You are on page 1of 8

ANALISIS AKAD IJARAH PADA DEBT COLLECTOR DALAM

PERPSPEKTIF USHUL FIQH

Ushul Fiqh

Dosen Pembimbing: Dr. M Hasbi Zaenal, Lc, MA

Arinaldi Nugraha1
2020405030
Magister Ekonomi Syariah / Institut Agama Islam Tazkia Bogor, Indonesia

Abstrak

Semakin pesatnya penjual alat transportasi kendaraan membuat manusia semakin banyak untuk
membelinya. Semakin banyak varian model yang di iklankan semakin banyak juga orang
membeli karena faktor keinginan bukan atas faktor kebutuhan. Sehingga semakin banyak orang
yang membeli secara kredit membuat para leasing semakin tegas untuk bertindak terhadap
kreditur yang telat dalam membayar angsurannya. Yang membuat leasing banyak menyewa debt
collector untuk menagih hutang kreditur.

Membuat banyak orang resah akan tindakan yang di lakukan oleh debt collcetor kepada
krediturnya. Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji study kasus ini.
sehingga perlunya ditinjau dari sudut perspektif ushul fiqh.

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari data skunder dari buku, jurnal artikel yang
berkaitan dengan study kasus tersebut.

Temuan pada penelitian ini bahwa hukum asal pada akad ijarahnya adalah sah namun pada sudut
padang maslahat dalam ushul fiqh maka ini tidaklah di perbolehkan karena mengandung unshur
kezhaliman kepada kreditur.
Kata Kunci: Ijarah, Debt Collector, Ushul Fiqh
Secara keseluruhan Islam telah mengatur dengan segenap kesempurnaannya. Baik itu dengan
1
Arinaldi Nugraha, “Mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Tazkia” (Bogor, n.d.).
perihal ibadah ataupun perihal muammalah kepada sesama manusia. Sehingga membuat
hubungan manusia menjadi lebih teratur2. Namun di dalam kehidupan bermuammalah, secara
prakteknya yang terjadi di tengah kehidupan manusia, masih banyak pelanggaran yang terjadi
menyalahi aturan syari’at.

Semua itu terjadi di sebabkan oleh kurangnya ilmu dan keserakahan manusia untuk mendapatkan
dunia3. Dari Dua hal yang mendominasi ini, membuat manusia tak kuasa untuk melawan hawa
nafsu di dalam dirinya.

Di dalam bermuammalah tentunya yang paling banyak di lakukan manusia adalah jual – beli.
Karena untuk melangsungkan kehidupannya setiap manusia mempunyai kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Dan semua itu yang paling banyak di lakukan dengan transaksi jual beli.

Semua yang di perjual belikan tentunya juga tidak semuanya pada barang semata, namun juga
pada jual beli jasa. Seperti yang akan di bahas pada tulisan ini yaitu akan membahas jual beli jasa
pada debt collector.

Di era modern yang semakin canggih ini begitu banyak manusia membutuhkan alat transportasi,
guna untuk mempermudah aktivitas di dalam kehidupannya sehari – hari seperti motor dan
mobil. Dengan semakin banyaknya dealer penyedia alat transportasi tersebut maka semakin
banyaklah strategi marketing mereka dalam upaya untuk mendapatkan konsumen.

Adapun cara yang di lakukan seorang marketing yang sangat mendominasi saat ini ialah dengan
memberikan iklan yang sangat menarik seperti memberikan kredit dengan uang muka yang
begitu murah. Sehingga membuat para customer tertarik untuk membeli alat transportasi
tersebut. Yang sebelumnya membeli karena kebutuhan namun bergeser menjadi membeli karena
keinginan. Membuat semua customer lalai dari efek jangka panjang yang akan terjadi.

Berdasarkan fenomena tersebut semua membuat perusahaan transportasi semakin meningkatkan


produksi barang dagangannya. Bahkan mereka merancang sedemikian baik dalam perihal
2
L Ahmad Zarkasih, Pengantar Fiqih Muamalah, Lentera Islam (Lentera Islam, n.d.).
3
Ammi Nur Baits, Pengantar Fiqh Jual Beli & Harta Haram (Yogyakarta: Pustaka Muammalah, 2020).
membuat konsep manajemen strategi bisnisnya. Sehingga banyak prinsip muammalah yang di
langgar demi untuk mencapai keuntungan yang besar.

Walaupun di dalam prinsip islam tidak ada larangan untuk memperbanyak mengambil margin
dalam usaha perdagangannya. Akan tetapi Islam hanya melarang untuk mendapatkan harta
dengan cara yang menyalahi aturan syari’at4.

Melihat dari sisi maslahat tentu ada tindakan yang merugikan salah satu pihak. Akan tetapi
mereka (perusahaan) tidak peduli dengan hal tersebut. Karena mereka hanya memikirkan
keuntungan terhadap perusahaannya sendiri.

Untuk melancarkan bisnisnya perusahaan alat transportasi mereka bekerja sama lagi dengan
lembaga keuangan yaitu leasing. Dari leasing ini mereka bekerjasama lagi dengan partnernya
yaitu debt collector atau penagih utang.

Dari kasus yang banyak terjadi saat ini dalam pelaksanaannya mereka debt collector, banyak
melakukan tindakan anarkis yang merugikan para customer. Oleh sebab itu berdasarkan latar
belakang yang telah di sampaikan di atas, maka perlunya kita melihat dari dua sisi yaitu fiqh dan
ushul fiqh.

Study Kasus

Melihat kasus yang begitu marak terjadi saat ini penulis mencoba membahas kasus
pengeroyokan yang dilakukan oleh oknum debt collector terhadap anggota TNI yang di kutip
langsung dari halaman www.inews.id 56.

Berdasarkan dari data yang di peroleh bahwa kasus tersebut terjadi karena adanya seorang

4
C Cahyani, A Hayatudin, and ..., “Analisis Fikih Muamalah Terhadap Kedudukan Syarat Dalam Akad
Ijârah Pada Sewa-Menyewa Indekos Di Desa Sukapura Kecamatan Dayeuhkolot,” … Hukum Ekonomi
Syariah (2018).
5
www.inews.id, “Debt Collector Keroyok TNI,” 2021, https://www.inews.id/news/megapolitan/11-debt-
collector-yang-keroyok-anggota-tni-ditangkap.
6
kreditur yang di duga melalaikan kewajibannya dalam membayar angsuran kredit mobil.
Sehingga debt collector tersebut melaksanakan perintah dari pihal leasing untuk menagih hutang
angsuran kepada customer tersebut.

Yang mana pada saat itu kreditur sedang buru – buru untuk mengantarkan keluarganya ke rumah
sakit namun pada saat itu mobilnya dikendarai oleh seorang anggota TNI yang membantu
mengantarkan keluarga kreditur yang sedang sakit tersebut.

Di saat yang bersamaan terjadilah adu argumen antara debt collector dengan krediturnya namun
anggota TNI tersebut mencoba melerai pertikaian antara kedua belah pihak. Akan tapi
menyebabkan anggota TNI menjadi sasaran anarkis dari kelompok debt collector tersebut. Kasus
seperti ini bukanlah yang pertama terjadi, namun kasus ini merupakan kesekian kalinya yang
terjadi di seluruh pelosok Indonesia.

Untuk mendudukan kasus ini, yaitu dengan melihat hukum sewa menyewa debt collector, lalu
melihat maslahat yang terjadi dari tindakan yang dilakukan.

Landasan Dalil

Dalil Umum
Pada Isim Nakiroh dalam konteks peniadaan, larangan, syarat, atau pertanyaan
yang maksudnya adalah pengingkaran. Seperti pernyataan pada ayat berikut:

ُ ‫َو َما ِم ْن اِ ٰل ٍه اِاَّل هّٰللا‬

"Dan tidaklah ada Sesembahan (yang berhak disembah) selain Allah" [QS.Ali-Imron : 62]

Dalil larangan
ِ ‫رِّف ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت َولِيَقُوْ لُوْ ا د ََرسْتَ َولِنُبَيِّنَهٗ لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ن‬ _ُ ‫ص‬ َ ِ‫َو َك ٰذل‬
َ ُ‫ك ن‬
"Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami
dan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat." [QS. Al-An'am:105]

Alur Transaksi

Sebelum menganalisis hukum pada kasus ini, penulis mencoba menguraikan terlebih dahulu alur
dari akan transaksi yang terjadi:

Pihak A (dealer) memasarkan barang dagangannya yaitu berupa alat transportasi kepada calon
Pihak B (customer). Lalu pada saat ada customer yang tertarik untuk melakukan transaksi
pembelian dan deal maka pihak dealer menjual barang tersebut kepada pihak Pihak C (Leasing).
Jadi pada skema jual beli ini ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya.

Selanjutnya setelah barang di beli oleh Pihak C (leasing) maka Pihak A (dealer)
menyerahkannya kepada customer. Alur seperti ini tentunya tidak di ketahui oleh customer.
Namun pada perjanjian yang tertulis Pihak A (dealer) menyatakan angsuran selanjutnya di
serahkan kepada Pihak C (leasing) dengan perjanjian yan tertulis adanya sanksi denda
keterlambatan dan lain sebagainya.

Berikutnya Pihak C (leasing) bertugas menagih angsuran kredit Pihak B (customer). Akan tetapi
pada bagi customer yang telat membayar angsuran sampai batas tiga bulan maka Pihak C
(leasing) memerintahkan Debt Collector untuk menemui customernya dan langsung mengambil
kendaraan milik customer. Oleh karena itu poin yang sangat penting untuk di bahas dalam
tulisan ini adalah pada akad ijarah debt collecter yang dilakukan oleh pihak leasing.

Analisis Hukum
Pada dasarnya setiap muammalah hukumnya adalah mubah asal tidak ada unsur riba, zolim dan
gharar7. Maka semua yang berkaitan dengan akad – akad muammalah semuanya boleh di
lakukan.

Di dalam studi kasus kali ini yang ingin di kaji adalah pada akad sewa jasa yang dilakukan oleh

7
Ammi Nur Baits, Pengantar Fiqh Jual Beli & Harta Haram.
pihak leasing kepada pihak debt collector. Di dalam akad yang di gunakan pada sewa menyewa
debt collector ini adalah akad ijarah sewa menyewa jasa karena sifatnya hanya temporal8.

Di tinjau dari sudut fikih muammalah maka akad ijarah ini hukum dasarnya adalah sah dan halal.
Karena pihak leasing membeli jasa debt collector untuk bekerja padanya yang nantinya akan
mendapatkan ujrah atau fee dari hasil pekerjaannya.

Namun yang akan di kaji pada penulisan ini adalah istinbath hukum pada sisi maslahat ushul
fiqh. Oleh karena itu penulis mencoba menguraikan langkah – langkah dalam beristinbath
hukum pada kasus sewa jasa debt collector ini.

Untuk itu perlu kita pahami sedikit makna dari ushul fiqh. Ushul fiqh sendiri berasal dari 2
kosakata yaitu “Ushul” dan “Fiqh9”.
Ushul memiliki arti sebagai pondasi, pokoknya pohon yang bercabang dari ranting – rantingnya.
Sedangkan fiqh diartikan sebagai mengetahui hukum – hukum syar’I yang bersifat amalliyah
dengan dalil – dalil yang terperinci10.

Pada tinjauan ushul fiqh pada kasus ini adalah diletakkan pada dalil umum yaitu lafadz yang
mencakup untuk semua anggotanya11. Maka pada dasarnya dilihat dari sisi maslahat 12 maka ada
pihak yang di rugikan yaitu pada cara kerjanya debt collector dalam mengambil paksa kendaraan
milik kreditur dan ini merupakan sebuah tindakan kezoliman dan merugikan salah satu pihak.

Karena masuk kepada dalil larangan sebagaimana allah tidak boleh dalam melakukan
kezholiman kepada sesama manusia apalagi dalam bermuammalah dalam urusan dunia.
Oleh karena itu jika ditinjau dari sisi ushul fiqh maka penulis berinstinbath hukumnya adalah
haram karena ada kezoliman yang terjadi pada kreditur. Namun jika ditinjau dari fikih
8
Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilaatuhu, Jilid 5. (Depok: Gema Insani, 2011).
9
S Sadari, “Qur’anic Studies: Ber-Ushul Fiqh Dengan Maqashid Syariah Sebagai Metode Dalam
Perspektif Yudian Wahyudi,” SHAHIH: Journal of Islamicate … (2018),
http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/shahih/article/view/1103.
10
F R Alfa, “EKLEKTISISME MAHDZAB (TALFIQ) DALAM PERSPEKTIF USHUL AL FIQH,” Jurnal
Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah (JAS) (2019), http://www.riset.unisma.ac.id/index.php/JAS/article/view/4994.
11
Muhammad bin Sholeh Al Khutaimin, “Al Ushul Min Ilmil Ushul,” 2007.
12
S S Dewi, JUAL BELI KNALPOT RACING PERSPEKTIF USHUL FIQH (Studi Kasus Di Industri Iwan
Racing Competition Kembaran Kulon Purbalingga) (repository.iainpurwokerto.ac.id, 2019).
muammalah maka akad ijarahnya adalah sah dan hukumnya mubah seperti kaidah asal.

Kesimpulan Hukum
1. Pada prinsip fiqh muammalah akad ijarah terhadap debt collector ini secara asal adalah
mubah atau boleh namun jika di klausul di buat kesepakatan tidak akan melakukan
tindakan kekerasan kepada kreditur yang di tagih. Maka hukum asalnya adalah mubah.
Namun pada prakteknya berbeda dengan kaidah asal dan berubah menjadi perbuatan
zhalim atas tindakan perampasan kendaraan secara paksa. Dan tindakan zhalim menurut
jumhur ulama’ fiqh adalah haram13.
2. Namun dalam sudut pandang ushul fiqh hukum debt collcetor seperti ini adalah haram.
Karena merusak kemaslahatan manusia dengan melakukan tindakan yang anarkis. Dan
masuk kedalam dalil larangan seperti yang di jelaskan pada landasan dalil diatas.

Erwandi Tarmidzi, Harta Haram Muammalat Kontemporer, ed. Tim Kajian Jumat, 23rd ed. (Bogor: PT
13

Berkat MuliaInsani, 2020).


Referensi
Ahmad Zarkasih, L. Pengantar Fiqih Muamalah. Lentera Islam. Lentera Islam, n.d.
Alfa, F R. “EKLEKTISISME MAHDZAB (TALFIQ) DALAM PERSPEKTIF USHUL AL
FIQH.” Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah (JAS) (2019).
http://www.riset.unisma.ac.id/index.php/JAS/article/view/4994.
Ammi Nur Baits. Pengantar Fiqh Jual Beli & Harta Haram. Yogyakarta: Pustaka Muammalah,
2020.
Arinaldi Nugraha. “Mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Tazkia.” Bogor, n.d.
Cahyani, C, A Hayatudin, and ... “Analisis Fikih Muamalah Terhadap Kedudukan Syarat Dalam
Akad Ijârah Pada Sewa-Menyewa Indekos Di Desa Sukapura Kecamatan Dayeuhkolot.” …
Hukum Ekonomi Syariah (2018).
Dewi, S S. JUAL BELI KNALPOT RACING PERSPEKTIF USHUL FIQH (Studi Kasus Di
Industri Iwan Racing Competition Kembaran Kulon Purbalingga).
repository.iainpurwokerto.ac.id, 2019.
Erwandi Tarmidzi. Harta Haram Muammalat Kontemporer. Edited by Tim Kajian Jumat. 23rd
ed. Bogor: PT Berkat MuliaInsani, 2020.
Muhammad bin Sholeh Al Khutaimin. “Al Ushul Min Ilmil Ushul,” 2007.
Sadari, S. “Qur’anic Studies: Ber-Ushul Fiqh Dengan Maqashid Syariah Sebagai Metode Dalam
Perspektif Yudian Wahyudi.” SHAHIH: Journal of Islamicate … (2018).
http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/shahih/article/view/1103.
www.inews.id. “Debt Collector Keroyok TNI,” 2021.
https://www.inews.id/news/megapolitan/11-debt-collector-yang-keroyok-anggota-tni-
ditangkap.
Zuhaili, Wahbah Az. Fiqih Islam Wa Adilaatuhu. Jilid 5. Depok: Gema Insani, 2011.

You might also like