Professional Documents
Culture Documents
JAHARUDIN
JAHARUDIN
ISI
A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial
merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (sukamto,
2014).
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial (Danusantoso H, 2018):
1) Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi, Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2) Faktor Presipitasi
- Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan
jam tangan.
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma,
kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim hujan, musim kemarau, musim
bunga.
- Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan
asma yang sudah ada.Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan juka melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu (kendall
k, 2014):
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti tungau debu rumah, serbuk bunga, bulu binatang dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
pada usia anak-anak dan dihubungkan dengan adanya suatu riwayat alergi pada keluarga
(Kendall K, 2014).
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin, exercise, asap rokok, obat-obatan khusunya
aspirin. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami
asma gabungan (Kendall K, 2014).
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum ditemukan, asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik (kendall K, 2014).
D. Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbatan
mucus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi,
karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Penyempitan saluran napas
dapat terjadi pada saluran napas yang besar, sedang maupun yang kecil. Gejala mengi
menandakan ada penyempitan saluran napas besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil
akan menimbulkan gejala batuk dan sesak biasanya lebih dominan dibandingkan mengi
(Sukamto, 2014).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian
penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan
bekerja dengan keras (Gunawijaya FA, 2013) .
F. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah (Danusantoso, 2018):
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
G. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah (Kendall K, 2014):
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma.
Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawat.
- Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin
(bricasma).
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum
obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan
obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1
bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari, keuntungan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut (Gunawijaya FA, 2013):
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
c. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
d. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
2.2 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering
terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas
akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas
terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap
hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
B. Tahap perkembangan
a) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif
mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik
dan bahasanya.
b) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-
laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
c) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri
belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
d) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
e) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru
dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
f) Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-
nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
g) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana
sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
h) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang
familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.
i) Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih
banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai
menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
j) Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
i. Gizi buruk kurang dari 60%
ii. Gizi kurang 60 % - <80 %
iii. Gizi baik 80 % - 110 %
iv. Obesitas lebih dari 120 %
E. Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :
a. Perpisahan
Protes : pergi, menendang, menangis
Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
b. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini
akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
c. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
d. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
Rasional :
Pada evaluasi hasil yang diharapkan ketercapaian dari implementasi yang telah kita
lakukan berdasarkan kriteria hasil yang telah disusun, dan didokumentasikan pada Rekam
Medis / catatan Keperawatan dengan sistem SOAP, hasil akhir yang diharapkan masalah
teratasi.