You are on page 1of 10

JIPPK, Volume 2, Nomor 2, Halaman 115-124

ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e)


http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk

ANALISA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAHAM


MINORITAS DALAM PROSES AKUISISI BERDASARKAN
PASAL 126 UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

Maya Sari, Abdul Rachmad Budiono, Hanif Nur Widhiyanti


Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
email:mayasari.tan@yahoo.com

Abstract: This paper aim to analyze the legal implications of legal conflicts between Article 126
paragraph 1 and paragraph 3 of UUPT.Article 126 paragraph (1) of Law no. 40 of 2007 regarding
Limited Liability Company (UUPT) states that the acquisition process should consider the interests
of minority shareholders. But in article 126 paragraph (3) UUPT that the business undertaken by
minority shareholders under Article 62 UUPT does not stop the acquisition process. It appears that
the UUPT has not yet provided legal protection for minority shareholders and there is a legal conflict
between Article 126 paragraph (1) of the Company Law which wishes to provide legal protection to
minority shareholders and paragraph (3) of the article which illustrates that the shareholders’ Minori-
ties do not stop the acquisition process. By approach of legislation and case approach, the result is
that there is no legal certainty over legal efforts by minority shareholders in using the voting rights
in accordance with the shares they hold when the minority shareholders do not approve the acqui-
sition. UUPT has not provided clear legal protection for minority shareholders so that in the process
of acquisition of minority shareholders is impaired.

Key Word: acquisition, limited liability company, minority shareholders, legal protection

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis implikasi hukum terhadap konflik hukum antara
pasal 126 ayat 1 dan ayat 3 dari UUPT. Pasal 126 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT) menyatakan bahwa proses akuisisi harus memperhatikan kepentingan pemegang
saham minoritas. Tetapi pada Pasal 126 ayat (3) UUPT tersebut menyatakan bahwa usaha yang
dilakukan pemegang saham minoritas berdasarkan Pasal 62 UUPT tidak menghentikan proses akuisisi.
Terlihat belum konsistennya UUPT memberikan perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas
dan terlihat adanya konflik hukum antara Pasal 126 ayat (1) UUPT yang ingin memberikan perlindungan
hukum kepada pemegang saham minoritas dan ayat (3) dari pasal tersebut yang menggambarkan
bahwa upaya hukum yang dilakukan pemegang saham minoritas tidak menghentikan proses akuisisi.
Kajian menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus diperoleh hasil bahwa
tidak adanya kepastian hukum atas upaya hukum yang dilakukan pemegang saham minoritas dalam
menggunakan hak suara sesuai dengan saham yang dimilikinya ketika pemegang saham minoritas
tidak menyetujui dilakukannya akuisisi. UUPT belum memberikan perlindungan hukum yang jelas
bagi pemegang saham minoritas sehingga dalam proses akuisisi pemegang saham minoritas dirugikan.

Kata Kunci: akuisisi, perusahaan terbatas, Pemegang Saham Minoritas, Perlindungan Hukum

Pengertian akuisisi atau pengambilalihan Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan


berdasarkan Pasal 1 angka 11 UUPT adalah Perseroan Terbatas, pengertian akuisisi adalah
“Perbuatan hukum yang dilakukan yang dilakukan “Perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
oleh badan hukum atau orang perorangan untuk hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih saham Perseroan yang mengambilalih baik seluruh ataupun sebagian besar
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas saham Perseroan yang dapat mengakibatkan
perseroan tersebut”. Sementara berdasarkan beralihnya pengendalian terhadap Perseroan
Peraturan Pemerintah Nomor 27/1998 tentang tersebut.”

115
116 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

Akuisisi tidak mengakibatkan perseroan yang 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih
diambilalih sahamnya menjadi bubar dan berakhir, Perseroan ; atau
hanya pemegang saham saja yang beralih. Akibat c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
hukumnya hanya sebatas peralihan pengendalian atau pemisahan.
atas perseroan tersebut berubah. Tentu saja dalam (2) Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli
rangka perusahaan akan mengadakan akusisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi
harus melewati beberapa tahapan. Dalam proses batas ketentuan pembelian kembali saham oleh
tahapan ini, keputusan Rapat Umum Pemegang Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Saham Perseroan Terbatas memegang peran 37 ayat (1) huruf b, Perseroan wajib
utama. Pemegang Saham Perseroan Terbatas mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh
yang akan menentukan kesepakatan rencana Pihak Ketiga.”
akuisisi dengan pihak lain yang akan mengakuisisi. Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas
Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam akusisi dapat dilihat bahwa terdapat ketentuan yang saling
Perseroan Terbatas, terdapat potensi kelemahan bertentangan antara Pasal 126 ayat (1) dengan
terhadap hak-hak pemegang saham minoritas. Pasal 126 ayat (3) UUPT. Menurut Pasal 126 ayat
Hak pemegang saham minoritas ini seringkali tidak (1) dinyatakan bahwa perbuatan hukum
diperhatikan terutama oleh pemegang saham pengambilalihan atau akuisisi wajib memperhatikan
mayoritas dalam keputusan akuisisi Perseroan. pemegang saham minoritas. Sementara dalam Pasal
Pemegang saham mayoritas sudah memu- 126 ayat (3), ketidaksetujuan pemegang saham
tuskan dilakukannya akuisisi Perseroan tanpa minoritas terhadap akuisisi yang meminta sahamnya
memperhatikan hak suara dari pemegang saham dibeli kembali oleh Perseroan (Pasal 62 UUPT)
minoritas. Padahal menurut Pasal 126 UUPT tidak menghentikan pelaksanaan akuisisi.
Nomor 40 Tahun 2007 diatur: Kondisi ini menyebabkan kecenderungan
(1) Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, tidak adanya perlindungan hukum yang pasti untuk
Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib para pemegang saham minoritas dalam
memperhatikan kepentingan: menyatakan hak suaranya apabila pemegang
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, saham minoritas tidak setuju diadakannya akuisisi.
karyawan Perseroan; Hal ini disebabkan walaupun pemegang saham
b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari minoritas tidak setuju diadakannya akuisisi atas
Perseroan ; dan saham perseroan, namun hal tersebut tidak
c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam menghentikan pelaksanaan proses akuisisi itu
melakukan usaha sendiri. Sementara permintaan pembelian kembali
(2) Pemegang saham yang tidak setuju terhadap saham dengan harga yang wajar kepada
keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Perseroan belum tentu diambil oleh pemegang
Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan saham minoritas karena dengan menempuh jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya ini maka pemegang saham minoritas melepaskan
boleh menggunakan haknya sebagaimana hak atas saham yang dimilikinya.
dimaksud dalam Pasal 62. Selanjutnya dalam Pasal 61 diatur cara lain
(3) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud yang dapat ditempuh oleh pemegang saham yang
pada ayat (2) tidak menghentikan proses keberatan dilakukannya proses akuisisi, yaitu :
pelaksanaan Penggabungan, Peleburan, (1) Setiap pemegang saham berhak mengajukan
Pengambilalihan, atau Pemisahan. gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan
Selanjutnya dalam Pasal 62 diatur: negeri apabila dirugikan karena tindakan
(1) Setiap pemegang saham berhak meminta Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa
kepada Perseroan agar sahamnya dibeli alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS,
dengan harga yang wajar apabila yang Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.
bersangkutan tidak menyetujui tindakan (2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Perseroan yang merugikan pemegang saham diajukan ke pengadilan negeri yang daerah
atau Perseroan, berupa : hukumnya meliputi tempat kedudukan
a. Perubahan anggaran dasar ; Perseroan.
b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan UUPT sudah memberikan perlindungan
Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari hukum bagi pemegang saham minoritas dalam
Maya Sari Dkk, Analisa Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham Minoritas dalam... 117

proses akuisisi melalui Pasal 126 ayat 1 UUPT. tetapi jika kita meninjau minimum jumlah saham
Namun demikian, ketentuan Pasal 126 ayat 3 yang dimiliki untuk pemegang saham yang berhak
UUPT menyebabkan hal-hal yang dilakukan oleh meminta diadakan RUPS (pasal 79 ayat 22
pemegang saham minoritas apabila tidak menyetujui UUPT), pemegang saham yang berhak
dilakukannya akuisisi terabaikan. Hal ini karena mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri
tindakan hukum yang dilakukan pemegang saham terhadap anggota Direksi (pasal 97 ayat 6 UUPT),
minoritas, seperti permohonan supaya sahamnya pemegang saham yang berhak mengajukan
dibeli dengan harga yang wajar oleh perseroan gugatan melalui Pengadilan Negeri terhadap
(Pasal 62 UUPT) atau melalui gugatan (Pasal 61 anggota Dewan Komisaris (pasal 114 ayat 6
UUPT) tidak menunda proses akuisisi yang sedang UUPT) adalah pemegang saham yang mewakili
berjalan. Permasalahan ini akan semakin rumit jika 10 % jumlah seluruh saham. Jika diambil
peralihan saham sudah berlangsung lebih dari sekali kesimpulannya, menurut UUPT pemegang saham
ketika pemegang saham minoritas melakukan minoritas adalah pemegang saham yang memiliki
gugatan ke pengadilan dan gugatan tersebut jumlah saham tidak lebih dari 10% (sepuluh
dimenangkan oleh pengadilan. prosen).
Pengertian Pemegang saham minoritas dapat
METODE kita lihat dalam Black’s Law Dictionary ; “Mi-
nority stockholder. Those stockholders of a
Kajian ini menggunakan pendekatan coporation who hold so few shares in relation
perundang-undangan (statute approach) dan to the total outstanding that they are unable to
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan control the management of the corporation or
perundang-undangan bertitik tolak pada analisis to elect director” (Henry Campbell Black, 1990:
terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 997). Pemegang saham minoritas pada umumnya
tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan tidak dapat mempergunakan mekanisme RUPS
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang dalam mempertahankan hak-haknya. Hal ini
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan terutama disebabkan, seringkali pemegang saham
Perseroan Terbatas. Dalam hal ini akan dianalisis mayoritas identik dengan Direksi, baik secara fisik
alasan-alasan hukum yang digunakan oleh Majelis maupun kepentingannya. Jadi tidaklah mudah bagi
Hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan pemegang saham minoritas untuk memenangkan
Perkara No. 1102 K/Pdt/2015/Pdt/2015. tuntutannya melalui mekanisme RUPS (Chata-
Bahan hukum yang diperoleh dari penelusuran marrasjid Ais, 2001:22).
kepustakaan dianalisis dengan metode kualitatif. Pada Pasal 84 ayat 1 UUPT mengatur bahwa
Metode Kualitatif yaitu metode analisa bahan hukum setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu
yang mengelompokan dan menyeleksi bahan yang hak suara (one share one vote), kecuali anggaran
diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya dasar menentukan lain. Setiap pemegang saham
kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh berhak mengeluarkan suaranya sebanyak saham
dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh yang dimilikinya di dalam perseroan. Asas inilah
jawaban atas permasalahan yang diajukan. Analisis yang melahirkan pemegang saham mayoritas dan
kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pemegang saham minoritas. Karena jumlah suara
kata-kata atas temuan-temuan pada undang-undang yang dimilikinya maka pemegang saham mayoritas
maupun peraturan yang ada dan tidak mengutamakan memiliki keunggulan dengan dapat mengambil
banyaknya data atau kuantitas data (Salim HS dan keputusan dalam RUPS tanpa kehadiran dari
Erlies Septiana Nurbayani, 2005:19). Juga pemegang saham mayoritas karena jumlah kourum
menggunakan teknik analisis interprestasi terhadap sudah memenuhi.
bahan hukum primer maupun sekunder.
Hak-Hak Pemegang Saham Minoritas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk memberikan perlindungan terhadap
A. Pengertian Pemegang Saham Minoritas pemegang saham minoritas yang sering kali
menjadi pihak yang dirugikan maka UUPT
UUPT tidak dengan secara tegas memberikan perlindungan melalui pasal-pasalnya
menyatakan definisi pemegang saham minoritas yang dapat dijadikan dasar dari hak-hak pemegang
118 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

saham minoritas di dalam perseroan. Hak-hak Seperti yang disebutkan dalam Pasal 97 ayat
tersebut meliputi : (6) dan pasal 114 ayat (6) UUPT memper-
kenankan pelaksanaan hak untuk mengajukan
Hak Mengajukan Gugatan Langsung (Direct gugatan derivatif kepada pemegang saham dengan
Suit) syarat : (a) gugatan paling sedikit dilakukan oleh
10% (sepuluh persen) pemegang saham, dan (b)
Gugatan langsung ataupun Direct Suit ini gugatan diajukan hanya kepada direksi dan/atau
merupakan gugatan yang dilakukan oleh dewan komisaris perseroan yang bersangkutan.
pemegang saham minoritas yang bertindak untuk
dan atas nama dirinya sendirinya menggugat Hak Melakukan Pemeriksaan dokumen
perseroan dengan alasan pemegang saham Perusahaan
minoritas merasa dirinya dirugikan oleh
perusahaan. Hal ini juga dapat dilakukan kepada Di dalam Pasal 138 ayat (1) UUPT
siapa saja yang merugikan dirinya termasuk direksi dinyatakan bahwa “pemeriksaan terhadap
dan/atau komisaris atau bahkan kepada pihak luar Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk
perseroan sekalipun. mendapatkan data atau keterangan dalam hal
Menurut pasal 61 ayat (1) UUPT, setiap terdapat dugaan bahwa: (a) perseroan melakukan
pemegang saham tanpa melihat berapa persen perbuatan melawan hukum yang merugikan
minimal saham yang dimilikinya berhak untuk pemegang saham atau pihak ketiga; atau (b)
mengajukan gugatan terhadap perusahaan ke anggota Direksi atau Dewan Komisaris
pengadilan apabila pemegang saham tersebut melakukan perbuatan melawan hukum yang
mengalami kerugian oleh karena tindakan-tindakan merugikan Perseroan atau pemegang saham atau
yang tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, yang pihak ketiga.
dilakukan oleh direksi, dewan komisaris maupun Para pemegang saham, termasuk pemegang
oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam saham minoritas (Pasal 138 ayat 3 huruf a UUPT)
Pasal 61 ayat (1) tersebut, gugatan yang dilakukan berhak untuk meminta dilakukan pemeriksaan
sebenarnya mempunyai beberapa sasaran, yaitu: terhadap perseroan oleh pengadilan negeri yang
(a) penghentian akuisisi; (b) mengambil tindakan daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
kuratif yaitu mengambil langkah terhadap tindakan perseroan dengan mengajukan permohonan
akuisisi yang sudah dilakukan, termasuk untuk secara tertulis, dengan tujuan untuk mendapatkan
melakukan tindakan ganti rugi kepada pihak yang data dari perseroan, sehubungan dengan adanya
telah dirugikan; (c) penghentian akuisisi; (d) dugaan kecurangan-kecurangan atau perbuatan
mengambil tindakan kuratif yaitu mengambil melawan hukum yang dilakukan oleh Direksi,
langkah terhadap tindakan akuisisi yang sudah Komisaris atau pemegang saham mayoritas
dilakukan, termasuk untuk melakukan tindakan dengan syarat sebagai berikut: (a) gugatan paling
ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan; (e) sedikit dilakukan oleh 10% (sepuluh persen)
tindakan preventif yaitu untuk mencegah terjadinya pemegang saham, dan (b) gugatan diajukan hanya
tindakan akuisisi serupa di kemudian hari (Munir kepada direksi dan/atau dewan komisaris
Fuady, 2014:126). perseroan yang bersangkutan.

Hak Mengajukan Gugatan Derivatif (Deriva- Hak Meminta dilaksanakannya RUPS


tive Suit)
Permintaan untuk dilaksanakannya RUPS
Derivative Suit adalah gugatan yang dapat dilakukan oleh pemegang saham minoritas
berdasarkan pada hak utama (primary right) dari manakala pemegang saham minoritas merasa ada
perseroan, tetapi dilakukan oleh pemegang hal-hal yang penting yang perlu diputuskan dalam
saham untuk dan atas nama Perseroan (Munir rapat. Hal ini sesuai dengan Pasal 79 ayat (2) UU
Fuadi, 2003:174). Jadi jika dalam gugatan biasa Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
yang mewakili perseroan adalah direksi maka lain yang mengatakan 1 (satu) orang atau lebih
hal dengan gugatan derivatif yang dimana pemegang saham yang bersama-sama mewakili
perseroan justru diwakili oleh pemegang saham 1/10 (satu persepuluh) dari seluruh jumlah saham
untuk menggugat yang dalam hal ini direksi yang dengan hak suara, berhak meminta penyeleng-
menjadi pihak tergugatnya. garaan RUPS.
Maya Sari Dkk, Analisa Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham Minoritas dalam... 119

Dengan tidak dilakukannya pemanggilan Pembubaran perseroan juga dapat dilakukan


RUPS oleh direksi atau komisaris maka oleh pengadilan negeri atas permintaan dari
pemegang saham minoritas dapat melakukan pemegang saham (minoritas dan mayoritas) seperti
pemanggilan sendiri sesuai dengan Pasal 80 ayat yang tertulis dalam Pasal 146 ayat (1) huruf (c)
(1) UUPT menyatakan pemegang saham minoritas UUPT yang mengatakan pengadilan negeri dapat
berhak untuk mengajukan permohonan kepada membubarkan perseroan atas permohonan
ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya pemegang saham, direksi atau dewan komisaris
meliputi tempat perseroan didirikan, agar berdasarkan alasan perseroan tidak mungkin untuk
memberikan izin kepada pemohon untuk dilanjutkan.
melakukan pemanggilan sendiri.
Hak untuk Memperoleh Keterbukaan
Hak Meminta Perseroan dibubarkan Informasi

UUPT memberikan hak kepada pemegang UUPT sebagai perundangan-undangan yang


saham minoritas untuk dapat mengajukan usulan melindungi pemegang saham minoritas di Indone-
atau meminta agar perseroan dibubarkan. sia, juga mengatur tentang asas keterbukaan yang
Permintaan pembubaran perseroan tersebut merupakan fondasi dari perlindungan pemegang
dilakukan melalui RUPS. Dalam Pasal 144 ayat saham minoritas. Dalam hal keterbukaan ini,
(1) dikatakan bahwa direksi, dewan komisaris dan UUPT mewujudkannya melalui pengaturan dalam
pemegang saham minoritas yang mewakili paling pasal-pasalnya yang mewajibkan perseroan
sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari seluruh terbatas untuk mengumumkan kegiatan atau
saham dengan hak suara dapat mengajukan usulan dokumen tertentu suatu perseroan melalui
agar perseroan dibubarkan melalui RUPS. beberapa sarana kewajiban pengumuman antara
Pembubaran dapat dilakukan, namun tidak lain pendirian perseroan, perubahan modal dasar,
menjadi suatu keharusan. Pembubaran hanya laporan tahunan dan yang lainnya.
dapat dilakukan apabila memenuhi syarat yang ada
dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89. Adapun Hak untuk menjual saham (Appraisal Right)
syaratnya tersebut adalah : (a) syarat kuorum
kehadiran paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari Hak ini merupakan perwujudan dari Pasal
jumlah seluruh saham dengan hak suara, hadir atau 62 UUPT di mana pemegang saham perseroan
diwakili dalam RUPS, dan (b) syarat sahnya yang tidak setuju dilakukannya akuisisi dapat
keputusan RUPS apabila disetujui paling sedikit meminta perseroan untuk membeli saham yang
3/4 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan dimilikinya. Tetapi hak perseroan untuk membeli
dalam RUPS. Namun, seperti yang terdapat di kembali saham-saham ini dibatasi maksimum tidak
dalam Pasal 144 ayat (2), pengambilan keputusan boleh melebihi 10% (sepuluh prosen) dari modal
RUPS juga harus sesuai dengan Pasal 87 ayat yang ditetapkan.
(1) yaitu harus lebih dahulu dilakukan secara Hak-Hak sebagaimana tersebut di atas
musyawarah untuk mufakat, agar keputusan yang menggambarkan bagaimana UUPT berusaha
diambil sesuai dengan persetujuan para pemegang untuk memberikan perlindungan hukum bagi
saham yang hadir dalam RUPS. pemegang saham minoritas. Namun belum secara
Dalam hal ini, sangat mungkin diadakannya tegas memberikan perlindungan hukum bagi
RUPS kedua apabila RUPS pertama gagal pemegang saham minoritas, hal ini dikarenakan
mencapai kuorum kehadiran sesuai dengan Pasal pemegang saham mayoritas sebagai pemilik suara
89 ayat (1), maka menurut Pasal 89 ayat (3) terbanyak tidak memperhatikan kepentingan atau
RUPS dapat dilaksanakan kembali jika jumlah hak suara dari pemegang saham minoritas. Ada
pemegang saham dengan hak suara yang hadir unsur ketidakadilan bagi pemegang saham
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dan keputusan sah minoritas yang dirugikan karena hak suara yang
apabila disetujui oleh paling sedikit hadir paling tidak banyak. Jumlah komposisi saham menye-
sedikit 2/3 (dua pertiga) dan keputusan sah apabila babkan tanpa kehadiran pemegang saham
disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) minoritas keputusan RUPS untuk melakukan
dari suara yang hadir. akuisisi dapat langsung diputuskan oleh pemegang
saham mayoritas.
120 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

Mekanisme Akuisisi Saham (10) perkiraan jangka waktu pelaksanaan akuisisi,


termasuk jangka waktu pemberian kuasa
Mekanisme akuisisi saham menurut pasal 125 akuisisi saham dari pemegang saham kepada
ayat (1) UUPT dapat dilakukan melalui direksi Direksi Perseroan;
ataupun melalui langsung dari pemegang saham. (11) rancangan perubahan anggaran dasar
Pihak yang mengakuisisi dapat memilih melalui Perseroan hasil akuisisi apabila ada.
direksi atau pemegang saham. Akuisisi yang Untuk memberikan kesempatan kepada pihak-
langsung dari pemegang saham merupakan bentuk pihak yang berkepentingan maka Direksi wajib
jual beli saham biasa. Oleh karenanya UUPT mengumukan dalam satu surat kabar harian
tidak mengaturnya secara khusus. Penulis dalam Ringkasan rancangan akuisisi serta memberitahukan
hal ini hanya menfokuskan pada proses akuisisi secara tertulis kepada karyawan Perseroan Terbatas
dalam perseroan terbatas yang tertutup. yang melakukan akuisisi paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sebelum pemanggilan RUPS. Apabila pihak yang
Proses Akuisisi Melalui Direksi akan mengakuisisi berbentuk Perseroan Terbatas,
maka rancangan akuisisi harus mendapat persetujuan
Pada proses akuisisi melalui Direksi, pihak dari RUPS. Pada pihak pengakuisisi yang
yang akan mengakuisisi harus menyampaikan berbentuk koperasi, rancangan akuisisi harus disetujui
maksud dan tujuannya untuk melakukan akuisisi oleh rapat anggota koperasi. Jika pihak yang
kepada direksi perseroan yang akan diakuisisi.79 mengakuisisi berbentuk yayasan, maka rancangan
Direksi Perseroan yang akan mengakuisisi dan akuisisi harus sudah disetujui oleh rapat dewan
direksi perseroan yang akan diakuisisi harus Pembina yayasan. Selanjutnya untuk perusahaan
menyusun rancangan akuisisi yang tentunya persekutuan yang belum berbadan hukum seperti CV
rancangan akuisisi tersebut telah mendapat dan firma, rancangan akuisisi harus disetujui oleh para
persetujuan dari Dewan Komisaris Perseroan. sekutu yang menjadi pemilik perusahaan tersebut.
Menurut Iswi Hariyani, R. Serfianto, Cita Yustisia Proses selanjutnya, merujuk kepada ketentuan Pasal
(2011:82-83) dalam rancangan akuisisi harus 127 ayat (1) UUPT, yaitu akuisisi harus mendapatkan
berisikan informasi sekurang-kurangnya: persetujuan dari RUPS. Keputusan RUPS mengenai
(1) nama dan tempat kedudukan dari Perseroan akuisisi merujuk kepada Pasal 86 ayat 1 dan Pasal
yang akan mengakuisi dan Perseroan yang 89 ayat 1 UUPT :
akan diakuisisi; (1) Kuorum sah apabila paling sedikit 1/2
(2) alasan serta penjelasan Direksi perseroan (setengah) bagian dari jumlah seluruh saham
yang akan mengakuisisi dan Direksi dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam
Perseroan yang akan diakuisisi; RUPS, dan
(3) laporan keuangan sebagaimana yang (2) Keputusan sah apabila disetujui 3/4 (tiga
dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) huruf a perempat) bagian dari jumlah suara yang
untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang dikeluarkan.
akan mengakuisisi dan Perseroan yang akan Berdasarkan pasal 128 ayat (1) UUPT
diakuisisi; apabila rancangan akuisisi telah disetujui oleh
(4) tata cara penilaian dan konversi saham RUPS, maka proses rancangan akuisisi
dari Perseroan yang akan diakuisisi terhadap dituangkan kedalam akta Akuisisi yang dibuat
saham penukarnya apabila pembayaran langsung dihadapan notaris dengan bahasa Indo-
akuisisi dilakukan dengan saham; nesia.18 Berdasarkan Pasal 131 ayat (1) UUPT
(5) jumlah saham yang akan diakuisisi; akuisisi saham tidak mengakibatkan terjadinya
(6) kesiapan pendanaan; perubahan anggaran dasar sebagaimana yang
(7) neraca konsilidasi proforma perseroan yang dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) UUPT , dengan
akan mengakuisisi setelah akuisisi yang demikian tidak memerlukan persetujuan menteri,
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang akan tetapi cukup dengan menyampaikan
berlaku umum di Indonesia; pemberitahuan kepada menteri. Pasal 133 ayat
(8) cara penyelesaian hak pemegang saham yang (2) UUPT memerintahkan bahwa setelah 30 hari
tidak setuju terhadap akuisisi; terhitung sejak terjadinya akuisisi, maka direksi
(9) cara penyelesaian status, hak, dan kewajiban perseroan yang diambil alih wajib mengumumkan
anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih.
karyawan dari perseroan yang akan diakuisisi;
Maya Sari Dkk, Analisa Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham Minoritas dalam... 121

Proses Akuisisi Secara langsung dari Memperhatikan perjanjian yang telah dibuat
Pemegang Saham oleh Perseroan yang akan diakuisisi dengan Pihak
Ketiga misalnya Pihak Ketiga adalah pihak
Ketentuan proses akuisisi saham pada Kreditor yang memberikan pinjaman kepada
pemegang saham secara langsung berbeda dengan perseroan, karyawan perseroan dan pihak
proses akuisisi saham melalui direksi. Dalam pemerintah yang memberikan izin usaha perseroan
akuisisi saham secara langsung dari pemegang yang bersangkutan. Terdapat perbedaan
saham, proses pengambilalihannya lebih ketentuan tata cara akuisisi yang terjadi antara
sederhana. Pasal 127 ayat (5) UUPT menegaskan PP No.27/1998 sebagai peraturan pelaksana dari
bahwa dalam hal akuisisi secara langsung, tidak UUPT dengan ketentuan pada UUPT yaitu :
perlu menyampaikan dan meminta persetujuan a. Pasal 29 PP No. 27/1998 ditentukan keharusan
dari direksi dan dewan komisaris perseroan ringkasan rancangan akuisisi wajib diumumkan
penerbit saham tersebut, sebagaimana yang tertera oleh Direksi dalam 2 (dua) surat kabar serta
dalam ketentuan Pasal 125 ayat (5) UUPT. Hal diberitahukan secara tertulis kepada karyawan
ini menyebabkan ketentuan dalam Pasal 125 ayat perseroan yang melakukan akuisisi paling
(6) UUPT tidak berlaku dalam proses akuisisi lambat 14 (empat belas) hari sebelum
melalui pemegang saham secara langsung. Proses pemanggilan RUPS sedangkan dalam pasal
akuisisi ini wajib memperhatikan ketentuan 127 ayat 2 UUPT ditentukan ringkasan
anggaran dasar perseroan yang diambil alih rancangan akuisisi wajib diumumkan paling
tentang pemindahan hak atas saham dan perjanjian sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dan
yang telah dibuat dan disepakati perseroan dengan diumumkan secara tertulis kepada karyawan
pihak lain (Pasal 125 ayat 8 UUPT). dari perseroan yang akan melakukan akuisisi
Menjadi pertanyaan apakah pemegang dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
saham mayoritas dapat dengan bebasnya menjual puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.
sahamnya kepada pihak yang mengakuisisi b. Pasal 33 ayat 1 PP No. 27/1998 ditentukan
walaupun dengan terjadinya penjualan saham pemberitahuan rancangan akuisisi melalui surat
tersebut akan beralih pengendalian perusahaan tercatat kepada kreditor paling lambat 30 (tiga
kepada pihak pembeli/pengakuisisi. UUPT puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS
menganut prinsip “bebas jual” yaitu pemegang sedangkan pada Pasal 127 ayat 3 UUPT
saham selaku pemilik penuh dari saham-saham dinyatakan pengumuman rancangan akuisisi
tersebut bebas untuk menjual saham-sahamnya, juga memuat pemberitahuan bahwa pihak yang
tanpa atau dengan batasan yang sangat minim. berkepentingan terhitung sejak tanggal
Menurut Munir Fuady (2003, 8-9) batasan tersebut pengumuman sampai tanggal RUPS
adalah Batasan dalam anggaran dasar dan harus diselenggarakan.
memperhatikan perjanjian yang telah dibuat oleh c. Pasal 33 ayat 2 PP No. 27/1998 ditentukan
Perseroan yang akan diakuisisi dengan Pihak kreditor dapat mengajukan keberatan kepada
Ketiga. perseroan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
Batasan dalam anggaran dasar adalah pemanggilan RUPS yang akan memutus
pemegang saham mayoritas yang akan menjual mengenai rencana akuisisi sedangkan dalam
sahamnya kepada pihak yang akan mengakuisisi pasal 127 ayat 4 UUPT ditentukan Kreditor
dibatasi oleh ketentuan dalam anggaran dasar. dapat mengajukan keberatan kepada perseroan
Batasan yang paling sering ada dalam anggaran paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
dasar sebuah perseroan adalah berlakunya hak pengumuman rancangan akuisisi.
tolak pertama (Rights of First Refusal), yakni d. Pasal 34 ayat 1 PP No. 27/1998 ditentukan
pemegang saham yang sudah ada terlebih dahulu hasil akuisisi wajib diumumkan dalam 2 (dua)
dalam perseroan berhak menerima penawaran surat kabar harian paling lambat 30 (tiga puluh)
terlebih dahulu dari pemegang saham mayoritas hari terhitung sejak tanggal berlakunya akuisisi
yang akan menjual sahamnya dan batasan harus sedangkan dalam pasal 133 UUPT ditentukan
dijualnya saham kepada warga negara Indonesia diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau
apabila saham perseroan yang akan dijual bukan lebih paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
merupakan perseroan penanaman modal asing. sejak tanggal berlakunya akuisisi .
122 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

Analisis Terhadap Pasal 126 Undang-Undang memberikan perlindungan hukum kepada


Perseroan Terbatas pemegang saham minoritas. Philipus M Hadjon
menyatakan perlindungan hukum juga merupakan
Berawal dari Pasal 126 ayat 1 UUPT yang harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap
secara tegas menyatakan bahwa dalam hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek
melakukan akuisisi harus memperhatikan hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kepentingan: (a) perseroan, pemegang saham kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan
minoritas dan karyawan perseroan; (b) kreditor atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal
dan mitra usaha lainnya dari Perseroan dan (c) dari hal lainnya. Berkaitan dengan pemegang
masyarakat dan persaingan sehat dalam saham minoritas, berarti hukum memberikan
melakukan usaha. Pada prinsipnya menurut perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham
Penjelasan Pasal 126 ayat 1 UUPT tersebut di minoritas dari kesewenangan pemegang saham
atas, akuisisi: (a) tidak dapat dilakukan apabila akan mayoritas yang dapat mengakibatkan kerugian
merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu, dan pada pihak pemegang saham minoritas. UUPT
(b) harus juga “dicegah” dari kemungkinan memberikan perlindungan terhadap pemegang
terjadinya “monopoli” atau “monopsoni” dalam saham minoritas untuk tidak dirugikan dalam hal
berbagai bentuk yang merugikan masyarakat perseroan memutuskan untuk melakukan akuisisi.
(Gunawan Widjaya, 2008:113). UUPT mencita-citakan agar proses akuisisi
Baik akuisisi yang prosesnya melalui Direksi dilaksanakan dengan kesepakatan para pihak
ataupun melalui pemegang saham langsung tidaklah tanpa adanya pihak yang dirugikan.
boleh merugikan kepentingan pihak tertentu. Peneliti Pasal 126 ayat 2 UUPT menyatakan
dalam hal ini memfokuskan pada akuisisi yang tidak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
boleh merugikan pemegang saham minoritas. Pada keputusan mengenai akuisisi hanya boleh
Pasal 126 ayat 1 menekankan kepada pemegang menggunakan haknya untuk meminta kepada
saham minoritas dan bukan pemegang saham perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang
mayoritas dikarenakan Undang-Undang Perseroan (sesuai pasal 62) 26 Pemegang saham minoritas
Terbatas sudah mengasumsikan pelaksanaan yang tidak menyetujui keputusan untuk
akuisisi tersebut dilakukan atas kepentingan dilakukannya akuisisi dapat meminta perseroan
pemegang saham mayoritas. Seperti yang telah agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar.
dijelaskan sebelumnya akuisisi merupakan Menjadi pertanyaan bagaimana kriteria harga yang
pengalihan saham mayoritas pada perseroan karena wajar tersebut? Dalam hal ini UUPT tidak
akibat akuisisi adalah pengalihan pengendali menentukan secara jelas kriteria harga yang wajar
perseroan. Pengendali perseroan jelas adalah ada tersebut. Tetapi sehubungan dengan harga saham
pada pemegang saham mayoritas. maka dapat dilihat dari anggaran dasar perseroan
Pemegang saham mayoritas sebagai pihak tersebut berapa nilai nominal per saham yang
yang mengendalikan perseroan adalah pihak yang ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan yang
berdasarkan kepemilikan sahamnya mampu akan diakuisisi tersebut.
mengambil keputusan dalam suatu Rapat Umum Dalam proses akuisisi yang dilakukan dengan
Pemegang Saham. Rapat Umum Pemegang tata cara konversi saham, ditetapkan harga wajar
Saham perseroan, termasuk di dalamnya saham dari perseroan yang akan diakuisisi dan
mempunyai kemampuan, baik langsung maupun harga wajar saham penukarnya untuk menentukan
tidak langsung untuk mengendalikan suatu harga saham tersebut. Jika saham yang dibeli
perseroan dengan cara: (a) menentukan diangkat melebihi batas pembelian kembali saham oleh
dan diberhentikannya direksi atau komisaris, atau perseroan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37
(b) melakukan perubahan anggaran dasar. ayat 1 huruf b UUPT yaitu tidak melebihi 10%
Pemegang saham mayoritas selaku pengendali (sepuluh prosen) dari jumlah modal yang
dari perseroan dikarenakan jumlah kepemilikan ditempatkan dalam Perseroan, maka perseroan
sahamnya membuat pemegang saham mayoritas wajib mengusahakan sisa saham dibeli oleh pihak
dapat mempengaruhi keputusan yang dihasilkan ketiga.
dalam RUPS. Selanjutnya kita melihat Pasal 126 ayat 3
Pasal 126 ayat 1 menggambarkan bahwa UUPT yang menyatakan bahwa pelaksanaan hak
UUPT secara garis besar telah berusaha pemegang saham yang dinyatakan dalam Pasal
Maya Sari Dkk, Analisa Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham Minoritas dalam... 123

62 yang tidak setuju dengan dilakukannya akuisisi memperlihatkan bahwa peraturan yang ada dalam
tidaklah menghentikan proses pelaksanaan akuisisi UUPT untuk perlindungan hukum terhadap
itu sendiri. Sementara permohonan pemegang pemegang saham minoritas dalam hal perseroan
saham minoritas yang tidak setuju dengan melakukan akuisisi tidaklah jelas.
dilakukannya akuisisi dengan mengajukan Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua)
penawaran agar perseroan membeli sahamnya pengertian yaitu pertama adanya aturan yang
dengan harga yang wajar masih diproses, bersifat umum membuat individu mengetahui
pelaksanaan akuisisi itu sendiri telah diputuskan perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh
melalui RUPS. Hal ini dikarenakan pemegang dilakukan dan kedua berupa keamanan hukum bagi
saham mayoritas memiliki kourum jumlah suara individu dari kesewenangan pemerintah karena
yang dapat mengambil keputusan dalam RUPS. dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum
Sesuai dengan Pasal 127 ayat 1 UUPT, keputusan itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
RUPS dianggap sah apabila diambil sesui dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap
dengan ketentuan Pasal 89 dan Pasal 87 ayat 1 individu (Peter Mahmud Marzuki, 2005:128).
UUPT yang menyatakan bahwa keputusan Dalam hal upaya hukum pemegang saham
RUPS diambil berdasarkan musyawarah mufakat. minoritas dalam pernyataan haknya yang tidak
Ketentuan yang mengharuskan digunakan- setujui dilakukannya akuisisi adalah bentuk
nya musyawarah mufakat dalam RUPS tentang kepastian hukum yang pertama. Dimana
akuisisi dimaksudkan untuk melindungi kepen- pemegang saham minoritas membutuhkan
tingan pemegang saham minoritas yang tidak kepastian hukum untuk upaya hukum apa yang
setuju. Disadari bahwa tidaklah banyak pemegang dapat dilakukan dalam memperjuangkan haknya
saham minoritas yang tidak setujui dilakukannya sebagai pemegang saham minoritas.
akuisisi mengambil jalan seperti apa yang Di satu sisi ketika pemegang saham minoritas
dicantumkan dalam Pasal 62 yaitu meminta berupaya untuk memperjuangkan haknya, di sisi lain
perseroan membeli sahamnya dengan harga yang RUPS telah mengambil keputusan persetujuan atas
wajar. Tidak jarang pemegang saham minoritas proses akuisisi itu sendiri. Sehingga telah terjadi
menyatakan ketidaksetujuannya atas proses pengalihan saham kepada pemegang saham
akusisi dengan proses gugatan ke Pengadilan mayoritas yang baru dan otomatis pengendalian
negeri dengan alasan gugatan telah dirugikan perseroan sudah berada di tangan pemegang saham
dengan adanya proses akuisisi tersebut (Pasal 61 mayoritas yang baru. Bahkan tidak jarang pengalihan
UUPT). saham yang terjadi dikarenakan akuisisi ini dapat
Terlihat konflik hukum yang terjadi antara merubah komposisi saham sehingga prosentase
pasal 126 ayat 1 dan ayat 3 UUPT. Di satu sisi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang
UUPT memberikan perlindungan hukum terhadap saham minoritas sering kali berkurang. Hal ini terjadi
pemegang saham minoritas supaya tidak dirugikan pada kasus Siti Hutami Endang Adiningsih selaku
(pasal 126 ayat 1 UUPT) tetapi disisi lain apa yang pemegang saham minoritas dari PT. TH. Indo-plan-
dilakukan pemegang saham minoritas yang tidak tation yang sebelum dilakukannya proses akuisisi
setujui dilakukannya akuisisi tidak menghalangi prosentase sahamnya 10 % (sepuluh persen) berubah
akuisisi itu sendiri. Proses akuisisi tetap saja menjadi 5 % (lima persen) dikarenakan diterbit-
berlangsung tanpa mempertimbangkan proses kannya saham baru atas perseroan.
pengajuan pembelian kembali saham atau gugatan
dari pemegang saham minoritas. SIMPULAN
Tidak adanya kepastian hukum yang didapat
oleh pemegang saham minoritas. Mengutip apa Konflik hukum pada Pasal 126 ayat 1 dan 3
yang dikemukakan oleh Abdul Rahmad Budiono UUPT mengakibatkan implikasi hukum sebagai
(2005:22) dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum berikut.
“Indikator adanya kepastian hukum di suatu 1. Tidak adanya kepastian hukum atas upaya
negara itu sendiri adalah adanya perundang- hukum yang dilakukan pemegang saham
undangan yang jelas dan perundang-undangan minoritas dalam menggunakan hak suara
tersebut diterapkan dengan baik oleh hakim sesuai dengan saham yang dimilikinya ketika
maupun petugas hukum lainnya”. Konflik yang pemegang saham minoritas tidak menyetujui
terjadi antara Pasal 126 ayat 1 dan 3 dilakukannya akuisisi.
124 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

2. Pelaksanaan akuisisi yang tetap dilaksanakan 4. Proses gugatan di Pengadilan Negeri yang
menyebabkan pengalihan saham telah terjadi membutuhkan waktu lama akan merugikan
dari pemegang saham mayoritas yang lama pemegang saham minoritas karena pemegang
kepada pemegang saham mayoritas yang baru. saham mayoritas kemungkinan sudah berubah
Hal ini menyebabkan pengendalian perseroan sehingga gugatan ke pengadilan mengalami
telah dimiliki oleh pemegang saham mayoritas kebuntuan karena pihak yang digugat sudah
yang baru. bukan merupakan pemegang saham atau jika
3. Pengalihan saham yang terjadi dapat merubah pemegang saham mayoritas tersebut berbentuk
prosentase kepemilikan saham yang dimiliki badan hukum sudah tidak berstatus badan
oleh pemegang saham minoritas. Hal ini akan hukum atau sudah dilikuidasi.
berdampak hilangnya hak pemegang saham Terjadinya Konflik hukum pasal 126 ayat 1
minoritas untuk melakukan gugatan di dan 3 UUPT jelas menyebabkan kerugian bagi
Pengadilan Negeri dikarenakan adanya pemegang saham minoritas. Perlindungan hukum
ketentuan jumlah saham yang dimiliki minimal yang tidak jelas ditentukan dalam UUPT dan tidak
memiliki 10 % dari jumlah seluruh saham dari adanya kepastian hukum untuk pemegang saham
hak suara untuk mengajukan gugatan ke minoritas dalam menggunakan hak suaranya
Pengadilan Negeri dengan didasarkan UUPT. sebagai pemilik saham dalam sebuah perseroan.

DAFTAR RUJUKAN

Ais, Chatamarrasjid. 2001. Prinsip Mayoritas Republik Indonesia. 1998. Peraturan


dan Perlindungan Terhadap Pemegang Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998
Saham Minoritas, Jurnal Pro Justitia, tentang Penggabungan, Peleburan dan
Tahun XII Nomor 3 Juli. Pengambilalihan Perseroan Terbatas
Budiono, Abdul Rachmad. 2005. Pengantar (Lembaran Negara Nomor 40 Tahun
Ilmu Hukum, Bayumedia Publishing, 1998, Tambahan Lembaran Negara
Malang. Republik Indonesia Nomor 3741)
Black, Henry Campbell. 1990. Black’s Law Dic- Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
tionary, St. Paull Minn, West Publishing Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Co. Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
Cheffins, Brian R, 1997. Company Law- Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan
Theory, Structure And Operation, New Lembaran Negara Republik Indonesia
York. Nomor 4756).
Fuady, Munir, Hukum Tentang Akuisisi, Take Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2013.
Over & LBO, Bandung, PT. Citra Aditya Penerapan Teori Hukum Pada
Bakti, 2014. Penelitian Disertasi dan Tesis, Jakarta,
. 2003. Perseroan Terbatas Paradigma PT. Rajagrafindo Persada, 2013
Baru, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Penerapan Teori Hukum Pada
Hariyani, Iswi, R. Serfianto,Cita Yustisia. Penelitian Disertasi dan Tesis Buku
2011. Merger, Konsolidasi, Akuisisi & Kedua, Jakarta, PT. Rajagrafindo
Pemisahan Perusahaan,Jakarta, Persada, 2015
visimedia. Widjaja Gunawan, 2008. 150 Tanya Jawab
Marzuki, Peter Mahmud, 2005. Penelitian Hukum tentang Perseroan Terbatas, Jakarta,
Edisi Revisi, Jakarta, Prenadamedia Group. Forum Sahabat.

You might also like