Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kel 5
Makalah Kel 5
DOSEN PENGAMPUH
Dr. Ir. Hj. Tri Widayatsih, M.Si
DISUSUN OLEH
Kelompok 5
1. Minayarni (20196013216)
2. Novita Susanti (20196013217)
3. Jausar (20196013221)
4. Zuryanti (20196013232)
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Anugerah sehingga penulisan makalah yang berjudul Manajemen
Pendidikan Tinggi dapat terselesaikan . Melalui makalah ini, kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Teori dan Praktik
Manajemen Pendidikan Menengah Ibu Dr. Ir. Hj. Tri Widayatsih, M.Si selaku
dosen pengajar.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu
dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas.
Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan
prestasi di masa yang akan datang.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
diharapkan mampu berkompetisi baik di tingkat nasional, regional maupun
internasional. Kompetisi ini dapat dilakukan jika setiap perguruan tinggi mampu
merespon perubahan lingkungan yang cepat dan memuaskan keinginan
pelanggan. Perubahan yang difokuskan kepada keunggulan daya saing yang
berkelanjutan ini membutuhkan individu-individu yang tangguh, memiliki potensi
atau modal yang secara mandiri maupun dalam suatu organisasi, mampu dan mau
melaksanakan kerja dengan cerdas, kompetitif dan kooperatif untuk kepentingan
dan kemajuan organisasi. Pendidikan berjalan baik apabila pendidikan mampu
berperan sebagaimana mestinya, konteksual dan dengan baik dalam menjawab
sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat serta tuntutan perubahan dan
perkembangan zaman.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tinggi ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336. Agar setiap orang mengetahuinya.
Fungsi Pendidikan tinggi menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi adalah: mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa; mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif,
kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma;
dan
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora.
Tujuan Pendidikan tinggi menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi adalah: berkembangnya potensi Mahasiswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa; dihasilkannya lulusan yang menguasai
cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan
nasional dan peningkatan daya saing bangsa; dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai
Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia; dan terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat
berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.Isi UU Pendidikan
Tinggi
4
penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana dikemukakan di bawah
ini.
1. Tugas dan wewenang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Di dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c UU Dikti ditetapkan bahwa tugas dan
wewenang Menteri atas penyelenggaraan pendidikan tinggi meliputi
peningkatan penjaminan mutu, relevansi, keterjangkauan, pemerataan yang
berkeadilan, dan akses pendidikan tinggi secara berkelanjutan.
2. Sistem Penjaminan Mutu
Di dalam pembahasan Rancangan UU Dikti di Dewan Perwakilan Rakyat,
disepakati bahwa ruh dari UU Dikti adalah penjaminan mutu pendidikan
tinggi. Hal ini kemudian dibuktikan dengan pengaturan penjaminan mutu
pendidikan tinggi dalam 1 (satu) bab tersendiri, yaitu Bab III UU Dikti
berjudul Penjaminan Mutu yang terdiri atas 5 (lima) bagian sebagai berikut.
a. Bagian Kesatu : Sistem Penjaminan Mutu
b. Bagian Kedua : Standar Pendidikan Tinggi (Standar Dikti)
c. Bagian Ketiga : Akreditasi
d. Bagian Keempat : Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti)
e. Bagian Kelima : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti)
3. Tujuan dan Fungsi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti)
Sebagai pengganti Permendikbud No. 50 Tahun 2014 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, pada tanggal 28 September 2016 telah
diundangkan Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Di dalam Pasal 2 Permenristekdikti
No. 62 Tahun 2016 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
diatur bahwa: Tujuan SPM Dikti adalah menjamin pemenuhan Standar
Pendidikan Tinggi secara sistemik dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan
berkembang budaya mutu. Adapun yang dimaksud budaya mutu di
perguruan tinggi adalah bahwa semua pihakyang berkepentingan (internal
stakeholders) di perguruan tinggi harus memiliki:
a. pola pikir;
b. pola sikap;
5
c. pola perilaku; berdasarkan Standar Dikti.
6
penetapan status dan peringkat terakreditasi perguruan tinggi
atau progam studi.
e. SPMI ditetapkan dalam peraturan pemimpin perguruan tinggi bagi PTN
atau peraturan badan hukum penyelenggara bagi PTS, setelah disetujui
senat atau senat akademik perguruan tinggi.
7
mutu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional
PendidikanTinggi; dan
mendorong agar perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu pembelajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat melampaui kriteria yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan.
2.4 Permasalahan Perguruan Tinggi
Pendidikan merupakan fondasi yang penting untuk membangun
karakter/kualitas dari seseorang. Begitu pula setiap warga negara pasti ingin
mendapatkan pendidikan yang layak dengan sistem yang baik. Terutama saat
memasuki perguruan tinggi, semua orang pasti akan bersungguh-sungguh
karena itu dapat mempengaruhi prospek mereka ke depannya. Tetapi nyatanya
mereka malah mendapati banyak beban yang ditanggung selama kuliah, entah
itu masalah biaya ataupun kualitas tenaga pendidik yang dirasa kurang mampu
memenuhi kebutuhan (pendidikan) muridnya.
Sehingga banyak dari mereka yang akhirnya tergantikan oleh tenaga kerja
asing yang dianggap lebih profesional. Hal itu tak lepas dari kurangnya kualitas
pendidikan dari perguruan tinggi yang mereka ikuti. Padahal negara-negara
maju di luar sana sangat memperhatikan kualitas pendidikan perguruan tinggi
dan negara-negara tu pula yang menghasilan ratusan universitas terbaik di
dunia.
Lalu, sebenarnya apa saja problematika yang dihadapi perguruan tinggi di
Indonesia?
Jika ditilik lebih dekat, peran mahasiswa juga berpengaruh terhadap
masalah pendidikan di perguruan tinggi. Misalnya dengan banyaknya
mahasiswa yang merasa salah memilih jurusan sehingga mereka tidak
menjalaninya dengan sepenuh hati. Dan pada akhirnya pun akan banyak yang
bekerja tak sesuai dengan jurusannya saat kuliah.
Kualitas dosen pun juga menjadi sorotan yang perlu diperhatikan. Banyak
sekali dosen yang bahkan masih lulusan S1 dan sedikit sekali yang sudah
8
menempuh jenjang S3. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Finlandia,
guru-guru sekolah dasar pun harus berpendidikan S2.
Belum lagi adanya masalah biaya kuliah yang semakin bertambah dari
waktu ke waktu. Bahkan peningkatan biaya kuliah diketahui berlangsung lebih
cepat dari laju inflasi. Tak sedikit pula perguruan tinggi di Indonesia yang
menetapkan biaya kuliah yang tak sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga di
Indonesia, terutama bagi keluarga kelas menengah dan ke bawah. Pihak
kampus pun juga diketahui tak segan-segan mengeluarkan muridnya yang telat
membayar biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal). Realita akan hal ini pun
mempengaruhi cukup banyak orang untuk langsung bekerja daripada kuliah.
Seharusnya pemerintah perlu memperhatikan hal ini agar tercipta banyak
sumber daya manusia yang unggul dari perguruan-perguruan tinggi. Dan para
mahasiswa juga harus mau bersungguh-sungguh dalam berkontribusi untuk
kemajuan pendidikan di Indonesia.
9
untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang berdaya saing, oleh karena itu
pengelolaan perguruan tinggi harus ditujukan untuk mengantisipasi kehidupan
yang penuh ketidakpastian, paradoksial, dan penuh persaingan. Dalam konteks
globalisasi pendidikan tinggi memainkan peran sentral dalam membangun
masyarakat yang berpengetahuan yang tercermin pada munculnya lapisan kelas
menengah terdidik dan kaum profesional yang menjadi 2 kekuatan penentu
kemajuan ekonomi dimana mereka adalah elemen pokok dalam menyokong
ekonomi berbasis pengetahuan sehingga dengan demikian peran perguruan
tinggi menjadi sangat vital sebagai basis produksi, diseminasi, aplikasi ilmu
pengetahuan, inovasi teknologi, pembangunan kapasitas dan peningkatan
keahlian, kompetensi profesional, dan kemahiran teknikal.
Pengembangan pendidikan tinggi tidak dapat dipisahkan dari prediksi
perkembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu sosial dan humaniora,
teknologi, seni, budaya dan ekonomi dunia, berarti ada tiga peran pokok yang
harus dijalankan Perguruan Tinggi saat ini pertama menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualifikasi tinggi dan mampu beradaptasi dengan perubahan
IPTEKS , kedua secara berkesinambungan melahirkan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan baru, ketiga selalu meningkatkan akses dan adaptasi terhadap
ilmu pengetahuan di dunia. Sejalan dengan itu tiga fungsi pokok yang melekat
pada Perguruan Tinggi yaitu melaksanakan aktifitas pendidikan/pengajaran,
penelitian dan pengabdian yang disebut juga dengan tri darma Perguruan
Tinggi Bangsa yang mempunyai banyak manusia terdidik, berpengetahuan, dan
menguasai teknologi pasti memiliki daya saing kuat dalam kompetisi ekonomi
global, daya saing nasional amat ditentukan oleh kemampuan bangsa
bersangkutan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, melakukan inovasi
teknologi, serta mendorong program riset dan pengembangan untuk melahirkan
berbagai penemuan baru, sesuai dengan pernyataan Giddens dalam the global
third way debate (Alhumami, 2008) yang menyatakan bahwa ‘kemakmuran
ekonomi jangka panjang suatu bangsa berkaitan dengan kemampuannya dalam
3 kapasitas inovasi, pendidikan, dan riset (seperti yang ditunjukkan oleh
Jepang, China, dan Korea Selatan)’.Perguruan tinggi tidak diposisikan sebagai
10
pemain tunggal yang harus memikul sendiri tangung jawab besar dalam peran
yang diembannya, akan tetapi seluruh elemen yang ada dalam masyarakat
harus memberikan konstribusi dan ambil bagian dalam membangun kapasitas
bangsa demi memenuhi harapan bangsa dan negara serta tuntutan kebutuhan
masyarakat yang semakin kompleks, salah satunya adalah dengan menciptakan
mitra hubungan yang strategis dengan industri dan perusahaan, hubungan segi
tiga antara ilmu pengetahuan, industri, dan universitas (triple helix of
knowledge-industry-university) menjadi tak terelakkan.
11
Pendidikan Nasional tahun 2008 mengungkapkan kondisi perguruan tinggi
di Indonesia adalah:
1. Perguruan Tinggi masih merupakan (dianggap) sumber ilmu
pengetahuan,
etika dan nilai - nilai kebijakan.
2. Gaji profesor atau dosen masih sangat rendah sehingga membutuhkan
penghasilan tambahan dari berbagai sumber dan aktivitas lain yang
menyita waktunya sebagai pendidik.
3. Perguruan Tinggi masih diselimuti oleh berbagai masalah sekaligus
menjadi masalah bangsa secara keseluruhan.
4. PTN (terutama) beroperasi dengan sangat tidak efektif dan tidak efisien
(kehadiran dosen rendah, pengangguran sarjana, kurikulum yang tidak
responsif terhadap kebutuhan pasar kerja, dll.
5. Biaya sekolah semakin mahal dan DO semakin tinggi.
6. Tata pelaksanaan PBM tidak sesuai dengan standar mutu.
7. Kredibilitas perguruan tinggi belum memuaskan stakeholders atau
masyarakat umumnya.
12
2. Persoalan Akses dan Pemerataan
Persoalan akses dan pemerataan juga menjadi dilema tersendiri dalam
pendidikan tinggi di Indonesia, banyak pemuda/i usia 19-24 tahun yang
notabene merupakan usia produktif dalam pendidikan tinggi tidak dapat
menikmati dan mengikuti pendidikan di perguruan tinggi dengan alasan
yang beragam seperti tidak ada biaya, tidak ada motivasi untuk melanjutkan,
tidak memiliki bakat dan minat untuk meneruskan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi dan merasa sudah cukup dengan bekal ilmu yang dimilki
dan berbagai alasan yang lain
3. Persoalan Relevansi
Persoalan relevansi dapat dimaknai sebagai kesesuaian apa yang
dihasilkan perguruan tinggi dengan respon dunia kerja, artinya dengan
melihat seberapa besar daya serap dunia kerja terhadap lulusan perguruan
tinggi dapat dikatakan bahwa adanya kesesuaian antara keduanya, apabila
daya serap dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi sangat kecil berarti
perguruan tinggu menjadi penyumbang angka pengangguran yang semakin
tinggi, maka terjadilah persoalan irrelevansi antara pendidikan dengan dunia
kerja, dimana kriteria dan kualifikasi kompetensi yang dibutuhkan dunia
kerja tidak terpenuhi oleh para lulusan perguruan tinggi.
Pengangguran yang terjadi bahkan memperlihatkan angka yang
mengkhawatirkan terutama mereka yang menganggur dalam strata
pendidikan S1 atau D3, apabila dilihat dari persoalan relevansi berarti dunia
kerja tidak memberikan kesempatan kepada lulusan ini karena berbagai
alasan mendasar diantaranya kualifikasi dan kompetensi yang tidak
memenuhi persyaratan yang diinginkan.
Pendidikan merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini
semua orang berkepentingan terhadap jalannya pendidikan karena
13
Pendidikan merupakan wadah pembinaan tenaga kerja, dapat untuk
menambah lapangan pekerjaan, serta untuk memperoleh status tertentu
dalam masyarakat.
Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan kemajuan
zaman. Dengan adanya kemajuan zaman ini, banyak aspek‐aspek
kehidupan yang berubah dan bergeser. Oleh karena itu, mau tidak mau
paradigma dan system pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan
zaman. Tentu saja perubahan tersebut diharapkan dapat menuju
pendidikan masa depan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa; mengembangkan Sivitas Akademika yang
inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui
pelaksanaan Tridharma; dan
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora. Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa; dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu
Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan
peningkatan daya saing bangsa; dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar
bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan
14
umat manusia; dan terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis
penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan SPM Dikti adalah menjamin pemenuhan Standar Pendidikan
Tinggi secara sistemik dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang
budaya mutu. Adapun yang dimaksud budaya mutu di perguruan tinggi adalah
bahwa semua pihak yang berkepentingan (internal stakeholders) di perguruan
tinggi harus memiliki: a. pola pikir; b. pola sikap; c. pola perilaku; berdasarkan
Standar Dikti.
Paradigma dan system pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan
zaman. Tentu saja perubahan tersebut diharapkan dapat menuju pendidikan
masa depan yang lebih baik sehingga kriteria dan kualifikasi kompetensi yang
dibutuhkan dunia kerja dapat terpenuhi oleh para lulusan perguruan tinggi.
3.2 Saran
Saran dari makalah ini yaitu agar penulis dapat menambah literatur lain
mengenai pengertian istilah-istilah penting yang terdapat dalam tulisan agar
pembaca dapat mudah mengerti.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Ibrohim, Busthomi, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Alternatif
dalam Persaingan Mutu, jurnal ALQALAM diterbitkan oleh P3M STAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Volume 22 Nomor 2, h. 171-190
KEMENRISTEKDIKTI. (2015). Peraturan Kementerian Riset, Teknologi, Dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Jakarta: Kementrian Riset,
Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi.
KEMENRISTEKDIKTI. (2015). Peraturan Kementrian Riset dan Pendidikan
Tinggi nomor 50tahun 2015 tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran
Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: KEMENRISTEKDIKTI.
KEMENRISTEKDIKTI. (2012). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Kristiawan, Muhammad, Dian Safitri, Rena Lestari, 2017, Manajemen
Pendidikan, Deepublish, Yogyakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Perguruan
Tinggi(SNPT). (2014). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
Dasar
Sallis, Edward, 2006, Total Quality Management In Education, Alih Bahasa
Ahmad Ali Riyadi, IRCiSoD, Jogyakarta
Sesmiarni, Zulfani, 2011, Peranan Teknologi dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan, jurnal ANALISIS diterbitkan oleh P3M STAIN Sjech M.
Djamil Djambek Bukittinggi, Volume 8 Nomor 2, h. 109-121
Sudrajat, akhmad, 2013, PP No. 32 Tahun 2013,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/15/pp-no-32-tahun-2013/,
diakses tanggal 7 November 2020
Umkabu, Talabuddin, 2011, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, jurnal
Jabal Hikmah diterbitkan oleh STAIN Al-Fatah Jayapura, Volume 4
Nomor 8, h. 185-202
17
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Yusro, 2013, Standar Nasional Pendidikan Ujian Nasional SD Dihapus,
http://www.kompasiana.com/myusro/pp-no-32-tahun-2013-standar-
nasional-pendidikan-ujian-nasional-sd-
dihapus_552b046e6ea834f660a552cf6, diakses tanggal 7 November 2020
18