Professional Documents
Culture Documents
New Makalah Kelompok 7 RSU HAJI SBY
New Makalah Kelompok 7 RSU HAJI SBY
Disusun oleh :
Kelompok 7
JURUSAN FISIOTERAPI
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Masa pertumbuhan anak merupakan masa yang sangat riskan bagi setiap
kehidupan anak. Oeh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan seluruh
perkembangan anak. Masalah yang sering ditemui pada tumbuh kembang anak
diantaranya yaitu cerebral palsy (CP). Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan
atau kerusakan pada otak yang bersifat non-progresif yang terjadi pada proses
tumbuh kembang. Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di
dalam kandungan (prenatal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah proses
kelahiran (postnatal). Cerebral Palsy pada umunya dikenal sebagai gangguan yang
usia 24-59 bulan adalah 0,09% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia
Menurut Dorlan (2005), Diplegi adalah paralisis yang menyertai kedua sisi tubuh,
paralisis bilateral. Cerebral Palsy Spastik Diplegi adalah suatu gangguan tumbuh
kembang motorik anak yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak yang
terjadi pada periode sebelum, selama dan sesudah lelahiran yang ditandai dengan
kelemahan pada anggota gerak bawah yang lebih berat dari pada anggota gerak
atas.
menghaluskan gerakan, sehingga akan terjadi gerakan yang tangkas, harmonis dan
utama yang dialami oleh penderita CP spastik diplegia adalah (1) adanya
Selain itu penderita juga dapat mengalami problem penyerta seperti retardasi
kontraktur (deformitas).
postural, control gerak, dan mengajarkan pola gerak yang benar. Cara yang
intervensi yang diberikan pada kasus tersebut antara lain neurosenso, massage
bersifat individual untuk anak-anak dan orang dewasa yang memiliki masalah
seluruh bagian wajah, dan terkadang diberikan tekanan dengan tujuan untuk
pada bayi cukup bulan dan batita berupa massage ekspresi dilakukan selama 15
NDT adalah suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha
Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani
gangguan system saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Agar lebih efektif,
Hal ini sesungguhnya masih efektif untuk anak pada usia yang lebih tua, namun
dan biasanya membawa terapi pada kehidupan sehari-hari sangat sulit dicapai).
Dasar dari tehnik terapi latihan dengan metode pendekatan NDT yaitu
menginhibisi pola spastisitas dan fasilitasi pola-pola sikap dan gerakan. Melalui
tindakan inhibisi spastisitas dan fasilitasi maka akan dicapai tonus yang mendekati
normal dan diharapkan anak dapat bergerak bebas serta pengalaman sensoris akan
bertambah banyak.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis akan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
2. Bagi Masyarakat
dan bagaimana cara mengenali anak-anak yang terkena Cerebral Palsy serta
memperluas wawasan masyarakat agar lebih tanggap untuk mencegah anak-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Pengertian
otak janin atau bayi yang mempengaruhi perkembangan gerak dan postur, sering
disertai dengan adanya permasalahan sensasi, persepsi, kognisi dan sikap dengan
tanda awal cerebral palsy yang biasanya muncul dibawah usia 2 tahun. (ICD 10,
2015).
Cerebral palsy spastik diplegi merupakan salah satu jenis cerebral palsy
tipe spastik, biasanya diakibatkan karena adanya kerusakan pada white matter atau
selain itu pada saat posisi berdiri disertai dengan gangguan seperti adanya
peningkatan lordosis lumbar, pelvic tilting ke anterior, hip dengan posisi internal
rotasi, kedua lutut fleksi, terdapat intoeing, dan kaki equinovalgus (Tecklin,
2015).
Otak merupakan bagian paling utama dari seluruh sistem saraf dan
terdiri dari 100 – 200 milyar sel aktif yang saling terkoneksi. Bagian ini dilindungi
oleh tiga selaput pelindung yang berada di dalam tulang tengkorak (Irfan, 2010).
Otak besar (cerebrum) terbagi menjadi dua belahan hemisfer terdiri dari
substansia grisea dan substansia alba. Korteks merupakan bagian terluar dari
substansia grisea, ada celah dalam yang memisahkan kedua hemisfer tersebut
namun tetap bersatu dalam corpus calosum yaitu substansia alba yang
berisikan serabut saraf dan merupakan bagian terbesar dari korteks motorik, di
bawahnya lagi dapat dijumpai substansia grisea atau basal ganglia (Pearce,
2010). Otak besar (cerebrum) terbagi menjadi beberapa lobus yaitu lobus
ini berperan sebagai pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot serta
c. Corteks cerebri
Corteks cerebri merupakan bagian terluas dari otak yang menutup total
tersebut terdiri dari campuran sel saraf, serabut saraf , neuroglia dan pembuluh
Corteks cerebri dibagi menjadi 4 bagian yaitu : (1) lobus frontalis : area 4
perubahan pupil. Area 9, 10, 11 dan 12 adalah daerah asosiasi frontalis. Lesi
pada area 4 dan 6 menyebabkan terjadinya abnormalitas pada tonus otot yang
berupa spastisitas, (2) lobus parientalis : area 1,2, dan 3 merupakan daerah
sensorik postcentralis yang utama. Area 5 dan 7 ialah daerah asosiasi sensorik,
merupakan corteks cerebri auditorius sekunder, atau asosiatif. Area 38, 40, 20,
21 dan 22 adalah daerah asosiasi, (4) lobus occipitali s: area 17 yaitu cortex
striata, cortex visual yang utama. Area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi
d. Ganglia basalis
dari ganglia basalis adalah sebagai pusat koordinasi dan keseimbangan yang
e. Traktus piramidalis
f. Traktus ekstrapiramidalis
tiga lapisan integrasi yaitu kortikal, striatal (basal ganglia) dan tegmental.
berkaitan dengan pengaturan sikap tubuh dan integrasi otonom (Snell, 2011).
g. Homunkulus
area otak yang berfungsi untuk menginervasi bagian tubuh tertentu, dan
maka akan menyebabkan kelainan pada bagian tubuh yang diinervasi oleh
area otak tersebut (Snell, 2011), bagian lainnya ialah homunkulus sensorik
yang terletak pada area gyrus postsentralis, area ini merupakan area
somatosensoris untuk menerima rangsang yang datang dari panca indra (Snell,
2011).
Kelainan yang muncul pada cerebral palsy spastik diplegi mempunyai ciri
berdasarkan gambar 2.2 dapat disimpulkan bahwa pada cerebral palsy spastik
diplegi letak kerusakan otak terjadi pada bagian superior–medial serebri yang
3. Patofisiologi
merupakan kondisi neurologis yang disebabkan oleh cedera pada otak yang terjadi
sebelum perkembangan otak sempurna yakni sampai usia 2 tahun. Cerebral palsy
dapat disebabkan oleh cedera otak yang terjadi selama periode prenatal, perinatal,
atau postnatal. Pada beberapa literatur menjelaskan bahwa cerebral palsy spastik
diplegi terjadi karena adanya gangguan pada otak akibat perdarahan atau
haemorage dan periventricular leukomalacia (PVL) pada area substantia alba atau
white matter yang merupakan area terbesar dari korteks motorik. Periventricular
leukomalacia adalah salah satu kondisi dimana terdapat lesi nekrosis koagulatif
pada white matter yang terletak dekat dengan ventrikel lateral akibat menurunnya
kadar oksigen dan aliran darah pada bagian tersebut. Dalam sebuah sumber
dijelaskan bahwa bayi yang lahir prematur dan memiliki berat lahir rendah
2005).
4. Etiologi
a. Prenatal
rentan terhadap infeksi seperti infeksi TORCH. Pada masa ini terjadi
b. Perinatal
infeksi atau demam ibu, adanya trauma pada masa prenatal, perinatal
ataupun postnatal, dan iskemik. Selain itu anak dengan cerebral palsy
spastik diplegi biasanya memiliki riwayat lahir prematur dan berat badan
1) Athetoid
2) Ataxic
Adanya gangguan koordinasi, gerakannya melengkung juga tapi
3) Spastic
refleks moro (salah satu refleks pada bayi) yang sering terjadi, baik
4) Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe
5) Dystonic
Pada cp tipe ini ada yang ototnya kaku dan ada juga yang lemas.
6) Mixed
b) Berdasarkan tipe tonus Variasi tipe tonus yang bisa diamati saat
1) Hipertonus
2) Hipotonus
3) Fluktuatif
Fluktuatif yaitu keadaan otot yang naik turun kadang hipertonus kan
hipotonus
membungkuk
1) Monoplegi
2) Hemiplegi
anggota gerak yang dibataasi oleh garis tengah yang didepan atau
mengepal.
3) Triplegi
4) Quadriplegi
5) Diplegi
Ada 3 jenis manifestasi klinis pada cerebral palsy menurut beker dan yalcim
gangguan sensation
B. Problematik Fisioterapi
Children and Youth (ICF-CY) diagnosis kesehatan kepada pasien terutama pada
1. Impairment
antara lain: (1) adanya abnormalitas pola gerakan karena adanya abnormalitas
tonus otot pada kedua tungkai, (2) adanya gangguan distribusi tonus otot sehingga
(3) adanya gangguan postural normal karena adanya spastisitas pada kedua
tungkai dengan pola adduksi dan internal rotasi panggul, fleksi lutut, serta plantar
fleksi kaki.
2. Functional limitation
Problematik level fungsional limitation pada pasien cerebral palsy spastic
3. Participation of restriction
spastic diplegi yaitu pasien mengalami hambatan dalam berinteraksi dan bermain
C. Intervensi Fisioterapi
1. Neuroseonso
stimulasi sensoris berupa taktil (seluruh tubuh) sebagai jalan utama semua
rangsangan atau stimulus yang masuk. Neuro senso bertujuan melatih proses
persepsi, integrasi dan asosiasi sensoris melalui aktivitas gerak, diharapkan dapat
memperbaki sikap, perilaku gerak dan sensory feedback sehingga anak dapat
dan meningkatkan hubungan antar pasien dan terapis (Masgutova & Sadowska,
akan memerintahkan “ini adalah cara yang terbaik untuk perlindungan diri”.
Dengan demikian, pola reflex yang belum matang atau reflex yang berfungsi tapi
belum memadai serta menjadi bagian perlindungan diri yang non-produktif, maka
perkembangan dan kematangan ketrampilan motoris dan perilaku akan
dikembangkan oleh Berta Bobath seorang fisioterapis, dan dr. Karel Bobath di
diarahkan ke fungsi motor sehari-hari yang relevan. NDT biasanya dipakai untuk
kasus-kasus gangguan motorik dan keseimbangan akibat post trauma cerebri dan
dua terminologi, yatu keterlambatan perkembangan motorik atau motor delay dan
disebabkan oleh kurangnya stimulasi, sosial emosi, malnutrisi syndrom down dan
microsefalus dan sebagainya. Dalam metode ini, faktor yang sangat penting
a) Inhibisi
Inhibisi atau menghambat, yaitu menghambat pola gerak abnormal atau
b) Fasilitasi
Teknik ini anak- anak difasilitasi untuk mengenal pola gerakan yang
yang dimaksud di sini juga berupa fasilitasi berupa mainan kepada anak-anak
yang bertujuan untuk mengarahkan posisi dan postur anak secara normal.
dapat dilakukan dengan teknik positioning. Fasilitasi adalah salah satu cara
gerakan. Pemberian fasilitasi adalah bagian dari satu proses belajar secara
bekerja.
c) Stimulasi
3. Massage ekspresi
penekanan untuk memberikan stimulasi. Stimulasi pijat pada bayi cukup bulan
berurutan dan dapat dihentikan sebelum semua rangkaian selesai jika bayi/
N.I.M : P27226018120
No.MR: 909906
I. Identitas Pasien
Nama : An. R H
Nama Ayah : Tn S
Nama Ibu : Ny F
No Hp : 085648429128
a) Suhu tubuh : 36 oC
d) Pernafasan : 32 x/menit
f) Lingkar Kepala : 42 cm
a. Anamnesis :
bulan Orang tua pasien menceritakan bahwa anak pada usia 12 bulan
Riwayat pre natal : Saat kehamilan ibu sulit untuk makan hingga masa
kelahiran.
Riwayat natal : Lahir cukup bulan, berat badan lahir
mengalami kejang pada usia 12 bulan sehingga saat ini pasien hanya
yang dberikan
kurang
merangkak
Komunikasi : dapat menanggapi komunikasi namun pasien
terapi
c. Kemampuan sensorik :
d. Kondisi keseimbangan :
Usia pasien saat ini 27 bulan dimana seharusnya pasien mampu untuk
Namun, saat ini pasien hanya mampu untuk duduk dan berkata "mah"
Pada saat ini pasien belum mampu untuk merangkak, berdri, berjalan,
f. TonusPostural
Pola Gerak
ankle
wrist
GMFM/ASWORTH/Reflex/Sensori/AIM/EIDP,dll)
1. Spastisitas ada
Skala asworth:
a) Upper Extremity
- Dextra: 0
- Sinistra: 0
b) Lower extremity
- Dextra : 1
- Sinistra : 1
a. Paracute : (+)
b. Equilibrum prone : (+)
e. Standing : (+)
5. GMFM
Duduk
No Item yang dinilai Nilai
1. Terlentang, tangan digenggam oleh terapis, badan diangkat 1
sendiri ke posisi duduk dengan mengontrol kepala
2. Terlentang, berguling ke kanan ke posisi duduk 0
3. Terlentang, berguling ke kiri ke posisi duduk 0
4. Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, kepala diangkat 1
tegak tahan 3 detik
5. Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, angkat kepala ke 0
posisi setengah tagak, tahan 10 detik
6. Duduk di matras: lengan dipegang, tahan 5 detik 2
7. Duduk di matras: tahan lengan rileks, 3 detik 3
8. Duduk di matras: mainan kecil diletakan di depan,badan 1
membungkuk, menyentuh mainan tegak kembali tanpa bantuan
orang lain
9. Duduk di matras menyentuh mainan yang diletakan 2
45° di sebelah kanan belakang kembali ke posisi awal
10. Duduk di matras menyentuh mainan yang diletakan 45° di 2
sebelah kiri belakang kembali ke posisi awal
11. Duduk di sebelah kanan: tahan, lengan rileks 5 detik 1
12. Duduk di sebelah kiri: tahan, lengan rileks 5 detik 1
13. Duduk di matras: membungkuk menuju posisi tengkurap gerakan 1
dikontro
14. Duduk di matras, kaki diletakan di depan: ke posisi four point ke 2
kanan
15. Duduk di matras, kaki diletakan di depan: ke posisi 2
four point ke kiri
16. Duduk di matras: berputar 90°tanpa bantuan lengan 0
17. Duduk di bangku: tahan lengan dan kaki rileks, 10detik 1
18. Berdiri lalu duduk di atas bangku kecil 1
19. Di lantai dan berusaha duduk di atas bangku kecil 0
20. Di lantai dan berusaha mencapai duduk di atas bangku besar 1
6. DDST
a. Personal sosial
- Memakai t shirt
- Memakai baju
- Menara 8 kubus
- Menara 6 kubus
c. Bahasa
- Mengetahui 2 kegiatan
- Menyebut 4 gambar
- Menunjuk 4 gambar
- Bagian badan
- Menyebut 1 gambar
- Kombinasi kata
d. Motor kasar
- Melompat
MRI : Epilepsi
8. Deformitas/ kecacatan :
Tidak ada kecacatan pada anggota gerak maupun pada tubuh anak
IV. Underlying Procces (Clinical Reasoning)
V. Diagnosis FisioterapiBerdasarkan ICFCY
a. Body structure
- d330 (speaking)
- d350 (conversation)
c. Enviromental factor
A. Impairment :
terutama kedua tungkai lebih berat dari pada ekstremitas atas, sehingga
B. Functional limitation :
C. Participation restriction:
1. Inhibisi spastisitas
Posisi pasien: duduk long sitting, posisi terapis duduk dibelakang pasien.
Posisi terapis: memegang pada bagian medial lutut, lalu tungkai di gerakan
keluar dan punggung pasien di dorong ke depan seperti posisi duduk tegak.
Posisi terapis: posisi terapis duduk dibelakang pasien dan yang satunya duduk
didepan kaki pasien (caudal). Terapis yang di depan kaki pasien (caudal)
menggerakan kaki pasien ke arah dorsi flexi dengan pengangan pada tumit
pergelangan kaki
kearah flexi dan ekstensi bergantian dengan kaki kiri, pengang terapis pada lutut
2. Stimulasi
Pada pasien ini stimulasi yang diberikan berupa aproximasi pada sendi
elbow, wrist, hip, knee dan ankle. Pada elbow dan wrist stimulasi untuk
elbow dan tangan yang satunya pada telapak tangan pasien, kemudian
3. Fasilitasi
Angkat pelvis dari kanan-kiri akan timbul respon berupa bayi jadi posisi
merangkak, angkat 1 sisi pelvis (lateral elevasi pelvis) kanan akan timbul
dengan pelvis kiri, akan timbul respon berupa tungkai homolateral dan lengan
satunya pada kepala belakang bagian atas) akan timbul respon berupa bayi
c. Latihan Rocking
Posisi bayi : tengkurap on hand
Stimulasi : Fleksikan kepala (satu tangan FT’s pada dagu, tangan satunya
pada kepala belakang bagian atas) akan timbul respon berupa kedua
4. Neurosenso
ankle dan keluar dari jari-jari kaki. Dilakukan penekanan pada setiap
tengkurap.
Cara: Meletakkan telapak tangan kiri di pusar sebagai pusat dengan tangan
d. Arah gerakan halus dan pengulangan sama seperti bintang halus, namun
diberi gelombang yang dibentuk dari telapak tangan gerakan seperti ulat
berjalan.
kedua telapak tangan ke pelvic. Lalu pindah pelvic dan seret tepak
ini dapat diaplikasikan pada lengan atas, lengan bawah, tungkai atas,
g. Gerakan 5
IX. Edukasi
- Edukasi kepada ortu pasien agar pasien dipantau pada saat demam
medial
X. Home Program
b) Patterning merangkak
XI. Evaluasi
Pasien masih melakukan pola mengesot, jadi masih belum mampu merangkak
mengesot
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
NDT (Fasilitasi, Inhibisi, dan Stimulasi), Neurosenso, dan Massage Ekspresi yaitu
: (1) tidak ada penurunan spastisitas dari awal pemeriksaan sampai akhir,dan (2)
waktu yang lama, dan bisa sampai bertahun-tahun. Durasi dan frekuensi terapi
diperoleh pada durasi terapi ≥12 bulan dengan frekuensi >1 kali setiap minggu.
yang lebih baik. Sehingga, untuk meningkatkan nilai kemampuan fungsional anak
cerebral palsy harus memerlukan waktu yang lama dan intensitas yangn lebih
banyak.
B. Saran
disarankan fisioterapi bisa memberi latihan dengan kreatif dan variatif agar anak
tidak bosan saat latihan, (3) fisioterapi harus mempunyai pengetahuan luas tentang
ilmu tumbuh kembang anak normal dan berbagai ilmu mengenai fisioterapi dalam
Berker, N. dan Yalcin, S. 2010; The Help Guide to Cerebral Palsy, edisi kedua, USA:
Global Help Organization, diakses tanggal 25 Juni dari
https://storage.googleapis.com/global-help-publications/books/help cphelp.pdf
Irfan, M, 2010, Fisioterapi bagi Insan Stroke, Yogyakarta: Graha Ilmu, halaman 12-
15.
Pearch, E, 2010; Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis, edisi 1, Jakarta: Percetakan
CV Prima Grafika.
Snell, R, 2011; Neuroanatomi Klinik (Clinical Neuroanatomy), Edisi 7, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sankar, C dan Mundkur, N, 2005; Cerebral Palsy–Definition, Classification, Etiology
and Early Diagnosis, Indian Journal of Pediatrics, india: Department of
Developmental Pediatrics, Bangalore Children's Hospital.
Tecklin, S, 2015; Pediatric Physical Theraphy; Edisi 5, Lippincott Williams &
Wilkins, a Wolters Kluwer business, Philadelpia, hal 205 – 211
Tramontano, M, Alessandra, I, 2016; The Effect of Vestibular Stimulation on Motor
Functions of Children With Cerebral Palsy, Journal Motor Control, Italia:
Human Kinetics Inc