Professional Documents
Culture Documents
6) Bab Iv
6) Bab Iv
35
36
26-45 16 33.3
45-65 17 35.4
65 > 15 31.3
Total 48 100
Sumber: Data primer, 2018
Tidak 21 43.7
Total 48 100
Sumber: Data Primer, 2018
Total 48 100
Ya 30 62.5
Tidak 18 37.5
Total 48 100
Usia 0.248
IMT 0.150
Hipertensi 0.528
0.640 79.2 %
IV.3 Pembahasan
IV.3.1 Pembahasan Univariat
Peneliti melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui gambaran
karakteristik pasien dan setiap variabel yang diteliti. Peneliti menggunakan lembar
questioner dan data rekam medis untuk menentukan status DM pada pasien.
Berdasarkan diagnosis dan gejala klinis yang dialami pasien sebanyak 56.3%
pasien adalah pasien yang mengalami DM tipe-2 dan sebanyak 43.8% tidak
mengalami DM tipe-2 namun memiliki risiko untuk mengalami DM tipe-2 di
masa yang akan datang apabila tidak dilakukan pencegahan lebih dini.
DM tipe-2 merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di Indonesia
baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. DM tipe-2 di pedesaan
terjadi dikarenakan pengetahuan masyarakat desa mengenai penyakit DM baik
dari segi penyebab maupun gejala klinis masih sangat minim (Lail, 2014). DM
tipe-2 di perkotaan muncul karena perubahan pola makan di kota-kota yang telah
bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan
serat dari sayuran, ke pola makan ke barat-baratan, dengan komposisi makanan
yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung
sedikit serat. Cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi hingga
malam pada orang yang bekerja di perkantoran dan hanya duduk di belakang meja
46
yang memiliki aktivitas fisik kurang aktif sebanyak 25% dan yang memiliki
aktivitas fisik aktif hanya sebanyak 27.1%. Dalam penelitian lain yang dilakukan
Trisnawati tahun 2013 menunjukkan kondisi yang sama yaitu, pasien yang
menderita DM tipe-2 memiliki aktivitas fisik yang intensitasnya ringan yaitu
sebanyak 75.9%, sedangkan yang memiliki aktivitas fisik yang intensitasnya berat
sebanyak 42.9%. Kondisi yang serupa terjadi pada hasil penelitian Erniati tahun
2013, kelompok pasien yang menderita DM tipe-2 sebagian besar memiliki
aktivitas fisik yang kurang yaitu sebanyak 55.9%, sedangkan sebagian lainnya
memiliki aktivitas fisik yang cukup sebanyak 44.1%.
Berdasarkan tabel klasifikasi IMT dari WHO, sebagian besar pasien
memiliki masalah berat badan lebih dari kriteria normal. Kelompok pasien
terbanyak adalah yang memiliki IMT obese 1 yaitu sebanyak 31.1% diikuti
kelompok pasien yang memiliki IMT overweight yaitu sebanyak 25%, pasien
yang memiliki IMT normal yaitu sebanyak 25%, dan pasien yang memiliki IMT
underweight yaitu sebanyak 18.8%. Berdasarkan keterangan pasien saat
melakukan wawancara ke beberapa pasien yang memiliki IMT normal maupun
underweight pernah memiliki riwayat IMT lebih dari kriteria normal. Hasil
penelitian Trisnawati tahun 2013 menunjukkan kondisi serupa yaitu, kelompok
pasien yang menderita DM tipe-2 di puskesmas kecamatan Cengkareng Jakarta
barat sebagian besar memiliki IMT obese yaitu sebanyak 76.5%, sedangkan yang
memiliki IMT normal sebanyak 31.3% (Trisnawati, 2013). Penelitian yang
dilakukan Jorgy tahun 2015 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu, sebagian
besar pasien yang menderita DM tipe-2 memiliki IMT normal sebanyak 53.6%,
diikuti pasien dengan dengan IMT overweight sebanyak 28%, pasien dengan IMT
obese sebanyak 10.6% dan pasien yang memiliki IMT underweight sebanyak
7.8% (Jorgy, 2015).
Pasien dalam penelitian ini yang memiliki status hipertensi sebanyak
62.5%, sedangkan pasien yang tidak berstatus hipertensi sebanyak 37.5%.
Penelitian yang dilakukan Trisnawati tahun 2013 di puskesmas Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat menunjukkan hasil yang sama yaitu, pasien yang
menderita DM tipe-2 yang memiliki status hipertensi sebanyak 81.5%, sedangkan
yang tidak berstatus hipertensi sebanyak 31.3%. Hasil yang berbeda terdapat pada
48
DM. Pasien yang menderita DM mempunyai pola familial yang kuat, risiko
menurunnya DM tipe-2 pada saudara kandung sebanyak 40% dan untuk anak
dan cucunya sebanyak 33%. jika orang tua menderita DM tipe-2 pasti
membawa (carrier) DM tipe-2 ke anak kandungnya (Price & Wilson, 2005).
Individu yang kedua orang tuanya menderita DM memiliki risiko sebesar
75% dan risiko untuk menderita DM apabila ibu menderita DM lebih besar
10-30% daripada ayah yang menderita DM, hal ini karena penurunan gen
sewaktu dalam kandungan cenderung lebih besar (Fitriyani, 2012). Menurut
teori mutasi gen mtDNA A3243G berperan dalam patogenesis terjadinya DM
tipe-2 yang diturunkan secara maternal. Mutasi gen mtDNA ini
mengakibatkan terjadinya gangguan proses fosforilasi oksidatif di
mitokondria di tingkat sel beta pankreas maupun di tingkat reseptor insulin
sehingga memicu terjadinya penurunan sekresi insulin dari sel beta pankreas
maupun resistensi insulin dan menyebabkan terjadinya DM tipe-2 (Yuliana,
2012). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fatmawati tahun 2010 bahwa,
hasil analisis uji chi-square yang dilakukan menunjukkan nilai p-value <0.05
yang berarti terdapat hubungan antara riwayat keluarga menderita DM
dengan kejadian DM tipe-2 (Fatmawati, 2010). Hal ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan Sukmaningsih tahun 2016 bahwa, hasil uji chi-
square yang dilakukan menunjukkan hasil p-value <0,05 yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga menderita DM dengan
kejadian DM tipe-2 (Sukmaningsih, 2016).
DM tipe-2 (Murray dkk, 2009). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Trisnawati tahun 2013 yang menunjukkan hasil uji chi-square
dengan nilai p-value < 0.05 yang berarti, terdapat hubungan yang signifikan
antara IMT dengan kejadian DM tipe-2 (Trisnawati, 2013). Penelitian yang
dilakukan Garnita tahun 2012 juga menunjukkan hasil yang sama yaitu uji
chi-square didapatkan nilai p-value < 0.05 yang berarti, terdapat hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM.