You are on page 1of 25

MAKALAH

MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Hermanto S.Pd., M.Pd.

Kelompok 5
Oriza Azzura 18103241005
Fadita Liyanna Sari 18103241021
Nabela Rizqi Aji 18103241042
R. Bayu Rangsang Jendro S. 18103241046
Rizky Pradipta Anomsari 18103241057

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya
yang tak terkira sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
juga kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu
kami menyelesaikan makalah ini. Makalah ini menggunakan studi pustaka dan mengangkat
sebuah tema mengenai manajemen fasilitas pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
baik isi maupun kualitasnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata dari kami, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 25 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1-3
A. LATAR BELAKANG 1-2
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
D. MANFAAT 2-3
BAB II KAJIAN TEORI 4-18
A. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS FASILITAS PENDIDIKAN 4-5
B. PENGADAAN FASILITAS PENDIDIKAN 5-10
C. PENDAYAGUNAAN DAN PEMELIHARAAN FASILITAS
PENDIDIKAN 10-12
D. PENGHAPUSAN FASILITAS PENDIDIKAN 12-15
E. PELAPORAN FASILITAS PENDIDIKAN 15-18
BAB III KESIMPULAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa
pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, maupun negara. Definisi pendidikan tersebut mengandung makna bahwa
pendidikan merupakan usah sadar dan terencana. Pendidikan dapat menjadi wadah
perubahan ke arah yang lebih merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Prof. H. Mahmud Yunus dan
Martinus Jan Langeveld bahwa pendidikan merupakan usaha yang secara sengaja
dipilih untuk mempengarhi dan membantu setiap individu, dengan tujuan meningkatkan
ilmu pengetahuan, jasmani serta akhlak sehingga dapat menghantarkan setiap individu
kepada tujuan dan cita-cita yang paling tinggi.
Pendidikan dapat berjalan sebagai mestinya dengan didukung berbagai komponen-
komponene pendidikan seperti guru, siswa, pembina sekolah, sarana prasarana dan
proses pembelajaran. Komponen-komponen pendidikan tersebut saling berkaitan satu
sama lain dan saling mempengaruhi. Salah satu komponen pendidikan yang mendukung
keberhasilan proses pendidikan yaitu fasilitas pendidikan berupa sarana dan prasarana
pendidikan. Fasilitas pendidikan membutuhkan suatu manajemen fasilitas pendidikan.
Menurut Amtu (2013), manajemen dapat dilihat dari berbagai perspektif seperti
pengelolaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, ketatapengurusan,
administrasi, dan lainnya. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan
tentan Sistem Pendidikan Nasional yaitu setiap satuan pendidikan formal dan non
formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional dan kewajiban peserta didik.

1
Oleh karena itu, makalah ini membahas mengenai manajemen fasilitas pendidikan
berupa pengertian dan jenis – jenis fasilitas pendidikan, pengadaan fasilitas pendidikan,
pendayagunaan dan pemeliharaan fasilitas pendidikan, penghapusan fasilitas
pendidikan, serta pelaporan fasilitas pendidikan yang menjadi salah satu komponen
penunjang proses pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dan jenis – jenis fasilitas pendidikan ?
2. Bagaimana pengadaan fasilitas pendidikan ?
3. Bagaimana pendayagunaan dan pemeliharaan fasilitas pendidikan ?
4. Bagaimana penghapusan fasilitas pendidikan ?
5. Bagaimana pelaporan fasilitas pendidikan ?

C. TUJUAN
Berdasarkan paparan diatas , maka makalah ini bertujuan,
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis – jenis fasilitas pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengadaan fasilitas pendidikan.
3. Untuk mengetahui pendayagunaan dan pemeliharaan fasilitas pendidikan.
4. Untuk mengetahui penghapusan fasilitas pendidikan.
5. Untuk mengetahui pelaporan fasilitas pendidikan.

D. MANFAAT
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara praktis maupun
teoritis, antara lain:
1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pihak antara lain:
a. Peserta Didik

2
Peserta didik memperoleh fasilitas pendidikan berupa sarana dan prasarana
yang mendukung proses pembelajaran, sehingga mengikuti kegiatan belajar
mengajar dengan baik dan meningkatkan prestasi peserta didik.
b. Sekolah
Makalah ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mempertimbangkan
manajemen fasilitas pendidikan bagi peserta didik, dalam rangka
meningkatkan kualitas dan mutu sarana prasarana pendidikan.
2. Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah keragaman ilmu bidang
pendidikan, terutama dalam manajemen fasilitas pendidikan bagi peserta didik.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN DAN JENIS JENIS FASILITAS PENDIDIKAN


Dalam dunia pendidikan yang sangat urgent, tentunnya dibutuhkan beberapa
instrumen yang dapat menunjang proses pendidikan. Insrumen tersebut digunakan
dalam rangka memberikan manfaat dan kemudahan kepada semua komponen yang ada
di sekolah, untuk bisa menjalankan fungsinnya dengan baik. Sehingga tujuan
pendidikan yang diharapkan akan tercapai. Instrumen-instrumen tersebut selanjutnnya
disebut dengan istilah fasilitas.
Fasilitas yang digunakan dalam menunjang pendidikan di lembaga pendidikan,
biasannya dikenal dengan sebutan sarana dan prasarana. Seperti yang dikemukakan
oleh Wahyuningrum (2004: 4), menyatakan bahwa fasilitas adalah “segala sesuatu yang
dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha”. Berdasarkan pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu kegiatan. Kedua hal tersebut
sangat menunjang dan mendukung dalam dunia pendidikan. Sehingga perlu adannya
pengelolaan dengan tepat. Tanpa adanya pengelolaan yang tepat terhadap fasilitas maka
keberadaan fasilitas tidak akan membantu tercapainnya tujuan. Selain itu pengelolaan
fasilitas juga ditujukan dalam rangka selalu meyediakan fasilitas dalam keadaan siap
dipakai dan digunakan demi kemaslahatan proses bersama. Menurut Muling (2006)
dalam buku Manajemen Pendidikan, fasilitas adalah prasarana atau wahana untuk
melakukan atau mempermudah sesuatu. Bisa juga dianggap sebagai suatu alat. Sesuatu
yang dapat memudahkan dan melancarkan sutu usaha tersebut biasanya berupa benda-
benda atau uang. Dari pengertian tersebut, fasilitas dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Fasilitas fisik adalah segala sesuatu yang berupa benda atau yang mempunyai
peranan dapat memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik dapat
disebut juga dengan fasilitas materiil. Karena fasilitas ini dapat memberi
kemudahan dan kelancaran bagi suatu usaha dan biasanya diperlukan sebelum suatu
kegiatan berlangsung maka dapat pula disebut sebagai sarana materiil. Apabila
dikaitkan

4
dengan pendidikan maka fasilitas materiil meliputi: perabot ruang kelas, perabot
kantor TU, perabot laboratorium, perpustakaan dan ruang praktek, alat pelajaran,
media pendidikan, dll.
2) Fasilitas Uang adalah segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan suatu kegiatan
sebagai akibat dari “nilai uang”.
Menurut Ibrahim Bafadal (2003) dalam buku Manajemen Pendidikan, sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung
dugunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan Prasarana pendidikan
diartikan sebagai perangkat yang menunjang keberlangsungan sebuah proses
pendidikan, dalam pengertiannya yaitu semua perangkat kelengkapan dasar yang secara
tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan sekolah.
Wahyuningrum berpendapat bahwa sarana pendidikan adalah segala fasilitas yang
diperlukan dalam suatu kegiatan/aktivitas untuk mencapai suatu tujuan, yang dapat
meliputi barang yang bergerak maupun barang yang tidak bergerak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua
fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak, yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap tujuan pendidikan.

B. PENGADAAN FASILITAS PENDIDIKAN


1. Hakikat Pengadaan Sarana dan Prasarana Persekolahan
Pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua jenis
sarana dan prasarana pendidikan persekolahan yang sesuai dengan kebutuhan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks persekolahan,
pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan
semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud
untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana dan prasarana merupakan
fungsi operasional pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan

5
kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun
tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Cara-cara Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah
Ada beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembelian
Pembelian adalah merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan dengan jalan sekolah membayar sejumlah uang
tertentu kepada penjual atau supplier untuk mendapatkan sejumlah sarana dan
prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dilakukan
apabila anggarannya tersedia, seperti pembelian meja, kursi, bangku, lemari,
papan tulis, wirelles, dan sebagainya. Pengadaan sarana dan prasarana dengan
cara pembelian ini merupakan salah satu cara yang dominan dilakukan sekolah
dewasa ini.
b. Pembuatan Sendiri
Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan membuat sendiri yang
biasanya dilakukan oleh guru, siswa, atau pegawai. Pemilihan cara ini harus
mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efesiensinya apabila dibandingkan
dengan cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang lain. Pembuatan
sendiri biasanya dilakukan terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang
sifatnya sederhana dan murah, misalnya alat-alat peraga yang dibuat oleh guru
atau murid.
c. Penerimaan Hibah atau Bantuan
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara pemenuhan sarana dan
prasaran pendidikan persekolahan dengan jalan pemberian secara cuma-cuma
dari pihak lain. Penerimaan hibah atau bantuan harus dilakukan dengan
membuat berita acara.
d. Penyewaan

6
Penyewaan yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan
pemanfaatan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah
dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa. Pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya
dilakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara dan
temporer.
e. Pinjaman
Yaitu penggunaan barang secara cuma-cuma untuk sementara waktu dari pihak
lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan perjanjian pinjam meminjam.
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini
hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat
sementara dan temporer dan harus mempertimbangkan citra baik sekolah yang
bersangkutan.
f. Pendaurulangan
Yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara memanfaatkan
barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang berguna untuk
kepentingan sekolah.
g. Penukaran
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan menukarkan sarana dan prasarana yang dimiliki
dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan organisasi atau instansi lain.
Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis ini harus
mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua belah
pihak, dan sarana/prasarana yang dipertukarkan harus merupakan sarana dan
prasarana yang sifatnya berlebihan atau dipandang dan dinilai sudah tidak
berdaya guna lagi.
h. Perbaikan atau Rekondisi
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan
dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah mengalami
kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan prasarana maupun

7
dengan jalan

8
penukaran instrumen yang baik di antara instrumen sarana dan prasarana yang
rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik tersebut dapat disatukan dalam
satu unit atau beberapa unit, dan pada akhirnya satu atau beberapa unit sarana
dan prasarana tersebut dapat dioperasikan atau difungsikan.
3. Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Implementasinya
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres No. 80
tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun 2007.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umumnya melalui prosedur
sebagai berikut:
a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana.
b. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
c. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan kepada
pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta.
d. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat
persetujuan dari pihak yang dituju.
e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim ke
sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana
tersebut.
4. Proses Pengadaan Berbagai Jenis Sarana dan Prasarana Sekolah
Berikut dijelaskan pengadaan berbagai jenis sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan:
a. Buku
Yang dimaksud dengan buku disini ialah buku pelajaran, buku bacaan, buku
perpustakaan dan buku-buku lainnya. Buku yang dapat dipakai oleh sekolah
meliputi buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan baik fiksi maupun
non fiksi, buku sumber dan sebagainya. Untuk pengadaan buku dapat dilakukan
dengan 4 cara, yaitu:
1) Membeli
2) Menerbitkan sendiri
3) Menerima bantuan/hadiah

9
4) Menukar.
Dalam hal ini yang biasa dilakukan oleh sekolah adalah membeli dan
menerima bantuan/hibah. Sebab jika menerbitkan sendiri akan sangat
membutuhkan waktu yang lama, sedangkan jika menukar tidak semua materi
akan sesuai dengan materi yang diajarkan atau dengan kurikulum.
b. Alat
Alat yang dimaksud dalam hal ini terdiri atas alat-alat kantor dan alat-alat
pendidikan. Adapun yang termasuk alat kantor ialah alat-alat yang biasa
digunakan di kantor seperti: mesin tulis, mesin hitung, mesin stensil, komputer,
alat-alat pembersih dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam alat
pendidikan ialah alat-alat yang secara fungsional digunakan dalam proses
belajar mengajar seperti alat peraga, alat praktik, alat laboratorium, alat
kesenian, alat olah raga dan sebagainya. Pengadaan alat kantor dan alat
pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara: a. Membeli b. Membuat sendiri c.
Menerima bantuan/ hibah/hadiah.
c. Perabot Perabot ialah barang-barang yang berfungsi sebagai tempat untuk
menulis, istirahat, tempat penyimpanan alat atau bahan.
Adapun untuk pengadaan perabot dapat dilakukan dengan caracara sebagai
berikut:
1) Membeli
2) Membuat sendiri
Pengadaan perabot dengan membuat sendiri hanya berlaku bagi sekolah
dalam rangka untuk praktek, dan dapat dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan, terutama dalam hal biaya yang tersedia, tenaga ahli yang
dimiliki, peralatan yang dibutuhkan, pelaksanaan tugasyang dibebankan.
3) Menerima bantuan/hadiah.
Menerima bantuan dilaksanakan atas perjanjian dan persetujuan dari kedua
belah pihak (pemberi dan penerima) dan bantuan itu dapat berasal dari
lembaga pemerintah, swasta, maupun perorangan.
d. Bangunan

1
Pengadaan bangunan dapat dilaksanakan dengan cara:
1) Membangun bangunan baru.
2) Membeli bangunan
3) Menyewa bangunan
4) Menerima hibah bangunan
(a) Departemen Pendidikan Nasional dapat menerima hibah bangunan
berikut tanah dari pihak lain (Pemerintah Daerah/ Swasta).
(b) Agar ada dasar hukumnya, sebaiknya pelaksanaannya dilakukan
dengan Akte Notaris Pejabat Pembuat Akte tanah setempat.
5) Menukar bangunan
(a) Penukaran bangunan atau pemindahtanganan barang tidak bergerak
milik negara pada umumnya diatur dalam Keputusan Presiden tentang
pelaksanaan APBN, yaitu segala sesuatu harus mendapat persetujuan
Menteri Keuangan terlebih dahulu.
(b) Bangunan milik negara yang tidak memenuhi fungsinya lagi, lokasinya
terlalu ramai atau tanahnya terlalu sempit untuk diadakan perluasan
bangunan, dapat diusulkan untuk ditukarkan dengan bangunan milik
pihak lain yang sudah jadi atau masih akan dibangun di lokasi lain.
Usul penukaran diajukan kepada Menteri Pendidikan Nasional dengan
dilampiri:
(1) Alasan-alasan penukaran
(2) Penaksiran sementara harga tanah/bangunan lama
(3) Penaksiran sementara harga tanah/bangunan baru
(4) Surat-surat pemilikan tanah/bangunan lama

C. PENDAYAGUNAAN DAN PEMELIHARAAN FASILITAS PENDIDIKAN


Sarana dan prasrana yang sudah harus dirawat dan dipelihara agar dapat
dimanfaatkan dengan optimal, efektif dan efesien. Prinsip efektivitas berarti semua
pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun
tidak

1
langsung. Adapun, prinsip efisiensi berarti, pemakaian semua perlengkapan pendidikan
secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis,
rusak, atau hilang.
Kegiatan manajemen sarana dan prasarana ini meliputi delapan kegiatan yaitu :
perencanaa, pengadaan, penyaluran, penyimpanan, pemeliharaan, pendayagunaan,
inventarisasi, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. (Matin dan Fuad,
2016) Manajemen sarana prasarana pendidikan sangatlah penting dalam kegiatan
pendidikan untuk menciptakan kondisi atau suasana yang kondusif dalam lembaga
pendidikan. Kegaitan manajemen akan dapat dijadikan alat ukur pencapaian
keberhasilannya berperan dalam kegiatan belajar mengajar, dan agar keberadaan sarana
prasarana tersebut dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar.
Salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
adalah pemeliharaan. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar selalu dalam
keadaan baik dan siap untuk digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan. (Matin dan
Fuad, 2016) Agar pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilakukan secara
optimal yaitu ada tiga cara meliputi :
1) perlu dilakukan analisis kebutuhan secara lebih matang dalam membuat
perencanaan program kerja sarana dan prasarana oleh Tim Sarana dan Prasarana
Sekolah,
2) Tim Sarana dan Prasarana Pendidikan harus melakukan pendataan terhadap sarana
dan prasarana yang rusak, dan
3) Kepala Sekolah harusnya lebih intensif lagi dalam melakukan pengawasan dan
memberikankesadaran kepada seluruh warga sekolah dalam memelihara sarana dan
prasarana sekolah.
Seringkali ditemukan pemeliharaan atau perawatan sarana prasarana pendidikan di
sekolah yang tidak berjalan dengan baik. Sangat diperlukan kegiatan untuk mengatur
agar pemeliharaan dapat berjalan semestinya dengan melalui kegiatan perencanaa,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan agar pemeliharaan berjalan dengan
baik.

1
Perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan harus dikakukan
secara teratur dan berkesinambungan. Ada beberapa macam perwatan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di pesantren. Ditinjau dari sifatnya, ada
empat macam perawatan, yaitu: Pertama, perawatan yang bersifat pengecekan. Kedua,
perawatan yang bersifat pencegahan. Ketiga, perawatan yang bersifat perbaikan ringan.
Keempat, perawatan yang bersifat perbaikan berat.
Sedangkan apabila ditinjau dari waktu perbaikannya, ada dua macam perawatan
sarana dan prasarana pendidikan, yaitu perawatan sehari-hari dan perawatan berkala.
a. Pemeliharaan sehari-hari, misalnya: mobil, mesin disel, mesin ketik, komputer, dsb.
b. Pemeliharaan berkala, yaitu: dua bulan sekali, tiga bulan sekali, dsb.
Namun yang terpenting adalah koordinasi dan kerjasama di antara semua pihak di
dalam mengelola dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan agar tetap prima.
Dari segi pemakaian atau penggunaan terutama alat perlengkapan dapat dibedakan
atas.
a. Barang habis pakai dan barang tidak habis pakai. Penggunaan barang habis pakai
harus digunakan secara maksimal dan dipertanggung-jawabkan pada tiap triwulan.
b. Penggunaan barang tidak habis pakai atau barang tetap dipertanggung jawabkan
satu tahun sekali sehingga diperlukan adanya pemeliharaan dan barang-barang
tersebut disebut dengan barang inventaris.

D. PENGHAPUSAN FASILITAS PENDIDIKAN


Imron (2003) dan Bafadal (2004) menjelaskan bahwa penghapusan fasilitas
pendidikan merupakan suatu kegiatan meniadaka barang-barang milik lembaga ataupun
milik negara dari daftar inventaris dengan cara berdasarjan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Definisi lain, dikemukakan oleh Barnawi dan Arifin (2012)
bahwa penghapusan fasilitas pendidikan merupakan kegiatan dengan tujuan
mengeluarkan atau menghilangkan sarana dan prasarana pendidikan dari daftar
inventaris karena yang berangkutan dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan terutama bagi pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan definisi
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penghapusan fasilitas pendidikan yaitu
suatu kegiatan

1
memanajemen fasilitas pendidikan berupa sarana dan prasarana pendidikan, untuk
meniadakan, mengeluarkan, dan atau menghilangkan sarana dan prasarana tersebut dari
inventaris dikarenakan ketidakberfungsian sarana dan prasarana tersebut sebagaimana
mesti terutama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Adapun tujuan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan menurut Imron
(2003;2005) dan Bafadal (2004) dalam Ahmad Nurabadi (2014), yaitu :
a. Mengurangi dan mencegah kerugian lebih besar, akibat adanya dana yang
dikeluarkan untuk perbaikan.
b. Mengurangi dan mencegah pemborosan dana akibat biaya pengamanan,
penggudangan sarana dan prasarana yang tidak dipergunakan kembali.
c. Mengurangi beban dan membebaskan institusi dari tanggungjawab pemeliharaan
dan pengamanan barang yang sudah tidak dapat dibagai kembali.
d. Mengurangi beben pekerja inventarisasi yang dilakukan secara berkala.
e. Menghapuskan barang-barang yang out of date dari lembaga agar tidak
memboroskan tempat atau ruangan.
f. Agar barang-barang sekali pakai (tidak dapat di up grade) tidak menumpuk di
lembaga pendidikan.
g. Agar terdapat alasan dalam pengadaan barang baru yang lebih sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dari pos atau anggaran pengadaan.
Pada dasarnya, tujuan penghapusan fasilitas pendidikan untuk mengurangi sarana
dan prasarana pendidikan yang sudah tidak terpakai, menghemat anggaran,
pembebasan ruang pendidikan, serta mengurangi beban kerja tenaga pendidik dan
kependidikan dalam melakukan inventarisasi ataupun perawatan di sekolah.
Fasilitas pendidikan, dapat dihapuskan atau ditiadakan apabila memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Adapun persyaratannya, antara lain :
a. Fasilitas dalam keadaan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak dapatdiperbaiki
atau dipergunakan lagi.
b. Fasilitas dikhawatirkan dengan perbaikan akan menelan biaya yang besarsekali
sehingga merupakan pemborosan uang negara.

1
c. Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang denganbesaarnya
biaya pemeliharaan.
d. Hilang akibat susut diluar kekuasaan pengurus barang misalnyabahan kimia dan
lain- lain.
e. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini atau tidak mutakhir lagi.
f. Kelebihan persediaan yang jika disimpan lebih lama akan bertambahrusak dan
akhirnya tidak dapat dipergunakan lagi.
g. Musnah akibat bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, tanahlongsor, topan
dan sebagainya.
h. Hilang karena dicuri/dirampok/diselewengkan dan sebagainya.
Fasilitas pendidikan dalam peniadaannya atau penghapusannya perlu mengikuti
prosedur berdasarkan pada peraturan yang berlaku. Adapun prosedur atau tata cara
penghapusan fasilitas pendidikan yaitu :
a. Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokkan perlengkapan
yang akan dihapus dan meletakkan di tempat yang aman namun di lingkungan
sekolah.
b. Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus tersebut dengan mencatat jenis,
jumlah dan tahun pembuatan perlengkapan.
c. Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan barang dan pembentukan panitia
penghapusan, yang dilampiri dengan data barang yang rusak (yang akan
dihapusnya) ke Kantor Dinas PendidikanNasional Kota/Kabupaten.
d. Setelah SK penghapusan dari Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten
terbit, selanjutnya panitia penghapusan segera bertugas, memeriksa kembali barang
yang rusak berat, dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan.
e. Panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar di dalam Berita
Acara Pemeriksaan, disertai dengan pengantar dari kepala sekolah. Usulan itu lalu
diteruskan ke kantor pusat jakarta.
f. Setelah surat keputusan penghapusan dari Jakarta datang, dapat segera dilakukan
penghapusan terhadap penghapusan barang-barang tersebut. Ada dua kemungkinan
penghapusan perlengkapan sekolah, yaitu dimusnahkan dan dilelang. Apabila
melalui

1
lelang, yang berhak melelang adalah kantor lelang setempat, sedangkan hasil
lelangnya menjadi milik negara.

E. PELAPORAN FASILITAS PENDIDIKAN


1. Arti dan Tujuan Inventarisasi
Salah satu aktivitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah
adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah. lazimnya,
kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi
perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Secara definitif, inventarisasi adalah pencatatan dan penyususnan
daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan
ketentuan-ketentuan atau pedoman- pedoman yang berlaku. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan RI Nomor Kep. 225/MK/V/4/1971 barang milik negara adalah
berupa semua barag yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber, baik
secara keseluruhan atau sebagiannya, dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) ataupun dana lainnya yang barang- barangnya di bawah penguasaan
pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah otonom, baik yang berada di
dalam maupun luar negeri. Kegiatan inventarisasi ataupun pencatatan sarana dan
prasarana ini merupakan proses yang berkelanjutan. Dengan melakukan
inventarisasi terhadap saran dan prasarana pendidikan dapat diketahui julah, jenis
barang, kualitas, tahun pembuatan, merk, ukuran, harga dan sebagainya. Kegiatan
inventarisasi sarana dan prasarana menurut Bafadal, meliputi:
a. Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dalam buku
penerimaan barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.
b. Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris,
caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya dan
menuliskannya.
c. Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang tergolong barang inventaris
harus dilaporan .
Untuk keperluan pengurus dan pencatatan ini disediakan instrumen
administrasi berupa buku inventaris, buku pembelian, buku penghapusan, dan

1
kartu barang.

1
Adapun menurut B. Suryosubroto (2004), menjelaskan bahwa pencatatan
sarana pendidikan merupakan kegiatan administrasi sehingga perlu disediakan
instrumen administrasi, antara lain:
a. Buku invenatarisasi
Buku inventaris berisi daftar barang inventaris tentang barang-barang milik
negara dan barang-barang dari sumber lain dan telah menjadi milik negara.
b. Buku pembelian
Buku pembelian berisi daftar pembelian/pengadaan barang-barang.
c. Buku penghapusan
Buku ini berisi tentang penghapusan barang-barang yang tidak dapat dipakai
lagi atau sudah rusak dan barang-barang yang masih bagus tetapi tidak
diperlukan dalam pembelajaran.
d. Kartu barang
Kartu barang diperlukan untuk mengetahui keadaan barang dari segi kuantitas
untuk setiap bulan, catur wulan, setahun dan keadaan dari tahun ke tahun
berikutnya.
Definisi di atas menegaskan bahwa inventarisasi adalah pencatatan semua
barang milik negara. Namun sebenarnya yang perlu diinventarisasi tidak hanya itu.
Semua barang atau perlengkapan di sekolah, baik barang-barang habis pakai
maupun tahan lama, baik barang-barang milik negara maupun milik sekolah, baik
yang bergerak atautidak bergerak, yang murah maupun mahal, harus
diinventarisasi secara tertib menurut tata cara yang berlaku.
Ada beberapa landasan hukum yang mendasari kegiatan inventarsasi
perlengkapan sekolah, yaitu:
(1) Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 1971, tertanggal 30 Maret 1991;
(2) Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-225/MK/V/4/1971, tertanggal
13 April 1971;
(3) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 1971,
tertanggal 23 Oktober 1971;

1
(4) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4/M/1980, tertanggal 24
Mei 1980.
Namun, janganlah sekali-kali menginventarisasi perlengkapan pendidikan
secara tertib dan teratur itu dilakukan untuk memenuhi tuntutan hukum tersebut.
Melainkan lebih daripada itu, yaitu perolehan nilai guna terkandung dalam
inventarisasi perlengkapan pendidikan. Penginventarisasian perlengkapan
pendidikan memiliki nilai guna. Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan
mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan. Lebih lanjut, inventarisasi
mampu menyediakan data dan informasi untuk perencanaan. Perencanaan
pengadaan perlengkapan yang baik selalu didasarkan pada kebutuhan. Ini berarti
dalam membuat rencana pengadaan perlengkapan pendidikan harus berdasarkan
inventarisasi perlengkapan pendidikan yang ada. Nilai guna lain dari
penginventarisasian perlengkapan pendidikan adalah memberikan data dan
informasi dalam rangka pendistribusian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penghapusan perlengkapan pendidikan.
2. Cara Menginventaris Perlengkapan Sekolah
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal
16 Januari 1979 No. 20/MPK/1979, pengurusan barang-barang di sekolah dasar
dilakukan oleh kepala sekolah sendiri. Namun, dalam pelaksanaan sehari-hari
kepala sekolah selaku administrator dapat menunjuk stafnya atau guru-guru untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawab tersebut (Stoop & Johnson, 1969).
Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan, yaitu:
a. Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang
perlengkapan;
b. Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Kedua kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut:
1) Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang
perlengkapan.
a. Pencatatan Perlengkapan Pendidikan

1
Barang-barang perlengkapan di sekolah dapat diklasifikasi menjadi
dua macam, yaitu barang inventaris dan barang bukan inventaris. Barang
inventaris adalah keseluruhan perlengkapan sekolah yang dapat digunakan
secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama, seperti meja, bnagku,
papan tulis, buku perpustakaan sekolah, dan perabot-perabot lainnya.
Pengadaannya barangkali sepenuhnya atau sebagian besar dari anggaran
negara atau bantuan dari pihak-pihak tertetu. Sedangkan barang-barang
bukan inventaris adalah semua barang habis pakai, seperti kapur tulis,
karbon, kertas, pita mesin tulis, dan barang yang statusnya tidak jelas.
Baik barang inventari maupun barang bukan inventaris yang diterima
sekolah harus dicatat di dalam buku penerimaan. Setelah itu, khusus
barang- barang inventaris dicatat di dalam Buku Induk Inventaris dan
Buku Golongan Inventaris. Sedangkan khusus barang-barang bukan
inventaris dicatat di dalam Buku Induk Bukan Inventaris dan Kartu (bisa
juga berupa buku) Stok Barang.
b. Pembuatan Kode Barang
Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan inventarisasi perlengkapan
pendidikan di sekolah adalah membuat kode barang dan menuliskannya
pada badan perlengkapan pendidikan di sekolah, terutama yang tergolong
sebagai barang inventaris. Kode barang adalah sebuah tanda yang
menunjukkan pemilikan barang. Kode tersebut ditulis pada barang yang
sekiranya mudah dilihat dan dibaca. Tujuan pembuatan dan penulisan
kode adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali
semua perlengkapan pendidikan di sekolah.
2) Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan ini harus
melaporkan semua barang perlengkapan pendidikan yang ada di sekolah atau
barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru
kepada pemerintah, yaitu departemennya. Jika sekolah tersebut merupakan
sekolah swasta, maka pelaporannya wajib dilakukan kepada yayasan.

2
BAB III
KESIMPULAN

Manajemen fasilitas pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang


direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara
kontinuiti terhadap benda-benda pendidikan agar senantiasa siap pakai,efektif, dan efisien
guna membantu tercapainya tujuan dalam lingkup pendidikan. Fasilitas dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu fasilitas fisik atau yang biasanya disebut dengan fasilitas materiil dan
fasilitas uang. Pengadaan fasilitas pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa cara yang
dapat dipertimbangkan benefit dan konsekuensinya. Mempertimbangkan pengadaan jumlah
barang yang tidak sedikit untuk dilakukan pengadaan, maka perlu adanya prosedur
pengadaan sesuai dengan analisis kebutuhan sekolah, kemampuan sekolah, dan factor-
faktor lain yang membuat fasilitas pendidikan akan fungsional dalam implementasinya.
Fasilitas pendidikan yang telah diadakan juga harus melalui pendayagunaan agar
dapat dimanfaatkan dengan optimal, efektif dan efesien. Pendayagunaan harus diiringi
pemeliharaan dan perawatan untuk memaksimalisasi durabilitas fasilitas pendidikan yang
ada. Dalam pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka apabila fasilitas pendidikan telah
memiliki kualitas yang buruk, tidak fungsional, pemeliharaan lebih menghabiskan biaya
yang lebih tinggi dari pendayagunaan, dan faktor-faktor negative lain, maka dapat pula
dilakukan penghapusan fasilitas pendidikan dalam bentuk meniadakan, mengurangi,
ataupun mengganti.
Dalam proses analisis fasilitas pendidikan, pengadaan, pendayagunaan, dan
pemeliharaan fasilitas pendidikan. Diperlukan aktivitas dalam pengelolaan perlengkapan
pendidikan di sekolah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah.
Pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi perlengkapan
pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Secara definitif,
inventarisasi adalah pencatatan dan penyususnan daftar barang milik negara secara
sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang
berlaku agar sekolah dapat melakukan proses manajemen fasilitas pendidikan.

2
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nurabadi. 2014. Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Malang:


Universitas Negeri Malang.
Bafadal, I. (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan Aplikasinya. Jakarta:
Bumiaksara.
Jurnal Magister Administrasi Pendidikan. Volume 7, No. 1. Aceh: Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala
Nasrudin & Maryadi. Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam
Pembelajaran Di Sd. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pratiwi, Nurjanah. Dkk. (2013). Makalah Manajemen pendidikan. Manajemen Fasilitas
Pendidikan.
Suliyarti, Riri. Manajemen Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikanuntuk
Meningkatkan Kualitas Pendidikan.
Suryosubroto, B. (2004). Manajemen pendidikan di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Trisnawati, dkk. 2019. Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam
Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Di SD Negeri Lamteubee Aceh Besar.
Wahyuningrum. (2004). Buku Ajar Manajemen Fasilitas Pendidikan. Yogyakarta: FIP
UNY Direktorat Tenaga Kependidikan. 2007. Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah.
http://standard.divisilitbang.net/profil/fasilitas-pendidikan.html (diakses pada tanggal 24
Maret pukul 08.00)
https://www.academia.edu/11580214/MANAJAMEN_SARANA_DAN_PRASARANA_P
ENDIDIKAN_PERSEKOLAHAN_BERBASIS_SEKOLAH_DIREKTORAT_TENAGA_
KEPENDIDIKAN_DIREKTORAT_JENDERAL_PENINGKATAN_MUTU_PENDIDIK_
DAN_TENAGA_KEPENDIDIKAN_DEPARTEMEN_PENDIDIKAN_NASIONAL_TA
HUN_2007 (diakses pada tanggal 23 Maret pukul 20.34)

You might also like