Professional Documents
Culture Documents
Tugas ISBD Kelompok 6 ALFIAN MANSYUR & AHMAD ALIF
Tugas ISBD Kelompok 6 ALFIAN MANSYUR & AHMAD ALIF
Pujisyukurkehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul GERAKAN BERSIH PANTAI
SEBAGAI MAHLUK BERBUDAYA
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Dr.
Muh Sultan m.si pada mata kulia ILMU SOSIAL BUDAYA Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa itu laut dan bagia mana cara
memberdayakannya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Muh Sultan m.si selaku dosen matah
kuliah ilmu sosial budaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dngan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sbagian
pengetahuanya sehingga sya dapat menyelesaikan makalah in.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................
C.TujuanPenulisan ..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.LINGKUNGAN...................................................................................................................
B.KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP...............................................................................
C.KERUSAKAN LINGKUNGAN..........................................................................................
D.PENYEBAB PENCEMARAN PANTAI.............................................................................
E. DAMPAK PENCEMARAN PANTAI................................................................................
F. UPAYA MENGATASI PENCEMARAN PANTAI...........................................................
A.Simpulan...............................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAN
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
dasarnya semua manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah merupakan suatu
buangan yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Volume peningkatan sampah
sebanding dengan meningkatnya tingkat konsumsi manusia. Manusia sebagai individu
maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan yang bersifat individual
maupun kolektif, sehingga selalu ada upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Aktifitas manusia dalam upaya mengelola sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya semakin beragam seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Pertumbuhan jumlah penduduk telah mengakibatkan perubahan yang besar terhadap
lingkungan hidup. Jumlah penduduk di Kabupaten Sleman semakin meningkat dari
tahun ketahun. Berdasarkan data BPS, diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten
Sleman pada tahun 2014 sebanyak 1.114.883 jiwa dan meningkat menjadi 1.167.481
jiwa pada tahun 2015 (BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015). Peningkatan jumlah
penduduk tersebut sebanding dengan peningkatan jumlah konsumsi yang
mempengaruhi besarnya peningkatan volume sampah di Kabupaten Sleman. Jumlah
timbunan sampah pada tahun 2014 sebesar 1.099.300,10 ton/tahun (BLH Kabupaten
Sleman, 2014). Hal ini menjadi alasan kuat bahwa masalah sampah merupakan
masalah utama yang harus dipecahkan baik dalam jangka pendek, menengah maupun
panjang. Setiap aktifitas manusia secara pribadi maupun kelompok, dirumah, kantor,
pasar, sekolah, maupun dimana saja akan menghasilkan sampah, baik sampah organik
maupun sampah anorganik. Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 pasal 1
tentang sampah disebutkan bahwa sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat
dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang kelingkungan. Sebagian besar orang mengangap sampah merupakan masalah,
padahal setiap saat sampah terus bertambah dan tanpa mengenal hari libur karena
setiap makhluk terus menerus memproduksi sampah. (Suwerda, 2012: 9) mengatakan
bahwa Setiap hari sampah dihasilkan dari keluarga/rumah tangga, yang dari sisi
kuantitas/jumlah biasanya menempati posisi tertinggi, sampah rumah sakit dan
industri yang sangat berbahaya, juga sampah dari tempattempat umum misalnya
terminal, pasar, tempat hiburan, sekolah, kantor, dan lain lain. Pemanfaatan sampah
sampah harus diprioritaskan sebelum terjadinya pencemaran lingkungan yang
mengganggu kesehatan masyarakat. Maka perlu adanya pengelolaan sampah,
pengelolaan sampah memerlukan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam
UndangUndang RI Tahun 2008 Nomer 18 tentang, pengelolaan sampah disebutkan
bahwa pengelolaan sampah bertujuan agar menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Berdasarkan tujuan inilah, maka pemerintah berupaya untuk mengubah pola pikir
masyarakat yang masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang sebagi solusi
pengurangan sampah. Pola pikir masyarakat diarahkan pada kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan 3R yaitu reuse, reduce,
dan recycle, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemprosesan akhir.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran pada pantai ?
2. Apa dampak yang ditimbulkan terkait pencemaran tersebut ?
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk mencegah terjadinya pencemaran pada pantai ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pada makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1. Dapat memahami proses terjadinya pencemaran pada pantai.
2. Dapat memahami dampak yang ditimbulkan oleh pencemran pada pantai.
3. Dapat mengetahui solusi untuk mencegah terjadinya pencemaran pada pantai.
BAB II
PEMBAHSAN
A. LINGKUNGAN
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk hidup. Para
ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan (enviroment atau habitat)
adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik
satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan hidup biasa juga disebut dengan lingkungan hidup manusia (human
environment) atau dalam sehari-hari juga cukup disebut dengan "lingkungan" saja.
Unsur-unsur lingkungan hidup itu sendiri biasa nya terdiri dari: manusia, hewan,
tumbuhan, dll. Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan
manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia.
Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam
bahasa Belanda disebut dengan Millieu, sedangkan dalam bahasa Perancis disebut
dengan I'environment. Lingkungan terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan mikroba.
2. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan
energi
2. Lingkungan Biologis
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada
di kebun atau taman, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi
jika berada di dalam suatu ruangan, maka lingkungan hayati yang dominan adalah
teman-teman atau sesama manusia. Lingkungan hidup memiliki kaitan erat unsur
hayati (biotik). Dimana permasalahan-permasalahan lingkungan yang sering terjadi
disebabkan tidak adanya keprihatinan tentang faktor biologis itu sendiri. Misalnya,
sampah organik yang dibiarkan berserakan di sekitar pemukiman penduduk maka akan
berdampak bahaya seperti munculnya berbagai penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri, virus, dsb
5. Kesehatan Masyarakat
Faktor kesehatan masyarakat sangat berhubungan erat dengan kondisi lingkungan
hidup. Dimana dengan memlihara dan menjaga suatu lingkungan maka akan
mengurangi dampak negatif yang sering menimbulkan gangguan pada kesehatan
masyarakat. Maka dari itu untuk menciptakan kondisi kesehatan masyarakat yang
benar-benar perlu penjagaan dan pemeliharaan lingkungan agar senantiasa bersih dan
sehat.
C. Kerusakan Lingkungan Hidup
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah
menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami
yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala
Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena
alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup
antara lain:
Letusan gunung berapi
Gempa bumi
Angin topan
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam
menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana
sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali
apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan
kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia
membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk
kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai
dampak adanya kawasan industri.
Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan
air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan
hutan.
Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
D. Penyebab pencemaran pantai
Telah dipahami bahwa pengotoran dan ketidakpedulian terhadap keberlangsungan
Pantai adalah efek dari pembangunan kota yang selalu berorientasi pada
pembangunan daratan (continental orientation) kotanya seperti : pembangunan
infrastruktur pemerintahan, pasar dan rumah toko sebagai penopang kegiatan bisnis
dan kurang memprioritaskan pembangunan pesisir dan laut (coastal and marine
orientation). Walaupun kemajuan kota-kota yang terletak di pesisir justru adalah
karena memperhatikan dan mengunggulkan pembangunan wilayah pesisirnya.
Posisi Pantai yang berada di tengah-tengah kota memang sangat rentan oleh
aktivitas manusia yang sifatnya merusak lingkungan, seperti pemanfaatan ekosistem
pantai yang tidak bertanggung jawab, tempat pembuangan sampah, sebagai tempat
saluran akhir dari kota. Terlebih lagi apabila lokasinya terletak tepat di belakang pasar.
Dari sejumlah tempat yang ada, wilayah pasar-lah yang mungkin menghasilkan
limbah ataupun sampah paling banyak. Dan lebih memprihatinkan lagi sampah-
sampah tersebut dibuang di sepanjang pesisir pantai. Hal ini memang sangat sulit
untuk dibendung karena sifat manusia yang selalu ingin memanfaatkan jasa
lingkungan secara gratis tanpa balas memelihara (free rider) dalam memenuhi
kebutuhannya.
Ekosistem laut benar-benar terancam dengan kehadiran sampah plastik yang kita
buang sepanjang waktu. Sampah yang berasal dari darat itu, kemudian masuk ke
perairan laut dibawa oleh sungai, manusia, dan juga aktivitas industri yang ada di
sekitar kawasan pesisir. Jika tidak dihentikan, World Economic Forum (WEF,2016)
menyebut pada 2050 populasi ikan akan terus menyusut dan berbanding terbalik
dengan plastik yang jumlahnya melebihi ikan.
Sementara, di sisi yang lain, Indonesia juga berperan besar dalam pengendalian
sampah plastik yang ada di laut. Menurut Jenna R Jambeck dalam bukunya “Plastic
Waste Inputs from Land into the Ocean”, Indonesia adalah negara kedua di dunia yang
menyumbang sampah plastik terbesar ke lautan.
Masih menurut WEF, hanya 14 persen dari total sampah plastik dunia yang bisa dan
sudah dilakukan daur ulang. Sementara, Bank Dunia (2016) menyebutkan, sebanyak
400 ribu ton sampah plastik diperkirakan masuk ke perairan Indonesia setiap tahun.
Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke perairan
adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang
dibuang, terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80
persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu
eksositem laut. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus
juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh
bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan yang sengaja
dibuang atau tertinggal di dasar laut.
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan
menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua,
pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus
seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur
kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau
beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari
adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam
jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan
mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun rantai
makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan
berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi. Racun ini
juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini
dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta penyakit dan
kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk
Minamata.
Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi ekosistem laut
adalah nitrogen, dan fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya berasal dari sisa pupuk
pertanian yang terhanyut kedalam perairan, juga dari limbah rumah tangga berupa
detergent yang banyak mengandung fosfor. Senyawa kimia ini dapat menyebabkan
eutrofikasi, karena senyawa ini merupakan nutrien bagi tumbuhan air seperti alga
dan phytoplankton. Tingginya konsentrasi bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan
tumbuhan air ini akan meningkat dan akan mendominasi perairan, sehingga
menganggu organisme lain bahkan bisa mematikan.
Dari berbagai dampak pencemaran tersebut jelaslah bahwa upaya pelestarian pantai
sangat dibutuhkan demi terjaganya ekosistem laut kita. Sekarang terlihat bahwa
sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut kita
hanya bisa dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh aktiftas
harian seperti membuang sampah, dsb.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik melalui makalah ini sebagai berikut:
1. Penyebab dari tercemarnya wilayah pantai adalah karena kurangnya kesadaran kesadaran
masyarakat akan pentingnya budaya hidup bersih terutama para pedagang yang berjualan di
sekitar area pantai.
2. Dampak yang ditimbulkan atas pencemaran tersebut adalah terjadi kerusakan ekosistem
pantai dan lambat laun akan berpengaruh pada manusia.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup bersih.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aboejoewono, A., Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya, Jak
arta: Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus, 1985.
Adhim, Mohammad Fauzi, Postitive Parenting: Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif
pada Anak Anda, Bandung: Mizana, 2006.
https://id.wikipedia.org/wiki/Laut
https://www.era.id/read/6qUPZo-sampah-plastik-di-pantai-indonesia-makin-memprihatinkan
CATATAN KRITIS
Sampah plastik hingga kini masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia dan juga negara lain di
dunia. Di Nusantara, sampah plastik tak hanya dijumpai di wilayah darat saja, tapi juga sudah
menyebarluas ke wilayah laut yang luasnya mencapai dua pertiga dari total luas Indonesia. Semua
pihak dihimbau untuk terus terlibat dalam penanganan sampah plastik yang ada di lautan.
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29
juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000
plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya. Fakta tersebut menasbihkan Indonesia
menjadi negara nomor dua di dunia dengan produksi sampah plastik terbanyak di lautan.
Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati mengatakan, semakin banyak sampah plastik di lautan,
maka semakin besar ancaman bagi kelestarian ekosistem di laut. Meski ancaman kerusakan tak hanya
berasal dari sampah plastik, tetapi dia tetap mengingatkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari
sampah plastik juga sangat berbahaya.
“Untuk itu, mari selamatkan laut Indonesia dan ekosistemnya dari sampah,” ungkap dia belum lama
ini.
Susan menjelaskan, ancaman kerusakan ekosistem di laut, juga disebabkan oleh pencemaran industri,
penangkapan ikan berlebih, reklamasi pantai, dan pengasaman laut sebagai dampak perubahan iklim.
Kondisi itu, harus segera dicarikan solusi untuk menyelamatkan ekosistem laut yang bermanfaat
sangat banyak untuk masyarakat.
RIVIEW
Akibat pergeseran benua, saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio antara luas daratan dan
laut yang lebih seimbang (sekitar 2:3) daripada Belahan Bumi Selatan yang nyaris
keseluruhan merupakan samudra (1:4,7).[6] Kadar salinitas di samudra lepas secara umum
bernilai sekitar 3,5%, tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi daratan,
di dekat muara sungai besar, atau di kedalaman besar. Sekitar 85% dari zat yang terlarut di
lautan lepas adalah natrium klorida. Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah
laut menimbulkan arus termohalin. Pengaruh ombak, yang dihasilkan oleh angin dan
oleh pasang surut laut, menimbulkan arus permukaan. Arah aliran arus diatur oleh daratan
di permukaan dan bawah laut serta oleh efek Coriolis akibat rotasi Bumi.
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan landas benua, yaitu
wilayah dangkal di laut yang dekat dengan darat. Wilayah yang kaya akan nutrien ini dihuni
oleh kehidupan yang menjadi sumber makanan bagi manusia
seperti ikan, mamalia, krustasea, moluska, dan rumput laut, baik yang ditangkap dari alam
liar maupun yang dikembangkan dalam tambak. Keanekaragaman hayati laut yang paling
beragam berada di wilayah terumbu karang tropis. Dahulu, perburuan paus di laut
lepas umum dilakukan, tetapi jumlah paus yang kian menurun memicu upaya konservasi dari
berbagai negara yang menghasilkan sebuah moratorium terhadap perburuan paus komersial.
Kehidupan di laut juga dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar
matahari. Ekosistem di laut dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-celah
hidrotermal. Kehidupan di Bumi kemungkinan bermula dari sana dan mikroba air umumnya
dianggap sebagai pemicu peristiwa peningkatan oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi.
Baik tumbuhan maupun hewan mula-mula berevolusi di laut.
Pengertian Pantai
Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir
laut. Daerah pantai sebagai batas antara daratan dan perairan laut. Pantai merupakan daerah
yang luasnya dimulai dari daerah pesisir sampai jauh ke daratan. Tidak ada batasan yang pasti
atau jelas terkait seberapa jauh wilayah sebuah pantai
MANFAAT PANTAI