You are on page 1of 5

Makalah Kelompok 2

Pembelajaran IPS SD
Modul 2 : Manusia Dan Lingkungan

NAMA KELOMPOK 2 :
1. Andhara Hani Pramesty (2053053041)
2. Antika Tri Purnamasari (2053053014)
3. Bella Cornelia
4. Christiani Maya Mutiara Sakti (2053053015)
5. Cindy Ardila
6. Carolina Kartika Damayanti
7. Zahwa Muflihah Ushaybiah (2086206199)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU
KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS
LAMPUNG
Kegiatan Belajar 1 : Saling Ketergantungan Antara Manusia
Dan Lingkungan

A. MANUSIA DAN LINGKUNGAN.

Sejak masa prasejarah nenek moyang kita sudah mampu berfikir


sebagaimana umat manusia saat ini, yang dikenal dengan nama
homo sapiens, yaitu penduduk yang mempunyai kemampuan
merefleksikan bagaimana dunia sekelilingnya dapat
mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Kemudian beberapa
ahli pengetahuan alam menyatakan bahwa teknik-teknik baru
yang manusia gunakan mampu mengontrol alam serta dapat
meningkatkan kesejahteraan pada umat manusia dimasa
mendatang. Namun sebaliknya, ada ahli yang menyatakan jika
kita masih terikat dengan campur tangan manusia yang tidak arif
dalam mengelola lingkungan maka itu akan menimbulkan
kemerosotan lingkungan dimasa mendatang.

Menurut pemikiran geografis yaitu bahwa manusia secara aktif


merupakan faktor utama yang mampu memanipulasi dan
memodifikasi lingkungannya. Jika manusia tidak mampu
melestarikan lingkungannya maka akan menimbulkan malapetaka
bagi kelangsungan hidup umat manusia. Namun, jika manusia
mampu melestarikan lingkungannya maka akan menimbukan
kemujuran bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan demikian,
terjadi persaingan atau saling melengkapi dari suatu kesatuan
antara dua kekuatan (manusia dan lingkungan) yang saling
bertentangan.

B. MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Istilah masyarakat dan kebudayaan tidak dapat didefinisikan


secara pasti dan mengandung argumentasi yang tidak ada putus-
putusnya. Suatu masyarakat adalah suatu organisasi kelompok
manusia secara individu memiliki suatu kebudayaan tersendiri.
Dan secara sederhana kebudayaan adalah suatu keseluruhan
pandangan hidup suatu penduduk. Isi dari setiap kebudayaan
terdiri dari sistem kepercayaan (ideologi), lembaga sosial
(organisasi), keterampilan industri dan peralatan (teknologi), dan
barang-barang yang dimiliki (sumber daya). Menurut alhi
geografi Jerman Carl Ritter (1779-1859) yang sangat
memperhatikan tentang sejarah perkembangan kebudayaan umat
manusia yang beraneka ragam diiberbagai belahan dunia. Dia
berpendapat bahwa tuhan menciptakan bumi sebagai sekolah bagi
umat manusia. Di bumi, manusia akan mengalami perkembangan
perilaku dari bangsa yang barbarian yang sangat kejam menjadi
bangsa yang beragama dan beradab.

Kebudayaan memiliki perbedaan pokok yang berasal dari variasi,


tema yang bersifat universal, misalnya bahasa, religi, ekonomi,
hukum, dan teknologi. Bahasa merupakan alat untuk
berkomunikasi antarsesama manusia akan diadopsi atau suatu
religi lain akan dipeluk serta pandangan-pandangan baru akan
diikuti. Kebudayaan satu akan memperngaruhi kebudayaan
lainnya, karena kebudayaan akan mengalami perubahan secara
terus menerus, apakah adanya suatu invensi yang berasal dari
dalam atau pengaruh dari luar, maka masyarakat harus menerima
gagasan tersebut dan menjadi bagian dari kebudayaannya.

C. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM GEOGRAFI

Walaupun generasi ahli-ahli geografi sebelumnya selalu


menekankan bahwa lingkungan alam mengontrol aktivitas
manusia, tetapi mereka tidak, pernah melupakan faktor budaya.
Salah satu pendiri geografi modern Alexander Van Humblodt
melalui pengetahuan dari hasil studinya tentang lahan, iklim, dan
vegetasi di Amerika Latin juga mencoba membahas adanya
perbedaan kebudayaannya. Sebagai contoh dia menyatakan
bahwa tidak ada kegiatan orang Nomad mendiami di daerah
padang rumput pada masa sebelum Columbus menemukan
Amerika.

Lebih jauh Humblodt menjelaskan bahwa ini menggambarkan


pengaruh setiap habitat alam terhadap penduduknya. Sebagai
contoh karena iklim di Eropa lebih bervariasi daripada di Asia
maka secara fisik orang Eropa lebih besar daripada orang-orang
Asia. Iklim di Eropa kurang ramah dan tidak menguntungkan
sehingga mendorong orang untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnya. Berbeda sekali dengan iklim di Asia dengan musim-
musim yang seragam. Hal ini berpengaruh kepada sikap tindakan
penduduk Asia kurang mempunyai semangat untuk berjuang.

Aristoteles mengulangi secara generalisasi tentang karakter


nasional dan unsur politik. Di antara keduanya terdapat zone yang
hangat secara kondisi alam mereka mendapat keuntungan, baik
dari segi keunggulan inteligensia dan dalam hal industri, serta
didukung adanya pemerintahan kerajaan yang stabil.

D. ENVIRONMENTALISM

Dalam geografi ada suatu pendekatan yang dikenal dengan


inveronmentalisme, yang berperan penting dalam difusi dan
akulturasi kebudayaan. Paham ini meletakkan fondasi yang
terpenting dalam pandangannya bahwa aktivitas manusia
kondisinya sedemikian kuat atau dipengaruhi oleh lingkungan
hidup. Doktrin ini sangat nyata diformulasikan pertama kali
dalam buku yang berjudul «Air, Water, Places» yang ditulis dari
Hiprocrates. Buku ini merupakan hasil kerja yang ditulis oleh ahli
fisika pada abad kelima sebelum masehi. Isinya lebih mendekati
dari sudut medis daripada geografi.

Ritter telah mengumpulkan informasi fakta-fakta yang


sedemikian banyaknya tentang perbedaan wilayah di permukaan
bumi. Selanjutnya ketika gagasan Darwin diadopsi terhadap
lingkungan, tidak semua ahli geografi mendukung pandangan ini.
Dalam, pandangannya iklim yang sejuk dan basah di England
mempunyai keuntungan yang sangat nyata, di mana penduduk
pekerja yang sangat keras dan tekun. Kebalikannya musim-musim
dingin yang gelap di Skandinavia atau kering, musim-musim
panas yang sangat panas di Spanyol menyebabkan penduduk
tidak bisa bekerja di sepanjang tahun sehingga kehidupan mereka
tidak teratur dan penuh dengan kebimbangan.

Pada akhir abad ke-19, teori evolusi melalui adaptasi terhadap


lingkungannya, nampaknya mampu menjelaskan mengapa
masyarakat manusia mampu berkembang secara individu. Ahli-
ahli geografi selalu mendapatkan kesulitan untuk menentukan apa
penyebab ikatan yang kuat antara penduduk dengan tempat
tinggalnya. Saat ini, adaptasi terhadap lingkungan fisik sebagai
jawabannya atau sekurang-kurangnya faktor adaptasi ini secara
ilmiah, dapat dipertanggungjawabkan. Pada periode ini,
penekanan-penekanan pada geografi telah berubah pada studi
tempat tinggal ke studi di lingkungan.

Di Amerika Serikat masih berpegang pada paham inveronmental


hingga akhir tahun 1920-an dan paham invironmentalisme masih
bertahan pada tingkat pendidikan di Sekolah Dasar dan SLTP.

Kegagalan inveronmental bukan pada isu yang dikembangkannya,


yaitu bagaimana lingkungan alam sekitar berpengaruh terhadap
tindakan manusia, tetapi mereka menyamaratakan generalisasi
yang mereka gambarkan berdasarkan dari data-data yang
terpencar-pencar, serta diterimanya bukti- bukti yang
bertentangan.

You might also like