You are on page 1of 29

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN

GAWAI OLEH ANAK DI SMP ANGKASA LANUD SUTAN SAHRIR KOTA

PADANG

PROPOSAL PENELTIAN

Oleh

Rina Putri

17005183/2017

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Sehingga kemajuan suatu bangsa tidak

terlepas dari faktor pendidik, karena pendidikan mempunyai peranan penting dalam

usaha menigkatkan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan unsur penting

dalam pembangunan suatu bangsa.

Pendidikan luar sekolah memiliki peran dalam mengatur berbagai program

pendidikan yang fokusnya mengarah pada peningkatan dan pengembangan SDM,

sehingga disebutlah bahwa pendidikan ini sebagai pelengkap serta penambah

pendidikan formal yang sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat. Menurut

Sudjana (2004), menjelaskan bahwa pendidikan nonformal memiliki tujuan

pendidikan berdasarkan kebutuhan peserta atau sasaran dari suatu program yang akan

dijalankan. Pendidikan non formal memiliki fungsi dalam membimbing serta

meningkatkan kompetensi bidang keterampilan maupun pengetahuan dari individu

baik dilingkungan keluarga, masyarakat dan lembaga.

Menurut Suparjo adikusumo pada kutipan Yoyoh (2000), menyatakan bahwa

pendidikan non formal ialah setiap kesempatan diamanapun jika terapat komunikasi

yang terarah dan teratur diluar sekolah, sehingga seseorang bisa memperolah

pengetahuan, latihan, bimbingan dan informasi sesuai dengan takaran usia dan dan

kebutuhan hidupnya dengan tujuan untuk menjadikan diri lebih teumbuh dan

berkembang seperti dalam sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang menurut individu
tersebut dapat menjadikan anak lebih efektif dan efisien dalam lingkungan masyarakat

dan lebih spesifik dilingkungan keluarga.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pendidikan luar sekolah merupakan

program pendidikan yang berlangsung di luar dari persekolahan pendidikan formal

dilaksanakan secara terorganisasi, penyelenggaraannya terlembaga, bersifat fleksibel,

lebih terbuka, tidak terikat dan tidak terpusat. Diantara program pendidikan non

formal, ialah salah satu pendidikan yang terdapat pendidikan keluarga.

Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Betapa

penting peran dan pengaruh keluarga dalam pembentukan prilaku dan kepribadian

anak. Pandangan seperti itu sangat logis dan mudah dipahami karena beberapa alasan

berikut (bahan ajar pengantar pendidikan, 2006-56). Anak memiliki kesempatan

pertama kali dapat mengenal kehidupan sosial melalui kehidupan didalam keluarga,

selain itu dari keluarga jugalah anak memperoleh kesempatan untuk memulai tahap

perkembangan hidup dalam rangka dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan

dimana dia hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga khususnya orang tua

memiliki peran penting dalam pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai

yang nanti dapat berpengaruh terhadap cara anak dalam menggunakan Gawai.

Pada masa modern seperti sekarang, manusia semakin mudah dalam melakukan

sebuah interaksi sosial tanpa bertemu lansung ialaah dengan media gawai. Pada masa

sekarang dunia dimudahkan dengan adanya media Gawai. Gawai (dalam bahasa

inggris: Gadget) adalah suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi

praktis secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi yang

diciptakan sebelumnya (Wikipedia, 2016, hlm, 1). Gawai memiliki bentuk yang

bermacam-macam, dapat berupa komputer atau laptop, Tablet PC dan juga telepon

seluler atau smartphone menurut Osland (dalam Effendi, 2013, hlm 2).
Menurut Estimologi, alat adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu alat

elektronik kecil dengan fungsi khusus. Peralatan dibuat dan diperbarui terus menerus.

Oleh karena itu, banyak jenis peralatan baru yang jarang dirilis dalam setahun. Ini

juga dapat memberikan kemudahan bagi manusia dan membuatnya praktis. Gadget

adalah perangkat elektronik berupa teknologi informasi yang memiliki fungsi tertentu

dan sejalan dengan latar belakang era globalisasi saat ini (Mahmud & Wulansari,

2018).

Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap penggunaan gawai pada anak di dalam

rumah adalah keluarga. Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak, mengaskan bahwa pengakuan negara atas keselurhan hak-hak

anak serta kewajiban dan tanggung jawab negara, pemerintah, masyarakat, keluarga,

dan orang tua dalam memenuhi hak-hak anak. Selain itu orang tua merupakan orang

yang terdekat dengan anak. Seperti yang dilihat anak-anak dapat dipastikan selalu

berinteraksi dengan orang tuanya setiap hari. Oleh sebab itu pengawasan orang tua

sangat penting dalam penggunaan gawai terhadap anak.

Dalam pendidikan keluaraga terdapat beberapa hubungan orang tua dengan anak

antara lain :

a. Keluarga adalah pihak utama yang memberikan prilaku kepada anak

b. Secara menyeluruh waktu anak ada di keluarganya

c. Hubungan orang tua dengan anak sangat berbeda dengan hubungan guru

kepada siswa

d. Interaksi antara orang tua dengan anak dirumah asli dan tidak dibuat-buat.

Orang tua ialah pendidik yang utama bagi anaknya, karena dari mereka anak

menerima pendidikan untuk pertama kalinya sehingga menjadi pondasi dan dasar bagi

anak dalam menempuh kehidupannya di masa yang akan datang. Orang tua memiliki
kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anaknya dan bukan hanya

sekedar memberikan makanan, pakaian dan perlindungan. Orang tua berpengaruh

dalam menentukan pendidikan anak, fungsi orang tua dalam mendidik anak dapat

diberikan dengan cara memberikan fasilitas belajar dan memberikan motivasi siswa

belajar. Peranan orang tua dalam pendidikan anak anatara lain :

1. Membesarkan secara mental dan fisik

2. Mengarahkan dan membimbing

3. Memberikan teladan

4. Mengontrol perkembangan jiwa anak

5. Memberikan dorongan atau motivasi

6. Menyediakan fasilitas dan sarana belajar

Menurut Dale (dalam Winardi, 2000:224) menyatakan bahwa pengawasan tidak

hanya melihat, memperhatikan dan melaporkan hasil dari pengawasan tersebut,

namun juga berfungsi melururskan, memperbaiki sehingga sesuai dengan tujuan yang

di rencanakan .

Penggunaan gawai yang berlebihan pada anak akan membawa dampak buruk.

Karana gawai anak kurang melihat lingkungan sekitar membuat anak terlena dengan

kemajuan dan kecanggian teknologi masa sekarang. Anak yang kecanduan dengan

gawainya akan lebih sering menghabiskan waktu dengan gawai dari pada bermain

atau beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hal tersebut tentu membuat

komunikasi soaial antara anak dan masyarakat menjadi semakin luntur dan berkurang.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan anak yang bermasalah di sekolah

SMP Angkasa Lanud Sutan Shahrir kota Padang, pada tanggal 23 februari 2021,

diperoleh data bahwa anak SMP Angkasa Lanud termasuk sekolah yayasan swasta

yang memiliki anak bermasalah lumayan banyak di sekolahnya. SMP Angkasa Lanud
dapat dikatakan sekolah yang masih kurang menekankan peraturan-peraturan terhadap

anak disekolah. Dari sudut pandang peneliti permasalahan yang sangat menonjol di

sekolah SMP Angkasa Lanud Sutan Shahrir Kota Padang adalah kurangnya

pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai pada siswa SMP. Berdasarkan

hasil wawancara, peneliti melakukan survei terhadap beberapa anak yang mengalami

masalah langsung, yaitu dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan lansung

kepada anak, peneliti mengamati dan mencerna jawaban dari anak tersebut. terbukti

bahwa dari 144 anak 36 anak menggunakan Gawai tanpa pengawasan dari orang tua.

Selain itu ada beberapa anak yang peneliti panggil ke ruang BK untuk di wawancarai

dan di periksa Gawainya ternyata banyak anak yang salah dalam menggunakan

Gawai.

Tabel. Aplikasi yang di buka

No Aplikasi yang sering digunakan Jumlah siswa

1. Instagram 7

2. Whatsap 4

3. Youtube 10

4. Facebook 3

5. Gime online/ofline 12

Berdasarkan pengamatan peneliti terbukti pada saat peneliti memeriksa Gawai

anak yang bermasalah tersebut, banyak di temukan video, foto dan chat anak dengan

lawan jenis atau temannya yang sangat tidak wajar digunakan oleh anak di bawah

umur seperti mereka. Selain itu peneliti juga menemukan pencarian-pencarian yang

tidak layak mereka searching di laman Gawainya.


Dengan demikia permasalahan yang peneliti temui adalah kurangnya pengetahuan

ayah dan ibu dengan perkembangan anaknya. Hal tersebut di karenakan orang tua dari

anak memiliki memiliki pendidikan rendah, sehingga tidak terlalu paham dengan

perkembangan gawai yang kian hari semakin pesat. Orang tua anak hanya

menganggap bahwa gawai hanya membawa dampak positif saja terhadap anak, seperti

dapat memudahkan anak dalam belajar. Namun tanpa orang tua menyadari bahwa

gawai juga akan lebih banyak membawa dampak nagatif apabila orang tua kurang

mengawasi perkembangan anak dalam menggunakan gawai.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik ingin mengkaji Hubungan

Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan Gawai Oleh Anak Di SMP

Angkasa Lanud Sutan Sahrir Padang. Dengan anak yang dipanggil bermasalah

lansung 36 anak. untuk mendapatkan data peneliti melakukan observasi ditempat

tersebut, peneliti melihat anak yang berusia 13-15 tahun menggunakan gawai untuk

bermain game online/ofline, instagram, wahtsap, youtube dan facebook, sedangkan

orang tua hanya membiarkan anaknya dalam memainkan gawai tersebut. Dapat

diartikan bahwa hanya terdapat beberapa orang tua yang terkesan melaksanakan

tugasnya untuk mengawasi anak dalam memainkan gawai.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Rendahnya pengawasan orang tua kepada anak

2. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak

3. Lingkunagn sosial yang kurang mendukung proses perkembangan anak

C.Pembatasan masalah
Pengawasan orang tua sangat berpengaruh dalam perkembangan anak, akan tetapi

pada saat sekarang ini banyak oarang tua kurang mengawasi anaknya dalam

penggunaan gawai. orang tua hanya membiarkan anak menggunakan gawai tanpa

mengawasi dan menyadari bahaya dari penggunaan gawai secara berlebihan. Agar

penelitian ini lebih terarah, peneliti hanya membatasi permasalahan peneliti yaitu

melihat Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan Gawai oleh

Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Sahrir Kota Padang.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah maka, peneliti dapat

merumuskan masalah penelititentang bagaimana “Hubungan Antara Pengawasan

Orang Tua Terhadap Penggunaan Gawai oleh Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan

Sahrir Kota Padang”.

E.Asumsi Penelitian

Anggapan dasar atau asumsi penelitian adalah tentang hal-hal yang digunakan

sebagai dasar berfikir dalam melakukan penelitian. Asumsi atau anggapan dasar ini

mengatakan bahwa orang tua belum melakukan pengawasan pada anak terhadap

penggunaan gawai.

F.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diantaranya :

1. Untuk melihat gambaran pengawasan orang tua di SMP angkasa lanud sutan

shahrir kota padang

2. Untuk melihat gambaran penggunaan gawai terhadap anak di SMP angkasa

lanud sutan shahrir kota padang

3. Untuk melihat hubungan antara pengawasan orang tua terhadap penggunaan

gawai oleh anak di SMP angkasa lanud sutan sahrir kota padang
G.Mamfaat penelitian

Penelitian mengenai Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap

Penggunaan Gawai oleh Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Sahrir Kota Padang.

1. Secara Teoritis

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini bisa memberikan sumbangan

pemikiran dan referensi pendidik mengenai Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua

Terhadap Penggunaan Gawai oleh Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Sahrir Kota

Padang

2. Secara Praktis

a. Kepada orang tua terutama untuk ibu agar dapat menambah informasi tentang

Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan Gawai oleh

Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Sahrir Kota Padang

b. Untuk pendidik hasil penelitian bisa di jadikan sebagai masukan untuk

meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anak.

G. Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan istilah variabel, dengan tujuan

menspesifikasikan. Definisi operasional penelitian diantaranya yaitu :

1. Pengawasan Orang Tua

Weihrich dan Kontz (2006: 480) menyatakan bahwa, pengawaan (controling) yaitu

menejemen yang berfungsi dan mengukur, melakukan koreksi setiap kinerja atau upaya

yang dilakukan, yang bertujuan untuk mewujudkan rencana dan keinginan. Selain itu

pengawasan orang tua juga diartikan sebagai hal yang akan dilakukan orang tua dalam

mengamati dan memperhatikan semua kegiatan yang dilakukan oleh anak. Orang tua

berfungsi sebagai pendidik dalam rohani maupun jasmani anaknya. Sehingga anakpunya
kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan, keluarga, bahkan dirinya sendiri

adalah sebagai tempat pembentukan pribadi anak.

Pengawasan orang tua berarti memiliki fungsi untuk menunjukkan kelemahan yang

ada dalam melaksanakan serta dalam melakukan upaya perbaikan serta pencegahan agar

kelemahan atau kesalahan tersebut tidak terulang lagi.

Adapun indikator pengawasan orang tua adalah tentang cara mengontrol, mendidik

dan mengawasi anak, terutama dalam penggunaan gawai yang sangat berpengaruh dalam

perkembangan anak terutama dalam belajar dan sosialisasinya dengan lingkungan sekitar.

2. Penggunaan Gawai Terhadap Anak

Pada masa sekarang perkembangan teknologi di bidang komunikasi dan informasi

sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, terutama dengan adanya teknologi

menciptakan alat yang sering di dengar Gawai. berdasarkan menurut para ahli yang

dikemukakan oleh Widiawati, Sugiman, dan Edy (2014) menyatakan bahwa gawai adalah

alat canggih yang di lengkapi oleh berbagai macam aplikasi yang bisa memberikan

bermacam-macam informasi, hobi bahkwan hiburan. Dampak dari penggunaan gawai

tersebut ada yang berdampak positif namun ada pula yang berdampak negatif tergantung

kebijakan anak dalam memanfaatkan gawai. selama anak dalam pengawasan orang tua

dalam menggunakan gawai, seperti halnya apa yang di buka, waktu, tingkat dan persentase

penggunaan gawai sesuai dengan usia anak tentu tidak begitu membawa pengaruh buruk

terhadap anak.

Adapun indikator dalam pennggunaan gawai adalah anak yang bermasalah lansung

terhadap penggunaannya gawai, hal yang dilakukan adalah bertanya kepada anak

bagaimana cara orang tua dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan gawai oleh

anak.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Penddikan Keluarga Sebagai Satuan pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal yaitu program pendidikan yang mempunyai peran

penting pada pelayanan pendidikan sepanjang hayat. Menurut Soelaman Joesoef

(1992: 54), pendidikan non formal merupakan pendidikan untuk memperoleh

Melakukan pertukaran arah di luar sekolah dan menyediakan tempat untuk

menimba ilmu, pelatihan dan bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan

hidup, dengan tujuan untuk mengembangkan kemungkinan keterampilan, sikap

dan nilai di lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat dan yang lebih dominan

adalah lingkungan keluarga.

Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur,

dilakukan dengan sadar, pendidikan non formal pada umumnya dilakukan tidak

dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan non formal identik dengan

pendidikan luar sekolah. Menurut Sudjana (2001), pendidikan non formal

melengkapi pendidikan formal (sekolah), karena pendidikan luar sekolah adalah

bagian paralel dari pendidikan formal dijadikan sebagai alternatif cara belajar

diluar dari pendidikan formal. Oleh karena itu pendidikan non formal dilakukan di

luar sekolah, maka sasaran pokonya adalah anggota masyarakat terutama

lingkunagn keluarga. Maka pendidikan non formal harus dibuat sedemikian rupa

agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen

pendidikan.

Selain pendidikan non formal terdapat pula satuan pendidikan informal.

Pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan keluarga yang kegiatannya

berbentuk seperti belajar secara mandiri. Menurut Axin (Suprijanto, 2009 : 8)


pendiikan informal merupakan pendidikan dimana warga elajar tidak sengaja

belajar atau kegiatannya terjadi secara spontan selain itu proses pembelajaran

tersebut juga terjadi begitu saja tanpa di sadari. Lingkungan sangat berpengaruh

dalam pendidikan informal tertutama keluarga, pendidikan infrmal ini ialah

pendidikan yang dapat terjadi kapanpun dan dimanapun.

Pendidikan keluarga merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu

yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab

untuk membantu memanusiakan, membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai

terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut berakhir

apabila sang anak menjadi dewasa,yakni menjadi manusia sempurna atau manusia

purnawan. Maka orang tua tidak dapat dan tidak boleh menyerahkan urusan

pendidikan anak hanya kepada lembaga pendidikan formal semata. Justru

pendidikan keluargalah yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan

anak dalam menghadapi masa depannya (Driyarkara 1964, 64-65).

Keluarga menurut Berns,dapat dimaknai sebagai kumpulan orang yang hidup

bersama dengan tempat tinggal bersama dan masing-masing orang yang terlibat di

dalamnya merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling

memperhatikan, saling membantu, bersosial dan menyerahkan diri. Kebersamaan

keluarga dapat dikarenakan hubungan darah atau sekedar hubungan kekerabatan

yang terjalin dalam sebuah interaksi yang intim antar individu (Berns 2007, 87).

Berdasarkam pengertian tersebut bisa diartikan bahwa pendidikan non formal

saling berkaitan dengan pendidikan informal terutama pendidikan keluarga, dapat

dilihat bahwa pendidikan keluarga merupakan tempat manusia pertama kali

memperoleh pendidikan sebeluam pendidikan formal, pendidikan keluarga dapat

di lakukan dalam waktu yang tidak di tentukan. Selain itu pendidikan keluarga
merupakan pendidikan anak sebelum melakukan pendidikan di sekolah

formalnya. Orang yang sangat berpengaruh dilingkungan keluarga bagi anak

terutama adalah peran orang tua.

2. Pengawasan Orang Tua Terhadap Anak

Pengertian pengawasan menurut Sujamto (2001:19), bahwa pengawasan

merupakan segala bentuk usaha ataupun aktivitas yang dilakukan bertujuan

menilai dan mengetahui pelaksanaan tugas dan kegiatan yang realnya. menururt

Sujamto (2001:19). pengawasan juga berfungsi sebagai salah satunya untuk

mengontrol apakah kegiatan sudah terlaksana dengan baik.

Keluarga merupakan elemen pokok dalam perkembangan pendidikan bagi

anak, proses sosialisasi secara spontan, tempat pembentukan karakter anak sejak

dini, selain itu keluarga juga tempat untuk memberikan contoh prilaku tabiat baik

bagi anak yang akan di budidayakan oleh anak selamanya. Artinya keluarga

adalah awal pembentukan individu agar menjadi lebih pribadi ebih baik. Dengan

demikian dapat diartikan keluarga ialah bagian pendidikan yang paling tepat,

nyata dan sangat besar pengaruhnya bagi anak (Baqir Sharif al Qarashi, 2000:46).

Selain itu keluarga juga diartikan sebagai lingkungan pendidikan yang

berfungsi memberikan dasar-dasar pendidikan pada anggota keluarga (terutama

anak-anak). Dasar-dasar pendidikan tersebut antara lain pendidikan agama, moral

etika dan pengetahuan dasar, kognitif, efektif maupun psikomotor. Fungsi

keluarga (ke luar) antara lain ikut membantu sekolah dan masyarakat dalam hal

penyelenggaraan pendidikan non formal (Bahan ajar pengantar pendidikan, 2006:

55).

Berdasarkan pelaksanaan pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai

oleh anak yang terutama paling berperan adalah orang tua. Orang tua harus
mampu memberi tanggung jawab sesuai terhadap perkembangan anak. Mula-mula

orang tua harus mampu memberikan pemahaman terlelebih dahulu, kemudian

diberikan kepercayaan terhadap anak. Mengarahkan dan memberikan pengawasan

kepada anak supaya ttidak salah dalam bergaul, berarti orang tua boleh

memberikan kebebasan tetapi masih dalam pengawasan jarak jauh. Dengan cara

orang tua tetap memberikan perhatian kepada anaknya dirumah. Mengawasi dan

mengetahui teman-teman mereka dan menjauhkan dari teman yang berprilaku

menyimpang yang dapat membawa pengaruh buruk bagi anak. Berdasarkan

pengertian diatas Menururt Hadi (2016: 102) mengatakan bahwa orang tua

mempunyai tanggung jawab dan kewajiban dalam memelihara, melindungi,

mengasuh dan mendidik anak.

a. Peranan Orang Tua Dalam Pengawasan Anak

Menururt Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa peranan berasal

dari kata peran artinya pemain sandiwara. Soekamto mengemukakan beberapa

pendapatnya sebagai berikut :

1. Peranan mencakup norma-norma yang dikaitkan dengan posisi atau tempat

seseorang didalam bermasyarakat. Peranan ialah peraturan yang dapat

menuntun seseorang di kehidupannya.

2. Peranan ialah konsep tentang apa yang bisa dilakukan oleh individu dalam

kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi.

3. Peranan berfungsi sebagai pembentuk sikap seseorang di dalam struktur

masyarakat.

Berdasarkan dari pernyataan diatas Sahlan (2002: 37) pendapat tentang

pengertian orang tua adalah bahwa orang tua merupakan bagian dari ayah dan ibu

dan merupakan hasil perkawinan yang sah. Kemudian baru bisa memulai sebuah
keluarga. Tentunya sebagai orang tua, mereka memiliki tanggung jawab yang

besar terhadap anak-anaknya. Orang tua bertanggung jawab terhadap anaknya,

yaitu membimbing, mengasuh, dan mendidik anaknya agar mencapai tujuannya

pada tahap yang diharapkan, sehingga anak dapat berpartisipasi dalam kehidupan

sosial setiap saat.

b. Fungsi dan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan Anak

Orang tua adalah tempat pendidik yang utama bagi anak, disebabkan orang tua

yang paling banyak memiliki waktu dengan anaknya. Menururt Nur (2015:22-23)

menyatakan bahwa, pengaruh peran orang tua pada pendidikan sangat banyak

yaitu, sebagai pendukung, fasilitator, pembimbingan dan pendidik. Jadi bentuk

pendidikan perama ada pada pendididkan keluarga. Orang tua sangat penting

pengaruhnya bagi keberhasilan pendidikan anak.

Demikian tanggung jawab orang tua sebenarnya tidak bisa di pindahkan

kepada orang lain, karena pendidik atau guru hanya merupakan keikutsertaan saja

dalam proses perkembangan pendidikan anak. Menurut Zakiah Daradjat (1929)

ada beberapa tanggung jawab di dalam islam yang harus dilaksanakan sebagai

berikut :

1) Mengasuh dan membesarkan anak, merupakan bentuk yang paling

sederhana dari tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua terhadap

aaknya yag merupakan faktor dukungan alami untuk kelansungan hidup

manusia.

2) Menjamin serta melindungi jasmani dan rohani dari berbagai macam

penyakit dan prilaku yang menyimpang dari tujuan hidup.

3) Memberikan ilmu yang luas sehingga anak mendapatkan peluang dalam

memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi mungkin.


4) Membahagiakan anak, merupakan kewajiban orang tua di dunia dan di

akhirat sesuai tujuan hidup muslim.

Pada dasarnya di keluarga bertindak sebagai pendidik dan guru. Artinya segala

tingkah laku orang tua menjadi contoh bagi anak, sedangkan di sekolah guru

hanya bertugas melanjutkan dalam mengambangkan kepribadian anak sesuai

dengan minat, bakat, dan kepribadian anak. Artinya orang tua sangat berpengaruh

dalam pembentukan kepribadian anak.

c. Hak dan kewajiban orang tua

Menurut Siful Arifin (2018) terdapat hak dan kewajiban orang tua bahwa,

kepala keluarga adalah orang tua sebagai pembimbing yang memiliki rasa

tanggung jawab dan kewajiban untuk menayomi seluruh anggota keluarga.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa orang tua mempunyai

peran utama dalam membentuk anak, karena segala bentuk pendidikan di

lingkungan keluarga akan jelas tampak saat anak di lingkungan masyarakat.

Adapun peranan orang tua dalam kedudukannya sebagai ayah dan ibu ialah

memiliki kewajiban memberikan nafkah dan mendidik anak kejalan yang benar.

3 . Kajian Tentang Gawai Terhadap Anak

a. Pengertian Gawai

Gawai merupakan instrumen atau perangkat pada elektroni yang mempunyai

maksud dan manfaat yaitu membantu meringankan pekerjaan manusia.

Diperkirakan gawai adalah istilah dari bahasa Inggris, yaitu alat elektronik kecil

dengan fungsi khusus. gawai terus ditemukan dan diciptakan gawai adalah bentuk

teknis informasi perangkat elektronik yang memiliki fungsi dan sesuai dengan era

globalisasi saat ini (Mahmud & Wulansari, 2018). gawai secara umum ialah

perangkat elektronik dalam bentuk berita yang berfungsi untuk memberikan


informasi, dan sesuai dengan perkembangan sosial pada masa sekarang (Mahmud

& Wulansari, 2018).

Gawai sebagai media pembelajaran merupakan cara dalam menggunakan

elektronik yang modern dan canggih bertujuan memudahkan dalam

berkomunikasi dapat dilihat pada masa sekarang membawa dampak buruk kepada

siswa, jika dioptimalkan dengan baik dalam menunjang pembelajaran

(Oebaidillah, 2018). Untuk itu pengawasan orang tua sangat di perlukan terutama

dalam lingkungan masyarakat karena anak sudah banyak yang menggunakan

gawai. Namun yang jadi permasalahan pada masa sekarang anak-anak tersebut

menggunakan gawai bukan untuk belajar melaikan dalam hal yang menyimpang.

keluarga. Orang tua di harapkan dapat mengawasi anak dengan perhatian penuh

supaya anak dapat memilah dan memanfaatkan gawai dengan baik.

Andari (2013) dalam jurnal (Radliya et al., 2017) berpendapat bahwa gawai

membawa dampak baik baagi anak antara lain :

a) Adak dimudahkan dalam mengetahui informasi penting selain itu juga

mudah dalam berkomunikasi dengan jarak jauh.

b) Dengan adanya gawai anak dapat memperoleh informasi dimanapun dan

kapanpun sehingga membuat anak memiliki wawasan dan pengetahuan

yang luas tentang perkembangan dunia.

c) Banyak permainan-permainan kreatif yang melatih bagi perkembangan

anak.

Dampak negatif gawai menurut pendapat Andari (2013) antara lain :

a) Anak menjadi pemalas, contohnya dalam belajar anak menjadi malas

membaca dan menulis, diakibatkan karna kurangnya pengawasan dari

orang tua dalam penggunaan gawai terhadap anak.


b) Anak cenderung menyendiri menggunakan gawai, sehingga kemampuan

bersosialisasi anak menjadi berkurang dalam berinteraksi dilingkungan

masyaraakat, keluarga bahkan dirinya sendiri.

c) Anak menjadi kecanduan menggunakan gawai, terutama dalam bermain

game online, sehingga anak menjadi malas sekolah, selain itu orang tua

juga tidak mengawasinya sehingga berakibat fatal.

b. Dampak Penggunaan Gawai terhadap Anak

Terdapat tanda-tanda bahwa anak kecanduan menggunakan gawai yang

dijelaskan dalam Maulida (2003), yaitu keinginan untuk beraktivitas akan hilang,

dan pembicaraan terus-menerus tentang teknologi, jika anak mencegah

penggunaannya, anak akan cenderung menentang suatu tindakan, anak akan

sensitif atau mudah tersinggung dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan

kesulitan egois saat berbagi waktu dengan orang lain. Kemudian, anak akan sering

berbohong karena tidak bisa melepaskan gawainya. Intinya dia akan mencari cara

untuk memainkan t itu, mgawai meski itu akan mengganggu waktu tidurnya

(Hana Febriana, 2017).

a. Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menghadapi anak yang

kecanduan dalam menggunakan gawai beberapa solusi, di antaranya:

1) memberikan batasan waktu untuk anak dalam menggunakan gawai. Ini

ditujukan untuk tindakan disiplin terhadap anak-anak. Karena dengan cara

diberikan batasan waktu, anak-anak secara bertahap akan melupakan

gawainya.

2) Menumbuhkan bakat anak. Tentu setiap orang memiliki bakatnya masing-

masing. Layaknya anak-anak, alangkah baiknya jika mereka mulai melatih


kemampuan atau bakatnya sejak dini. Misalnya, bakat di bidang musik dan

visualisasi (seperti melukis, kerajinan tangan, menari, dll)

3) Orang tua harus lebih banyak bermain dengan anak. Karena jika anak

sering diajak bermain dengan orang tuanya, maka mereka akan lebih dekat

dengan orang tuanya dari pada gawainya. Hal ini tentunya akan

mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Misalnya, bermain di

luar rumah akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anda bisa mengajak anak bermain bersama saudara, anggota keluarga atau

sahabat.

Gawai memiliki pengaruh yang besar bagi manusia. Hal ini bisa terjadi pada

anak-anak. Tentunya jika anak terlalu sering menggunakan gawai tersebut, maka

akan berdampak negatif. Oleh karena itu peran orang tua dalam menggunakan

gawai untuk mendorong tumbuh kembang anak sangat diperlukan dan sangat

penting (Sunita & Mayasari, 2018).

Menggunakan gawai dapat memberikan efek negatif dan positif, antara lain:

1) Pengaruh buruk dari gawai seperti, anak memiliki pibadi yang tertutup,

kesehatan pada mata, tangan dan otak menjadi tergaanggu, tidak hanya

itu anak juga akan mengalami susah tidur, sering menyendiri

berprilaku kasar dan memudarnya kreativitas pada anak.

2) Pengaruh positif gawai, jika digunakan dengan baik dan dalam

pengawasan orang tua. Seperti dapat meningkatkan ketajaman pada

penglihatan, merangsang anak dalam mengikuti perkembangan

teknologi baru, dapat mendukung akademis anak, meningkatkan

kemampuan mengatik anak, kemampuan matematis, dapat mengurangi


stres dan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak (Derry :

2014).

Gawai adalah media komunikasi yang dipakai dengan tujuan agar dapat

memudahkan segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi gawai juga

memiliki dampak positif dan negatif tergantung pemakaian individu sendiri.

Maka dari itu diperlukan adanya penyaringan dalam menggunakan gawai. Namun

pada anak usia 13-15 tahun banyak diantara mereka yang menyalahgunakan

gawai sehingga bagi mereka gawai hanya akan berdampak negatif selain itu

pengawasan orang tua juga sangat diperlukan bagi anak agar orang tua dapat

mengawasi dan mengontrol anak dalam menggunakan gawai.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian ini relevan dengan “Optimalisasi Peran Orang Tua Dalam

Meminimalisisr Penggunaan Gawai Bagi Siswa”. Menurut (Hana Febriana,

2017), penrkembangan gawai tersebut dapat membawa pengaruh bagi anak

baik itu pengaruh buruk ataupun baik, seperti halnya yang dominan adalah

memoengaruhi prilaku manusia dan pola kehidupan manusia terutama pada

kalangan anak remaja. Semua manusia di bumi tentunya mempunyai dan

menggunakan gawai bahkan ada yang memiliki gawai lebih dari satu, hal

tersebut dikarenakan beberapa faktor. Dapat dilihat bahwa setiap hari gawai

selalu di genggam bahkan dalam menggunakannya manusia bisa sampai satu

hari penuh. Adanya gawai membuat kegiatan manusia terjadi di dunia maya.

2. Penelitian ini relevan dengan “Penggunaan Gawai Dan Dampaknya

Terhadap Penyimpangan Prilaku Siswa”. Menurut Siti Fatmah (2020)

menyatakan bahwa keseringan menggunakan Gawai dapat membawa

pengaruh negatif pada prilaku dari pada sisi positifnya. Namun penggunaan
Gawai juga dapat membawa pengaruh positif bagi kamajuan akademis siswa.

Untuk itu peran orang tua sangat dibutuhkan agar dapat membatasi anak

dalam menggunakan gawai.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka koseptual adalah bagian yang menggambarkan alur penelitian yang

akan dilakukan. Tujuan kerangka konseptual supaya penelitian lebih terarah

sehingga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Berikut adalah

kerangka konseptual yang menjadi pedoman peneliti dalam melakukan penelitian

mengenai Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan Gawai

Oleh Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Sahrir Kota Padang.

Untuk lebih jelasnya akan digambarkan sebagai berikut :

Pengawasan orang tua Penggunan Gawai oleh

Anak

(X) (Y)

D. Hipotesis

Menguji adanya ataupun tidak Hubungan Varaiaberl X (pengawasan orang tua)

dengan Variabel Y (penggunaan gawai pada siswa), pada penelitian ini yang

peneliti ajukan adalah :

Ha : Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan Gawai Oleh

Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Sahrir Kota Padang.

Ho : tidak ada Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan

Gawai Oleh Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Sahrir Kota Pa


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis korelasional. Menurut

Arikunto (2013), korelasional bermaksud untuk mengatahui ada atau tidak adanya

hubungan. Jika terdapat hubungan, berapa erat hubungan dan berarti atau tidaknya

hubungan tersebut. Variabel penelitian tersebut terdiri dari beberapa indikator.

Instrumen yang diukur menggunakan skala likert.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mencoba untuk melihat

Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan Gawai Oleh

Anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Shahrir Kota Padang.

B. Populasi dan Sampel

1. populasi

Populasi ialah semua bagian individu yang diamati. Sugiyono (2014)

menyatakan bahwa populasi ialah suatu wilayah umum yang dipisahkan oleh

subjek maupun objek yang mempunyai cici-ciri dan kualitas tertentu yang

diperuntukkan untuk observasi oleh peneliti yang akan diamati lalu disimpulkan

hasilnya. Maka disimpulkan bahwa populasi adalah sebagai keseluruhan objek

yang diamati.

Populasi yang terdapat di penelitian ini ialah seluruh siswa yang ada di SMP

Angkasa Lanud Sutan Shahrir Kota Padang, jumlah populasi pada penelitian ini

sebanyak 144 anak.

Tabel. Jumlah Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1. VII 32
2. VIII.1 30

3. VIII.2 29

4. XI.1 25

5. XI.2 28

Jumlah Keseluruhan 144

2. sampel

Sampel ialah sebagian atau wakil dari populasi yang akan di diteliti (Arikunto,

2002: 109). jika jumlah banyak responden kurang dari 100, dan sempelnya diambil

semua maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika jumlah

responden lebih dari 100, maka pengambilan sampel 10% - 15% atau 20% -25%

atau lebih (Arikunto, 2002: 112).Penentuan sampel tersebut berdasarkan respon

dari orang tua siswa.

Ada beberapa alasan dalam melakukan pengambilan sempel diantaranya :

a. Kesanggupan peneliti dilihat dari tenaga, dana, dan waktu

b. Luas pengamatan dari subyek karena hal ini berpengaruh terhadap sedikit

atau banyaknya data yang diperoleh

C.Peneliti bisa lebih mudah dalam menyebarkan angket karna jumlahnya

sudah ditentukan

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa pengambilan sampel pada penelitian ini

ialah 25% dari populasi yang ada, karena jumlah banyak populasi lebih dari 100

yaitu 144 anak. Artinya 144 X 25% / 100 = 36, maka sempel yang digunakan pada

penelitian sebanyak 36 anak.

Tabel. Jumlah sempel penelitian

No Kelas Jumlah siswa Populasi


1. VII 32 6

2. VIII.1 30 7

3. VIII.2 29 10

4. XI.1 25 5

5. XI.2 28 8

Jumlah Keseluruhan 144 36

C. Instrumen dan Pengembangannya

Instrumen ini adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data yang dapat

berupa kuesioner menurut Notoadmodjo (2010). Alat yang akan digunakan dalam

melakukan penelititan tersebut adalah angket atau koesioner dengan dilengkapi

alternatif jawaban yang akan diberikan oleh peneliti, dan responden hanya tinggal

memilih diantara alternatif tersebut.

Menurut Sugiyono (2014), yang dikatakan dengan instrument penelitian ialah

alat yang akan dimanfaatkan guna menilai dan mengukur bermacam fenomena

sosial dan alam yang ingin diteliti. Pada penelitian ini, instrumen yang akan

dimanfaatkan ialah kuisioner/angket. Menurut Sugiyono (2014) angket, adalah alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data didalamnya terdapat butir pertanyaan

kemudian di minta kesiapan respnden dalam mengisinya. Maka penelitian ini

peneliti menguji alat tersebut dengan cara menyebarkan angket yang disusun oleh

peneliti sesuai pada permasalahan yang diteliti yaitu data tersebut meliputi:

a. cara pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai oleh anak SMP

Angkasa Lanud Sutan Shahrir Kota Padang

b. memberikan motivasi kepada anak agar dapat menggunakan gawai lebih

baik lagi.
Instrument yang akan dipakai pada penelitian ini ialah angket tertutup yang

dilengkapi dengan alternatif jawaban yang akan dipilih oleh 36 orang responden

sisiwa dalam pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai oleh anak di SMP

angkasa lanud sutan shahrir kota padang. berupa tanda ceklis (√) maupun tanda

silang (x). Dengan mengunakan angket inilah diharapkan bisa mendapatkan

gambaran dan penjelasan lengkap mengenai hubungan antara pengawasan orang

tua terhadap penggunaan gawai oleh anak pada SMP angkasa lanud sutan shahrir

kota padang.

1. Penyusunan Angket

langkah-langkah dalam menyusun angket, antara lain :

a. Menentukan variabel yang akan diteliti.

b. Merincikan variabel kedalam sub variabel.

c. Merumuskan beberapa indikator pada setiap variabel.

d. Menyusun item-item pada setiap indikator.

e. Menyusun beberapa pernyataan berdasarkan indikator yang telah ditentukan.

2. Validasi Instrumen

Validitas ialah Kemampuan ketepatan dalam pengukuran yang dimiliki oleh

item dan butir pernyataan dikenal dengan sebutan validitas. Dilakukannya uji

validitas ialah untuk memeriksa kevalitan data dari instrument yang telah disusun,

artinya apakah instrument tersebut bisa mengukur apa yang harusnya diukur atau

tidak. Analisis 30 validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan analisis terhadap setiap butir pernyataan dengan menggunakan SPSS

(statistic package and service solution) windows 16.

Berikut adalah kriteria valid atau tidaknya suatu instrumen:

a. Nilai ( r tabel) dapat ditentukan dengan signifikasi (a’) = 5%


b. Sedangkan untuk syarat pengujian

Dapat dikatakan tidak valid apabila (r hitung < r tabelnya)

Dapat dikatakan valid apabila (r hitung > r tabelnya)

3. Rebilitas

Rebilitas dilakukan untuk mencari tahu bagaimana keadaan yang digunakan

dalam pengumpulan data, apakah instrument tersebut memiliki ketepatan yang

sama dalam mengukur apabila digunakan beberapa kali dan apakah menghasilkan

data yang sama atau tidak. Uji reabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini

dengan menggunakan SPSS (statistic package and service solution) 41 windows

versi 16. Untuk mencari tingkat kepercayaan instrument yang digunakan dimana

jika r hitung > r tabel maka dapat dikatakan reliable, namun jika r hitung < r tabel

maka data dapat dikatakan tidak reliable.

D. Pengumpulan Data

Pendapat Rahardjo (2011) mengenai pengertian data ialah semua sumber

informasi baik secara tulisan atau lisan, dan dapat juga berupa foto sebagai bukti

menjawab masalah penelitian harus sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan

dari penelitian.

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data tentang lingkungan sosial yang kurang mendukung perkembangan anak

b. Data tentang pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak

c. Data tentang hubungan antara pengawasan orang tua terhadap penggunaan

gawai oleh anak di SMP Angkasa Lanud Sutan Shahrir Kota Padang.

2. Sumber Data
Seumber data merupakan subjek atau orang yang akan memberikan data yang

ingin diteliti (Arikunto, 2006). Sumber data dalam peneliatain ialah siswa yang

bermasalah lansung selama proses belajar-mengajar berlansung yang telah

ditentukan dalam penelitian. Berjumlah 36 berdasarkan karakteristik yang telah

ditetapkan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis dikemukakan oleh Sugiyono (2008), bahwa dalam suatu

penelitian menyesuaikan pada sifat penelitian, jenis penelitian, dan tujuan

penelitian.

Analisis data dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Untuk melihat gambaran Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan

Gawai Oleh Anak Di SMP Angkasa Lanud Sutan Shahrir Kota Padang dihitung

dengan menggunakan persentase:

f
P= x 100%
N

Keterangan:

P = Jumlah persentase

F = Frekuensi jawaban

N = Jumlah responden

Sumber: Sugiyono (2017)

2. Untuk melihat Hubungan Antara Pengawasan Orang Tua Terhadap Penggunaan

Gawai Oleh Anak Di SMP Angkasa Lanud Sutan Shahrir Kota Padang, menurut

(Sugiyono, 2016) digunakan rumus Product Moment yaitu:

N ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi antara x dan y


XY = Produk dari X dan Y

N = Jumlah sampel yang akan diteliti

x = Skor Variabel bebas

y = Skor variabel terikat

Sumber: (Sugiyono 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Vangelisti, Anita L. (2003). Handbook of family communication. United States of

America: Lawrence Erlbaum Associates

Heryanto, Ariel. (2015). Identitas dan Kenikmatan : Politik Budaya Layar Indonesia.

Jakarta : PT.Gramedia
Lister, dkk. (2009). New Media a Critical Introduction (2nd Edition). London:

Routledge

Littlejohn, Stephen W dan Foss KarenA. (2009). Theories of Human Communication.

Newyork : Thomson Wardswordth.

Moleong, J.Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia

Moustakas, Clark.(1994). Phenomenological Research Methods. California :

SAGE Publication

Straubhaar, Joseph, Robert LaRose & Lucinda Davenport. (2009). Media Now.

Balmont: Wadsworth

Palfrey, John dan Urs Gasser. (2008). Born Digital: Understanding The First

Generation of Digital Natives. New York: Basic Book.

Iriantara, Yosal. (2013). Literasi Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media

Yulianti, Padmi Dhyah dan Tri Hartini. (2015). Seminar Psikologi & Kemanusiaan:

Literasi Media Televisi Bagi Orang Tua: Upaya Melindungi Anak dari Dampak

Negatif Televisi.

http://mpsi.umm.ac.id/files/file/239-244%20Padmi%20Dhyah.pdf

You might also like