You are on page 1of 8

TATA CARA QASAR, JAMA’ DAN SHALAT HORMAT WAKTU

BAGI FAQID THAHURAIN

A. SHALAT QASHAR
- Syarat Shalat Qashar
Bagi orang yang berpergian jauh, dibolehkan menyingkat shalat fardhu yang 4 raka’at
menjadi 2 raka’at dengan syarat sebagai berikut:
a. Berpergian bukan untuk maksiat.
b. Jarak tempuh perjalanan mencapai 2 marhalah/16 farsah (±138 km).1
c. Shalat yang boleh diqashar adalah shalat tunai bukan qadha.
d. Niat mengqashar pada waktu takbiratul ihram.
e. Shalat qasharnya tidak boleh mengikuti(menjadi sebagai makmum).2
- shalat orang mukim3 .
- Contoh Lafaz Niat Qashar
‫ُا َص ِرِّل ى َصَف ْر َص ى الُّظ ْر ِر ى َص ْر ُا ْر َصًةى ِرىَصَف َص َصى‬
‫اى‬
“Sahaja aku qashar shalat zhuhur karena Allah Ta’ala”.4

B. SHALAT JAMA’
Shalat jama’ ialah shalat yang dikumpulkan kepada waktu shalat lain, misalnya zhuhur dengan
ashar, maghrib dengan isya di dalam satu waktu.
Cara melakukan shalat jama’ ada 2 (dua) metode:
- shalat ashar dikerjakan pada waktu zhuhur atau shalat isya dikerjakan pada waktu
maghrib, maka jama’ seperti itu disebut jama’ taqdim.
- Jika dilakukan sebaliknya disebut jama’ takkhir.

SYARAT JAMA’ TAQDIM DAN TAKKHIR


Syarat Jama’ Taqdim:
1. Dikerjakan dengan tertib, misalnya zhuhur dahulu kemudian ashar dan maghrib kemudian
isya.
2. Niat jama’ dilakukan pada shalat yang pertama.
3. Berurutan antara keduanya, yakni tidak boleh disela dengan melebihi kadar 2 rakaat
shalat sunnah atau lainya.

- Contoh Lafaz Niat Jama’ Taqdim Shalat Maghrib

‫اى َصْر ُا ْر ًة ى َص َص ى اْر ِر َص ِراى َصْر َص ىَصَف ْر ِر ْرٍت ى ِرىَصَف َص َصى‬


‫اى‬ ‫ُا ِرِّل ى َصَف ى اْر ْر ِر ِر ى َصَص َص ى َص ٍت‬
‫َص َص‬ ‫َص ْر َص َص‬
- Contoh Lafaz Niat Jama’ Taqdim Shalat Isya

‫اى َصْر ُا ْر ًة ى َص َص ى اْر َص ْر ِر ِر ى َصْر َص ىَصَف ْر ِر ْرٍت ى ِرىَصَف َص َصى‬


‫اى‬ ‫اىَص ى َص ٍت‬
‫ْر َص َص َص َص‬ ‫ُا َص ِرِّل ى َصَف ْر َص ى اْر‬

Syarat Jama’ Takkhir


1. Niat jama’ takkhir (membawa shalat dhuhur dlm wkt ashar/shalat magrib dlm wkt isya)
dilakukan dalam waktu yg memungkinkan untuk melakukan shalat yang pertama.

1
Hasil mubahasah Dayah MUDI Mesra Samalanga
2
Ibrahim al-Bajuri jil: 1 hal:206 cet: al-Haramain.
3
Seseorang yg niat untuk berhenti di satu tempat minimal 4 hari wl blm sampai ketempat itu/bukan musafir.
4
Ibrahim Al-Bajuri jil:1 hal: 205 cet: al-Haramain, I’anah at-Thalibin jil:2 hal:102 cet: al-Haramain

1
2. Masih dalam keadaan musafir hingga akhir waktu yang kedua.5

C. SHALAT JAMA’ SERTA QASHAR


Shalat jama’ & qashar/ digabung dan diringkas. Artinya mengerjakan dua shalat fardhu dalam
satu waktu serta meringkasnya. Shalat jama’ qashar bisa dilakukan secara taqdim maupun
takkhir.

- Contoh Lafaz Niat Shalat Qashar dan Jama’ Taqdim

‫ُا َص ِرِّل ى َصَف ْر َص ى الُّظ ْر ِر ى َصْر َص ىَصَف ْر ِر ْرٍت ى ِر اْر َص ْر ِر ى َص ْر ًة ى َصْر َصَصَف ْر ِر ى ِرىَصَف َص َصى‬
‫اى‬
“Sahaja aku shalat fardhu zhuhur dua raka’at, qashar dengan menjama’ ashar kepadanya,
karena Allah Ta’ala”.
- Contoh Lafaz Niat Shalat Qashar dan Jama’ Taqdim

‫ُا َص ِرِّل ى َصَف ْر َص ى اْر َص ْر ِر ى َصْر َص ىَصَف ْر ِر ْرٍت ى ِر الُّظ ْر ِر ى َص ْر ًة ى َصْر َصَصَف ْر ِر ى ِرىَصَف َص َصاى‬
“Sahaja aku shalat fardhu ashar dua raka’at, qashar dengan menjama’ zhuhur kepadanya,
karena Allah Ta’ala”.

D. SHALAT HORMAT WAKTU


Seseorang yang tidak mendapatkan air dan tanah tetap diwajibkan untuk melaksanakan shalat
& shalat tersebut di namakan dengan shalat hormat waktu. Sebagaimana perkataan Imam
Nawawi :
‫سى ِرْري ِرو َصىو ِرح ٌ ى ِرِّل ْرنَف ُا َص ىاَص ِرزَص وُا ِرىِفى ْرْلَص ِريْر ِرى ْرَصنى‬ ‫ىَي ْر ى ا مىوَصَلى ُاَف ى َص اْر حبَف ِرس ِر ِر‬
‫َصوَص ْرنى مَّلْر َص َص ًة َص ًة َص ْر ُا ْر ْر‬
‫ىِفى َص ْر ض ٍت ىاَصْري َص‬
‫ِر‬
‫َصح َص ُاُهَص ى‬ ‫ِر ِر ِر ِر ِر‬ ‫ِر‬
‫يُّظ َص ِّل َص ى اْر َصف ْر َص ىِلُاْر َص ةى اْر َص ْرة َصىويُا ْري َص ى ذَص َصىو َصج َص ى َص‬
“Barangsiapa yang tidak mendapatkan air dan tanah, seperti tawanan dalam suatu
tempat yang tiada air dan tanah, maka wajib melaksanakan shalat fardhu untuk
menghormati waktu. Dan wajib mengi’adah (mengulang shalat) bila mendapatkan air
atau tanah. Berdasarkan pendapat Jadid”. 6

‫س ُاىُيِريَصَف ْر ِر ىاِر َص َص م ى( يىا ض و )ى َصويُا ِرْري َص ِرنى َص َص ميَص هُا ِرىِبِرْرُيَص ٍتاى‬ ‫ىَن ٍت‬ ‫س ِرىِبَص َصح ِرِّلل َصْر‬ ‫ِر ِر‬
‫َصويُا َص ِّل ى اْر َص يْر ُاق َصىو اْر َص ْرحبُاَف ْر ُا‬
‫ىو َص ِر ِروى ِر ْر َصْر ِرىى‬
‫اِرنَص ْر َصِرىذَصاِر َص َصىوِر ْرِفى َص ْر نَص ُاُهَص ى اْر َص ْر ُا ْر ُا َصىوَصْر ُاهُاى َص َص ْر ُا ْروِر ِر‬
“Orang yang tenggelam dan/ dipenjara ditempat bernajis, shalatnya dikerjakan dengan
berisyarah kemudian Shalat itu harus di ulangi (i’adah) karena jarang terjadi. orang
yang disalip dan seumpamanya seperti orang yang diikat kakinya ditanah”.7 sama
hukumnya dengan orang tenggelam dan dipenjara.

5
Ibrahim al-Bajuri jil: 1 hal: 207-209 cet: al-Haramain, as-Syarqawi ‘ala at-Tahrir jil:1 hal: 250-258 cet: al-Haramain.
6
Jalaluddin al-Mahalli ‘ala Minhajuj at-Thalibin jil: 1 hal: 96 cet: Toha Putra
7
As-Syarqawi ‘ala at-Tahrir jil: 1 hal: 279-280 cet: al-Haramain

2
Kesimpulannya:shalat hormat waktu penyebabnya karena tidak mencukupi syarat2 tuk
sah shalat.
Kasus ini sering kita jumpai pada perjalanan dengan pesawat sementara kita dalam
keadaan yang tidak mungkin untuk bersuci atau hal2 lainnya yang merupakan syarat
sah shalat.

E. KETENTUAN RUKUN WUDHU’ & YANG MEMBATALKANNYA DI DALAM MAZHAB IMAM


HANAFI
Para ulama berbeda pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang menyebutkan 4
saja sebagaimana yang tercantum dalam ayat Quran,ada juga yang menambahinya dengan
berdasarkan dalil dari Sunnah.

 Al-Hanafiyah,berpendapat bahwa rukun wudhu itu hanya ada 4 sebagaimana yang tersebut
dalam nash Quran.

 6 (enam) rukun menurut As-Syafi`iyah dengan penambahan niat dan tertib.

 Ketentuan Rukun Wudhu Berdasarkan 4 Mazhab:

MEMBASUH MEMBASUH MENGUSAP MEMBASUH


RUKUN NIAT TERTIB MUWALAT ADDALK Jum
WAJAH TANGAN KEPALA KAKI
Hanafi – Rukun Rukun Rukun Rukun – – – 4
Maliki Rukun Rukun Rukun Rukun Rukun – Rukun Rukun 7
Syafi`i Rukun Rukun Rukun Rukun Rukun Rukun – – 6
Hanbali Rukun Rukun Rukun Rukun Rukun Rukun Rukun – 7
Rukun Wudhu Di Dalam Mazhab Imam Hanafi (al-Hanafiyah):
1. Membasuh Wajah
Para ulama menetapkan bahwa batasan wajah seseorang itu adalah tempat tumbuhnya rambut
(manabit asy-sya`ri) hingga ke dagu dan dari batas telinga kanan hingga batas telinga kiri.
2. Membasuh kedua tangan hingga siku
Secara jelas disebutkan tentang kewajiban membasuh tangan hingga ke siku. Dan para ulama
mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bahwa siku harus ikut dibasahi
3. Mengusap kepala
Yang dimaksud dengan mengusap adalah meraba atau menjalankan tangan ke bagian yang diusap
dengan membasahi tangan sebelumnya dengan air.
 Al-Hanafiyah mengatakan bahwa yang wajib untuk diusap hanya 1/4 kepala, Yaitu mulai ubun-
ubun dan di atas telinga.

 Asy-syafi`iyyah mengatakan bahwa yang wajib diusap dengan air hanyalah sebagian dari kepala,
meskipun hanya satu rambut saja. Dalilnya hadits Al-Mughirah : Bahwa Rasulullah SAW ketika
berwudhu` mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya (sorban yang melingkari kepala).

4. Mencuci kaki hingga mata kaki.


Menurut jumhur ulama, yang dimaksud dengan hingga mata kaki adalah membasahi mata
kakinya itu juga.
Sebagaimana Syekh Hasan bin Umar bin Ali as-Syarnablali (wafat 1069 H) berkata:

3
‫َصس َصف ِرلى ا مذ َص ِرنى‬ ‫ِر ِر‬ ‫ِر‬ ‫ِر‬ ‫ِر‬ ‫ِر ِر‬ ‫َص َص ُانى اْر ِر‬
‫ىسطْر ِرحى ْرْلُاْربَف َص ةى َصاى ْر‬ ‫ضوُاى مو ُا ى َص ْر ُالى اْر َص ْرج ىو ى َصو َصح ُّظهُاىطُاْرًةَلى ْرنى َص ْرب َص ُا‬ ‫ض ْراىَصْر َصَف َصةٌ َصىوى َص ى َصَفَص ا ُا‬
‫ُا ُا‬ ‫ْر‬
‫ َصىو ام ِر ُاى‬، ‫ َصىو الم اِر ُا ى َص ْر ُالى ِر ْرجَصْري ِروى َص َص ى َص ْر بَصَفْري ِرىو‬، ‫اى َص ْر ُالىيَص َص يْر ِروى َص َص ى ِر ْر َصَف َص ْري ِرىو‬ ‫ِر‬ ‫ِر‬
‫ى َصو الم ْر‬، ‫ض ى َص ى َصَف ْر َص ى َص ْرح َص َصِر ى ْر ْرُاذ َصَف ْر ى‬‫َصو َصح ُّظهُاى َص ْر ًة‬
‫ى‬.‫َص ْر ُاحى ُاُا ِر ى َصْر ِرس ِرىو‬
“Rukun wudhu ada 4: Pertama, membasuh wajah. Batasan wajah secara vertical (atas-bawah), mulai
dari tempat tumbuh rambut yang biasa, sampai tempat penghabisan dagu. Batasan wajah secara
horizontal (kiri-kanan), mulai dari asal telinga yang satu ke telinga yang lain. Yang kedua, membasuh
kedua tangan hingga kedua siku. Yang ketiga, membasuh dua kaki beserta dua mata kaki. Yang
keempat, menyapu seperempat kepala”.8

Sunat- Sunat Wudhu dalam Mazhab Hanafi.


Didalam Mazhab Hanafi Sunat bermakna : Jika dikerjakan mendapat Pahala dan jika ditinggalkan
berdosa.

1. Membaca Bismillah
2. Membasuh tangan hingga pergelangan
3. Istinsyaq (memasukkan Air Kedalam Hidung)
4. Berkumur-Kumur
5. Menggosok sela-sela jari tangan dan kaki
6. Tatslis ( 3 kali)
7. Menyapu Sekalian Kepala
8. Membasuh 2 telinga
9. Niat
10. Tertib9

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU`


Ada 6 perkara.
HAL-HAL YANG
NO Al-Hanafiyah Al-Malikiyah As-Syafi`i Al-Hanabalah
MEMBATALKAN WUDHU`

Batal jika keluar sesuatu


Keluarnya sesuatu lewat dua
1 Batal yang lazim juga dari Batal Batal
lubang qubul atau dubur
lubang yang lazim

Tidur yang bukan dalam Batal walaupun dalam


2 Batal Batal jika pulas Batal
posisi tamakkun posisi tamakkun

Hilang Akal Karena Mabuk,


3 Batal Batal Batal Batal
Tidur Atau Sakit

Menyentuh Kemaluan dengan


4 Tidak batal Batal Batal Batal
telalapak tangan

Menyentuh kulit lawan jenis


5 Tidak Batal Batal jika merasa lezat Batal Batal dengan syahwat
yang bukan mahram

6 Keluarnya Sesuatu dari badan Batal Tidak Batal Tidak Batal Tidak Batal

8
Muraqi al-Falah Syarh Nur jil: 1 hal: 28-29 ver: maktabah syamilah.
9
Mazahibul Arba’ah Juz 1 Halaman 64 (Sunat- Sunat Wudhu’) Syamel

4
Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu Di Dalam Mazhab Imam Hanafi (al-Hanifah):
11. Keluarnya sesuatu lewat dua lubang qubul atau dubur.
12. Tidur yang bukan dalam posisi tamakkun di atas bumi (tidak memungkinkan keluar sesuatu dari
dubur).
13. Hilang Akal Karena Mabuk, Tidur Atau Sakit.
14. Keluarnya Sesuatu dari badan, seperti darah, nanah dan semacamnya, akibat luka atau lainnya.
Catatan :
 Mereka sepakat bahwa Murtad juga menyebabkan batalnya wudu’ kecuali al Hanafiyah.

 Namun al Hanafiyah berpendapat Ketawa dalam shalat juga menyebabkan batal wudu’.

 makan daging kambing atau unta menurut al-Hanabilah termasuk yang membatalkan wudu’, dan
memandikan jenazah.
Sebagaimana Syekh Hasan bin Umar bin Ali as-Syarnablali (wafat 1069 H) berkata:

‫ى‬: ‫ين ضى ا ض اى ن ى ى يئ‬


‫ى‬.‫ى ىخ جى نى ا بي ىإَلى يحى ا بلىِفى ح‬-‫ى‬1
‫ى‬.‫ى مىو يح‬: ‫ىوَن سةىس ا ةى نى ريُه‬-‫ى‬2
‫ىى‬.‫ىوين ضوىوَل ى نى ريى ؤيةى م‬-‫ى‬3
‫حى‬ ‫ى‬ ‫ىو اىط مى وى اى وى قى وى ىإذ ى ألى افمىوى ى ىَلىينطبقى يوى افمىإَلى ك فى‬- ‫ى‬4
‫ى‬.‫وَي ى ف قى ا اىإذ ى حت ىسببو‬
‫ى‬.‫ىو مى بى ى ابزقى وىس و ه‬-‫ى‬5
‫ى‬. ‫ىو مىَّلى كنى يوى مل ى نى‬-‫ى‬6
‫ى‬. ‫ىانامى بلى ب ىوىوإنىَّلىي طىِفى ال ى‬ ‫ىو ف عى‬-‫ى‬7
‫ى‬.‫ىوإ ا‬-‫ى‬8
‫ى‬.‫ىوجن ن‬-‫ى‬9
‫ى‬. ‫ىوسك‬-‫ى‬10
‫ى‬. ‫ىو ةى اغىي ل نىِفى ىذ اى عىوسج ىوا ى ى خل وجىهب ى نى ا‬-‫ى‬11
‫ى‬.‫ىو سى جى ذ ى ن بى ىح ال‬-12
“Dua belas perkara yang membatalkan wudhu (dalam Mazhab Hanafi):
1. Sesuatu yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur), kecuali angin qubul.
2. Najis yang mengalir dari selain dua jalan, seperti darah dan nanah.
3. Wiladah (melahirkan) yang tidak disertai darah.
4. Muntah makanan atau muntah air, ‘alaq (darah yang keras dari ma’iddah, cairan pahit
apabila sudah memenuhi mulut.
5. Darah yang lebih banyak dari air liur atau menyamai air liur dalam mulut.

5
6. Tidur yang tidak tetap pada tempat duduknya.
7. Terangkat tempat duduk bagi orang yang tidur sebelum terjaga, walaupun tidak
terjatuh.
8. Pitam.
9. Gila.
10. Mabuk.
11. Tertawa terbahak-bahak dalam sembahyang dengan ukuran dapat terdengar suara oleh
orang disamping, walaupun tujuannya untuk keluar dari shalat dengan tertawa itu.
12. Menyentuh faraj dengan zakar tanpa pembatas (ha-il)”.10

Catatan:

Tidak membatalkan wudhu dengan sebab berikut ini menurut Mazhab Hanafi:
1. Darah yang tidak mengalir dari tempatnya.
2. Terkupas daging tapi tidak mengalir darah.
3. Keluar ulat dari luka, telinga dan hidung.
4. Menyentuh kemaluan.
5. Menyentuh perempuan.
6. Muntah yang tidak memenuhi mulut.
7. Muntah dahak walaupun banyak.
8. Tidur secara miring yang boleh jadi hilang maq’ad (tempat duduk).
9. Tidur yang tetap.
10. Tidur orang yang sedang shalat walau sedang ruku’.11

10
Nurul Idhah wa Najah jil: 1 hal: 25-26 ver: maktabah syamilah.
11
Ibid hal: 26-27

6
TAQLID

a. Pengertian

Taqlid adalah melaksanakan suatu amalan berdasarkan pendapat mujtahid tanpa


mengetahui dalil. Kapan saja ada niat dalam hati untuk mengikuti mujtahid maka ia sudah
bertaqlid sekalipun tidak di ucapkan dengan lisan.

b. .Hukum bertaqlid.

 Wajib , jika untuk seseorang yang belum sampai tingkatan mujathid


 . Haram, jika ia seorang mujtahid.
Dalam hal taqlid ( bermazhab) boleh memilih mazhab mana saja dari mazhab yang 4 untuk
diikuti.
Kemudian boleh juga berpindah dari satu mazhab kepada mazhab yg lain baik untuk
selamanya ataupun pada beberapa masalah.

c. Syarat taqlid

1. Muqalid (yg bertaqlid) harus mengetahui segala ketentuan baik syarat ataupun rukun
dalam satu masalah/ibadah yg telah difatwakan imam mujtahid

2. Taqlid terjadi sebelum melaksanakan suatu ibadah/muamalah. Oleh krena itu,


seseorang yang telah manunaikan ibadah tanpa taqlid. Sementara sahnya ibadah
tersebut masih diperdebatkan para imam mujtahid. Maka ia wajib mengulangnya
kembali. Namun dalam kalangan ulama Syafi’iyah ada juga yang berpendapat bahwa
Boleh terjadi taklid sesudah beramal.12

3. Tidak mengikuti pendapat mudah saja dari tiap2 mazhab. Misalnya, seseorang yang
mengalami Faqid Thahurain (tidak ada air dan tanah) yang ia miliki hanya batu yang
suci, Ia tidak melakukan tayamum karena mengikuti mazhab Imam Syafii karena dalam
mazhab syafii tdk boleh tayamum pada selain tanah. Dan ia tdak mengqadhanya karena
mengikuti mazhab malik.

Jika ditelusuri pendapat dalam mazhab Syafii : jika mengalami faqid thahurain maka ia
wajib shalat hormat waktu, kemudian wajib mngkadhanya kembali. Dan Didalam
Mazhab Malik : seseorang yang mengalami Faqid Thahurain dan tidak memiliki batu
yang bisa digunakan untuk tayamum,13 maka ia tidak wajib lagi mengerjakan shalat
tersebut Dan shalatnya tidak wajib menqadhanya.

4. Muqallad ( ulama yg diikuti) harus seorang Mujtahid, walau sebagai mujtahid fatwa.
Sperti Imam nawawi. Imam nawawi. Imam rafii. Imam ramli . Imam ibnu hajar selama
tidak dinyatakan secara langsung oleh ulama bahwa pendpatnya dhaif sekali.

12
Lihat ‫ خالصة التحقيق فى بيان حكم التقليد و التلفيق‬Hal 15, Hakikat Kitabevi, Turki
13
Mazhab Malik Boleh bertayamum dengan Batu yang suci

7
‫‪5. Tidak boleh Talfiq‬‬
‫‪Talfiq ialah mencampur adukkan 2 pendpat mujtahid dalam satu amalan . Sehingga‬‬
‫‪menyebabkan imam A menyatakan tidak sah dan Imam B juga berpendapat tidak sah.‬‬

‫‪6. Hukum yang ditaqlid tidak kontradiksi (bertentangan) dengan hukum yang telah‬‬
‫‪diputuskan oleh Qadhi berdasarkan Nash, ijmak dan sebgainya.14‬‬

‫امتلليد‪ :‬حمكو‪ ،‬رشوطو ‪ ,‬امتلليد‪ :‬ىو امعمل بلول اجملهتد من غري معرفة دميهل‪ ،‬ومىت هواه يف كلبو كفى وان مل ًنطق‬
‫بو‪ .‬حمكو‪ :‬وىو واجب عىل غري اجملهتد‪ ،‬وحرام عىل اجملهتد فامي ًلع هل من احلوادث‪ .‬وًتخري امشخص ابتداء يف ثلليد‬
‫أأي مذىب من املذاىب ا ألربعة‪ ،‬مث بعد ثلليده ألي مذىب‪ ،‬جيوز هل الاهتلال منو اىل مذىب أخر ‪-‬سواء اهتلل‬
‫دواما‪ ،‬أأو يف بعظ ا ألحاكم‪ -‬ومو مغري حاجة عىل املعمتد‪ .‬ونلتلليد رشوطس تة‪ :‬ا ألول‪ :‬معرفة امللدل ما اعتربه ملدله‬
‫يف املسأأةل اميت يرًد امتلليد فهيا من رشوطوواجبات‪ .‬امثاين‪ :‬أأن ال يكون امتلليد بعد اموكوع؛ مفن أأدى عبادة خمتلفا‬
‫يف حصهتا من غري ثلليد نللائل هبا‪ ،‬مزمو اعادهتا‪ ،‬ألن اكدامو عىل فعليا عبث‪ .‬امثامث‪ :‬أأن ال ًتع امرخص حبيث‬
‫خيرجو عن عيدة امتلكيف‪ :‬كام اذا ضاق اموكت‪ ،‬ومل جيد ماء وال ترااب‪ ،‬ووجد خصرا طاىرا‪ ،‬فرتك امتميم عليو ثلليدا‬
‫نلشافعي‪ ،‬وترك كضاء ىذه امطالة ثلليدا مالمام ماكل؛ ألن امشافعي ال جيوز امتميم من غري امرتاب امطاىر‪،‬‬
‫وًوجب امطالة عليو حلرمة اموكت‪ ،‬وعليو املضاء‪ .‬واالمام ماكل ًلول‪ :‬اذا فلد امطيورين‪ ،‬وفلد خصرا ًتميم عليو‪،‬‬
‫سلطت عنو ىذه امطالة‪ ،‬وال كضاء عليو‪ .‬امرابع‪ :‬أأن يكون ملدله جمهتدا ومو يف امفتوى‪ :‬اكمرافعي‪ ،‬وامنووي‪،‬‬
‫وامرميل‪ ،‬وابن جحر؛ ما مل ًرصح امعلامء بأأن كوهل يف ىذه املسأأةل ضعيف جدا؛ واال مل ًطح ثلليده يف ىذا املول؛‬
‫وكذكل ال ًطح ثلليد االمام يف املول اذلي يرجع عنو‪ ،‬ما مل خيرته علامء مذىبو دلميل اس تنبطوه من كواعده‪.‬‬
‫اخلامس‪ :‬عدم امتلفيق‪ ،‬بأأن ال ًلفق يف كضية واحدة ابتداء وال دواما بني كومني ًتودل مهنا حليلة ال ًلول هبا‬
‫ضاحباىام‪ .‬امسادس‪ :‬أأن ال يكون احلمك امللدل فيو مما ًنلظ فيو كضاء املايض مو حمك بو خملامفتو هطا‪ ،‬أأو اجامعا‪ ،‬أأو‬
‫حنوىام؛ فان اكن مما ًنلظ فيو كضاء املايض مل ًطح امتلليد فيو مع احلرمة‪ .‬اىـ‪.‬‬

‫‪Demikianlah Makalah Kecil ini kami susun , semoga bermanfaat‬‬


‫‪Langsa, 03 Januari 2017,‬‬
‫‪LBM Futuhul Mu’arif Al-Aziziyyah Bersama KATANA Travel‬‬

‫‪14‬‬
‫‪Lihat Kitab Fatawa Imam NAwawi hal 169 cet Darl Kutub Ilmiyah‬‬

‫‪8‬‬

You might also like