Professional Documents
Culture Documents
Sap Terapi Bermain Kelompok 14
Sap Terapi Bermain Kelompok 14
DISUSUN OLEH
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tujuan umum:
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak
diharapkan dapat mengembangkan sensori motorik melalui terapi bermain
Tebak Kata
Tujuan Khusus:
Setelah mendapatkan terapi bermain satu kali diharapkan mampu:
1. Meningkatkan memori dan ketangkasan dalam berpikir
2. Meningkatkan kemampuan anak dalam bekerja sama dan kemampuan
bersosialisasi
3. Meningkatkan fungsi kognitif atau daya berpikir anak
4. Melatih anak untuk mengekspresikan perasaan selama bermain.
5. Melatih kesabaran anak
3. Sasaran kegiatan
Sasaran kegiatan terapi bermain Tebak Kata pada anak usia
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Anak usia sekolah 9-11 tahun
b. Jumlah anak 8 orang
c. Keadaan anak baik
d. Anak bisa mengikuti proses terapi bermain
4. Waktu dan tempat kegiatan
Kegiatan terapi bermain Tebak Kata pada anak usia sekolah ini
akan dilakukan pada :
a. Hari/Tanggal : Senin/17 januari 2021
b. Waktu : pukul 16:00-17.00 WIB
c. Tempat : rumah mahasiswa profesi ners
d. Alamat : Jl. Sukabaru, Medan Baru
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TERAPI BERMAIN
1. Pengertian terapi bermain
e. Perkembangan Sensorik
Semua indera sudah matang di awal tahun-tahun usia sekolah. Anak usia
sekolah pada umumnya memiliki ketajaman visual 20/20 (Jarvis, 2008;
Kyle & Carman, 2013). Selain itu, kontrol otot mata, penglihatan tepi, dan
diskriminasi warna berkembang sepenuhnya pada saat anak berusia 7 tahun.
Penglihatan yang baik sangat penting untuk sosialisasi dan kemajuan
pendidikan anak usia sekolah.
Defisit pendengaran yang parah biasanya didiagnosis pada masa bayi, tetapi
yang kurang parah mungkin tidak terdiagnosis sampai anak masuk sekolah
dan mengalami kesulitan belajar atau berbicara. Oleh karena itu, penting
untuk melakukan pemeriksaan pada pendengaran anak. Indera penciuman
yang matang dan dapat diuji pada anak usia sekolah dengan menggunakan
wewangian yang dikenal anak, seperti coklat atau bau akrab lainnya. Selain
itu, anak usia sekolah dapat diuji indra peraba dengan benda untuk
membedakan dingin dari panas, lembut dari keras, dan tumpul dari tajam.
(Kyle & Carman, 2013)
f. Perkembangan Moral dan Spiritual
Anak berusia 7 sampai 10 tahun biasanya mengikuti aturan karena merasa
menjadi orang yang baik. Dia ingin menjadi orang yang baik bagi orang
tua, teman, guru, dan dirinya sendiri. Orang dewasa dianggap benar.
Menurut Kohlberg, ini adalah tahap 3 yaitu konformitas interpersonal (anak
baik, anak nakal)Selama tahun-tahun usia sekolah, moralitas anak terus
dikembangkan. Menurut Kohl-berg, anak usia sekolah berada pada tahap
perkembangan moral konvensional (Kohlberg, 1984; Kyle & Carman,
2013). Anak usia 10 hingga 12 tahun maju ke tahap 4 yaitu tahap hukum
dan ketertiban. Pada tahap ini, anak dapat menentukan apakah suatu
tindakan baik atau buruk berdasarkan alasan tindakan tersebut, bukan hanya
pada konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan tersebut.
g. Pengembangan Komunikasi dan Bahasa
Keterampilan bahasa terus meningkat dan kosakata berkembang. Anak usia
sekolah belajar membaca untuk meningkatkan keterampilan bahasa. Anak
usia sekolah mulai menggunakan bentuk tata bahasa yang lebih kompleks
seperti bentuk jamak dan kata ganti. Mereka juga mengembangkan
kesadaran metalinguistik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang bahasa
dan mengomentari sifat-sifatnya. Hal ini memungkinkan mereka untuk
menikmati lelucon dan teka-teki karena pemahaman mereka tentang makna
ganda dan permainan kata dan suara. Mereka juga mulai memahami
metafora seperti "satu jahitan menghemat sembilan waktu.". Kelompok usia
ini cenderung meniru orang tua, anggota keluarga, atau orang lain. Oleh
karena itu, sangat penting memberikan teladan yang baik. (Kyle & Carman,
2013)
h. Perkembangan Emosional dan Sosial
Pola sifat temperamental yang diidentifikasi pada masa bayi dapat terus
mempengaruhi perilaku pada anak usia sekolah. Menganalisis situasi masa
lalu dapat memberikan petunjuk tentang cara anak bereaksi terhadap situasi
baru atau berbeda. Anak-anak mungkin bereaksi berbeda dari waktu ke
waktu karena pengalaman dan kemampuan mereka. Harga diri adalah
pandangan anak tentang nilai pribadinya. Pandangan ini dipengaruhi
oleh umpan balik dari keluarga, guru, dan figur otoritas lainnya. (Kyle &
Carman, 2013)
a) Temperamen
Temperamen digambarkan sebagai cara individu berperilaku.
Temperamen anak terdiri dari 3 kategori yaitu mudah, lambat hangat,
atau sulit (Feigelman, 2007b; Kyle & Carman, 2013). Perilaku ini
bervariasi dari anak yang mudah (temperamen datar dan dapat
diprediksi) hingga anak yang dicap sulit (karena tingkat aktivitas yang
tinggi, mudah tersinggung, dan kemurungan) (Alba-Fisch, 2007; Kyle &
Carman, 2013).
b) Pengembangan harga diri
Anak-anak yang sebelumnya telah menguasai tugas perkembangan
otonomi dan inisiatif menghadapi dunia dengan perasaan bangga
daripada malu (Erikson, 1963; Kyle & Carman, 2013). Jika anak usia
sekolah menganggap dirinya berharga, mereka memiliki konsep diri
yang positif dan harga diri yang tinggi. Orang dewasa yang signifikan
dalam kehidupan anak-anak usia sekolah dapat memanipulasi
lingkungan untuk memfasilitasi kesuksesan. Keberhasilan ini berdampak
pada harga diri anak (Kyle & Carman, 2013).
c) Citra tubuh
Citra tubuh adalah cara orang memandang tubuhnya. Anak usia
sekolah memiliki pengetahuan tentang tubuh manusia tetapi mungkin
memiliki persepsi yang berbeda tentang bagian tubuh. Anak usia sekolah
sangat tertarik dengan pandangan dan penerimaan teman sebayanya
terhadap tubuh, perubahan tubuh, dan pakaian mereka. Kelompok usia
ini dapat meniru orang tua, teman sebaya, dan orang-orang di film atau
televisi. Penting bagi anak usia sekolah akhir untuk merasa diterima oleh
teman sebayanya. Jika mereka merasa berbeda dan diejek, mungkin akan
timbul efek seumur hidup. (Kyle & Carman, 2013)
d) Ketakutan anak usia sekolah
Anak-anak usia sekolah tidak begitu takut terluka pada tubuh
mereka daripada di tahun-tahun prasekolah, tetapi takut diculik atau
menjalani operasi. Mereka terus takut pada kegelapan dan
mengkhawatirkan perilaku masa lalu mereka. Mereka juga takut pada
kematian. Mereka tidak terlalu takut pada hewan, seperti anjing dan
suara bising. Anak usia sekolah membutuhkan kepastian bahwa
ketakutannya normal untuk usia perkembangan ini. Orang tua, guru, dan
pengasuh lainnya harus mendiskusikan ketakutan itu dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh anak (Child Development Institute, 2007;
Kyle & Carman, 2013).
e) Hubungan teman sebaya
Hubungan teman sebaya yang berkelanjutan memberikan interaksi
sosial terpenting bagi anak usia sekolah. Pelajaran berharga dipelajari
dari interaksi dengan anak-anak seusia mereka. Anak-anak belajar
menghormati sudut pandang berbeda yang diwakili dalam kelompok
mereka. Kelompok sebaya menetapkan norma dan standar yang
menandakan penerimaan atau penolakan. Anak-anak dapat mengubah
perilaku untuk mendapatkan penerimaan. Ciri khas anak usia sekolah
adalah pembentukan kelompok dengan aturan dan nilai. Identifikasi
teman sebaya penting untuk sosialisasi anak usia sekolah (Feigelman,
2007a; Kyle & Carman, 2013).
f) Pengaruh guru dan sekolah
Sekolah berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai
masyarakat dan untuk membangun hubungan teman sebaya. Sekolah
memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan sosial anak.
Seringkali sekolah menuntut perubahan untuk anak dan orang tua. Anak
memasuki lingkungan yang membutuhkan penyesuaian dengan kegiatan
kelompok yang disusun dan diarahkan oleh orang dewasa selain orang
tua. Sikap dan dukungan orang tua mempengaruhi transisi anak ke
lingkungan sekolah. Orang tua yang positif dan mendukung mendorong
kelancaran masuk ke sekolah. Orang tua yang mendorong perilaku
melekat dapat menunda transisi yang berhasil ke sekolah. (Kyle &
Carman, 2013)
g) Pengaruh keluarga
Meskipun kelompok teman sebaya berpengaruh, nilai-nilai keluarga
biasanya mendominasi ketika nilai kelompok sebaya mengalami konflik.
Meskipun anak usia sekolah mungkin mempertanyakan nilai-nilai orang
tua, anak biasanya akan memasukkan nilai-nilai dari orang tua ke dalam
nilai- nilainya. Pada umumnya di tahap ini, anak lebih suka berada di
kumpulan teman sebaya dan menunjukkan penurunan minat dalam
fungsi keluarga. Ini mungkin membutuhkan penyesuaian untuk orang
tua. Kesadaran dan dukungan orang tua dibutuhkan dalam tren
perkembangan ini, sementara mereka terus menegakkan batasan dan
kontrol perilaku. Anak usia sekolah mulai berjuang untuk mandiri, tetapi
otoritas dan kendali orang tua terus mempengaruhi pilihan dan nilai
mereka (Kyle & Carman, 2013).
BAB III
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN TEBAK KATA PADA ANAK USIA SEKOLAH
FASILITATOR
LEADER CO-LEADER
Peserta