You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan bayi terhadap zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air

susu Ibu (ASI) kepada bayi. ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi,

sebab ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan

energi dalam susunan yang diperlukan. ASI ekslusif harus diberikan pada

bulan-bulan pertama setelah kelahiran bayi, karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan fisik, pembentukan psikomotor, dan akulturasi yang sangat cepat.1

Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi juga tidak diberi makanan apapun

karena makanan tambahan mempunyai resiko terkontaminasi yang sangat

tinggi. Selain itu dengan memberikan makanan tambahan pada bayi, akan

mengurangi produksi ASI, karena bayi menjadi jarang menyusui. 2

Pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif

masih sangat kurang, misalnya pada masyarakat desa. Ibu sering kali

memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau

beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang.

Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya

sedikit pada hari- hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI

tersebut dan menggantikan dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain.

Hal di atas ini tidak boleh dilakukan karena air susu yang keluar pada hari-hari

1
2

yang pertama kelahiran adalah kolostrum.3

Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai bayi berusia enam bulan.

Setelah berumur enam bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI atau

makanan padat yang benar dan tepat. ASI harus tetap diberikan sampai bayi

berusia dua tahun atau lebih, karena ASI akan memberikan sejumlah zat- zat

gizi yang berguna untuk pertumbuhan bayi, seperti lemak, protein bermutu

tinggi, vitamin, dan mineral.3

Pada zaman sekarang ini terjadi peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang demikian pesat. Saat ini, pengetahuan lama yang mendasar

seperti menyusui sudah semakin terlupakan. Pada masa sekarang ini ibu yang

mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah keatas terutama di perkotaan,

dengan tingkat pendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI dengan

tepat dan sesuai dengan praktek pemberian ASI eksklusif terhadap bayi. Praktek

pemberian ASI eksklusif di kota besar mengalami penurunan, sedangkan di

daerah pedesaan sering terjadi pemberian makanan tambahan yang diberikan

tidak pada usia yang telah dianjurkan.4

Balita di Indonesia yang mendapatkan ASI menunjukkan tingkat

kekurangan gizi yang lebih rendah, dan menghadapi resiko lebih kecil terserang

diare atau penyakit pernapasan lainnya dibandingkan dengan anak balita yang

tidak mendapatkan ASI tetapi mendapat susu formula. ASI mengandung zat- zat

kekebalan serta gizi yang diperlukan untuk mencegah atau mengurangi serangan

penyakit- penyakit yang melemahkan tubuh, ASI memiliki manfaat yang sangat

penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anak balita. ASI juga merupakan
3

sumber ekonomi utama. Dalam perekonomian Indonesia harga bersih seluruh

ASI diperkirakan dapat bernilai jutaan dolar. Namun, pada kenyataannya

pemberian ASI ekslusif masih sangat rendah.5

Berdasarkan laporan WHO pemberian ASI ekslusif di dunia kurang dari

50%, sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar hanya

42%. Sementara di Jawa Barat pemberian ASI ekslusif hanya 30,2% dan

Kabupaten Bandung dibawah 30% pemberian ASI ekslusif. Hal tersebut

menunjukkan pemberian ASI ekslusif masih sangat rendah, kurang dari target

nasional yaitu 80%. 6

Menurut Novaria, rendahnya pemberian ASI ekslusif salah satunya

disebabkan karena masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang pemberian

ASI ekslusif. Terutama bagi ibu-ibu yang mempunyai balita dan tidak

memberikan ASI ekslusif. selain itu, daerah Majalaya merupakan daerah

industri/pabrik yang mayoritas menggunakan wanita usia produktif sebagai

tenaga kerja. 7

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari bidan di RSUD Majalaya,

ibu- ibu postpartum ketika di tanya tentang ASI ekslusif rata-rata tidak paham.

Kebanyakan orang mengatakan bahwa pemberian ASI itu dilakukan dengan

pemberian makanan tambahan juga. Kemudian dari ibu postpartum yang

melakukan kontrol postpartum sebanyak 7 orang, semuanya tidak memberikan

ASI ekslusif kepada balitanya.


4

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk

mengangkat masalah tentang ”Gambaran pelaksanaan pemberian ASI pada ibu

bekerja yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan di RSUD Majalaya tahun

2014”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pelaksanaan pemberian ASI pada ibu bekerja

yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan di RSUD Majalaya tahun 2014?

C. Tujuan

1. TujuanUmum

Mengetahui gambaran pelaksanaan pemberian ASI pada ibu

bekerja yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan di RSUD Majalaya

tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran cara memerah ASI pada ibu bekerja yang

mempunyai bayi berumur 0-6 bulan di RSUD Majalaya tahun 2014;

b. Mengetahui gambaran tentang penyimpanan ASI yang benar pada ibu

bekerja yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan di RSUD Majalaya

tahun 2014;
5

c. Mengetahui gambaran mengenai cara pemberian ASI pada ibu bekerja

yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan di RSUD Majalaya tahun

2014

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media

pembelajaran untuk mengaplikasikan atau mengimplementasikan ilmu

pengetahuan tentang kebidanan yang didapat dari perkuliahan, terutama

mengenai pelaksanaan pemberian ASI ekslusif.

2. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau

konseling tentang ASI ekslusif di RSUD Majalaya, sehingga dapat

memberikan manfaat dan berguna serta dapat mengidentifikasi

pelaksanaan pemberian ASI pada ibu bekerja yang mempunyai bayi

berumur 0-6 bulan di RSUD Majalaya tahun 2014.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari:

1. Ruang lingkup keilmuan

Penelitian ini termasuk keilmuan kebidanan, rumpun ilmu asuhan kebidanan

ibu nifas.
6

2. Ruang lingkup materi

Ruang lingkup materi penelitian ini adalah pelaksanaan pemberian ASI

3. Ruang lingkup lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Majalaya

4. Ruang lingkup sasaran

Penelitian ini ditujukan untuk ibu bekerja yang mempunyai bayi berumur 0-6

bulan

5. Ruang lingkup waktu dan pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli tahun

2014.

You might also like