You are on page 1of 3

Nama : Berliando Rahmadanto Pamudya

NIM : 20311093
Resume Pertemuan 9 Etika Bisnis Islami
Pertemuan ke-9 Etika Bisnis Islami membahas Chapter 9 tentang Etika berkaitan dengan
diskriminasi pekerjaan. Didalam menjalankan sebuah bisnis seorang muslim yang baik haruslah
memiliki dasar-dasar seperti jujur, adil, kepercayaan, dan keadilan dalam bisnisnya. Hal inilah
yang membuat seorang pebisnis harus dapat mengelola sumber daya manusia atau SDM nya
dengan sebaik-baiknya. Peran inti sumber daya manusia dalam konteks bisnis adalah sebagai
penentu berfungsinya sumber daya lainnya seperti sumber daya alam, mesin, modal, lahan,
waktu, dan sejenisnya untuk menjalankan operasional bisnis sebuah perusahaan. Diharapkan
dengan menerapkan prinsip pengelolaan yang baik, sumber daya manusia dalam perusahaan
tersebut dapat memberikan kontribusi atau sumbangan (baik dalam bentuk ide, inovasi,
prodiktivitas, atau hal lainnya) yang tinggi terhadap perusahaan yang secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkan keuntungan (profitabilitas).
Dalam mengelola sumber daya manusia yang baik dan benar, seorang pebisnis haruslah
mengetahui tentang pendekatan-pendekatan sumber daya manusia yang ada. Saat ini, terdapat 3
pendekatan yang sering dipakai dalam mengelola sumber daya manusia. Pertama adalah manusia
sebagai makhluk ekonomi yaitu memahami bahwa semua manusia pada dasarnya adalah
berusaha mencara kekayaan dan kesejahteraan dalam hidupnya dengan maksud untuk
memperoleh hidup yang baik dan/atau berkecukupan. Namun, dalam penerapannya pendekatan
ini tidak boleh terlalu ditekankankan (tidak hanya berfokus untuk mencari harta saja) dan harus
berimbang dengan dua prinsip yang selanjutnya akan dibahas. Pendekatan kedua adalah
pendekatan bahwa manusia adalah sebagai makhluk sosial yaitu pendekatan yang menjelaskan
bahwa manusia hakikatnya dikodratkan untuk harus hidup bermasyarakat dan berinteraksi
dengan manusia lainnya. Selain itu, dalam arti lain manusia sebagai makhluk sosial adalah dalam
memenuhi kebutuhannya, manusia akan selalu bergantung kepada orang lain baik dalam bentuk
kebutuhan material maupun non-material. Pendekatan ketiga adalah pendekatan manusia sebagai
makhluk psikis yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali memiliki hal non-material penting yang
biasa disebut dengan rasa, jiwa, atau psikologis. Psikis ini sangat penting dalam kehidupan
manusia dan dapat mempengaruhi semua perilaku yang dilakukan oleh manusia sehingga hal ini
juga harus dipertimbangkan dalam pendekatanya. Dalam menjalankan sebuah bisnis atau
perusahaan, ketiga pendekatan ini harus diperhatikan dan ditekankan agar dalam pelaksanaan
operasionalnya, SDM atau sumber daya manusia perusahaan tersebut dapat dikelola dengan baik
sehingga tidak akan timbul masalah yang besar dan profitabilitas dari sebuah perusahaan juga
dapat meningkat dikarenakan SDM yang produktif.
Berkaitan dengan pendekatan SDM untuk mengelola sumber daya manusia menjadi lebih
baik, salah satu hal yang sering delakukan pebisnis untuk menerapkan hal tersebut adalah dengan
melakukan kebijakan insentif (upah atau gaji). Insentif secara bahasa adalah adalah penghasilan
dan/atau tambahan penghasilan baik berupa uang, barang, fasilitas, dan sebagainya yang
diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan gairah atau semangat kerja. Kebijakan insentif
sendiri merupakan salah satu titik berat dalam pengelolaan sumber daya manusia, ini
dikarenakan bukan rahasia lagi bahwa manusia akan termotivasi untuk lebih produktif apabila
insentif yang diberikan bernilai tinggi. Selain itu, dari sisi pekerjaan semakin tinggi resiko
sebuah pekerjaan yang dilakukan seseorang maka semakin besar juga nilai dari insentif yang
diinginkan. Sebagai contoh di salah satu perusahaan negara (BUMN) yang bertugas sebagai
pemasok listrik utama yaitu PLN memiliki suatu sistem insentif dimana gaji pegawai biasa di
kantor PLN akan jauh lebih rendah dibandingkan pegawai lapangan yang bertugas memperbaiki
konektivitas listrik ketika terjadi masalah. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa semakin
besar resiko yang diemban seseorang dalam pekerjaannya maka semakin besar juga tuntutan
akan nilai insentif yang diterimanya.
Selanjutnya adalah dari persepektif pendekatan psikis dan sosial, dalam perjalanannya
insentif besar saja tidak akan cukup untuk memastikan bahwa pengelolaan SDM dapat berjalan
dengan baik. Hal ini dikarenakan manusia juga merupakan makhluk sosial dan makhluk psikis
seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kebutuhan manusia akan psikis dan sosial ini kerap kali
dipandang sebelah mata oleh pebisnis walaupun sebenarnya dua hal ini akan berpengaruh besar
terhadap produktivitas sumber daya yang dimilikinya. Dalam hal pendekatan psikis, agar dapat
memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan sebuah hubungan psikologi yang positif dan
harmonis baik antar pegawai maupun antara pegawai dan perusahaan. Berkaitan juga dengan
hubungan yang harmonis, kebutuhan akan sosial akan unsur rohani juga sangat dibutuhkan untuk
menunjang pengelolaan SDM yang baik. Pada unsur rohani ini akan muncul kebutuhan akan
komunikasi dan interaksi dengan sesama manusia. Pendekatan dalam pemenuhan aspek sosial ini
semakin relevan bagi manajemen perusahaan saat ini karena diharapkan akan mendukung
produktivitas. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa hubungan perusahaan dan pekerja
adalah saling membutuhkan dan dibutuhkan, sehingga komunikasi dua arah atau timbal balik
sangat dibutuhkan demi terciptanya pengelolaan SDM yang baik.
Selain dari hubungan pegawai dengan perusahaan, dalam penegelolaan SDM yang baik
diperlukan bantuan dari pemerintah dalam bentuk pembentukan regulasi atau peraturan.
Pembentukan regulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada
pekerja akan diperlakukan secara layak dan membantu perusahan dalam menetapkan batas
insentif sesuai dengan perekonomian setempat. Contoh dari pernyataan tersebut adalah
pemerintah yang menetapkan UMR (Upah Minimal Regional) sesuai dengan gairah
perekonomian di sekitar daerah tersebut atau pemerintah yang menjadi negosiator apabila terjadi
konflik kepentingan antara pegawai dengan perusahaan apabila tidak bisa diselesaikan secara
internal.

You might also like