You are on page 1of 9

MIND MAPPING

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

Disusun oleh :

Bella octaviana putri 212207071

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2022
(Djuwantono et al., 2012), (Diatri, Devita, 2015)

Penyebab
Resiko

FAKTOR

Pria:
Pria : gangguan spermatogenesis, sel sperma Wanita:
dihasilkan sedikit, gangguan sel sperma untuk
Wanita: Gangguan ovulasi Sindrom Ovarium Polikistik
Infeksi saluran urogenital kelainan urogenital kongenital suhu skrotum kelainan endokrin,
Berat Badan merokok
Peningkatan usiadan paparan radia
Stress
Faktorimunologi
kelainan genetik, dan faktor Tuba Endometriosis Disfungsi Ovulasi Berkurangnya cadangan ovarium
Factor uterus Usia PMS

Feritilitas

Pemeriksaa Stimula
Tatalaksa Penanganan
si
n Ovariu Faktor
na
Penangana
n
Pemeriksaan
Infertilitas

Pemeriksa
an Anamnesis
Pemeeriksaan Pemeriksaan
Ovulasi Fisik

Frekuensi &
keteraturan Riwayat medis,
Pemeriksaan Penampilan riwayat oprasi,
menstuasi, kadar
Computer-Aided umum, Palpasi enggunaan obat-
progesteron serum,
Sperm Analysis skrotum, obatan, alergi,
temperatur basal,
(CASA), Konsistensi testis, gaya hidup,
Mengukur hormon
Pemeriksaan Palpasi riwayat
gonadotropin (FSH
fungsi epididymis, penggunaan alat
dan LH), kadar
endokrinologi, kelainan pada kontrasepsi,
hormon prolactin,
Penilaian antibodi penis dan prostat riwayat infeksi
cadangan ovarium,
Biopsi endometrium, antisperma
Fungsi tiroid

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Clamidiya Kelaianan Tuba Lendir Servik Pasca
Fallopi
Pemeriksaan Kelainan Uterus

lpingografi (HSG), Oklusi tuba sono- histerosalpingografi,Uji pasca senggama


laparoskopi (UPS)/Sim’
kromotubasi, Salinesinfusion
Huhner Test.
sonography Histeroskopi
dilakukan dengan teknik yang sensitive, Antibiotika profilaksis dipertimbangkan
, SISI, HSG, USG
(S. Soebijanto, 2013)

bedah mikro atau laparoskopi


Gangguan Tuba

WHO Kelas 1 perempuan IMT < 19


WHO Kelas 2 (SOPK)
WHO Kelas 3 gangguan ovulasi
WHO Kelas 4 Pemberian agonis
Gangguan Ovulasi (WHO)

Obstruksi intratesticular, Obstruksi epididymis, Obstru


Tatalaksana Infertilitas Skleroterapi retrograde, Ligasi tinggi, Pendek
human chorionic gonadotrophin (hC
Terapi empiris,
Defisiensi Testikular
Azoospermia Obstruktif
Varikokel Hipogonadisme Idiopatik

Gangguan Sperma

agonis
Endometriosis GnRH selama 6 bulan danazo

Klomifen Sitrat Inseminasi Intrauterin


Inseminasi intra uterin (IIU)
Inseminasi intrauterin dengan stimulasi ovarium

Infertilitas Idiopatik
Protokol agonis GnRH (protokol panjang)
Protokol antagonis GnRH
Stimulasi ringan (Mild stimulation) Pembagian SOT pada FIV

Faktor sperma, Oklusi tuba bilateral, Tidak hamil pasca 3 - 4 x inseminasi intra uterin, 6 bulan pasca koreksi

Indikasi

Stimulasi Ovarium T

Pemeriksaan cadangan ovarium, Analisis sperma, Histeroskopi office,

Pemeriksaan

membandingkan GnRH antagonis dengan GnRH agonis pada protokol FIV menunjukkan hasil yang bervariasi. pen

EBM
(S. Soebijanto, 2013)

Penanganan Faktor Sperma

EBM Faktor Sperma

Tinjauan Kritis

infertilitas pada laki-laki. Beberapa studi menunjukkan bahwa inseminasi intrauterin merupakan lini pertama terapi pa

Azoospermia: varikokelektomi,
kegagalan testis : biopsi testis
Penanganan

Sistem Rujukan Stratifikasi Sistem


Indonesia Penanganan Kasus
Rujukan Infertilitas

Sistem pelayanan Layanan primer


infertilitas yang terstruktur (level I): dokter
dan terarah, unit pelayanan umum
infertilitas berjenjang
Layanan sekunder
(primer, sekunder, tersier)
dan sistem rujukan, (level II): spesialis
kerjasama atau jejaring obstetri / ginekologi,
antar unit pelayanan, spesialis
hubungan yang harmonis uro-andrologi
antar tenaga kesehatan dan
Layanan tersier
pelayanan kesehatan,
tenaga kesehatan dengan (level III):
pasangan suami istri subspesialis
(pasutri), serta tenaga
kesehatan dengan
masyarakat

Sekunder:rujuk kepelayanan infertilitas tingkat sekunder bila Adanya galaktore

Primer:
Konseling dan dukungan untuk menghindari kecemasan pasien dan pasangannya.
Tersier:
tindakan teknologi reproduksi berbantu yang hanya bisa dilakukan di klinik infertilitas khusus.
Kasus infertilitas yang tidak lagi dapat ditangani di tingkat sekunder, akan dirujuk untuk mendapatkan pelayanan infert
DAFTAR PUSTAKA
Diatri, Devita, H. (2015). Hubungan Antara Usia, Siklus Haid dan Infeksi Organ Reproduksi
Wanita terhadap Kejadian Infertil pada Wanita di Klinik Bersalin Insan Medika
Semarang. 1–16. http://repository.unimus.ac.id
Djuwantono, T., Bayuaji, H., & Permadi, W. (2012). Buku Pengelolaan Infertilitas (pp. 33–
61).
S. Soebijanto. (2013). Konsensus Penanganan Infertilitas daftar isi. Konsensus Penanganan
Infertil.

You might also like