You are on page 1of 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tanggal 08 Juli 2019 telah dilakukan euthanasia dan nekropsi seekor

kucing domestik jantan dengan nomer protokol KC-01 yang ditemukan di daerah

Dukuh Kupang gang 31 Surabaya. Berdasarkan anamnesa diketahui kucing

domestik dengan nomor protokol KC-01 berjenis kelamin jantan, umur 2 tahun

dengan berat badan 4 kg; belum vaksinasi dan obat cacing; kebiasaan mencari

makan disampah; 2 hari yang lalu feses encer dan terdapat cacing pita; telinga

bagian dalam kotor; bulu kusam dan terdapat bekas luka pada kulit pungung.

Berdasarkan gejala klinis kucing mengalami demam terasa panas waktu dipegang;

bersin dan suara ngorok waktu bernafas; nafas bau; keluar kotoran / ingus dari

mata dan hidung dan hipersalivasi.

Patologi anatomi (Histopatologi)

Kucing di nekropsi dan dilakukan pemeriksaan secara laboratoris. Hasil

pemeriksaan patologi anatomi secara makroskopis organ setelah dinekropsi

terlihat adanya perubahan pada trakea terdapat cairan darah kental setelah di

dibersihkan trakea nampak bersih dan licin, pada pulmo mengalami atropi pada

tiap lobus, berwarna pucat pada lobus proximal dexter, konsistensi seperti pasir,

mengalami hemoragi dibagian dexter, pada uji apung mengapung.

28
Gambar 1.1 Trakea pada kucing KC-01 terdapat darah dan lendir ( dokumentasi
pribadi )

Pulmo makroskopis

(HE) 4 x

Gambar 1.2 Pulmo kucing KC-01 pada makroskopis dan mikroskopis


pembesaran (HE) 4 x; (a) emfisema dan rupturnya septa alveoli; (b) altelektasis
dan penebalan septa alveoli; (c) infiltrasi sel darah (dokumentasi pribadi )

Organ hepar tepi tumpul, permukaan halus, organ mengalami perubahan

warna menjadi lebih gelap, bidang sayatan basah pada bagian dexter sisi dalam

terdapat massa bulat berwarna putih dengan kosistensi kenyal keras. Organ ginjal

terdapat benjolan kecil keras berwarna putih pada ginjal dekter, ukuran ginjal

sama besar, konsistensi kenyal.

29
Hepar makroskopis Pembesaran 40 x

Gambar 1.3 Hepar kucing KC-01 pada makroskopis warna gelap; sayatan basah;
massa perkejuan; mikroskopis pembesaran (HE) 40x, (a) infiltrasi darah; (b) pusat
nekrosis caseosa dan infiltrasi sel radang (dokumentasi pribadi )

Ginjal makroskopis Pembesaran 10 x

Gambar 1.4 Ginjal dexter kucing KC-01 terdapat massa putih kecil keras;
mikroskopis (HE) 10x (a) infiltrasi sel radang; (b) tubulus ginjal (dokumentasi
pribadi )

Pada usus halus mulai dari duodenum sampai ilium mengalami hemoragi,

penebalan pada dinding usus, usus mengamalami pengerutan, dan ditemukan

cacing pita Diphollobotrium lathum.

30
Ginjal makroskopis Pembesaran 10 x

Gambar 1.5 Usus duodenum makroskopis mengalami penebalan; pengerutan;


daan hemoragi. Mikroskopis (HE) 10x (a) ruptur vili usus; (b) infiltrasi scolek
cacing (dokumentasi pribadi).

Hasil pemeriksaan preparat dari organ pulmo ditemukan bagian-bagian

yang mengalami kerusakan berupa emfisema aleoli, diikuti rupturnya septa

alveoli, atelektasis alveolar dengan penebalan septa alveolar, infiltrasi sel darah

dan sel radang. Bakteri Bordetella sp. yang sering menginfeksi saluran respirasi

kucing. Deskuamasi terjadi pada epitel trakhea, bronkhiolus dan alveoli. Selain

itu, ditemukan juga sel radang limfosit, makrofag, sel plasma, dan neutrofil. Pada

paru-paru ditemukan lesio bronkhiolitis. Ditemukan juga bronkhopneumonia yang

ditandai infiltrasi sel radang neutrofil dan sel nekrosis pada lumen bronkhiolus.

Paru-paru juga mengalami emfisema dan edema pulmonum. Hiperemia dan

hemoragi juga ditemukan pada kapiler paru-paru (Resmawati, 2015). Pada kasus

ini terbukti terinfeksi bakteri jenis Bordetella sp.

Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis, serta membentuk eksudat baik
yang

31
kataral, mukopurulen, fibrinous, fibrinopurulen, maupun purulen (Resmawati,

2015). Dari gejala klinis diketahui juga kucing mengalami cairan eksudasi pada

hidung dan juga hipersalivasi, bahkan sebelum dinekropsi mengalami batuk dan

keluar cairan darah dari mulutnya. Setelah dinekropsi diketahui bahwa trakea

berisi lendir berdarah yang diduga berasal dari pulmo.

Peradangan ini menyebabkan rusaknya sel epitel saluran respirasi, yaitu

silia sel epitel silindris bersilia pada hidung, trakhea, dan bronkhus. Sistem

respirasi pada umumnya tersusun atas sel-sel epitel bersilia yang berfungsi

sebagai pertahanan dari agen penyakit (Jubb et al. 1993). Kerusakan ini

mengakibatkan banyak mikroorganisme masuk ketubuh karena tidak adanya

pertahanan terhadap mikroorganisme tersebut. Sehingga memungkinkan

terjadinya infeksi lebih besar dan mengakibatkan bakterimia yang dapat

mengganggu organ-organ yang lain dalam tubuh.

Dari hasil pemeriksaan preparat usus duodenum yang terinfestasi

cacing Diphyllobotrium lathum mengalami rupturnya vili-vili usus, infiltrasi sel

radang, dan ditemukannya scolek cacing dalam vili usus. Cacing berada didalam

usus halus untuk hinghisap darah, sehingga akan menyebabkan anemis. Cacing ini

akan mengakibatkan anemia, karena cacing akan menghisap banyak vit B12,

sehingga timbul defisienssi vit tersebut. Diphyllobothrium latum mengambil 80 -

100 % dari dosis vit B12 (Brotowidjoyo, 1987).

Organ hepar dan ginjal pada pemeriksaan mikroskopis tampak adanya

nekrosis caseosa, hemoragi dan infiltrasi sel radang. Nekrosis caseosa adalah

kematian jaringan yang ditandai dengan kerusakan struktur sel dan menyatu

32
menjadi massa granuler seperti bentukan perkejuan. Kalsifikasi terjadi pada

daerah nekrotik dan infiltrasi sel sel radang, makrofag, giant sel, dan limfosit.

Nekrosis ini sering ditemukan pada kasus yang agen penyebabnya

bertahan cukup lama, seperti pada kasus tuberculosis. Gambaran makroskopis nya

daerah nekrotik seperti masa granuler mirip keju yang bersifat kering atau basah.

Terdapat penimbunan garam kalsium pada daerah nekrotik dan biasanya berwarna

putih abu-abu atau kekuningan (Solfaine, 2011)

Gambar 1.6 Hepar ditemukan masa berwarna putih dengan konsistensi kenyal
(dokumentasi pribadi )

Gambar 1.7 Ginjal ditemukan masa berwarna putih dengan konsistensi kenyal
(dokumentasi pribadi )

33
Gambar 1.8 Ginjal (HE) 10x ditemukan daerah nekrosis beserta infiltrasi sel
radang (dokumentasi pribadi )

Gambar 1.9 Hepar (HE) 4x ditemukan daerah nekrosis beserta infiltrasi sel
radang (dokumentasi pribadi )

34

You might also like