Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU :
NIM : B10020152
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI 2022
Abstrak
Adapun berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, desentralisasi didefinisikan
sebagai penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat, kepada daerah otonom berdasarkan asas
otonomi.Setiap daerah tentunya memiliki permasalahan yang tidak sama berbeda-beda. Oleh karena itu,
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan sistem sesuai
dengan permasalahannya masing-masing. Gambaran tersebutlah yang melahirkan otonomi daerah.Secara
umum, desentralisasi dapat diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintahan,
kepada daerah otonom untuk mengatur urusan pemerintahan dalam sistem negara kesatuan. Fungsi sistem
desentralisasi adalah untuk meringankan beban pekerjaan yang ada di pemerintah pusat, sehingga
pekerjaan dapat dialihkan kepada pemerintah daerah. Supaya dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan,
tidak terjadi penumpukan kekuasaan pada salah satu pihak saja.
Abstract
Meanwhile, based on Law No. 23 of 2014 concerning regional government, decentralization is defined as
the handover of government affairs by the central government to autonomous regions based on the
principle of autonomy. Each region certainly has different problems. Therefore, in the administration of
government and the implementation of regional development, a system is needed according to their
respective problems. In general, decentralization can be interpreted as the transfer of government
authority by the government to autonomous regions to regulate government affairs in a unitary state
system. The function of the decentralized system is to ease the workload on the central government, so
that work can be transferred to local governments. So that in the administration of a government, there is
no accumulation of power in only one party.
DAFTAR ISI
Abstrak........................................................................................................................................................2
Abstract.......................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................7
B. Pengaturan Hukum dalam Upaya Pemerataan Pembangunan Daerah dikaitkan dengan Penerapan
Asas Desentralisasi di Indonesia..............................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................................10
KESIMPULAN.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
PENDAHULUAN
2. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengurangan subsidi dari pemerintah pusat.
Peranan pemerintah sendiri diantaranya adalah menyusun usulan program, kegiatan dan anggaran
berdasarkan prinsip-prinsip anggaran kinerja dan dituangkan dalam rencana anggaran satuan kerja dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi dan keuangan daerah.Dalam UU No. 22 tahun 1999 diganti dengan
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah disebutkan secara eksplisit bahwa unit pemerintahan
yang melaksanakan otonomi di daerah adalah di tingkat kabupaten atau kota. Secara umum, beberapa
prinsip dasar yang harus dipegang oleh semua pihak dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah:
2. Pelaksanaan otonomi daerah menggunakan tata cara desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dengan demikian peran daerah sangat menentukan.
3. Pelaksanaan otonomi daerah harus berdasarkan pada hubungan wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang dilaksanakan secara adil dan
selaras.
4. Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah suatu pembagian
sistem keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan bertanggungjawab.
5. Fungsi pemerintah pusat masih sangat vital, baik dalam kewenangan strategis (moneter, pertahanan,
luar negeri dan hukum) maupun untuk mengatasi ketimpangan antar daerah. Berdasarkan UU No. 25
tahun 1999 yang diganti dengan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berisi kebijakan perimbangan keuangan diantaranya:
3. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah merupakan suatu sistem
yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Dengan adanya otonomi daerah, kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah akan
semakin besar sehingga tanggung jawab yang diemban juga akan bertambah banyak. Adanya
kewenangan dalam rangka otonomi daerah tersebut menuntut kesiapan Pemerintah Daerah sendiri dalam
pelaksanaannya karena semakin bertambah pula urusan yang ditanganinya. Oleh karena itu ada beberapa
aspek yang harus dipersiapkan antara lain sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sarana dan
prasarana daerah. Aspek keuangan merupakan salah satu dasar kriteria untuk dapat mengetahui secara
nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Kemampuan daerah yang dimaksud
adalah sampai sejauh mana daerah dapat menggali sumber-sumber keuangan sendiri guna membiayai
kebutuhan keuangan daerah tanpa harus selalu menggantungkan diri pada bantuan dan subsidi dari
Pemerintah Pusat (Winarti, 2006:14).
Anggaran merupakan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial untuk mengarahkan pembangunan daerah dan meningkatkan
kesejahteraan kehidupan masyarakat. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan
termuat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yangmenggambarkan kemampuan
suatu daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan pembangunan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam
sistem negara Kesatuan Republik Indonesia.
Asas Desentralisasi
Desentralisasi memberikan ruang terhadap penyerahan wewenang atau urusan dari pemerintah daerah
tingkat atas kepada daerah tingkat bawahnya.
Tujuan Desentralisasi
Tujuan desentralisasi adalah meningkatkan kesejahteraan dan menjadi salah satu upaya mengurangi
angka kemiskinan di daerah. Salah satu fokus desentralisasi adalah pembangunan-pembangunan daerah
tertinggal.
Desentralisasi menjadi salah satu peruwjudan dari demokrasi negara, khususnya di tingkat
pemerintah daerah. Dengan pemberlakuan desentralisasi, diharapkan akan membuka peluang dan wadah
yang semakin luas bagi partisipasi masyarakat.
Merealisasikan Potensi dan Kesetaraan Daerah. Salah satu dampak negatif terpusatnya pemerintahan
adalah pemusatan keuangan. Desentralisasi memungkinkan pelimpahan pengelolaan keuangan sehingga
memperkecil peluang eksploitasi keuangan.
Salah satu jenis desentralisasi adalah desentralisasi fiskal, yaitu pelimpahan wewenang
pengelolaan keuangan kepada daerah otonom. Gubernur Jawa Timur pada periode 2009 sampai 2014
memiliki program APBD untuk rakyat. Anggaran ini dialokasikan pada beberapa isu kerakyatan yang
sifatnya sangat strategis, yaitu rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan,
peluang terbukanya kesempatan kerja yang terbatas, ketimpangan kemajuan antara daerah di Jawa Timur,
daya beli masyarakat yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi daerah yang belum asas-asas Pemerintahan
daerah mencerminkan pertumbuhan ekonomi di sektor yang lebih kecil.
hukum pemerintah terhadap pelaksanaan pemerintahan di daerah. Hal ini kemudian dijabarkan
lebih lanjut dalam muatan undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Tentunya, politik
hukum pemerintah dalam undang-undang ini merupakan penjabaran amanat konstitusi, memuat tujuan
utama yang dikehendaki oleh pemerintah dalam penerbitannya. Hal ini disesuaikan dengan visi, misi, dan
mekanisme kebijakan pemerintah dalam mengatur pelaksanaan pemerintahan nasional secara
menyeluruh.1Politik hukum pemerintah dalam penerbitan undang-undang pemerintahan di daerah
menampilkan format yang berbeda sesuai dengan kondisi dan situasi pada saat undang-undang tersebut
diterbitkan dan diberlakukan. Hal itu seperti tampak dalam analisis yang menyatakan bahwa UUD atau
konstitusi sebagai jiwa pelaksanaan pemerintahan di daerah memberikan indikasi bahwa kaidah
pasal 18 UUD 1945 memuat anasir politik desentralisasi, dan kaidah penjelasan pasal 18 UUD 1945
memperluas indikasi adanya daerah (pemerintahan) administratif.
Dengan adanya penerapan sistem otonomi daerah oleh pemerintah maka ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi,dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menyatakan urusan
pemerintahan terdiri urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat meliputi politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan dalam
hal ini Pemerintah Daerah tersebut adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan Pemerintah Pusat.
Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan tersebut
meliputi: Pendidikan; kesehatan,pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang,perencanaan
pembangunan,perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil,
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial,
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, koperasi dan usaha kecil dan menengah, penanaman
modal,kebudayaan dan pariwisata, kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,
otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan
persandian,pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik,kearsipan, perpustakaan, komunikasi dan
informatika,pertanian dan ketahanan pangan,kehutanan, energi dan sumber daya mineral,kelautan dan
perikanan, perdagangan; dan perindustrian.
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dimulai sejak penyusunan
standar pelayanan sarnpai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan. Peran serta masyarakat
diwujudkan dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam
penyusunan kebijakan pelayanan publik. Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan
publik. Tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik diatur lebih lanjut
dalam peraturan pemerintah.
PENUTUP
KESIMPULAN
Penerapan dari asas desentralisasi ini sangat lah penting, karena tidak mungkin semua urusan
pemerintahan diatur oleh pemerintah pusat saja, jika hal ini terjadi maka akan menyebabkan penumpukan
wewenang di pemerintah pusat dan juga mengakibatkan tidak meratanya pembangunan di daerah
khususnya daerah terpencil. Terlebih lagi pemerintah daerah seharusnya lebih mengenal potensi di daerah
nya juga permasalahan apa saja yang ada di daerah tersebut, oleh karena itu seharusnya pemerintah
daerah lebih bertanggung jawab terhadap daerah yang di pimpin nya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Silow, Hendro Christian.(2015).Kajian Hukum Penerapan Asas Desentralisasi Terhadap Pemerataan
Pembangunan Daerah di Indonesia.Lex Administratum.82,83.
Nurudin, Muh Enda Tris.Analisis Kinerja Anggaran Keuangan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaran
Otonomi Daerah di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi, Fakultas ekonomi akuntansi, Universitas
Muhamadiyah Surakarta.Surakata.