You are on page 1of 26

BAB II

ISI

2.1 Konsep Dasar Proses Keperawatan

A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial
merupakan suatu penyakit dengan  ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (sukamto,
2014).

B.  Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial (Danusantoso H, 2018):
1) Faktor Predisposisi
-  Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi, Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2) Faktor Presipitasi
-  Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan
jam tangan.
-  Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma,
kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim hujan, musim kemarau, musim
bunga.
-  Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan
asma yang sudah ada.Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
-  Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan juka melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

C.      Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu (kendall
k, 2014):
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti tungau debu rumah, serbuk bunga, bulu binatang dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
pada usia anak-anak dan dihubungkan dengan adanya suatu riwayat alergi pada keluarga
(Kendall K, 2014).
2.  Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin, exercise, asap rokok, obat-obatan khusunya
aspirin. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami
asma gabungan (Kendall K, 2014).
3.  Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum ditemukan, asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik (kendall K, 2014).
D.  Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbatan
mucus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi,
karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Penyempitan saluran napas
dapat terjadi pada saluran napas yang besar, sedang maupun yang kecil. Gejala mengi
menandakan ada penyempitan saluran napas besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil
akan menimbulkan gejala batuk dan sesak biasanya lebih dominan dibandingkan mengi
(Sukamto, 2014).

Rangksangan kimia/fisik infeksi bakteri

Allergen hiper-reaktivitas obat-obat jamur


Stress fisik bronkus stress psikis

ASMA (trias asma)

Bronco spasme edeme mukosa hipersekresi mucus

Sesak nafas (Wheezing)

Bagan 1. Pathogenesis dasar asma (Danusantoso H, 2018).

E.  Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian
penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan
bekerja dengan keras (Gunawijaya FA, 2013) .
F.  Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah (Danusantoso, 2018):
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3.  Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen

G.  Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah (Kendall K, 2014):
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma.
Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawat.
-   Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1)  Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c.  Pemberian cairan
d.  Fisioterapi
e.   Beri O₂ bila perlu
2)   Pengobatan farmakologik
-  Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin
(bricasma).
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum
obat ini.
-  Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan
obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1
bulan.
-   Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari, keuntungan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.

H.  Pemeriksaan Penunjang
a.  Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut (Gunawijaya FA, 2013):
-  Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
-  Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
-  Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
-  Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
-  Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b.    Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
-  Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES  atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
c.    Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
d.    Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering
terjadi,  biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas
akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas
terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap
hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas

Riwayat penyakit sekarang


Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas
       
Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga


Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor
yang lain.
Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi,
obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.

·     Riwayat tumbuh kembang


A. TAHAP pertumbuhan
                                       Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata
TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung
bertambah tinggi.

B. Tahap perkembangan
a) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif
mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik
dan bahasanya.
b) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-
laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
c) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri
belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
d) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
e) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru
dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
f)   Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-
nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
g) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana
sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
h) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang
familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.
i)   Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih
banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai
menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
j)   Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

       C. Riwayat imunisasi


Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

     D. Riwayat nutrisi


Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
                                                    i.      Gizi buruk kurang dari 60%
                                                   ii.      Gizi kurang 60 % - <80 %
                                                 iii.      Gizi baik 80 % - 110 %
                                                 iv.      Obesitas lebih dari 120 %
E. Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :
a. Perpisahan
 Protes : pergi, menendang, menangis
 Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
 Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
b.  Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini
akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
c.  Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
d.  Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem


a) Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO 2 dan penurunan
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang,
ronchi kering musikal.
b) Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c) Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.
d) Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat
sesak nafas
e) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi
terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
f) Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

DX KEPERAWATAN Tujuan Kriteria Hasil

Diagnosa 1 Sesak berkurang, batuk


Tidak efektifnya bersihan berkurang, klien dapat
jalan nafas berhubungan mengeluarkan sputum,
Jalan nafas kembali efektif
dengan akumulasi mukus wheezing berkurang/hilang,
tanda vital dalam batas
norma,l keadaan umum baik.

Diagnosa 2 Pola nafas efektif, bunyi


nafas normal atau bersih,
Tidak efektifnya pola nafas Pola nafas kembali efektif
TTV dalam batas normal,
berhubungan dengan
batuk berkurang, ekspansi
penurunan ekspansi paru
paru mengembang.

Diagnosa 3 Kebutuhan nutrisi dapat Keadaan umum baik,


terpenuhi mukosa bibir lembab, nafsu
Gangguan nutrisi kurang
makan baik, tekstur kulit
dari kebutuhan tubuh
baik, klien menghabiskan
berhubungan dengan intake
porsi makan yang
yang tidak adekuat
disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, berat badan
dalam batas normal.

Diagnosa 4 Klien dapat melakukan KU klien baik, badan tidak


aktivitas sehari-hari secara lemas, klien dapat
Intoleransi aktivitas
mandiri beraktivitas secara mandiri,
berhubungan dengan
kekuatan otot terasa pada
kelemahan fisik
skala sedang

Diagnosa 5 Pengetahuan klien tentang Mencari tentang proses


proses penyakit menjadi penyakit :
Kurangnya pengetahuan bertambah - Klien mengerti tentang
tentang proses penyakitnya definisi asma
berhubungan dengan
- Klien mengerti tentang
kurangnya informasi
penyebab dan pencegahan
dari asma

- Klien mengerti komplikasi


dari asma

2.2.3 Rencana Keperawatan / Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan

a. Auskultasi bu nyi nafas, Beberapa derajat spasme


catat adanya bunyi nafas, bronkus terjadi dengan
misalnya : wheezing, ronkhi. obstruksi jalan nafas. Bunyi
nafas redup dengan ekspirasi
mengi (empysema), tak ada
fungsi nafas (asma berat).

b. Kaji / pantau frekuensi Takipnea biasanya ada pada


pernafasan catat rasio beberapa derajat dan dapat
inspirasi dan ekspirasi. ditemukan pada penerimaan
selama strest/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan
dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding
inspirasi.

c. Kaji pasien untuk posisi Peninggian kepala tidak


yang aman, misalnya : mempermudah fungsi
peninggian kepala tidak pernafasan dengan
duduk pada sandaran. menggunakan gravitasi

d. Observasi karakteristik batuk dapat menetap tetapi

DX I batuk, menetap, batuk tidak efektif, khususnya


pendek, basah. Bantu pada klien lansia, sakit
tindakan untuk keefektipan akut/kelemahan
memperbaiki upaya batuk

e. Berikan air hangat. penggunaan cairan hangat


dapat menurunkan spasme
bronkus.

f. Kolaborasi obat sesuai Membebaskan spasme jalan


indikasi. nafas, mengi dan produksi
mukosa.
Bronkodilator spiriva 1×1
(inhalasi).

1. Kaji frekuensi kedalaman kecepatan biasanya


pernafasan dan ekspansi mencapai kedalaman
dada. Catat upaya pernafasan pernafasan bervariasi
termasuk penggunaan otot tergantung derajat gagal
bantu pernafasan / pelebaran nafas. Expansi dada terbatas
nasal. yang berhubungan dengan
atelektasis dan atau nyeri
dada

Auskultasi bunyi nafas dan ronki dan wheezing


catat adanya bunyi nafas menyertai obstruksi jalan
DX II
seperti krekels, wheezing. nafas / kegagalan
pernafasan.
Rasional :

3. Tinggikan kepala dan duduk tinggi memungkinkan


bantu mengubah posisi. ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan

4. Observasi pola batuk dan Kongesti alveolar


karakter sekret. mengakibatkan batuk
sering/iritasi.

5. Dorong/bantu pasien dapat


dalam nafas dan latihan meningkatkan/banyaknya
batuk. sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya
bernafas.

6. Kolaborasi memaksimalkan bernafas


dan menurunkan kerja nafas,
- Berikan oksigen tambahan
memberikan kelembaban
-Berikan humidifikasi pada membran mukosa dan
tambahan misalnya : membantu pengenceran
nebulizer sekret.

DX III 1. Kaji status nutrisi klien menentukan dan membantu


(tekstur kulit, rambut, dalam intervensi
konjungtiva). selanjutnya.

2. Jelaskan pada klien peningkatan pengetahuan


tentang pentingnya nutrisi klien dapat menaikan
bagi tubuh. partisipasi bagi klien dalam
asuhan keperawatan

3. Timbang berat badan dan Penurunan berat badan yang


tinggi badan. signifikan merupakan
indikator kurangnya nutrisi.

4. Anjurkan klien minum air air hangat dapat mengurangi


hangat saat makan. mual.

5. Anjurkan klien makan memenuhi kebutuhan nutrisi


sedikit-sedikit tapi sering klien.

6. Kolaborasi menentukan kalori individu


dan kebutuhan nutrisi dalam
- Konsul dengan tim gizi/tim
pembatasan.
mendukung nutrisi.

- Berikan obat sesuai defisiensi vitamin dapat


indikasi. terjadi bila protein dibatasi.

- Vitamin B squrb 2×1.

- Antiemetik rantis 2×1 untuk menghilangkan mual /


muntah.

1. Evaluasi respons pasien menetapkan


terhadap aktivitas. Catat kebutuhan/kemampuan
laporan dyspnea peningkatan pasien dan memudahkan
kelemahan/kelelahan dan
perubahan tanda vital selama pilihan intervensi.
dan setelah aktivitas.

2. Jelaskan pentingnya Tirah baring dipertahankan


istirahat dalam rencana selama fase akut untuk
pengobatan dan perlunya menurunkan kebutuhan
keseimbangan aktivitas dan metabolik, menghemat
istirahat. energi untuk penyembuhan.

3. Bantu pasien memilih pasien mungkin nyaman


posisi nyaman untuk istirahat dengan kepala tinggi atau
dan atau tidur. menunduk kedepan meja
atau bantal

4. Bantu aktivitas meminimalkan kelelahan


keperawatan diri yang dan membantu
diperlukan. Berikan keseimbangan suplai dan
kemajuan peningkatan kebutuhan oksigen.
DX IV aktivitas selama fase
penyembuhan

5. Berikan lingkungan tenang menurunkan stress dan


dan batasi pengunjung rangsangan berlebihan
selama fase akut sesuai meningkatkan istirahat.
indikasi.

1. Diskusikan aspek ketidak informasi dapat manaikkan


nyamanan dari penyakit, koping dan membantu
lamanya penyembuhan, dan menurunkan ansietas dan
harapan kesembuhan. masalah berlebihan.
2. Berikan informasi dalam kelemahan dan depresi dapat
bentuk tertulis dan verbal. mempengaruhi kemampuan
untuk mangasimilasi
informasi atau mengikuti
program medik

3. Tekankan pentingnya selama awal 6-8 minggu


melanjutkan batuk efektif setelah pulang, pasien
atau latihan pernafasan. beresiko besar untuk
kambuh dari penyakitnya.

4. Identifikasi tanda atau upaya evaluasi dan


gejala yang memerlukan intervensi tepat waktu dapat
pelaporan pemberi perawatan mencegah meminimalkan
DX V
kesehatan. komplikasi.

5. Buat langkah untuk menaikan pertahanan


meningkatkan kesehatan alamiah atau imunitas,
umum dan kesejahteraan, membatasi terpajan pada
misalnya : istirahat dan patogen.
aktivitas seimbang, diet baik.
2.2.4 Pelaksanaan / Tindakan / IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa IMPLEMENTASI Rasional


Keperawatan Keperawatan

a. Mengauskultasi bunyi Beberapa derajat spasme


nafas, catat adanya bunyi bronkus terjadi dengan
nafas, misalnya : wheezing, obstruksi jalan nafas. Bunyi
ronkhi. nafas redup dengan ekspirasi
mengi (empysema), tak ada
fungsi nafas (asma berat).

b. Mengkaji / memantau Takipnea biasanya ada pada


frekuensi pernafasan catat beberapa derajat dan dapat
rasio inspirasi dan ekspirasi. ditemukan pada penerimaan
selama strest/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan
dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding
inspirasi.

c. Mengkaji pasien untuk Peninggian kepala tidak


posisi yang aman, misalnya : mempermudah fungsi
peninggian kepala tidak pernafasan dengan
duduk pada sandaran. menggunakan gravitasi

d. Mengobservasi batuk dapat menetap tetapi


DX I karakteristik batuk, menetap, tidak efektif, khususnya
batuk pendek, basah. Bantu pada klien lansia, sakit
tindakan untuk keefektipan akut/kelemahan
memperbaiki upaya batuk

e. Memberikan air hangat. penggunaan cairan hangat


dapat menurunkan spasme
bronkus.

f. Mengkolaborasikan obat Membebaskan spasme jalan


sesuai indikasi. nafas, mengi dan produksi
mukosa.
Bronkodilator spiriva 1×1
(inhalasi).

1. mengkaji frekuensi kecepatan biasanya


kedalaman pernafasan dan mencapai kedalaman
ekspansi dada. Catat upaya pernafasan bervariasi
pernafasan termasuk tergantung derajat gagal
penggunaan otot bantu nafas. Expansi dada terbatas
pernafasan / pelebaran nasal. yang berhubungan dengan
atelektasis dan atau nyeri
dada

2.Mengauskultasi bunyi ronki dan wheezing


nafas dan catat adanya bunyi menyertai obstruksi jalan
DX II
nafas seperti krekels, nafas / kegagalan
wheezing. pernafasan.

Rasional :

3. Meninggikan kepala dan duduk tinggi memungkinkan


bantu mengubah posisi. ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan

4. Mengobservasi pola batuk Kongesti alveolar


dan karakter sekret. mengakibatkan batuk
sering/iritasi.

5. Mendorong/bantu pasien dapat


dalam nafas dan latihan meningkatkan/banyaknya
batuk. sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya
bernafas.

6. Mengkolaborasikan: memaksimalkan bernafas


dan menurunkan kerja nafas,
- Berikan oksigen tambahan
memberikan kelembaban
-Berikan humidifikasi pada membran mukosa dan
tambahan misalnya : membantu pengenceran
nebulizer sekret.

DX III 1. Mengkaji status nutrisi menentukan dan membantu


klien (tekstur kulit, rambut, dalam intervensi
konjungtiva). selanjutnya.

2. Menjelaskan pada klien peningkatan pengetahuan


tentang pentingnya nutrisi klien dapat menaikan
bagi tubuh. partisipasi bagi klien dalam
asuhan keperawatan

3. Menimbang berat badan Penurunan berat badan yang


dan tinggi badan. signifikan merupakan
indikator kurangnya nutrisi.

4. Menganjurkan klien air hangat dapat mengurangi


minum air hangat saat mual.
makan.

5. Menganjurkan klien memenuhi kebutuhan nutrisi


makan sedikit-sedikit tapi klien.
sering

6. Berkolaborasi menentukan kalori individu


dan kebutuhan nutrisi dalam
- berkonsul dengan tim
pembatasan.
gizi/tim mendukung nutrisi.

- Memberikan obat sesuai defisiensi vitamin dapat


indikasi. terjadi bila protein dibatasi.

- Vitamin B squrb 2×1.

- Antiemetik rantis 2×1 untuk menghilangkan mual /


muntah.

1. Mengevaluasi respons menetapkan


pasien terhadap aktivitas. kebutuhan/kemampuan
Catat laporan dyspnea pasien dan memudahkan
peningkatan pilihan intervensi.
kelemahan/kelelahan dan
perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas.

2. Menjelaskan pentingnya Tirah baring dipertahankan


istirahat dalam rencana selama fase akut untuk
pengobatan dan perlunya menurunkan kebutuhan
keseimbangan aktivitas dan metabolik, menghemat
istirahat. energi untuk penyembuhan.

3. Membantu pasien memilih pasien mungkin nyaman


posisi nyaman untuk istirahat dengan kepala tinggi atau
dan atau tidur. menunduk kedepan meja
atau bantal

4. membantu aktivitas meminimalkan kelelahan


keperawatan diri yang dan membantu
diperlukan. Berikan keseimbangan suplai dan
kemajuan peningkatan kebutuhan oksigen.
DX IV
aktivitas selama fase
penyembuhan

5. Memberikan lingkungan menurunkan stress dan


tenang dan batasi pengunjung rangsangan berlebihan
selama fase akut sesuai meningkatkan istirahat.
indikasi.

1. Mendiskusikan aspek informasi dapat manaikkan


ketidak nyamanan dari koping dan membantu
penyakit, lamanya menurunkan ansietas dan
penyembuhan, dan harapan masalah berlebihan.
kesembuhan.

2. Memberikan informasi kelemahan dan depresi dapat


dalam bentuk tertulis dan mempengaruhi kemampuan
verbal. untuk mangasimilasi
informasi atau mengikuti
program medik

3. Menekankan pentingnya selama awal 6-8 minggu


melanjutkan batuk efektif setelah pulang, pasien
atau latihan pernafasan. beresiko besar untuk
kambuh dari penyakitnya.
DX V
4. Mengidentifikasi tanda upaya evaluasi dan
atau gejala yang memerlukan intervensi tepat waktu dapat
pelaporan pemberi perawatan mencegah meminimalkan
kesehatan. komplikasi.

5. memuat langkah untuk menaikan pertahanan


meningkatkan kesehatan alamiah atau imunitas,
umum dan kesejahteraan, membatasi terpajan pada
misalnya : istirahat dan patogen.
aktivitas seimbang, diet baik.
2.2.5 Evaluasi

Pada evaluasi hasil yang diharapkan ketercapaian dari implementasi yang telah kita
lakukan berdasarkan kriteria hasil yang telah disusun, dan didokumentasikan pada Rekam
Medis / catatan Keperawatan dengan sistem SOAP, hasil akhir yang diharapkan masalah
teratasi.

1. Jalan nafas kembali efektif.


2. Pola nafas kembali efektif.
3. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
4. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah


DAFTAR PUSTAKA

1. Laksana MA (2015).faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya kejadian sesak nafas


pada asma bronkial. Lampung: Fakultas Kedpkteran Universitas Lampung.
2. World Health Organisation (WHO), 2010. Asthma. New York: World Health
Organisation. Available from: http://www.who.int/mediacentre/f
actsheets/fs307/en/index.html [Accessed at 15 Feb 2020]
3. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan. Laporan nasional Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS),2007 .Di akses melalui
http://www.litbang.depkes.go.id/Laporan/RKD/Indonesia?laporanNasional.pdf
4. Munir SM, 2016. Gambaran faal paru pada pasien asma yang melakukan senam asma
dengan yang tidak melakukan senam asma. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas
Riau.
5. Sukamto, Sundaru H, 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Asma bronkial edisi keenam. Jakarta:
InternaPublishing.
6. Kendall k, Tao l, 2014. Sinopsis organ system pulmonology. Jakarta: Karisma
Publishing.
7. Danusantoso H, 2018. Ilmu penyakit paru edisi tiga. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC.
8. Gunawijaya FA, 2013. Buku saku Harrison Pulmonologi. Jakarta: Karisma publishing.

You might also like