Professional Documents
Culture Documents
2571 6367 1 SM
2571 6367 1 SM
Abstract: This paper aim to analyze the legal implications of legal conflicts between Article 126
paragraph 1 and paragraph 3 of UUPT.Article 126 paragraph (1) of Law no. 40 of 2007 regarding
Limited Liability Company (UUPT) states that the acquisition process should consider the interests
of minority shareholders. But in article 126 paragraph (3) UUPT that the business undertaken by
minority shareholders under Article 62 UUPT does not stop the acquisition process. It appears that
the UUPT has not yet provided legal protection for minority shareholders and there is a legal conflict
between Article 126 paragraph (1) of the Company Law which wishes to provide legal protection to
minority shareholders and paragraph (3) of the article which illustrates that the shareholders’ Minori-
ties do not stop the acquisition process. By approach of legislation and case approach, the result is
that there is no legal certainty over legal efforts by minority shareholders in using the voting rights
in accordance with the shares they hold when the minority shareholders do not approve the acqui-
sition. UUPT has not provided clear legal protection for minority shareholders so that in the process
of acquisition of minority shareholders is impaired.
Key Word: acquisition, limited liability company, minority shareholders, legal protection
Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis implikasi hukum terhadap konflik hukum antara
pasal 126 ayat 1 dan ayat 3 dari UUPT. Pasal 126 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT) menyatakan bahwa proses akuisisi harus memperhatikan kepentingan pemegang
saham minoritas. Tetapi pada Pasal 126 ayat (3) UUPT tersebut menyatakan bahwa usaha yang
dilakukan pemegang saham minoritas berdasarkan Pasal 62 UUPT tidak menghentikan proses akuisisi.
Terlihat belum konsistennya UUPT memberikan perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas
dan terlihat adanya konflik hukum antara Pasal 126 ayat (1) UUPT yang ingin memberikan perlindungan
hukum kepada pemegang saham minoritas dan ayat (3) dari pasal tersebut yang menggambarkan
bahwa upaya hukum yang dilakukan pemegang saham minoritas tidak menghentikan proses akuisisi.
Kajian menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus diperoleh hasil bahwa
tidak adanya kepastian hukum atas upaya hukum yang dilakukan pemegang saham minoritas dalam
menggunakan hak suara sesuai dengan saham yang dimilikinya ketika pemegang saham minoritas
tidak menyetujui dilakukannya akuisisi. UUPT belum memberikan perlindungan hukum yang jelas
bagi pemegang saham minoritas sehingga dalam proses akuisisi pemegang saham minoritas dirugikan.
Kata Kunci: akuisisi, perusahaan terbatas, Pemegang Saham Minoritas, Perlindungan Hukum
115
116 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017
Akuisisi tidak mengakibatkan perseroan yang 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih
diambilalih sahamnya menjadi bubar dan berakhir, Perseroan ; atau
hanya pemegang saham saja yang beralih. Akibat c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
hukumnya hanya sebatas peralihan pengendalian atau pemisahan.
atas perseroan tersebut berubah. Tentu saja dalam (2) Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli
rangka perusahaan akan mengadakan akusisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi
harus melewati beberapa tahapan. Dalam proses batas ketentuan pembelian kembali saham oleh
tahapan ini, keputusan Rapat Umum Pemegang Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Saham Perseroan Terbatas memegang peran 37 ayat (1) huruf b, Perseroan wajib
utama. Pemegang Saham Perseroan Terbatas mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh
yang akan menentukan kesepakatan rencana Pihak Ketiga.”
akuisisi dengan pihak lain yang akan mengakuisisi. Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas
Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam akusisi dapat dilihat bahwa terdapat ketentuan yang saling
Perseroan Terbatas, terdapat potensi kelemahan bertentangan antara Pasal 126 ayat (1) dengan
terhadap hak-hak pemegang saham minoritas. Pasal 126 ayat (3) UUPT. Menurut Pasal 126 ayat
Hak pemegang saham minoritas ini seringkali tidak (1) dinyatakan bahwa perbuatan hukum
diperhatikan terutama oleh pemegang saham pengambilalihan atau akuisisi wajib memperhatikan
mayoritas dalam keputusan akuisisi Perseroan. pemegang saham minoritas. Sementara dalam Pasal
Pemegang saham mayoritas sudah memu- 126 ayat (3), ketidaksetujuan pemegang saham
tuskan dilakukannya akuisisi Perseroan tanpa minoritas terhadap akuisisi yang meminta sahamnya
memperhatikan hak suara dari pemegang saham dibeli kembali oleh Perseroan (Pasal 62 UUPT)
minoritas. Padahal menurut Pasal 126 UUPT tidak menghentikan pelaksanaan akuisisi.
Nomor 40 Tahun 2007 diatur: Kondisi ini menyebabkan kecenderungan
(1) Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, tidak adanya perlindungan hukum yang pasti untuk
Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib para pemegang saham minoritas dalam
memperhatikan kepentingan: menyatakan hak suaranya apabila pemegang
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, saham minoritas tidak setuju diadakannya akuisisi.
karyawan Perseroan; Hal ini disebabkan walaupun pemegang saham
b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari minoritas tidak setuju diadakannya akuisisi atas
Perseroan ; dan saham perseroan, namun hal tersebut tidak
c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam menghentikan pelaksanaan proses akuisisi itu
melakukan usaha sendiri. Sementara permintaan pembelian kembali
(2) Pemegang saham yang tidak setuju terhadap saham dengan harga yang wajar kepada
keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Perseroan belum tentu diambil oleh pemegang
Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan saham minoritas karena dengan menempuh jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya ini maka pemegang saham minoritas melepaskan
boleh menggunakan haknya sebagaimana hak atas saham yang dimilikinya.
dimaksud dalam Pasal 62. Selanjutnya dalam Pasal 61 diatur cara lain
(3) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud yang dapat ditempuh oleh pemegang saham yang
pada ayat (2) tidak menghentikan proses keberatan dilakukannya proses akuisisi, yaitu :
pelaksanaan Penggabungan, Peleburan, (1) Setiap pemegang saham berhak mengajukan
Pengambilalihan, atau Pemisahan. gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan
Selanjutnya dalam Pasal 62 diatur: negeri apabila dirugikan karena tindakan
(1) Setiap pemegang saham berhak meminta Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa
kepada Perseroan agar sahamnya dibeli alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS,
dengan harga yang wajar apabila yang Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.
bersangkutan tidak menyetujui tindakan (2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Perseroan yang merugikan pemegang saham diajukan ke pengadilan negeri yang daerah
atau Perseroan, berupa : hukumnya meliputi tempat kedudukan
a. Perubahan anggaran dasar ; Perseroan.
b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan UUPT sudah memberikan perlindungan
Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari hukum bagi pemegang saham minoritas dalam
Maya Sari Dkk, Analisa Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham Minoritas dalam... 117
proses akuisisi melalui Pasal 126 ayat 1 UUPT. tetapi jika kita meninjau minimum jumlah saham
Namun demikian, ketentuan Pasal 126 ayat 3 yang dimiliki untuk pemegang saham yang berhak
UUPT menyebabkan hal-hal yang dilakukan oleh meminta diadakan RUPS (pasal 79 ayat 22
pemegang saham minoritas apabila tidak menyetujui UUPT), pemegang saham yang berhak
dilakukannya akuisisi terabaikan. Hal ini karena mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri
tindakan hukum yang dilakukan pemegang saham terhadap anggota Direksi (pasal 97 ayat 6 UUPT),
minoritas, seperti permohonan supaya sahamnya pemegang saham yang berhak mengajukan
dibeli dengan harga yang wajar oleh perseroan gugatan melalui Pengadilan Negeri terhadap
(Pasal 62 UUPT) atau melalui gugatan (Pasal 61 anggota Dewan Komisaris (pasal 114 ayat 6
UUPT) tidak menunda proses akuisisi yang sedang UUPT) adalah pemegang saham yang mewakili
berjalan. Permasalahan ini akan semakin rumit jika 10 % jumlah seluruh saham. Jika diambil
peralihan saham sudah berlangsung lebih dari sekali kesimpulannya, menurut UUPT pemegang saham
ketika pemegang saham minoritas melakukan minoritas adalah pemegang saham yang memiliki
gugatan ke pengadilan dan gugatan tersebut jumlah saham tidak lebih dari 10% (sepuluh
dimenangkan oleh pengadilan. prosen).
Pengertian Pemegang saham minoritas dapat
METODE kita lihat dalam Black’s Law Dictionary ; “Mi-
nority stockholder. Those stockholders of a
Kajian ini menggunakan pendekatan coporation who hold so few shares in relation
perundang-undangan (statute approach) dan to the total outstanding that they are unable to
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan control the management of the corporation or
perundang-undangan bertitik tolak pada analisis to elect director” (Henry Campbell Black, 1990:
terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 997). Pemegang saham minoritas pada umumnya
tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan tidak dapat mempergunakan mekanisme RUPS
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang dalam mempertahankan hak-haknya. Hal ini
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan terutama disebabkan, seringkali pemegang saham
Perseroan Terbatas. Dalam hal ini akan dianalisis mayoritas identik dengan Direksi, baik secara fisik
alasan-alasan hukum yang digunakan oleh Majelis maupun kepentingannya. Jadi tidaklah mudah bagi
Hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan pemegang saham minoritas untuk memenangkan
Perkara No. 1102 K/Pdt/2015/Pdt/2015. tuntutannya melalui mekanisme RUPS (Chata-
Bahan hukum yang diperoleh dari penelusuran marrasjid Ais, 2001:22).
kepustakaan dianalisis dengan metode kualitatif. Pada Pasal 84 ayat 1 UUPT mengatur bahwa
Metode Kualitatif yaitu metode analisa bahan hukum setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu
yang mengelompokan dan menyeleksi bahan yang hak suara (one share one vote), kecuali anggaran
diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya dasar menentukan lain. Setiap pemegang saham
kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh berhak mengeluarkan suaranya sebanyak saham
dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh yang dimilikinya di dalam perseroan. Asas inilah
jawaban atas permasalahan yang diajukan. Analisis yang melahirkan pemegang saham mayoritas dan
kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pemegang saham minoritas. Karena jumlah suara
kata-kata atas temuan-temuan pada undang-undang yang dimilikinya maka pemegang saham mayoritas
maupun peraturan yang ada dan tidak mengutamakan memiliki keunggulan dengan dapat mengambil
banyaknya data atau kuantitas data (Salim HS dan keputusan dalam RUPS tanpa kehadiran dari
Erlies Septiana Nurbayani, 2005:19). Juga pemegang saham mayoritas karena jumlah kourum
menggunakan teknik analisis interprestasi terhadap sudah memenuhi.
bahan hukum primer maupun sekunder.
Hak-Hak Pemegang Saham Minoritas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk memberikan perlindungan terhadap
A. Pengertian Pemegang Saham Minoritas pemegang saham minoritas yang sering kali
menjadi pihak yang dirugikan maka UUPT
UUPT tidak dengan secara tegas memberikan perlindungan melalui pasal-pasalnya
menyatakan definisi pemegang saham minoritas yang dapat dijadikan dasar dari hak-hak pemegang
118 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017
saham minoritas di dalam perseroan. Hak-hak Seperti yang disebutkan dalam Pasal 97 ayat
tersebut meliputi : (6) dan pasal 114 ayat (6) UUPT memper-
kenankan pelaksanaan hak untuk mengajukan
Hak Mengajukan Gugatan Langsung (Direct gugatan derivatif kepada pemegang saham dengan
Suit) syarat : (a) gugatan paling sedikit dilakukan oleh
10% (sepuluh persen) pemegang saham, dan (b)
Gugatan langsung ataupun Direct Suit ini gugatan diajukan hanya kepada direksi dan/atau
merupakan gugatan yang dilakukan oleh dewan komisaris perseroan yang bersangkutan.
pemegang saham minoritas yang bertindak untuk
dan atas nama dirinya sendirinya menggugat Hak Melakukan Pemeriksaan dokumen
perseroan dengan alasan pemegang saham Perusahaan
minoritas merasa dirinya dirugikan oleh
perusahaan. Hal ini juga dapat dilakukan kepada Di dalam Pasal 138 ayat (1) UUPT
siapa saja yang merugikan dirinya termasuk direksi dinyatakan bahwa “pemeriksaan terhadap
dan/atau komisaris atau bahkan kepada pihak luar Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk
perseroan sekalipun. mendapatkan data atau keterangan dalam hal
Menurut pasal 61 ayat (1) UUPT, setiap terdapat dugaan bahwa: (a) perseroan melakukan
pemegang saham tanpa melihat berapa persen perbuatan melawan hukum yang merugikan
minimal saham yang dimilikinya berhak untuk pemegang saham atau pihak ketiga; atau (b)
mengajukan gugatan terhadap perusahaan ke anggota Direksi atau Dewan Komisaris
pengadilan apabila pemegang saham tersebut melakukan perbuatan melawan hukum yang
mengalami kerugian oleh karena tindakan-tindakan merugikan Perseroan atau pemegang saham atau
yang tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, yang pihak ketiga.
dilakukan oleh direksi, dewan komisaris maupun Para pemegang saham, termasuk pemegang
oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam saham minoritas (Pasal 138 ayat 3 huruf a UUPT)
Pasal 61 ayat (1) tersebut, gugatan yang dilakukan berhak untuk meminta dilakukan pemeriksaan
sebenarnya mempunyai beberapa sasaran, yaitu: terhadap perseroan oleh pengadilan negeri yang
(a) penghentian akuisisi; (b) mengambil tindakan daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
kuratif yaitu mengambil langkah terhadap tindakan perseroan dengan mengajukan permohonan
akuisisi yang sudah dilakukan, termasuk untuk secara tertulis, dengan tujuan untuk mendapatkan
melakukan tindakan ganti rugi kepada pihak yang data dari perseroan, sehubungan dengan adanya
telah dirugikan; (c) penghentian akuisisi; (d) dugaan kecurangan-kecurangan atau perbuatan
mengambil tindakan kuratif yaitu mengambil melawan hukum yang dilakukan oleh Direksi,
langkah terhadap tindakan akuisisi yang sudah Komisaris atau pemegang saham mayoritas
dilakukan, termasuk untuk melakukan tindakan dengan syarat sebagai berikut: (a) gugatan paling
ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan; (e) sedikit dilakukan oleh 10% (sepuluh persen)
tindakan preventif yaitu untuk mencegah terjadinya pemegang saham, dan (b) gugatan diajukan hanya
tindakan akuisisi serupa di kemudian hari (Munir kepada direksi dan/atau dewan komisaris
Fuady, 2014:126). perseroan yang bersangkutan.
Proses Akuisisi Secara langsung dari Memperhatikan perjanjian yang telah dibuat
Pemegang Saham oleh Perseroan yang akan diakuisisi dengan Pihak
Ketiga misalnya Pihak Ketiga adalah pihak
Ketentuan proses akuisisi saham pada Kreditor yang memberikan pinjaman kepada
pemegang saham secara langsung berbeda dengan perseroan, karyawan perseroan dan pihak
proses akuisisi saham melalui direksi. Dalam pemerintah yang memberikan izin usaha perseroan
akuisisi saham secara langsung dari pemegang yang bersangkutan. Terdapat perbedaan
saham, proses pengambilalihannya lebih ketentuan tata cara akuisisi yang terjadi antara
sederhana. Pasal 127 ayat (5) UUPT menegaskan PP No.27/1998 sebagai peraturan pelaksana dari
bahwa dalam hal akuisisi secara langsung, tidak UUPT dengan ketentuan pada UUPT yaitu :
perlu menyampaikan dan meminta persetujuan a. Pasal 29 PP No. 27/1998 ditentukan keharusan
dari direksi dan dewan komisaris perseroan ringkasan rancangan akuisisi wajib diumumkan
penerbit saham tersebut, sebagaimana yang tertera oleh Direksi dalam 2 (dua) surat kabar serta
dalam ketentuan Pasal 125 ayat (5) UUPT. Hal diberitahukan secara tertulis kepada karyawan
ini menyebabkan ketentuan dalam Pasal 125 ayat perseroan yang melakukan akuisisi paling
(6) UUPT tidak berlaku dalam proses akuisisi lambat 14 (empat belas) hari sebelum
melalui pemegang saham secara langsung. Proses pemanggilan RUPS sedangkan dalam pasal
akuisisi ini wajib memperhatikan ketentuan 127 ayat 2 UUPT ditentukan ringkasan
anggaran dasar perseroan yang diambil alih rancangan akuisisi wajib diumumkan paling
tentang pemindahan hak atas saham dan perjanjian sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dan
yang telah dibuat dan disepakati perseroan dengan diumumkan secara tertulis kepada karyawan
pihak lain (Pasal 125 ayat 8 UUPT). dari perseroan yang akan melakukan akuisisi
Menjadi pertanyaan apakah pemegang dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
saham mayoritas dapat dengan bebasnya menjual puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.
sahamnya kepada pihak yang mengakuisisi b. Pasal 33 ayat 1 PP No. 27/1998 ditentukan
walaupun dengan terjadinya penjualan saham pemberitahuan rancangan akuisisi melalui surat
tersebut akan beralih pengendalian perusahaan tercatat kepada kreditor paling lambat 30 (tiga
kepada pihak pembeli/pengakuisisi. UUPT puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS
menganut prinsip “bebas jual” yaitu pemegang sedangkan pada Pasal 127 ayat 3 UUPT
saham selaku pemilik penuh dari saham-saham dinyatakan pengumuman rancangan akuisisi
tersebut bebas untuk menjual saham-sahamnya, juga memuat pemberitahuan bahwa pihak yang
tanpa atau dengan batasan yang sangat minim. berkepentingan terhitung sejak tanggal
Menurut Munir Fuady (2003, 8-9) batasan tersebut pengumuman sampai tanggal RUPS
adalah Batasan dalam anggaran dasar dan harus diselenggarakan.
memperhatikan perjanjian yang telah dibuat oleh c. Pasal 33 ayat 2 PP No. 27/1998 ditentukan
Perseroan yang akan diakuisisi dengan Pihak kreditor dapat mengajukan keberatan kepada
Ketiga. perseroan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
Batasan dalam anggaran dasar adalah pemanggilan RUPS yang akan memutus
pemegang saham mayoritas yang akan menjual mengenai rencana akuisisi sedangkan dalam
sahamnya kepada pihak yang akan mengakuisisi pasal 127 ayat 4 UUPT ditentukan Kreditor
dibatasi oleh ketentuan dalam anggaran dasar. dapat mengajukan keberatan kepada perseroan
Batasan yang paling sering ada dalam anggaran paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
dasar sebuah perseroan adalah berlakunya hak pengumuman rancangan akuisisi.
tolak pertama (Rights of First Refusal), yakni d. Pasal 34 ayat 1 PP No. 27/1998 ditentukan
pemegang saham yang sudah ada terlebih dahulu hasil akuisisi wajib diumumkan dalam 2 (dua)
dalam perseroan berhak menerima penawaran surat kabar harian paling lambat 30 (tiga puluh)
terlebih dahulu dari pemegang saham mayoritas hari terhitung sejak tanggal berlakunya akuisisi
yang akan menjual sahamnya dan batasan harus sedangkan dalam pasal 133 UUPT ditentukan
dijualnya saham kepada warga negara Indonesia diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau
apabila saham perseroan yang akan dijual bukan lebih paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
merupakan perseroan penanaman modal asing. sejak tanggal berlakunya akuisisi .
122 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017
62 yang tidak setuju dengan dilakukannya akuisisi memperlihatkan bahwa peraturan yang ada dalam
tidaklah menghentikan proses pelaksanaan akuisisi UUPT untuk perlindungan hukum terhadap
itu sendiri. Sementara permohonan pemegang pemegang saham minoritas dalam hal perseroan
saham minoritas yang tidak setuju dengan melakukan akuisisi tidaklah jelas.
dilakukannya akuisisi dengan mengajukan Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua)
penawaran agar perseroan membeli sahamnya pengertian yaitu pertama adanya aturan yang
dengan harga yang wajar masih diproses, bersifat umum membuat individu mengetahui
pelaksanaan akuisisi itu sendiri telah diputuskan perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh
melalui RUPS. Hal ini dikarenakan pemegang dilakukan dan kedua berupa keamanan hukum bagi
saham mayoritas memiliki kourum jumlah suara individu dari kesewenangan pemerintah karena
yang dapat mengambil keputusan dalam RUPS. dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum
Sesuai dengan Pasal 127 ayat 1 UUPT, keputusan itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
RUPS dianggap sah apabila diambil sesui dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap
dengan ketentuan Pasal 89 dan Pasal 87 ayat 1 individu (Peter Mahmud Marzuki, 2005:128).
UUPT yang menyatakan bahwa keputusan Dalam hal upaya hukum pemegang saham
RUPS diambil berdasarkan musyawarah mufakat. minoritas dalam pernyataan haknya yang tidak
Ketentuan yang mengharuskan digunakan- setujui dilakukannya akuisisi adalah bentuk
nya musyawarah mufakat dalam RUPS tentang kepastian hukum yang pertama. Dimana
akuisisi dimaksudkan untuk melindungi kepen- pemegang saham minoritas membutuhkan
tingan pemegang saham minoritas yang tidak kepastian hukum untuk upaya hukum apa yang
setuju. Disadari bahwa tidaklah banyak pemegang dapat dilakukan dalam memperjuangkan haknya
saham minoritas yang tidak setujui dilakukannya sebagai pemegang saham minoritas.
akuisisi mengambil jalan seperti apa yang Di satu sisi ketika pemegang saham minoritas
dicantumkan dalam Pasal 62 yaitu meminta berupaya untuk memperjuangkan haknya, di sisi lain
perseroan membeli sahamnya dengan harga yang RUPS telah mengambil keputusan persetujuan atas
wajar. Tidak jarang pemegang saham minoritas proses akuisisi itu sendiri. Sehingga telah terjadi
menyatakan ketidaksetujuannya atas proses pengalihan saham kepada pemegang saham
akusisi dengan proses gugatan ke Pengadilan mayoritas yang baru dan otomatis pengendalian
negeri dengan alasan gugatan telah dirugikan perseroan sudah berada di tangan pemegang saham
dengan adanya proses akuisisi tersebut (Pasal 61 mayoritas yang baru. Bahkan tidak jarang pengalihan
UUPT). saham yang terjadi dikarenakan akuisisi ini dapat
Terlihat konflik hukum yang terjadi antara merubah komposisi saham sehingga prosentase
pasal 126 ayat 1 dan ayat 3 UUPT. Di satu sisi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang
UUPT memberikan perlindungan hukum terhadap saham minoritas sering kali berkurang. Hal ini terjadi
pemegang saham minoritas supaya tidak dirugikan pada kasus Siti Hutami Endang Adiningsih selaku
(pasal 126 ayat 1 UUPT) tetapi disisi lain apa yang pemegang saham minoritas dari PT. TH. Indo-plan-
dilakukan pemegang saham minoritas yang tidak tation yang sebelum dilakukannya proses akuisisi
setujui dilakukannya akuisisi tidak menghalangi prosentase sahamnya 10 % (sepuluh persen) berubah
akuisisi itu sendiri. Proses akuisisi tetap saja menjadi 5 % (lima persen) dikarenakan diterbit-
berlangsung tanpa mempertimbangkan proses kannya saham baru atas perseroan.
pengajuan pembelian kembali saham atau gugatan
dari pemegang saham minoritas. SIMPULAN
Tidak adanya kepastian hukum yang didapat
oleh pemegang saham minoritas. Mengutip apa Konflik hukum pada Pasal 126 ayat 1 dan 3
yang dikemukakan oleh Abdul Rahmad Budiono UUPT mengakibatkan implikasi hukum sebagai
(2005:22) dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum berikut.
“Indikator adanya kepastian hukum di suatu 1. Tidak adanya kepastian hukum atas upaya
negara itu sendiri adalah adanya perundang- hukum yang dilakukan pemegang saham
undangan yang jelas dan perundang-undangan minoritas dalam menggunakan hak suara
tersebut diterapkan dengan baik oleh hakim sesuai dengan saham yang dimilikinya ketika
maupun petugas hukum lainnya”. Konflik yang pemegang saham minoritas tidak menyetujui
terjadi antara Pasal 126 ayat 1 dan 3 dilakukannya akuisisi.
124 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017
2. Pelaksanaan akuisisi yang tetap dilaksanakan 4. Proses gugatan di Pengadilan Negeri yang
menyebabkan pengalihan saham telah terjadi membutuhkan waktu lama akan merugikan
dari pemegang saham mayoritas yang lama pemegang saham minoritas karena pemegang
kepada pemegang saham mayoritas yang baru. saham mayoritas kemungkinan sudah berubah
Hal ini menyebabkan pengendalian perseroan sehingga gugatan ke pengadilan mengalami
telah dimiliki oleh pemegang saham mayoritas kebuntuan karena pihak yang digugat sudah
yang baru. bukan merupakan pemegang saham atau jika
3. Pengalihan saham yang terjadi dapat merubah pemegang saham mayoritas tersebut berbentuk
prosentase kepemilikan saham yang dimiliki badan hukum sudah tidak berstatus badan
oleh pemegang saham minoritas. Hal ini akan hukum atau sudah dilikuidasi.
berdampak hilangnya hak pemegang saham Terjadinya Konflik hukum pasal 126 ayat 1
minoritas untuk melakukan gugatan di dan 3 UUPT jelas menyebabkan kerugian bagi
Pengadilan Negeri dikarenakan adanya pemegang saham minoritas. Perlindungan hukum
ketentuan jumlah saham yang dimiliki minimal yang tidak jelas ditentukan dalam UUPT dan tidak
memiliki 10 % dari jumlah seluruh saham dari adanya kepastian hukum untuk pemegang saham
hak suara untuk mengajukan gugatan ke minoritas dalam menggunakan hak suaranya
Pengadilan Negeri dengan didasarkan UUPT. sebagai pemilik saham dalam sebuah perseroan.
DAFTAR RUJUKAN