You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA HALUSINASI

1. Masalah Utama : Halusinasi


A. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata (TIM IPKJI Aceh dan Komisariat RSJ,
2015)

B. Klasifikasi
Ada beberapa jenis- jenis dari halusinasi yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi
penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan,
halusinasi kanesthetik dan halusinasi klinesthetik (TIM IPKJI Aceh dan Komisariat
RSJ, 2015)

C. Etiologi
1) Faktor prediposisi
Faktor prediposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress diperoleh baik dari
klien maupun keluarganya, mengnai faktor perkembangan sosial kultural,biokimia,
psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Beberapa
faktor prediposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti
pada halusinasi antara lain : Faktor genetik : Telah diketahui bahwa secara genetik
schizophrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Faktor
perkembangan : Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
Faktor neurobiology : Ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada
klien dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh. Study
neurotransmitter : Schizophrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopamine berlebihan, tidak seimbangan
dengan kadar serotinin. Faktor biokimia : Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang, maka
tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Teori virus : Paparan virus
influenzae pada trimester ke-3 ke-hamilan dapat menjadi faktor prediposisi
schizofrenia. Psikologis : Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor
predisposisi schizofrenia, antara lain anak yang diperlakukan tidak adiloleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya. Faktor sosiokultural : Berbagai faktor
dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.

2) Faktor presipitasi
Stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk coping. Disamping itu juga oleh karena proses
penghabatan dalam proses transdukti dari suatu implus yang menyebabkan
terjadinya penyimpngan dalam proses interprestasi dan interkoneksi sehingga dengan
demikian faktor-faktor mencetus respon neurobiologis dapat dijabarkan sebagai
berikut : Berlebihnya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi ditalamus dan frontal otak. Mekanisme menghandaran listrik
disaraf terganggu ( mekanisme gatting abnormal ). Gejala-gejala pemicu seperti
kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan prilaku.
D. Patopsikologi
Faktor presipitasi :
1. Proses informasi yang
berlebihan pada sistem saraf
dan kerangka otak
2. Mekanisme gatting abnormal
Faktor predisposisi :
1. Faktor genetik
2. Faktor perkembangan
3. Faktor neurobiologi 1. Kondisi kesehatan
4. Studi neurotransmitter 2. Lingkungan, sikap dan
5. Faktor biokimia perilaku
6. Teori virus
7. Psikologis
8. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial : menarik diri

PSP : Halusinasi
1. Halusinasi penghidu 1. Bicara dan tertawa sendiri
2. Halusinasi pengecapan 2. Marah-marah tanpa sebab
3. Halusinasi kinetik 3. Menutup telinga
4. Halusinasi pendengaran 4. Menunjuk ke arah tertentu
5. Halusinasi penglihatan 5. Mengatakan mengikuti
6. Halusinasi perabaan perintah isi halusinasi
7. Halusinasi kinesthetik

Sumber : keliat, B.A (2011); Wijayaningsih, K.S (2015); muhith, A (2015)

E. Tanda dan Gejala


Data objektif dapat perawat kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat perawat kaji dengan melakukan wawancara dengan
pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien (TIM IPKJI
Aceh dan Komisariat RSJ, 2015).
Data Obyektif
Bicara atau tertawa sendiri, Marah-marah tanpa sebab, Memalingkan muka ke
arah telinga seperti mendengar sesuatu, Menutup telinga, Menunjuk-nunjuk ke arah
tertentu, Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, Mencium sesuatu seperti sedang
membaui bau-bauan tertentu, Menutup hidung, Sering meludah, Muntah, Menggaruk-
garuk permukaan kulit.

Data Subyektif,
Pasien mengatakan : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, Mendengar suara
yang mengajak bercakap-cakap, Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya, Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster, Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan, Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses, Merasa takut atau senang
dengan halusinasinya, Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat
sedang sendirian, Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan melalui CT dan MRI menunjukkan adanya penurunan volume
otak, melebarnya ventrikel lateral dan ventrikel ketiga, antropi lobus frontal, serebelum,
struktur limbik, serta peningkatan ukuran sulkus pada permukaan otak, menggunakan
PET terlihat terjadinya penurunan aliran darah ke lobus frontal (fkep.unand)

G. Penatalaksanaan Secara Medis Pada Halusinasi


Penatalaksnaan klinen skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah dengan
pemberian obat-obatan tindakan lain, (Sturt, Laraia, 2005) yaitu : Psikofarmakologis,
obat lazim digunakan pada gejala hulusinasi pendengaran yang merupakan gejala
psikosis pada klien skizofenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum
digunakan adalah fenotiazin asetofenazin (Tindal), klorpromazin (Thorazine),
Flufenazine (Prolixine, permitil), mesoridazin (serentil), perfenazin (trilafon),
proklorperazin (compazine), promazin (Sparine), Tioridazin (mellaril), trifluoperazin
(stelazine), trifluopromazin (vesprin) 60-120mg, tioksanten klorprotiksen (taractan ),
Tiotiksen (navane) 75-600 mh, butirofenon haloperidol (haldol) 1-100 mg,
dibenzodiazepin klozapin (clorazil) 300-900 mg, dibnzokasazepin loksapin (loxitane)
20-150 mg, dihidroindolon molindone (moban) 15-255 mg. Terapi kejang listrik /
electro compulsive therapy (ECT). Terapi ativitas kelompok (TAK)

H. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Pk

Halusinasi

Isolasi Sosial

HDR
Sumber : (Keliat,B.A, 1998:6 dalam Wijayaningsih,2015)

2. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa


A. Pengkajian
Menurut Wijayaningsih (2015), masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji yaitu :
a. Gangguan persepsi sensori halusinasi
Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu, klien tidak mampu mengenal
tempat, waktu, orang, Tampak bicara dan ketawa sendiri, Mulut seperti bicara tapi
tidak keluar suara, berhenti bicara seolah-olah mendengar atau melihat sesuatu.
gerakan mata yang cepat.

b. MK : Penyebab isolasi sosial : Menarik diri


Klien mengatakan merasa kesepian, klien mengatakan tidak dapat berhubungan
sosial, klien mengatakan tidak berguna, Tidak tahan terhadap kontak yang lama,
tidak konsetrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara, tidak ada kontak mata,
ekspresi wajah murung, sedih, tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri,
kurang aktivitas. tidak komunikatif

c. MK : Akibat resiko mencederai diri sendiri dan orang lain.


Klien mengungkapkkan takut, klien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar
mengancam dan membuatnya takut, Wajah klien tampak tegang, merah, Mata merah
dan melotot, Rahang mengatup, Tangan mengepal, Mondar-mandir.

B. Analisa Data
Masalah Data Yang Mungkin Muncul
Halusinasi Data subyektif :
1. Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu.
2. Klien tidak mampu mengenal tempat, waktu, orang.
3. Klien mengatakan merasa kesepian.
4. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial.
5. Klien mengatakan tidak berguna.
6. Klien mengungkapkkan takut.
7. Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar
mengancam dan membuatnya takut.

Data obyektif :
1. Tampak bicara dan ketawa sendiri.
2. Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara.
3. Berhenti bicara seolah-olah mendengar atau melihat
sesuatu. Gerakan mata yang cepat.
4. Tidak tahan terhadap kontak yang lama.
5. Tidak konsetrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara.
6. Tidak ada kontak mata.
7. Ekspresi wajah murung, sedih.
8. Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri.
9. Kurang aktivitas. Tidak komunikatif.
10. Wajah klien tampak tegang, merah.
11. Mata merah dan melotot.
12. Rahang mengatup.
13. Tangan mengepal.
14. Mondar-mandir.

C. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi

D. Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut TIM IPKJI Aceh dan Komisariat RSJ (2015) menyatakan bahwa tindakan yang
dapat dilakukan pada waham adalah :
No Perencanaan Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi
1 Halusinasi Pasien mampu :
1. Mengenali halusinasi yang
dialaminya : isi, frekuensi, 1. Mendiskusikan dengan pasien
waktu terjadi, situasi isi, frekuensi, waktu terjadi,
pencetus, perasaan,respon. situasi pencetus, perasaan, respon
terhadap halusinasi

2. Mengontrol halusinasi 1. Menghardik halusinasi


dengan cara menghardik Menjelaskan cara menghardik
halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien
memperagakan ulang,
memantau penerapan cara ini,
dan menguatkan perilaku
pasien.

3. Mengontrol halusinasi 1. Menggunakan obat secara


dengan cara menggunakan teratur
obat 2. Menjelaskan pentingnya
penggunaan obat, jelaskan bila
obat tidak digunakan sesuai
program, jelaskan akibat bila
putus obat, jelaskan cara
mendapat obat/ berobat,
jelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar
(benar jenis, guna, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat).
4. Mengontrol halusinasi 1. Bercakap–cakap dengan orang
dengan cara bercakap- lain.
cakap

5. Mengontrol halusinasi 1. Melakukan aktifitas yang


dengan cara melakukan terjadual.
aktifitas 2. Menjelaskan pentingnya
aktifitas yang teratur,
mendiskusikan aktifitas yang
biasa dilakukan oleh pasien,
melatih pasien melakukan
aktifitas, menyusun jadual
aktifitas sehari–hari sesuai
dengan jadual yang telah
dilatih, memantau jadual
pelaksanaan kegiatan,
memberikan reinforcement.
Keluarga mampu :
6. Mengenal masalah 1. Diskusikan masalah yang
merawat pasien di dihadapi keluarga dalam
rumah. merawat pasien.

7. Menjelaskan halusinasi 1. Berikan penjelasan kesehatan


(pengertian, jenis, tanda meliputi : pengertian
dan gejala halusinasi dan halusinasi, jenis halusinasi
proses terjadinya). yang dialami, tanda dan gejala
halusinasi, proses terjadinya
halusinasi.

8. Merawat pasien dengan 1. Jelaskan dan latih cara


halusinasi merawat anggota keluarga
yang mengalami halusinasi:
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, melakukan
aktifitas.
9. Menciptakan lingkungan 1. Diskusikan cara menciptakan
yang nyaman untuk klien lingkungan yang dapat
dengan halusinasi. mencegah terjadinya
halusinasi.
10. Mengenal tanda dan 1. Diskusikan tanda dan gejala
gejala kambuh ulang. kekambuhan.

11. Memanfaatkan fasilitas 1. Diskusikan pemanfaatan


kesehatan untuk follow- fasilitas pelayanan kesehatan
up pasien dengan terdekat untuk follow-up
halusinasi. anggota keluarga dengan
halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat. 2011. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi 2. Jakarta : EGC

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV. Andi Offeset.

Tim IPKJI Aceh dan PPNI Komisariat RSJ, 2015, Buku Panduan Program Praktek Klinik

Keperawatan Jiwa. Banda Aceh : BLUD RSJ

Wijayaningsih, Sari Kartika. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta :

Trans Info Media.

You might also like