You are on page 1of 14

MAKALAH

PERBANDINGAN MAJELIS SYURA SISTEM KHILAFAH DAN SISTEM


PARLEMEN DI INDONESIA

OLEH KELOMPOK 1 KELAS XII IPA 2

1. RAHMAYANTI LUBIS
2. SRI AMILA PUTRI
3. KHATIMATUL HUSNA TANJUNG
4. FAJRAINI SIAMBATON
5. CINDI CLAUDIA
6. MUHAMMAD RASYID
7. SAKAR MALIK
8. ALDI SIMANULLANG

Di bombing oleh : IBU NUR ALYA SIAMBATON, S. Pdi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”PERBANDINGAN MAJELIS SYURA SISTEM
KHILAFAH DAN SISTEM PARLEMEN DI INDONESIA” tepat waktu.
Makalah ”PERBANDINGAN MAJELIS SYURA SISTEM KHILAFAH DAN SISTEM
PARLEMEN DI INDONESIA” disusun guna memenuhi tugas guru pada bidang studi Fiqih di
Madrasah. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang PERBANDINGAN MAJELIS SYURA SISTEM KHILAFAH DAN SISTEM
PARLEMEN DI INDONESIA

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Muallimah selaku guru mata
pelajaran. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Barus, 30 September 2020

Kelompok 1 kelas XII IPA 2


DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

B.Rumus Masalah

C.Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Majlis Syurah

B.Majlis Syura Sistem Khilafah

C.Sistem MPR Parlemen Di Indonesia

D.Perbedaan Majlis Syura Disistem Khalifah Dengan MPR Sistem Parlemen Di Indonesia

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan musyawarah segala urusan dapat terselesaikan dengan mudah ,karena bersumber
dari pemikiran yang berbeda untuk mencapai mufakat,dalam hal apapun kedudukan musyawarah
amat urgen.termasuk kedalam pemerintahan yang mengatur banyak rakyat agar kesejahteraan
yang tercipta.

Tanpa adanya musyawarah tidak dijamin masalah dapat teselesaikan dengan mudah,bahkan
mungkin kacau takberaturan hingga mengorbankan berbagai pihak.Namun tidak semua urusan
itu selalu dimusyawarahkan,artinya untuk segala sesuatu sifatnya sudah mutlak dan shahih
misalnya ketentuan syariat islam yang telah tertuang dalam al-qur`an dan sunnah itu tidak perlu
dimusyawarahkan karena urusannya jatuh langsung dari Allah Yang Maha Memutuskan Hukum
dan Dialah seadil-adilnya hakim.

Allah SWT menurunkan islam melalui Nabi Muhammad SAW,dengan kegigihan dan
keteguhan hati beliau -lah islam berkembang meluas ke berbagai penjuru dunia ,islam adalah
pencerminan tentang kedamaian,keharmonisan,dan kesempurnaan dinsisi Allah SWT.

B. Rumus Masalah
1. Apa pengertian majlis syura?
2. Bagaimana sistem majlis syura secara khilafah
3. Bagimana sistem pemerintahan MPR di indonesia

C. Tujuan Penulisan

Memahami pengertian majlis syura dan dapat mengetahui perbedaan antara majlis syura
dalam islam dengan sistem pemerintahan MPR di Indonesia.
BAB II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAJELIS SYURA


Majlis Syura menurut bahasa artinya tempat musyawarah, sedangkan menurut
istilah ialah lembaga permusyawaratan rakyat. Atau dengan pengertian lembaga
permusyawaratan atau badan yang ditugasi untuk memperjuangkan kepentingan rakyat
melalui musyawarah. Dengan demikian majlis syura ialah suatu badan negara yang
bertugas memusyawarahkan kepentingan rakyat. Di negara kita dikenal dengan DPR
atau MPR.

B. MAJELIS SYURA DALAM ISLAM

Pada mula berdirinya, yakni pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin,
musyawarah dilakukan di mesjid atau di tempat yang mereka kehendaki untuk
bermusyawarah, tidak dalam bangunan tertentu, lembaga tertentu, dan tata tertib
tertentu pula. Berbeda dengan zaman sekarang, manusia semakin banyak jumlahnya,
memiliki keinginan politik yang beragam, sehingga memerlukan suatu lembaga resmi,
tempat yang resmi dan tata tertib musyawarah atau sidang.

a. Pengertian Ahlul Halli Wal 'Aqdi

Ahlul Halli Wal'aqdi ialah anggota Majlis Syura sebagai wakil-wakil rakyat. Ahlul
Halli Wal'aqdi di negara kita adalah para anggota DPR/MPR dan DPRD Tk.I dan II.
Para ulama diantaranya Imam Fahruddin Ar Razi menyatakan bahwa anggota Ahlul
Halli Wal'aqdi adalah para alim ulama dan kaum cendikiawan yang dipilih langsung
oleh mereka. Dengan demikian, Ahlul Halli Wal'aqdi harus mencakup dua aspek
penting, yaitu: mereka harus terdiri dari para ilmuwan dan alim ulama, mereka semua
harus mendapat kepercayaan dari rakyat, artinya kepemimpinannya harus berasaskan
demokrasi.

b. Syarat-syarat menjadi Anggota Majlis Syura

Para anggota Majlis Syura ialah orang-orang yang mempunyai jabatan dan
kedudukan penting di dalam negara. Oleh sebab itu, untuk dapat diangkat menjadi
anggota Majlis Syura haruslah orang-orang yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut;

1) Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT


2) Dipilih langsung oleh rakyat, sesuai dengan prinsip demokrasi
3) Berkepribadian luhur (adil, jujur, dan bertanggung jawab)
4) Memiliki ilmu pengetahuan yang memadai sesuai dengan keahliannya
5) Ikhlas, dinamis, dan kreatif
6) Berani dan teguh pendirian
7) Peka dan penuh perhatian terhadap kepentingan rakyat, tanpa membeda-bedakan
suku, agama, ras, golongan, dan sebagainya.

c. Hak dan Kewajiban Majlis Syura

Majlis Syura, sebagaimana layaknya lembaga perwakilan rakyat memiliki hak dan
kewajiban, di antaranya sebagai berikut;

1) Mengangkat dan memberhentikan khalifah (kepala negara).

2) Berperan sebagai penghubung antara rakyat dengan khalifah, yaitu mengadakan


rapat atau musyawarah dengan khalifah tentang berbagai hal yang berkenaan
dengan kepentingan rakyat
3) Membuat undang-undang bersama khalifah untuk memantapkan pelaksanaan
hukum Allah
4) Menetapkan anggaran belanja negara
5) Merumuskan gagasan demi cepatnya pencapaian tujuan negara
6) Selalu hadir dalam setiap persidangan majlis Syura.

d. Syarat Pengangkatan Pemimpin oleh majlis Syura

Dalam Islam menjadi pemimpin dan dipimpin adalah amanah yang harus
dipertanggung jawabkan di akherat kelak. Membangun pemerintahan yang baik, bukan
hanya peran penguasa, akan tetapi rakyat juga ikut menentukan arah pemerintahan
tersebut. Karena bagaimana mungkin suatu pemerintahan bisa berjalan dengan baik
jika pemimpinnya taat membangun sistem dan rakyatnya melawan sistem yang
dibangun. Islam melarang kita untuk taat kepada pemerintahan/pemimpin dan sistem
yang memerintahkan kepada maksiat, akan tetapi tetap mengakui eksistensi
pemerintahannya.

Ada 5 syarat yang harus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk
menghadirkan kepemimpinan yang sukses dan pemerintahan yang baik (good
governance), berdasar QS. An Nisa’ (4) : 58 yaitu:

1) Pemberian jabatan (amanah) kepada orang terbaik (ahlinya)

Memilih seorang pemimpin atau pemangku jabatan haruslah

orang-orang yang profesional. Jika memilih seseorang disebabkan karena adanya


hubungan kekerabatan, hubungan saudara, kesamaan mazhab, politis seperti bagi-
bagi “kue kekuasaan”, sogokan materi, hubungan kesukuan dan lain sebagainya
padahal ada orang yang lebih profesional dari mereka, maka hal tersebut
merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Allah, Rasulnya dan orang-orang
beriman.

2) Membangun hukum yang adil

Berlaku adil merupakan perintah Allah, keadilan mencakup semua aspek


kehidupan baik sosial, politik, budaya, ekonomi dan sebagainya. Keadilan harus
ditegakkan di dalam setiap aspek kehidupan, dari mulai penegakan hukum baik
pidana maupun perdata, pembagian harta seperti ghanimah, zakat, fa’i dan harta-
harta negara lainnya yang harus di salurkan dengan tepat dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Karena itu Allah SWT memberikan balasan yang cukup besar bagi pemimpin
yang adil, Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda ada tujuh
golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah di hari kiamat nanti dimana
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya dan salah satu golongan dari ketujuh
golongan itu adalah pemimpin yang adil.
3) Dukungan dan kepercayaan dari masyarakat(legitimasi)
Menciptakan kepemimpinan yang sukses bukan hanya tugas para penguasa,
masyarakat pun ikut berperan aktif dalam mewujudkan hal tersebut. Islam sangat
menyadari seorang pemimpin tidak akan mampu melakukan apapun tanpa adanya
dukungan dari masyarakatnya.  Oleh karena itu dalam Islam masyarakat harus
memberikan ketaatan dan kepercayaannya kepada pemerintah sehingga
menghadirkan pemerintahan yang legitimate. Karakter kepemimpinan dalam
Islam adalah kepemimpinan yang representatif. Mandat kepemimpinan dalam
Islam tidak ditentukan oleh Tuhan namun dipilih oleh umat. Kedaulatan memang
milik Tuhan namun sumber otoritas kekuasaan adalah milik umat Islam. Selama
seorang pemimpin tidak memerintahkan maksiat kepada Allah SWT maka
masyarakat wajib taat dan percaya terhadap pemimpinnya meskipun dia seorang
pemimpin yang dzalim. Akan tetapi nampaknya hal tersebut seakan-akan hampir
mustahil terjadi di era demokrasi seperti sekarang ini dimana masyarakat
memiliki peran yang begitu kuat untuk melakukan kontrol terhadap pemerintahan
(social control).

4) Ketaatan tidak boleh dalam kemaksiatan

Sering terjadi polemik ditengah-tengah masyarakat kita, apakah masih ada


kewajiban untuk mematuhi pemimpin yang mendurhakai Allah atau tidak.
Pemimpin yang dipilih secara langsung dan ditetapkan berdasarkan Undang-
undang dipandang dapat memenuhi syarat kepemimpinan untuk melaksanakan
amanat rakyat. Apabila pemimpin tidak mengindahkan nasihat dan peringatan
serta tetap melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, maka tidak boleh
menyetujui perbuatannya dengan tetap mengakui eksistensi pemerintahannya.

5) Konstitusi yang berlandaskan al-Qur’an dan as-sunah

Salah satu cara untuk menghadirkan kepemimpinan yang sukses dan baik
menurut alQur’an adalah “jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al Quran) dan Rasul (sunnahnya),” artinya al-
Qur’an dan sunnah harus menjadi rujukan dalam setiap penyelesaian masalah
yang terjadi didalam negara.

Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyyah mengatakan tugas utama negara ada dua,
Pertama, menegakkan syariat, dan kedua, menciptakan sarana untuk menggapai
tujuan tersebut. Negara harus menjadi sarana yang baik bagi makhluk Allah SWT
untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya dimuka bumi. Ada
beberapa alasan penting yang membuat negara dan pemerintahan memiliki
kedudukan yang penting dalam Islam berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Yaitu:

a) Al-Qur’an memiliki seperangkat hukum yang pelaksanannya


membutuhkan institusi negara dan pemerintahan.
b) Al-Quran meletakkan landasan yang kokoh baik dalam aspek akidah, syariah,
dan akhlak yang berfungsi sebagai bingkai dan menjadi jalan hidup kaum
muslimin. Pelaksanaan dan pengawasan ketiga prinsip tersebut tidak pelak
membutuhkan intervensi dan peran negara.
c) Adanya ucapan dan perbuatan nabi yang dipandang sebagai bentuk
pelaksanaan tugas-tugas negara dan pemerintahan. Nabi mengangkat gubernur,
hakim, panglima perang, mengirim pasukan, menarik zakat dan pajak (fiskal),
mengatur pembelanjaan dan keuangan negara (moneter), menegakkan hudud,
mengirim duta, dan melakukan perjanjian dengan negara lain.

Selain itu, hal ikhwal kepemimpinan (imarah) telah menjadi bagian kajian
dan pembahasan para ahli fikih di dalam kitab-kitab mereka sepanjang sejarah.
Fakta tesebut menunjukkan bahwa negara tidak dapat dipisahkan dari agama
karena agama merupakan fitrah negara oleh karena itu nilai-nilai dan tujuan
agama (Islam) harus terimplementasi dalam setiap kebijakan negara termasuk
penerapan konstitusi.

e. Hikmah adanya Majlis Syura


1) Melaksanakan perintah Allah dan mencontoh perbuatan Rasulullah tentang
musyawarah untuk menyelesaikan persoalan hidup dan kehidupan umat Islam.
2) Melahirkan tanggungjawab bersama terhadap keputusan yang ditetapkan karena
keputusan tersebut ditetapkan oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih sesuai dengan
kemampuan dan tanggungjawabnya.
3) Melahirkan keputusan dan ketetapan yang baik dan bijaksana karena keputusan
tersebut ditetapkan oleh banyak pihak.
4) Menghindari perselisihan antar golongan yang dapat mengakibatkan
kehancuran dan kerugian negara.
5) Memilih pimpinan yang terbaik dan disetujui semua pihak karena itu kualitasnya
akan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
6) Mengurangi bahkan menghilangkan keluh kesah yang mengakibatkan
penyelewengan sebagai akibat dari keputusan yang tidak atau kurang representatif.
7) Menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan
sesama umat manusia, khususnya umat Islam.
8) Menciptakan persatuan dan kesatuan karena hasil musyawarah biasanya merupakan
jalan tengah yang memiliki daya tarik semua pihak. Jadi hasilnya dapat mengikat
semua pihak.
9) Mewujudkan keadilan karena hasil musyawarah telah disetujui oleh semua pihak
maka hasilnya bersifat adil untuk semua pihak.
10) Menciptakan kerukunan dan ketahanan umat sehingga dapat menangkal berbagai
rongrongan dan ancaman terhadap negara dan pemerintah.

C. PARLEMEN MPR DI INDONESIA

Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) adalah Lembaga legislative
bicameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sisitem ketatanegaraan di
indonesia .setelah amandemen UUD 1945, anggota DPR dan DPD.MPR besidang sedikitnya
sekali dalam lima tahun . secara umum tugas MPR ialah menjaga serta mengawasi lembaga
tinggi negara yang memiliki sifat eksekutif . MPR sendiri ,mempunyai tugas dan wewenang
tersendiri yang telah disususn dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia pasal 3 ayat 2
dan juga di dalam pasal 18 ayat 3 1945 .

Tugas dan wewenang MPR adalah;


1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
2. Melantik presiden dan wakil presiden
3. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan presiden atau wakil presiden
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden
5. Memilih wakil presiden
6. Memilih presiden dan wakil presiden

Hak dan Kewajiban MPR

1.Hak Anggota

1. Memilih serta dipilih


2. Menentukan sikap serta pilihan
3. Mengajukan semua usul untuk pengubahan UUD 1945
4. Membela diri
5. Imunitas serta protokoler
6. Keuangan serta administratife

2.Kewajiban Anggota

1. Memegang teguh serta jugak mengamalkan Pancasila


2. Melaksanakan UUD 1945 serta juga menaati poeraturan perundang-undangan yang sudah
berlaku
3. Mendahulukan kepentingan rakyat serta negara diatas kepentingan
kelompok,partai,pribadi,dan juga keluarga
4. Melaksanakan dengan penuh kebijakan peranan yakni sebagai wakil rakyat yang sudah
dipercaya oleh rakyat Indonesia
5. Mempertahankan serta juga menjaga kerukunan nasional juga menjaga keutuhan negara
kesatuan rapublik Indonesia
SYARAT-SYARAT MENJADI ANGGOTA DEWAN

1. WNI
2. Berusia 21 Tahun ke atas
3. Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
4. Minimal Tamat SMA atau yang sederajat
5. Pengalaman Dalam Masyarakat
6. Setia Kepada Pancasila
7. Setia Kepada UUD 1845
8. Setia Kepada Proklammasi
9. Bukan Bekas Anggota Partai Terlarang
10. Mempunyai Hak Pilih
11. Tidak Senang Dalam Putusan Pidana
12. Sehat Jasmani Dan Rohani
13. Terdaftar
14. Tempat Tinggal
15. Tidak Rangkap
16. Bersedia Bekerja Penuh
17. Anggota Partai Politik
18. Tidak Praktek Notaris,Advokat
19. TNI/Polri/PNS
D. PERBEDAAN MAJLIS SYURA DISISTEM KHILAFAH DENGAN MPR SISTEM
PARLEMEN DI INDONESIA

Sistem majlis syura secara khilafah adalah suatu tempat dan musyawarah atau suatu badan
yang ditugasi untuk memperjuangkan kepentingan rakyat melalui musyawarah .

Perbedaannya terletak pada syarat-syarat untuk anggota dewan jika disistem khilafah
pemilihannya benar-benar sesuai kemampuan otak dan iman calon anggota dewan tersebut
seperti kepintaran,kebijakan,dan keimanan,sedangkan di Indonesia masih ada yang melakukan
kecurangan seperti menomorduakan kepintaran dan keahlian dan menomorsatukan
keuangan .banyak orang di indonesiayang pintar dan bijak dan memiliki bakat menjadi
pemimpin dan memberi keadilan tapi tidak punya uang tidak akan dipilih karena memiliki harta
yang sedikit ,akan tetapi ada orang kaya yang bodoh (tidak punya ilmu dan tidak punya keahlian
dalam memimpin) orang Indonesia akan memilih orang itu karena hartanya .
BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Di Indonesia harta yang menajadi hal yang paling utama dengan harta orang bodoh (tidak
punya ilmu dan tidak punya keahlian untuk memimpin) akan mejadi anggota dewan ,sedangkan
system khilafah mendahulukan kebijakan ,kepintaran dan keahlian .

B. SARAN

Disini kami masih banyak kekurangan dan perlu pembelajaran maka dari itu kami
membutuhkan syaran ,kritikan dan dukungan daribpara pemabaca.

You might also like