Professional Documents
Culture Documents
Halusinasi - 1
Halusinasi - 1
B. Klasifikasi
Ada beberapa jenis- jenis dari halusinasi yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi
penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan,
halusinasi kanesthetik dan halusinasi klinesthetik (TIM IPKJI Aceh dan Komisariat
RSJ, 2015)
C. Etiologi
1) Faktor prediposisi
Faktor prediposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress diperoleh baik dari
klien maupun keluarganya, mengnai faktor perkembangan sosial kultural,biokimia,
psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Beberapa
faktor prediposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti
pada halusinasi antara lain : Faktor genetik : Telah diketahui bahwa secara genetik
schizophrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Faktor
perkembangan : Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
Faktor neurobiology : Ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada
klien dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh. Study
neurotransmitter : Schizophrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopamine berlebihan, tidak seimbangan
dengan kadar serotinin. Faktor biokimia : Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang, maka
tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Teori virus : Paparan virus
influenzae pada trimester ke-3 ke-hamilan dapat menjadi faktor prediposisi
schizofrenia. Psikologis : Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor
predisposisi schizofrenia, antara lain anak yang diperlakukan tidak adiloleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya. Faktor sosiokultural : Berbagai faktor
dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
2) Faktor presipitasi
Stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk coping. Disamping itu juga oleh karena proses
penghabatan dalam proses transdukti dari suatu implus yang menyebabkan
terjadinya penyimpngan dalam proses interprestasi dan interkoneksi sehingga dengan
demikian faktor-faktor mencetus respon neurobiologis dapat dijabarkan sebagai
berikut : Berlebihnya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi ditalamus dan frontal otak. Mekanisme menghandaran listrik
disaraf terganggu ( mekanisme gatting abnormal ). Gejala-gejala pemicu seperti
kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan prilaku.
D. Patopsikologi
Faktor presipitasi :
1. Proses informasi yang
berlebihan pada sistem saraf
dan kerangka otak
2. Mekanisme gatting abnormal
Faktor predisposisi :
1. Faktor genetik
2. Faktor perkembangan
3. Faktor neurobiologi 1. Kondisi kesehatan
4. Studi neurotransmitter 2. Lingkungan, sikap dan
5. Faktor biokimia perilaku
6. Teori virus
7. Psikologis
8. Faktor sosiokultural
PSP : Halusinasi
1. Halusinasi penghidu 1. Bicara dan tertawa sendiri
2. Halusinasi pengecapan 2. Marah-marah tanpa sebab
3. Halusinasi kinetik 3. Menutup telinga
4. Halusinasi pendengaran 4. Menunjuk ke arah tertentu
5. Halusinasi penglihatan 5. Mengatakan mengikuti
6. Halusinasi perabaan perintah isi halusinasi
7. Halusinasi kinesthetik
Data Subyektif,
Pasien mengatakan : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, Mendengar suara
yang mengajak bercakap-cakap, Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya, Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster, Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan, Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses, Merasa takut atau senang
dengan halusinasinya, Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat
sedang sendirian, Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan melalui CT dan MRI menunjukkan adanya penurunan volume
otak, melebarnya ventrikel lateral dan ventrikel ketiga, antropi lobus frontal, serebelum,
struktur limbik, serta peningkatan ukuran sulkus pada permukaan otak, menggunakan
PET terlihat terjadinya penurunan aliran darah ke lobus frontal (fkep.unand)
H. Pohon Masalah
Resiko Tinggi Pk
Halusinasi
Isolasi Sosial
HDR
Sumber : (Keliat,B.A, 1998:6 dalam Wijayaningsih,2015)
B. Analisa Data
Masalah Data Yang Mungkin Muncul
Halusinasi Data subyektif :
1. Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu.
2. Klien tidak mampu mengenal tempat, waktu, orang.
3. Klien mengatakan merasa kesepian.
4. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial.
5. Klien mengatakan tidak berguna.
6. Klien mengungkapkkan takut.
7. Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar
mengancam dan membuatnya takut.
Data obyektif :
1. Tampak bicara dan ketawa sendiri.
2. Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara.
3. Berhenti bicara seolah-olah mendengar atau melihat
sesuatu. Gerakan mata yang cepat.
4. Tidak tahan terhadap kontak yang lama.
5. Tidak konsetrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara.
6. Tidak ada kontak mata.
7. Ekspresi wajah murung, sedih.
8. Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri.
9. Kurang aktivitas. Tidak komunikatif.
10. Wajah klien tampak tegang, merah.
11. Mata merah dan melotot.
12. Rahang mengatup.
13. Tangan mengepal.
14. Mondar-mandir.
C. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV. Andi Offeset.
Tim IPKJI Aceh dan PPNI Komisariat RSJ, 2015, Buku Panduan Program Praktek Klinik
Wijayaningsih, Sari Kartika. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta :