melalui pendekatan konseptual dan
perundang-undangan. Data-data yang dikumpulkan berasal dari bahan hukum primer, sekunder,
maupun tersier yang dilakukan melalui studi kepustakaan untuk selanjutnya diolah dan dianalisis
secara yuridis kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa konstruksi hukum yang tepat pada pengelolaan
perparkiran adalah perjanjian penitipan barang. Tidak ada alasan pembenar bagi pengelola jasa
perparkiran untuk mengalihkan tanggung jawabnya melalui klausula eksonerasi yang dinyatakan
dalam perjanjiannya.
Kata kunci: perjanjian penitipan barang; pengelolaan parkir; perlindungan konsumen.

ABSTRACT
Parking management in Indonesia is a promising business. Shall be proven with more people
and companies that provide parking management system by using the service of technology
based. Parking management in Indonesia is called retribution which is a regional income and some
are managed by the private sector. This study aims to analyze the legal aspects of the parking
management agreement in Indonesia. The method used is normative juridical approach method
with analytical descriptive research specification through conceptual approach and legislation.
The data collected from primary law, secondary, and tertiary legal material and was conducted
in literature study to be further processed and analyzed by qualitative juridical. The results show
that proper legal construction of parking management is a custodial agreement of goods. There
is no justification for the parking service manager to transfer his/her responsibility through the
exoneration clause stated in the agreement.
Keywords: consumer protection; deposit counter; parking management .
253 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang


Jumlah penduduk Indonesia dalam Tahun Perindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah
2017 diperkirakan mencapai 262 Juta jiwa. Nomor 43 tahun 1993 Tentang Prasarana dan
Indonesia merupakan satu negara di dunia lalu Lintas Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor
dengan jumlah penduduk terbesar. Pengguna 34 Tahun 2006 Tentang Jalan.
kendaraan bermotor di Indonesia pada Tahun Pengelolaan Perparkiran adalah
2015 mencapai 121, 39 Juta unit. Menurut kegiatan yang mengandung segi-segi hukum.
data yang disampaikan Badan Pusat Statistik Perkembangan pengelolaan parkir di Indonesia
jumlah sepeda motor dengan jumlah 98,88 berkembang dari mulai pengelolaan parkir di
juta unit (81,5 %), mobil penumpang berjumlah pinggir jalan yang dilakukan oleh Pemerintah
13,48 juta uit (11,11 %), mobil barang 6,6 juta Daerah, kemudian berkembang ke pelataran
unit (5,45 %), serta mobil bis dengan jumlah dan gedung parkir khusus. Saat ini mudah
2,4 juta unit (1,99 %) dari total kendaraan.1 ditemukan lokasi parkir umum di Indonesia yang
Jumlah tersebut membutuhkan ruang jalan tertata secara baik. Terdapat pula perusahaan-
dan area kendaraan yang sangat signifikan. perusahan swasta yang khusus bergerak
Kendaraan bermotor tidak harus berjalan dalam bidang pengelolaan jasa perparkiran.
terus, membutuhkan ruang berhenti atau yang Perkembangan demikian mempertimbangkan
disebut dengan area parkir. potensi bisnis yang memberi keuntungan
Parkir adalah suatu keadaan tidak sangat signifikan. Perusahaan-perusahaan
bergerak yang bersifat sementara karena swasta tersebut dibantu oleh mesin pencatat
ditinggalkan oleh pengemudinya. Ruang parkir dengan komputer berbasis data. Data
pada umumnya dinyatakan dalam rambu lalu yang dimaksud ditujukan untuk mengelola
lintas ataupun tidak. Ruang parkir dapat ditemui administrasi kendaraan yang keluar masuk yang
di luar badan jalan, taman parkir, gedung parkir, memanfaatkan area khusus buat memarkirkan
baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, kendaraan. Pemanfaatan fasilitas tersebut pada
badan hukum, warga negara maupun swasta. umumnya menggunakan tarip yang disesuaikan
Penyelenggaraan ruang parkir dapat dilakukan dengan jenis kendaraan, dan wilayah atau
secara gratis/tidak berbayar maupun berbayar. tempat pengelolaannya. Media transaksinya
Setiap wilayah masing-masing Propinsi memiliki dapat berupa karcis, kartu, kartu pintar
kebijakan sendiri tentang area parkirnya yang (smart card), RFID, Magnetic card dan lainnya.
disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan Modernisasi juga memungkinkan pembayaran
daerah tersebut. Pemerintah tetap memberikan dapat dilakukan dengan debit atau kartu flash.
pedoman secara umum melalui Undang undang. Tujuan utama pengorganisasian demikian
Dilihat dari segi hukum yang berkaitan dengan adalah untuk ketertiban, keraturan, keindahan
parkir sebagai suatu fasilitas umum, maka dan keuntungan.
terdapat regulasi yang baik langsung ataupun Sistem perparkiran kendaraan di
tidak langsung mengatur tentang perparkiran negara kita ini secara umum masih bersifat
ini. Seperti Undang-undang Nomor 22 Tahun konvensional. Sehingga disatu sisi rentan
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terhadap manipulasi dan tentunya akan

https://databooks.katadata.co.id/datapublish/2017/05/23 diakses tanggal 10 Maret 2018.


1
Dwi Suryahartati 254
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia

merugikan pemeritah.2 Menurut Tom Rye parkir penitipan barang. Pada kenyataannya, dapat
adalah sumber daya yang berharga bagi kota timbul suatu permasalahan ketika kendaraan
dan transportasi sehingga perlu dikelola secara yang diparkir di lahan parkir mengalami
efisien, manajemen perparkiran yang tepat kerusakan atau kehilangan. Pada praktiknya,
akan mengurangi kebutuhan untuk perjalanan konstruksi hukum perjanjian perparkiran antara
jauh, mengurangi jumlah perjalanan pendek pengelola perparkiran dengan pengguna lahan
dan juga memicu perpindahan moda yang parkir masih belum jelas karena parkir dapat
ramah lingkungan.3 dianggap sebagi jasa penitipan barang atau
Perkembangan paradigma berfikir dan dianggap sewa lahan. Apabila dianggap sebagai
bertindak memanfaatkan peluang ekonomi dari jasa penitipan barang, berarti pengelola parkir
sektor parkir tidak menyebabkan perubahan bertanggung jawab atas keamanan kendaraan
kontruksi hukum dasar mengenai parkir. Pada yang dititipkan. Akan tetapi apabila dianggap
konsepnya memarkirkan kendaraan di suatu sewa lahan, berarti pengelola tidak menjamin
tempat secara hukum adalah menyewa ruang keamanan kendaraan yang dititipkan; pengelola
untuk menyimpan kendaraan. Menurut pasal hanya bertanggung jawab kepada penyedia
1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata lahan.4 Menjadi salah satu indikator penyebab
(selanjutnya disebut KUHPerdata) sewa- terjadinya berbgai macam masalah transportasi
menyewa adalah suatu perjanjian dimana pihak misalnya kemacetan-kemacetan dan kebutuhan
yang satu mengikatkan diri untuk memberikan akan fasilitas parkir bagi kendaraan akan terus
kenikmatan suatu barang kepada pihak lain meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
selama waktu tertentu, dengan pembayaran kendaraan yang ada di masyarakat umum baik
sesuatu harga yang oleh pihak tersebut itu wilayah perkotaan maupun pedesaan yang
belakangan disanggupi pembayarannya. menimbulkan keresahan terhadap ketersediaan
Unsur yang terkandung dalam Pasal tersebut wilayah parkir.5
menjelaskan adanya waktu, adanya pembayaran, Banyak kasus di Indonesia mengenai
adanya barang yang disewa. Konsep jasa parkir sengketa perparkiran seperti yang terjadi
dapat menjelaskan bahwa barang yang disewa antara PT sukabumi Trading Coy dengan Wisma
yaitu tempat atau fasilitas. Adapun menurut Bumi Putera yang melibatkan PT. Asuransi
Pasal 1694 KUHPerdata Penitipan barang Allianz Utama Indonesia dengan gugatan No.
terjadi bila orang menerima barang orang 34/Pdt.G/2001/PN Jakarta Selatan. Kasus
lain dengan janji untuk menyimpannya dan antara Pt Asuransi Takaful Umum melawan
kemudian mengembalikannya dalam keadaan PT. Securindo pactama, berdasarkan Putusan
yang sama. Pengelolaan jasa parkir dapat No. 421/Pdt.G/2003/PN jakarta Pusat.
dikategorikan sebagai suatu perbuatan hukum Kasus kehilangan mobil yang dialami Afifah

2
Abdul jabbar Lubis, Evri Ekadinansyah, “Sistem Perparkiran Prabayar Berbasis Mikrokontroler AT89C25”, Progresif, Vol.6. No. 1
Pebruari 2010, hlm. 623.
3
Tom Rye, “Manajemen Parkir: Sebuah Kontribusi Menuju Kota yang layak Huni”, 2011, Bonn, Germany: Federal Ministry For economic
Coorporation and Development, hlm. 6.
4
Ita Susanti, “Konstruksi Hukum Perparkiran di Indonesia dan bentuk Perlindungannya terhadap Konsumen menurut Undang-undang
No. 8 Tahun 1999”, Jurnal Sigma,-MU Vol.3. No.1- Maret 2011, hlm. 81.
5
Basri, Perlindungan Hukum Terhadap Kosnsumen Parkir”, Jurnal Perspektif, Volume VV, No. 1 Tahun 2015 Edisi januari, hlm 41.
255 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

Dwi dengan PT carrefour dan PT Jasa Prima dan untuk pelaksanaan perjanjian kredit dan
Suksesindo (Mandiri Sucuruty Service) Tahun lain-lain yang terkait dengan perjanjian kredit
2008. Kasus-kasus mengenai perarkiran tidak ini ….”8. Seperti juga yang terjadi pada klausul
menimbulkan berkurangnya antusias bisnis dalam karcis/tiket parkir yang memuat: .....
mengenia perparkiran di Indonesia. kehilangan barang atau sebagian bukan menjadi
Saat ini Universitas-universitas di tanggung jawab pengelola.
Indonesia telah mulai menerapkan pengelolaan Dari hal-hal yang telah dielaborasi di atas,
parkir yang profesional. Seperti yang terjadi perjanjian adalah suatu konsep dasar dalam
pada Universitas Telkom (Tel-U) misalnya pengelolaan perparkiran, maka penulis tertarik
merupakan kampus berbasis teknologi dan menganalisis mengenai segi-segi hukum dalam
telekomunikasi yang sedang menuju world perjanjian pengelolaan perparkiran.
Class University. Agar parkir teratur, dibutuhkan
petugas parkir untuk menjaga keamanan METODE PENELITIAN
kendaraan bermotor dari modus pencurian. Metode yang digunakan adalah metode
Mempekerjakan petugas parkir membutuhkan pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi
biaya, salah satu solusinya adalah menerapkan penelitian deskriptif analitis melalui pendekatan
parkir berbayar.6 Dari Kota Malang, Dispenda konseptual dan perundang-undangan. Data-
menganggap potensi pendapatan pajak dari data yang dikumpulkan berasal dari bahan
sektor parkir di kampus cukup besar. Ade hukum primer, sekunder, maupun tersier yang
Herwanto, Kepala Dinas Pendapatan Derah dilakukan melalui studi kepustakaan untuk
Kota Malang mengungkapkan pajak parkir di selanjutnya diolah dan dianalisis secara yuridis
Perguruan Tinggi sesuai dengan UU NO. 28 tahu kualitatif
2009 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah.
Dalam undang-undang itu mengatur parkir di PEMBAHASAN
lahan milik Pemkot masuk retribusi, sedangkan Pengelolaan Parkir di Indonesia
parkir di kampus masuk pajak daerah.7 Setidaknya dengan peningkatan
Pengelolaan parkir merupakan perjanjian pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada lima
yang pada umumnya menerapkan klausula tahun belakangan ini berimbas pada mudahnya
eksonerasi seperti juga perjanjian kredit di masyarakat membeli kendaraan bermotor.
perbankan. Dalam perjanjian kredit yang Peningkatan jumlah kendaraan menimbulkan
tidak mencerminkan asas keadilan: “…..Provisi persoalan pada sistem pengelolaan parkir yang
dan biaya2 lain tidak dapat di minta kembali dibutuhkan masyarakat sebagai bagian dari
oleh debitur sekalipun fasilitas kredit dak jadi fasilitas yang dibutuhkan kendaraan bermotor.
dipergunakan….” Dan perjanjian kredit yang Terdapat kebutuhan pada kendaraan yaitu
memuat klausula eksonerasi/eksemsi antara pada saat berhenti atau parkir. Kebutuhan
lain: “….. dan biaya-biaya lain yang mbul karena tersebut didasari pada tujuan untuk menjamin

6
Ariskal Munandar, “Pembangunan Aplikasi Secure Parking di fakultas Ilmu Terapan Telkom University”, e-Proceeding Of Applaied
Science : Vol. 1, No. 1 April 2015, hlm, 487.
7
http://surabaya.tribunnews.com/2014/06/16/dispenda-berencana-terapkan-pajak-parkir-di-kampus-kota-malang.
8
Eti Mulyati, “Asas Keseimbangan Pada Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Nasabah Pelaku Usaha Kecil” , Jurnal Bina Mulia Hukum,
Volume 1, Nomor 1, September 2016, hlm 38.
Dwi Suryahartati 256
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia

keselamatandan ketertiban umum. Menurut dikurskan Rupiah mencapai Rp. 388.000. Di


Pasal 11 ayat (1) dan (2) Undang undang Nomor Indonesia kendaraan mobil, bukanlah barang
14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan angkutan mewah, namun di Jepang mobil merupakan
Jalan: barang mewah, karena biaya pajak dan parkir
(1) Untuk menunjang kesaelamatan sangat tinggi. Bedanya Jepang menyediakan
keamanan, ketertiban, dan kelancara lalu moda transportasi publik yang nyaman,
lintas dan angkutan jalan dapat diadakan sehingga masyarakatpun mendapatkan pilihan
fasilitas parkir untuk umum. yang tepat dan fasilitas yang cukup baik.
(2) Fasilitas parir untuk umum sebagaimana Sedikitnya terdapat 70 perusahaan
dimaksud ayat (1) dapat diselenggarakan pengelolaan perparkiran yang ada di Indonesia
oleh Pemerintah, badan hukum atau warga selain yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
negara Indonesia. Pengelolaan parkir yang dikelola pemerintah
Terdapat beberapa prinsip perparkiran Daerah bertujuan pula untuk meningkatkan
seperti yang digunakan di DKI Jakarta yaitu On Pendapatan Asli daerah (PAD). Adapaun
Street Parking dan Off Street Parking. Dalam perusahaan pengelolaan parkir milik swasta
konsep On street Parking, maka perparkiran di Indonesia antara lain; PT. Securindo
dolakukan di pinggir jalan yang diperuntukan Packatama Indonesia, PT. A-Plus Solution
untuk fungsi sejati dari jalan berkurang. Atau Pratama (A-Plus Parking), PT. Centrepark Citra
dapat diartikan tempat parkr di tepi jalan Corpora (Centrepark), PT. Adhi sukses Pratama
umum. Prinsip off street parking yaitu parkir (Adhil Parking), PT. Eratek Prima Indonesia
yang lokasi penempatan kendaraannya tidak (Era Parking), PT. Surya Utama Nusaparka (Sun
berada di badan jalan. Parkir semacam ini Parking), PT. Nusapala Parking (NP Parking),
mengambil tenpat di pelataran parkir umum, PT. Sun Parking Service nternational (SSI), PT.
tempat parkir khusus yang juga terbuka untuk Lestari Mandiri Erajaya (eQ-Park), PT. Anugrah
umum dan tempat parkir khusus yang terbatas Binakarya (EZ Parking), PT. Autopark Indonesia
untuk ekperluan sendiri.9 (Auto Parking), PT. Bina Langgeng Optima Kreasi
Di Indonesia tarif parkir sangat (Blok parkir dan securuty Service), PT. Karunia
berpariasi sesuai dengan daya beli dan tingkat Parking Antasurya (Kpasparking), PT. Sinar
perekonomian masyarakat di daerah masing- Indo Utama Parking (SIU Parking), dan lainnya.
masing. Pada umumnya tarif parkir di Indonesia Pemerintah Daerah sangat berperan dalam
mulai dari kendaraan roda dua sampai dengan pengendalian dan pemanfaatan ruang bagi
kendaraan roda empat atau lebih kisarannya pengelolaan parkir di wlayahnya. Persoalan
antara Rp. 1.000 sampai dengan Rp. 50.000,- parkir memang harus diatur agar tidak
tergantung tempat (kecuali di area bandara), mengakibatkan kesemrawutan kota/wilayah,
waktu dan jenis kendaraan. Dibandingkan jika parkir on-street maka menimbukkan
dengan di negera Jepang, tarif parkir berkisar kemacetan, jika tidak diatur ju`ga menimbulkan
antara JPY 100 sampai dengan YJ 3.600, jika praktek pungutan liar dan korupsi.

Fiona Yosefina, Suradi, dan Herni Windarti, “Tanggung Jawab PT, Securido Packatama Indonesia (secure Parking) Terhadap Kehilangan
9

Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta (Studi kasus : Putusan MA No. 2078 K/Pdt/2009)”, Diponegoro Law Journal, Volume 6, Nomor 2
Tahun 2017, hlm. 2.
257 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

Pengelolaan parkir yang dikelola perimbangan keuangan pusat dan daerah.11


oleh Pemerintah Daerah masuk ke dalam Ketersediaan area parkir ataupun lahan parkir
pendapatan asli daerah yang disebut dengan merupakan suatu jaminan bagi kenyamanan
retribusi daerah. Diklasifikasikan sebagai pajak pengguna kendaraan. Prinsip demikian
daerah dengan dasar Undang-undang nomor menghantarkan pada konsep bahwa pada
32 Rahun 2004 tentang otonomi daerah dan dasarnya pengelolaan perparkiran merupakan
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang suatu hukum publik. Namun jika suatu hubungan
Sumber Pendapatan asli daerah. Menurut Ismail antara pengelola parkir dan konsumen telah
menyataan bahwa pajak parkir ini dipungut oleh terjadi, maka konsep kepastian dan adanya hak
pemerintah daerah dari pengusaha pengelola dan kewajiban merupakan konsep pada hukum
perpakiran atau gedung-gedung, hotel, privat, karena terdapat perjanjian dalam
mall atau lokasi lain yang mengelola parkir. hubungan itu. Di dalam praktiknya, parkir itu
Berbeda dengan uang parkir yang dibayar ada dua jenis berdasarkan tempat atau lokasi
oleh pengendara kendaraan bermotor kepada bisnis parkir tersebut, yaitu di dalam bahu
pengelola atau penjaga parkir (digolongkan jalan dan parkir di luar bahu jalan (halaman
sebagai retribusi) yang pada dasarnya atau bagian tertentu yang menjadi satu dengan
digunakan langsung oleh penjaga parkir untuk bagian). Parkir di dalam bahu jalan misalnya
menjaga kendaraan yang diparkir tersebut.10 adalah parkir di pinggir-pingir jalan, sedangkan
Beberapa penelitian mengenai analisis parkir di luar bahu jalan mislanya adalah parkir
pendapatan melalui retribusi di beberapa di malll atau pusat berbelanjaan, rumah sakint
daerah di Indonesia menunjukkan hasil bahwa danlain sebaginya.12 Menurut ketentuan Pasal 1
retribusi daerah dari parkir menyumbangkan butir 15 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
pendapatan daerah yang siginifkan. Didukung tentang lalu lintas dan angkutan jalan: Pakir
lagi dengan semangat kemandarian tiap adalah keadaan kedaraan berhenti atau tidak
daerah melalui desentralisasi. Berdasarkan bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan
analisa Thamrin Simanjuntak sebagaimana pengemudinya.
dikutip I Gusti Ayu Purnawati, mengemukakan
bahwa setiap daerah di Indonesia diberikan Kontsruksi Hukum Pengelolaan perparkiran di
hak untuk melakukan otonomi daerah dengan Indonesia
memberikan kewenangan yang luas, nyata Pengelolaan parkir di Indonesia terdiri dari
dan bertanggung jawab yang dapat menjamin dua macam yaitu yang dikelola oleh Pemerintah
perkembangan dan pembangunan daerah. Daerah, masuk ke dalam sumber pendapatan
Pemberian kewenangan dimaksud dilaksanakan daerah kategori retribusi dan pengelolaan
secara proporsional yang diwujudkan dengan parkir yang dikelola swasta khususnya oleh
pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan perusahaan-perusahaan jasa pengelolaan
sumber daya nasional yang berkeadilan, serta parkir (secuity parking). Parkir yang dikelola

10
Mourin M. Mosal, “Analisis Efektivitas, Kontribusi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Penerapan Akuntansi Di
Kota Manado”, Jurnal Emba, Vol.1 No.4 Desember 2013, hlm . 376.
11
I Gusti Ayu Purnamawati , “Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah dari
Sektor Retribusi Parkir Kendaraan Roda Dua”, Jurnal Pandecta, Volume 9. Nomor 1. Januari 2014, hlm. 142.
12
Indah Parmitasari, “Hubungan Hukum antara Pemilik Kendaraan Dengan Pengelola Parkir”, Jurnal Yuridis, e-journal, 2017, hlm. 21
Dwi Suryahartati 258
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia

pemerintah daerah masuk ke dalam retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Retribusi daerah menurut Pasal 1 daerah dengan menganut prinsip komersial
Undang- Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang karena pada dasarnya dapat pula disediakan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah oleh sektor swasta.
pungutan di daerah sebagai pembayaran atas Retribusi dipungut dengan menggunakan
jasa atau perizinan tertentu yang disediakan oleh Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
pemerintah daerah untuk kepentingan orang dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah
pribadi atau badan tertentu. Subjek atau Wajib surat ketetapan retribusi yang menentukan
Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang besarnya pokok retribusi. Dokumen lain yang
terlibat atas pembayaran terhadap penggunaan dipersamakan antara lain, berupa karcis masuk,
jasa atau perizinan dari pemerintah daerah kupon dan kartu langganan. Jika wajib retribusi
tersebut, termasuk pemungut atau pemotong tertentu tidak membayar retribusi tepat pada
retribusi daerah. Retribusi daerah nantinya waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan
akan menjadi penerimaan Pendapatan Asli sanksi administrasi berupa bunga sebesar dua
Daerah (PAD) yang termasuk ke dalam Anggaran persen setiap bulan dari retribusi terutang
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Setiap yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih
orang Warga negara Indonesia (WNI) maupu dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi
badan hukum ang akan menjalankan bisnis Daerah (STRD). STRD merupakan surat untuk
perparkiran sebelumnya harus mendapat izin melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi
terlebih dahulu dari kepala daerah setempat. administrasi berupa bunga dan atau denda.
Adapun ciri dari retribusi adalah: 1) Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi
Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah, 2) daerah ditetapkan oleh kepala daerah.13
Dalam pemungutan terdapat paksaan secara Kontruksi pengelolaan parkir yang
ekonomis, 3) Adanya kontraprestasi yang secara demikian dapat dilihat dari sisi sewa menyewa
langsung dapat ditunjuk, 4)Retribusi dikenakan dan dapat dilihat dari sisi penitipan barang.
pada setiap orang/badan yang mengunakan/ Apapun bentuk hubungan yang terjadi, pastilah
mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara. merupakan hubungan hukum. Menurut prof.
Retribusi daerah menurut UU No 18 Tahun Mr. Dr, L.J Van Apeldoorn, hubungan hukum
1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah hubungan-hubungan yang timbul dari
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU pergaulan masyarakat manusia (hubungan
No 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah yang timbul dari perkawinan, keturunan,
Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah kerabat darah, ketetanggaan tempat kediaman,
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: kebangsaan, dari perkara-perkara lainnya),
Retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan dan hal-hal tersebut dilakuknya dengan
retribusi perizinan tertentu. Retribusi tempat menentukan batas kekuasaan-kekuasaan dan
khusus parkir merupakan kelompok reribusi kewajiban-kewajiban tiap-tiap orang terhadap
jasa usaha. Retribusi jasa usaha adalah retribusi mereka dengan siapa ia berhubungan.14

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/03/seputar-pengertian-retribusi-daerah.html.
13

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pradnya Paramitha, Jakrta, 1993 hlm. 41.
14
259 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

Dari sisi sewa menyewa pengelolaan bahwa pihak yang menyewakan diwajibkan
parkir menggunakan konstruksi bahwa menyerahkan barang yang disewakan dalam
pengelola meminjamkan lahan atau area parkir, keadaan terpelihara segala-galanya. Jika
sedangkan resiko atas kehilangan tidak menjadi dianalogikan bahwa pengelolaan parkir
tangung jawab pemberi sewa. Kontruksi merupakan sewa lahan atau pekarangan atau
pengelolaan parkir dari sisi penitipan barang, tanah, maka seharusnya pihak pengelola
maka pengelola memiliki kewajiban menjaga memberikan keamanan dan kenyamanann bagi
barang yang dititipkan kepadanya. Pasal peruntukkan kendaraan yang akan diparkir di
1548 Kitab Undang-undang Hukum Perdata area yang disewakan. Semisal menyediakan
(selanjutnya disebut KUHPer) menyatakan area parkir yang aman, terlindung dari matahari
sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan dan hujan, serta memiliki fasilitas yang lengkap
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk untuk kebutuhan kendaraan yang diparkir.
memberikan kenikmatan dari suatu barang Berbeda dengan hubungan hukum
kepada pihak yang lainnya, selama suatu yang dikatakan dengan penitipan barang.
waktu tertentu dan dengan pembayaran dari Pasal 1694 KUHPerdata menyatakan bahwa
suatu harga, yang oleh pihak tersebut terakhir Penitipan adalah terjadi, apabila seorang
itu disanggupi pembayaranya. Unsur sewa menerima sesuatu barang dari seorang lain
menyewa dalam Pasal itu adalah: dengan syarat bawha ia akan menyimpannya
1) Ada para pihak yang saling diri dalam hak dan mengembalikannya dalam wujud asal.
dan kewajiban; Penitipan barang menurut Pasal 1695
2) Pihak yang satu berhak untuk KUHPerdata terbagi dua yaitu penitipan
mendapatkan/menerima pembayaran dan sejati dan penitipan sekestrasi. Jika kegiatana
berkewajiban memberikan. kenikmatan pengelolaan parkir dianggap sebagai sutau
atas suatu kebendaan, sedangkan pihak hubungan hukum penitipan barang maka
lainnya berhak mendapatkan/menerima dapat dikategorikan sebagai penitipan sejati.
kenikmatan atas suatu kebendaan Penitipan barang sejajti ini hanya berupa
dan kewajiban menyerahkan suatu barang-barang atau benda bergerak. Seperti
pembayaran; halnya yang terjadi di Mall/supermarket
3) Adanya schuld dan haftung terdapat tempat penitipan barang. Seperti
Sewa menyewa merupakan perjanjian halnya pula terjadi pada suatu penginapan atau
timbal balik, dalam bahasa Belanda disebut hotel, maka barang yang dibawa oleh tamu ke
huureverhuur. Subjek hukum sewa mneyewa dalam kamar juga merupakan satu kesatuan
adalah: pihak yang menyewakan dan pihak yang dianggap sebagai suatu titipan (Pasal
penyewa. Objek sewa menyewa adalah segala 1709 KUHPerdata). Bahkan penerima titipan
jenis benda baik bergerak maupun tidak (manajemen Hotel) bertanggung jawab atas
bergerak dan benda berwujud maupun tidak segala barang tamu dari tindakan pencurian
berwujud. Prinsip-prinsip yang terkandung atau kerusakan yang diakibatkan oleh petugas-
dalam hubungan hukum sewa menyewa ini petugasnya. Berkenaan dengan ketentuan
pada dasarnya merupakan suatu perjanjian mengenai objek benda yang dititipkan, Pasal
yang mengutamakan kenyamanan. Seperti 1706 KUHperdata mennentukan: 1) Si penerima
yang terkandung dalam Pasal 1551 dinyatakan titipan diwajibkan mengenai perawatan barang
Dwi Suryahartati 260
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia

yang dipercayakan padanya, 2) memelihara dibuktikan dengan patut. Berkenaan dengan


dengan minat yang sama seperti ia memeliharan ketentuan mengenai penawaran atas jasa
barang-barangnya sendiri. Penerima titipan penitipan, ketentuan Pasal 1707 menyatakan
diwajibkan mengembalikan barang yang sama dengan keras sebagai berikut:
seperti yang dititipkan. Pasal 1720 sebenarnya 1) Jika si penerima titipan telah menawarkan
telah mengatur suatu kewajiban bagi penerima dirinya untuk menyimpan barangnya;
titipan yaitu tidak bolehlah ia menuntut dari 2) Jika ia telah meminta diperjanjikannya
orang yang menitipkan barang suatu bukti suatu upah untuk menyimpan itu;
bahwa orang itu pemilik barang tersebut. 3) Jika penitipan itu telah terjadi sedikit
Mengenai aturan mengenai penitipan barang banyak untuk kepentingan si penerima
yang ad adalam KUHPerdata, maka dapatlah titipan;
dinyatakan bahwa pengelolaan parkir pad 4) Jika telah diperjanjikan bahwa si penerima
aumumnya di Indonesia yang dilakukan oleh titipan akan menanggung segala macam
Perusahaan Security Parking merupakan suatu kelalaian.
hubungan hukum penitipan barang. Segala hak Untuk menganalogikan ketentuan
dan kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh tersebut kepada penitipan kendaraan maka
kedua belah pihak telah diatur dalam Pasal- dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
pasal tersebut. Perjanjian penitipan barang ini • Penitipan kendaraan adalah penitipan
sefatnya riil. Penitipan Barang dilakukan dengan sejati;
Prosedur penitipan barang secara umum • Pihak pemberi titipan dan penerima titipan
dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: 1. adalah pihak yang cakap. Dibuktikan bahwa
Permohonan Penitipan Barang 2. Pemeriksaan pengendara telah dewasa dan memiliki
Barang Titipan 3. Keputusan Penitipan Barang. Surat izin mengemudi sebagai tanda
Penitipan kendaraan bermotor kepada kecakapannya, begitu juga pihak penerima
pihak pengelola parkir dilakukan melalui tahapan titipan adalah pihak yang cakap karena
seperti: 1) masuk ke gate yang menyediakan pihak tersebut merupakan subjek hukum
perjanjian baku (berupa karcis/tiket), 2) dalam bentuk badan hukum tertentu;
menyetujui perjanjian yang dibuat oleh piak • Dalam perjanjian parkir dinyatakan suatu
pengelola, 3) menempatkan kendaraan pada upah untuk jas penitipan kendaraan. Dalam
area yang telah disediakan, 4) melaksanakan penelitian ini upah/tarif yang ditentukan
kewajiban membayar jasa penitipan kendaraan pemerintah dan tarif yang ditentukan oleh
sesuai kesepakatan yang telah ada dalam kacis/ swasta berdasarkan waktu parkir;
tiket. Perjanjian yang dimuat dalam tiket/ • Penitipan kendaraan yang semakin tinggi
karcis parkir berupa perjanjian baku. Artinya menyebabkan keuntungan yang tinggi
dalam penitipan kendaraan yang dikelola oleh pula diterima oleh pengusaha penitipan
pengusaha jasa pengelolaan parkir, maka pihak kendaraan;
pengelola meyakini bahwa mereka memiliki • Pada akhirnya penitipan tersebut,
kewajiban memelihara kendaraan tersebut mengenai objeknya menjadi tanggung
sebagaimana kendaraannya sendiri. Dari sisi jawab pihak penerima titipan.
fasilitas yang ditawarkanpun seharusnya dapat
261 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

Pejanjian Baku dan Klausula Eksonerasi dalam sangat diperhatikan dalam hubungan hukum,
Perjanjian Perparkiran khususnya dalam hal bisnis. Perjanjian tertulis
Perjanjian pada umunya dapat dilakukan menjadi syarat penting bagi konsumen
baik tertulis maupun tidak tertulis dengan dan penyedia barang dan/atau jasa. Dalam
syarat-syarat yang telah diatur dalam Buku ke perkembangannya terdapat istilah perjanjian
III KUHPerdata tentang perikatan. Perjanjian baku yang sering digunakan dalam kegiatan
merupakan suatu perikatan. Dalam ketentuan usaha, bisnis dan perdagangan serta
umum mengenai perjanjian, terdapat definisi perbankan. Pada perjanjian ini ketentuan-
perjanjian yang dirumuskan dalam Pasal 1313 ketentuan di dalamnya lebih banyak ditentukan
KUH Perdata yaitu suatu perjanjian adalah oleh pihak yang mempunyai posisi tawar lebih
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau kuat dibandingkan pihak lainnya. Perjanjian
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang baku adalah konsep-konsep atau janji-janji
lain atau lebih. Hal-hal yang memnuhi syaratlah tertulis, disusun tanpa membicarakan isinya
yang dapat dinyatakan sebagai suatu perjanjian. dan lazimnya, dituangkan ke dalam sejumlah
Syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 tak terbatas perjanjian yang sifatnya tertentu.15
KUHPerdata adalah: Perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh
2) Kecakapan untuk membuat suatu pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya
perikatan; tidak mempunyai peluang untuk merundingkan
3) Suatu hal tertentu; atau meminta perubahan.16 Menurut Hondius
4) Suatu sebab yang halal. dalam Purwahid Patrik, syarat-syarat baku
Perjanjian yang telah dilaksanakan dalam perjanjian adalah syarat-syarat konsep
dengan syarat menurut Pasal 1320 KUHperdata tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian
menimbulkan akibat berupa: yang masih akan dibuat, bahwa syarat baku
1) Berlaku serbagai undang-undang bagi para syarat-syarat yang jumlahnya tidak tertentu,
pembuatnya tanpa merundingkan lebih dulu isinya.17 Mariam
2) Tidak dapat ditarik kembali selain dengan Darus Badrulzaman merumuskan perjanjian
sepakat kedua belah pihak atau karena baku sebagai berikut: “Perjanjian baku adalah
alasan-alasan yang oleh undang-undang perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan
dinyatakan cukup untuk itu; dalam bentuk formulir.18 Perjanjian baku dikenal
3) Harus dilaksanakan dengan itikad baik. dengan istilah exemption clouse dan exlusion di
Berlakunya perjanjian sebagai undang- Inggris dan exenoratie clause di Belanda atau
undang menjadikan kekuatan perjanjian itu dikenal juga dengan anredelijk bezwarend. Remi

15
Sukarmi, Cyber Law: “Kontrak Elektronik dalam Bayang-Bayang Pelaku Usaha (Cyber Law Indonesia”), Pustaka Sutra, Bandung: 2008,
hlm. 45.
16
Sultan Remi Sjadeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di
Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta: 1993 hlm. 66.
16
Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan(Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Dari Undang-Undang, Cv Mandar Maju,
Bandung: 1994, hlm. 55.
18
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat Dari Perjanjian Baku (Standar), Binacipta, Bandung: 1986 hlm.
58.
Dwi Suryahartati 262
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia

Syahdaeni memberikan pengertian terhadap dari (bagian dari) kendaraan menjadi


klausul ini sebagai klausul yang bertujuan untuk tanggung jawab pengendara. Pemilik
membebaskan atau membatasi tanggung kendaraan berkewajiban mengasuransikan
jawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak kendaraannya.
lainnya dalam hal yang bersangkutan sama • “Kehilangan kendaraan/barang-barang
sekali tidak ikut atau tidak dengan semestinya dikendaraan tidak menjadi tanggung jawab
melaksanakan kewajibannya yang ditentukan petugas parkir”.
dalam perjanjian tersebut.19 • Contoh klausula baku yang terdapat di tiket
Pada prinsipnya dalam kegiatan usaha parkir Secure Parking adalah: “Asuransi
tujuan dari pembuatan perjanjian baku ini kendaraan dan barang-barang di dalamnya
adalah untuk efisiensi, baik waktu, dan biaya. serta semua resiko atas segala kerusakan
Namun, ada kalanya ketentuan yang dibuat dan kehilangan atas kendaraan yang
dalam perjanjian baku ini tidak berimbang diparkirkan dan barang-barang di dalamnya
dan mengabaikan kepentingan pihak lainnya. merupakan kewajiban pemilik kendaraan
Apalagi yang berhubungan dengan kepentingan itu sendiri (tidak ada penggantian berupa
konsumen yang jumlahnya masif. Awal apapun dari penyedia parkir.”
perhatian pada perjanjian standar atau baku Pengelolaan parkir di Indonesia
adalah berkaitan dengan isi perjanjian, bukan merupakan suatu jasa yang melibatkan
pada prosedur terjadinya kesepakatan. Klausul masyarakat sebagai konsumen penikmat jasa
yang terutama menjadi perhatian adalah perparkiran. Jasa adalah setiap pelayanan
klausul atau ketentuan yang secara tidak wajar yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
sangat memberatkan bagi salah satu pihak, disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan
dalam hal ini pihak yang menerima penawaran. oleh konsumen. Selanjutnya yang diartikan
Eksonerasi atau exoneration (Bahasa dengan konsumen adalah setiap orang pemakai
Inggris) diartikan oleh I.P.M. Ranuhandoko B.A. barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
dalam bukunya “Terminologi Hukum Inggris- masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
Indonesia” yaitu “Membebaskan seseorang keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain
atau badan usaha dari suatu tuntutan atau dan tidak untuk diperdagangkan.
tanggung jawab.” Secara sederhana, klausula Meski UUPK menyatakan klausula baku
eksonerasi ini diartikan sebagai klausula terlarang batal demi hukum dan mewajibkan
pengecualian kewajiban/tanggung jawab dalam pengusaha pencantum untuk mencabutnya,
perjanjian.20 Beberapa cotoh klausula baku ketentuan itu bak macan kertas.21 Larangan
yang terdapat dalam karcis parkir di Kota Jambi dan persyaratan tentang pencantuman
dapat dilihat dalam rumusan berikut: klausula baku merupakan salah satu wujud
Beberapa bentuk klausula baku yang keseimbangan dalam hal kedudukan antara
terdapat di Kota Jambi adalah sebagai berikut: konsumen dan pelaku usaha berdasarkan prinsip
• ....”segala kerusakan ataupun kehilangan kebebasan berkontrak. Kemudian ketentuan ini

19
Remy Syahdaeni, Op.Cit, , hlm 72-73.
20
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d0894211ad0e/klausula-eksonerasi.
21
Ibid, hlm 308.
263 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

merupakan upaya untuk mencegah timbulnya perjanjian adalah hal yang boleh. Eksonerasi
berbagai tindakan yang merugikan konsumen terhadap kerugian yang timbul karena
karena faktor ketidaktahuan, kedudukan yang kesengajaan pengusaha adalah bertentangan
tidak seimbang, dan sebaginya yang mungkin dengan kesusilaan. Negara dapat hadir dalam
dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha kebutuhan hukum privat, jika keseimbangan
untuk memperoleh keuntungan dengan jalan dan keadilan sulit untuk diwujudkan oleh pihak-
melanggar hukum.22 pihak karena alasan-alasan pembenar dari salah
Beberapa pakar hukum menolak kehadiran satu pihak yang bertentangan dengan hukum
perjanjian baku ini karena dinilai: atau asas hukum.
1) Kedudukan pengusaha di dalam perjanjian
baku sama seperti bentuk undang-undang Hubungan hukum Pengelola Parkir dengan
swasta (legia particuere wetgever), Konsumen
karenanya perjanjian baku bukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
perjanjian; tentang perlindungan konsumen (selanjutnya
2) Perjanjian baku merupakan perjanjian disebut UUPK) telah mengatur mengenai
paksa (dwangcontract); perjanjian baku yang diperbolehkan bagi
3) Negara-negara common law system hubungan hukum antara konsumen dan
menerapkan doktrin unconscionability. produsen. Pada dasarnya dalam UUPK telah
Doktrin unconscionability memberikan mengatur bahwa konsumen itu berhak atas
wewenang kepada perjanjian demi segala informasi yang benar mnegnai barang
menghindari hal-hal yang dirasakan atau jasa yang dikonsumsinya. Segala sesuatu
sebagai bertentangan dengan hati nurani, yang terjadi pada wilayah perparkiran atau
Perjanjian baku dianggap meniadakan dibawah pengawasan menajemen perparkiran
keadilan.23 merupakan tanggung jawab dari pelaku usaha
Klausula eksonerasi adalah syarat yang jasa perparkiran termasuk petugas-petugas
secara khusus membebaskan pengusaha parkir yang secar alangsung maupun tidak
dari tanggungjawab terhadap akibat yang langsung mengurusi perparkiran di wilayah
merugikan yang timbul dari pelaksanaan parkirnya. Tanggung jawab yang harus
perjanjian. Klausula eksonerasi dapat berasal ditanggung oleh pelaku usaha tidak hanya
dari rumusan pengusaha secara sepihak dapat sebatas pada barang-barang yang rusak atau
juga berasal dari rumusan undang-undang. hilang, namun termasuk segala kerugian yang
Klausula eksonerasi berpeluang menimbulkan dialami konsumen, baik yang bersifat kerugian
penindasan yang satu dengan yang lainnya. materil maupun immmateril atau kerugian atas
Perjanjian yang ada Klausula eksonerasi ketidaknyaman pada pelayanan perparkiran
harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pada yang ditimbulkan oleh pelaku jasa perparkiran.24
dasarnya klausula eksonerasi dalam suatu

22
Ibid, hlm 306.
23
Lina Jamilah,” Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Standar Baku”, FH.Unisba. Vol. Xiii. No. 1 Maret – Agustus 2012, hlm. 239.
24
Dheny Budhiono, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Perparkiran Bagi Konsumen Korban Pencurian Kendaraan Bermotor di
kawasan Perbelanjaan Kota Manado”, Lex Et Societies, Vol. III No. 8/2015, hlm. 30.
Dwi Suryahartati 264
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia

Pengaturan klausula baku sendiri dapat Konkretlah sudah bahwa konsumen


ditemukan pada UU PK yaitu pada Pasal 18 jasa perparkiran di Indonesia mendapat
ayat (1) UU PK dinyatakan bahwa: “Pelaku legitimasi hukum untuk menikmati keadilan
usaha dalam menawarkan barang dan jasa dan kenyamanan dalam menikmati jasa yang
yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang diberikan atas layanan parkir. Tidak ada alasan
membuat/mencantumkan klausula baku pada pengusaha untuk membenarkan perbuatan
setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila: yang mencurangi konsumen dengan membuat
1. Menyatakan pengalihan tanggungjawab klausula yang sifatnya mengalihkan tanggung
pelaku usaha; jawab.
2. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
menolak penyerahan kembali barang untuk PENUTUP
dibeli konsumen; Perjanjian pengelolaan parkir di Indonesia
3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak terdiri dari dua macam yaitu pengelolaan parkir
menolak penyerahan kembali uang yang yang disediakan pemerintah melalui tanah
dibayarkan atas barang, dan jasa yang milik pemerintah, dan pengelolaan parkir
diberikan oleh konsumen; yang disediakan swasta. Praktik pelayanan jasa
4. Menyatakan pemberian kuasa dari perparkiran mengandung unsur perbuatan
konsumen kepada pelaku usaha baik secara hukum perjanjian penitipan barang. Terdapat
langsung maupun tidak langsung untuk dua pihak dalam perjanjian tersebut yaitu
melakukan segala tindakan sepihak yang konsumen sebagi pihak yang menitipkan
berkaitan dengan barang yang dibeli oleh kendaraannya untuk diparkir dan penyedia
konsumen secara angsuran. jasa yang berkewajiban menyediakan dan
5. Mengatur perihal pembuktian atas menjaga barang yang dititipkan. Konsumen
hilangnya kegunaan barang atau telah dilindungi sebagai penikmat jasa menurut
pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen. Undang-undang perlindungan Konsumen.
6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk Menurut konstruksi hukum jelasa hak dan
mengurangi manfaat jasa atau mengurangi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
harta kekayaan konsumen yang menjadi konsumen dan penyedia jasa. Para penyedia
objek jual beli jasa. layanan jasa pengelolaan parkir perlu
7. Menyatakan tunduknya konsumen memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
kepada peraturan yang berupa atauran konstruksi hukum atas jasa yang diberikannya.
baru, tambahan, lanjutan dan/ atau Hal ini agar tidak menimbulkan permasalahan
pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak yang berakibat pada bisnis yang dijalankannya.
oleh pelaku usaha dalam masa konsumen Kepercayaan dan kredibilitas adalah sutau yang
memanfaatkan jasa yang dibelinya. utama dalam dunia bisnis. Maka kepastian
8. Menyatakan bahwa konsumen memberi hukum perlu mendapat perhatian. Negera
kuasa kepada pelaku usaha untuk telah menjamin perlindungan bagi warga
membebaskan hak tanggungan, hak gadai, negaranya untu dapat menikmati keadilan yang
atau hak jaminan terhadap barang yang berkepastian hukum. Klausula eksonerasi pada
dobeli oleh konsumen secara angsuran.” perjanjian jasa parkir tidak dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
265 ACTA DIURNAL
Volume 2, Nomor 2, Juni 2019

DAFTAR PUSTAKA Eti Mulyati, “Asas Keseimbangan Pada Perjanjian


Buku Kredit Perbankan Dengan Nasabah Pelaku
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Pada Usaha KeciL” Jurnal Bina Mulia Hukum,
Umumnya, Alumni, Bandung: 1993. Volume 1, Nomor 1, September 2016.
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Fiona Yosefina, Suradi, dan Herni Windarti,
terhadap Konsumen Dilihat Dari Perjanjian “Tanggung Jawb PT, Securido Packatama
Baku (Standar), Binacipta, Bandung: 1986 Indonesia (secure Parking) Terhadap
Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Kehilangan Kendaraan Bermotor di DKI
Perikatan(Perikatan Yang Lahir Dari Jakarta (Studi kasus: Putusan MA No. 2078
Perjanjian Dan Dari Undnag-Undang, CV. K/Pdt/2009)”, Diponegoro Law Journal,
Mandar Maju: 1994. Volume 6, Nomor 2 Tahun 2017.
Sukarmi, Cyber Law : Kontrak Elektronik dalam I Gusti Ayu Purnamawati, “Pelaksanaan
Bayang-Bayang Pelaku Usaha (Cyber Law Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011
Indonesia), Pustaka Sutra, Bandung: 2008. Dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah
Tom Rye, Manajemen Parkir : Sebuah Kontribusi dari Sektor Retribusi Parkir Kendaraan
Menuju Kota yang layak Huni”, Federal Roda Dua”, Jurnal Pandecta, Volume 9.
Ministry For economic Coorporation and Nomor 1, 2011.
Development, Bonn, Germany: 2011. Indah Parmitasari, “Hubungan Hukum antara
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pemilik Kendaraan Dengan Pengelola
Pradnya Paramitha, Jakarta, 1993. Parkir”, Jurnal Yuridis, 2017, e-journal.
Ita Susanti, “Konstruksi Hukum Perparkiran di
Jurnal Indonesia dan bentuk Perlindungannya
Abdul jabbar Lubis, Evri Ekadinansyah, terhadap Konsumen menurut Undang-
“Sistem Paerparkiran Prabayar Berbasis undang No. 8 Tahun 1999”, Jurnal Sigma,
Mikrokontroler AT89C25”, Progresif, Vol.6. MU Vol.3. No.1- Maret 2011, 2011.
No. 1 Pebruari, 2010. Lina Jamilah, “Asas Kebebasan Berkontrak
Ariskal Munandar, “Pembangunan Aplikasi Dalam Perjanjian Standar Baku”,
Secure Parking di fakultas Ilmu Terapan FH.UNISBA. Vol. Xiii. No. 1 Maret – Agustus
Telkom University”, e-Proceeding Of 2012.
Applaied Science: Vol. 1, No. 1 April 2015. Mourin M. Mosal, “Analisis Efektivitas, Kontribusi
Basri, “Perlindungan Hukum Terhadap Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli
Kosnsumen Parkir”, Jurnal Perspektif, Daerah (Pad) Dan Penerapan Akuntansi
Volume VV, No. 1 Tahun 2015 Edisi Januari, Di Kota Manado”, Jurnal Emba, Vol.1 No.4
2015. Desember 2013.
Dheny Budhiono, “Tanggung Jawab Pelaku
Usaha Jasa Perparkiran Bagi Konsumen
Korban Pencurian Kendaraan Bermotor di
kawasan Perbelanjaan Kota Manado”, Lex
Et Societies, Vol. III/No. 8/Sep/2015.
Dwi Suryahartati 266
Perjanjian Penitipan Barang dalam Pengelolaan Parkir bagi Perlindungan Konsumen di Indonesia

Sumber lain http://surabaya.tribunnews.com/2014/06/16/


Remy Syahdaeni, Kebebasan berkontrak dan dispenda-berencana-terapkan-pajak-
Perlindungan yang seimbang bagi para parkir-di-kampus-kota-malang.
pihak dalam Perjanjian Kredit di Indonesia, https://databooks.katadata.co.id/
Institut Bankir Indonesia, 1993. datapublish/2017/05/23.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/
lt4d0894211ad0e/klausula-eksonerasi
http://seputarpengertian.blogspot.
co.id/2014/03/seputar-pengertian-
retribusi-daerah.html.

You might also like